Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Air merupakan substansi kimia dengan rumus kimia H2O : satu

molekur air yang tersusun atas dua atom hydrogen yang terikat secara

kovalen pada satu atom oksigen. Air tidak bersiat tidak berwarna , tidak

terasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1

bar) dan temperature 273,15 K (00C).Berbagai mikroba patogen seringkali

ditularkan melalui air yang tercemar sehingga menimbulkan penyakit bawaan

manusia maupun hewan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai

adanya mikroba dalam suatu makanan dan minuman agar dapat dikonsumsi

manusia dengan layak sehingga tidak menimbulkan penyakit akibat

kontaminasi mikroba dalam makanan dan minuman dan dapat

memenuhi kebutuhan tubuh secara optimal.Analisis kuantitatif mikrobiologi

pada bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan

dan menghitung proses pengawetan yang akan diterapkan pada bahan pangan

tersebut. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung atau

mengukur jumlah jasad renik dalam suatu suspensi, salah satunya adalah

pemeriksaan adanya bakteri Coliform pada makanan dan minuman dengan

metode MPN (Most Probable Number).

Hampir semua perairan yang ada di atas permukaan bumi telah mengalami

pencemaran, tidka terkecuali air yang terlihat jernih dan murni sekalipun
dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme pathogen yang dapat

membahayakan kesehatan (Madigan et al., 1997). Beberapa peralatan

dibutuhkan untuk menguji kualitas air minum, sehingga aman untuk

dikonsumsi. Namun sayangnya peralatan ini tidak dapat langsung mendeteksi

adanya bakteri pathogen tertentu pada air, sehingga hasilnya kurang valid,

sehingga, untuk mengecek masing-masing sumber air minum, maka

digunakan suatu organisme indikator yang ada pada sumber air minum

tersebut untuk menguji kualitas air (Madigan et al., 1997). Untuk itulah

pengujian kualitas air minum ini dilakukan.

Istilah mikroorganimens indukator, sebagaimana digunakan dalam

analisis air mangacu pada sejenis mikroorganisme yang kehadirannya di

dalam air merupakan bukti bahwa air tersebut terpopulasi oleh bahan tinja

dari manusia atau hewan berdarah panas (Pelczar and Chan, 2005). Untuk

kepentingan pengujian kualitas air minum ini. Maka beberapa spesies atau

kelompok bakteri telah dievaluasi untuk menentukan sesuai tindakan untuk

digunakan sebagai organisme indikator. Diantara organisme-organiems yang

dipelajari, yang hampir memenuhi semua persyarata suatu organisme

indikator yang ideal adalah koliform. Koliform merupakan suatu grup bakteri

yang digunakan sebagai indikator adanya populasi kotoran dan kondisi

sanitasi yang tidak baik terhadap air (Fardiaz, 1993). Adanya bakteri koliform

di dalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya

mikroorganisme yang bersifat enterapatogenik dan atau toksigenik yang

berbahaya bagi kesehatan.


Menurut Alcamo, (1996) bakteri koliform adalah kelompok bakteri

gram negarif yang tidak dapat membentuk spora, yang berbentuk bacillus dan

ditemukan di dalam usus halus manusia. Kelompok bakteri ini juga

merupakan kelompok bakteri yang bersifat aerobik dan aerobik fakultatif, dan

dapat memfermentasi laktose dengan pembentukan gas CO2 pada suhu 35oC,

selama 48 jam ikubasi (Madigan et al., 1997). Bakteri koliform dapat

dibedakan atas 2 grup yaitu : (1) koliform fekal, misalnya Escherichia coli,

dan (2) koloform non-fekal, misalnya enterobaster aerogenes (Fardiaz, 1993).

Koliform fekal adalah bakteri koliform yang berasal dari tinja manusia atau

hewan berdarah panas lainnya. Sedangkan koliform non-fekal adalah bakteri

koliform yang ditemukan pada hewan atau tanaman-tanaman yang telah mati.

Eschericia coli adalah penghuni normal saluran cerna manusia dan

hewan berdarah panas, biasanya tidka patogenik. Untuk mengetahui jumlah

koliform di dalam contoh biasanya digunakan metode MPN (most probable

number) dengan cara fermentasi totung ganda, yang memiliki keunggulan

berupa sifat yang lebih sensitif dan dapat mendeteksi koliform dalam jumlah

yang sangat rendah di dalam contoh, dibandingkan dengan metode lain

(Fardiaz, 1993). Pada metode uji ini, sampel air diencerkan ke dalam suatu

medium yan gsecara spesifik dapat mendukung pertumbhan bakteri koliform

(Mckane and Kandel, 1996). Jika sampel tersebut diencernak dengan

prosedur yang sesuai, maka akan diperoleh suatu hasil dimana pada sampel

yang telah diencerkan tersebut tidak akan terdapat bakteir koliform. Nilai

akhir ini dapat digunakan untuk memperkirakan populasi awal dari koliform
yang terrdapat pada sampel (Mckane and Kandel, 1993). Uji kualitatif

koliform secara lengkap terdiri dari tiga langkah berurutan yaitu : (1) uji

dugaan (presumptive test), (2) uji yang diperkuat (confirmed test), dan (3) uji

pelengkap (completed test), dan (3) uji pelengkap (completed test) (Pelsczar

and Chan, 2005).

1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1. Maksud

Maksud dari praktikum ini yaitu :

 untuk mengetahui adanya bakteri coliform yang

terdapat dalam sampel es kiko berdasarkan ragam 511

1.2.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini yaitu:

 untuk menghitung jumlah (angka) bakteri coliform

paling mungkin/terdekat yang terdapat dalam sampel

es kiko berdasarkan ragam 555.


1.3. Kerangka Operasional

Specimen air minum es kiko

LB (lactose broth)

Inkubasi 37ºselama 24 jam


BGLB dan EC

Inkubasi 37ºselama 24 jam


ENDO dan EMBA

TSIA

UJI IMVIC UJI BIOKIMIA

Inkubasi 37ºselama
24 jam HASIL

KESIMPULAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MPN (Most Probable Number)

Metode MPN (Most Probable Number) adalah metode yang digunakan

untuk menghitung koliform di dalam air dengan menggunakan pengujian

fermentasi dalam tabung. Tiga pengujian itu diantaranya adalah uji penduga

(Presumtive Test), uji penguat (Confirmed Test), dan uji pelengkap (Completed

Test).

Uji Penduga (Presumptive Test) : satu seri yang berisi 9 atau 12 tabung

yang berisi Lactose Broth dan tabung Durham diinokulasikan dengan sampel air

untuk menguji apakah air tersebut mengandung bakteri yang bisa

memfermentasikan laktosa yang memproduksi gas. Jika setelah inkubasi gas

timbul pada Lactose Broth, diduga ada bakteri koliform di sampel air tersebut.

Uji penduga merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya

kehadiran bakteri koliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas yang

disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan koli. Terbentuknya

asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa, dan gas yang dihasilkan dapat

dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara. Dinyatakan positif jika

terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung Durham.

Banyaknya kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung

tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuknya asam dan gas dan

dibandingkan dengan tabel MPN. Metode MPN dilakukan untuk menghitung


jumlah mikroba di dalam sampel yang berbentuk cair. Bila inkubasi 1 x 24 jam

hasilnya negatif, maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24 jam pada suhu

35oC.jika dalam waktu 2 x 24 jam tidak terbentuk gas dalam tabung Durham,

dihitung sebagai hasil negatif. Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-

masing seri, MPN penduga dapat dihitung dengan melihat tabel MPN.

Hasil uji penduga dilanjutkan dengan uji penguat. Dari tabung yang

positif terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1 x 24 jam, suspensi

diinokulasikan pada media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA) secara aseptic

dengan menggunakan jarum inokulasi. Koloni bakteri Escherichia coli tumbuh

berwarna merah kehijauan dengan kilap metalik atau koloni berwarna merah

muda dengan lendir untuk kelompok koliform lainnya.

Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji pelengkap untuk

menentukan bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji penguat

diinokulasikan ke dalam medium Lactose Broth dan medium agar miring Nutrient

Agar (NA), dengan jarum inokulasi secara aseptic. Diinkubasi pada suhu 37oC

selama 1 x 24 jam. Bila hasilnya positif terbentuk asam dan gas pada Lactose

Broth, maka sampel positif mengandung bakteri Escherichia coli. Dari media agar

miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakteri Escherichia coli merupakan

Gram negatif berbentuk batang pendek. Untuk membedakan bakteri golongan koli

dari bakteri golongan koli fekal (berasal dari tinja hewan berdarah panas),

pekerjaan dibuat duplo, dimana satu seri diinkubasi pada suhu 37oC (untuk

golongan koli) dan satu seri diinkubasi pada suhu 42oC (untuk golongan koli

fekal), bakteri golongan koli tidak dapat tumbuh baik pada suhu 42oC, sedangkan
golongan koli fekal dapat tumbuh dengan baik pada suhu 42oC. (Sumber :

http://iheartfoods.wordpress.com/category/mpn/)

2.2 Tinjauan Umum Coliform

Air adalah salah satu sumber utama kehidupan. Tubuh manusia sendiri

hampir 70% komposisinya adalah air. Oleh sebab itu, pasokan air bersih untuk

dikonsumsi manusia sangatlah penting. Selain harus bebas dari cemaran bahan

kimia, tidak berbau, tidak berwarna; air untuk dikonsumsi juga tidak boleh

mengandung mikroorganisme berbahaya/patogen. Saat ini pencemaran

lingkungan begitu mengkhawatirkan. Kondisi lingkungan yang semakin buruk,

sedikit banyak juga memberi dampak negatif bagi kualitas air bagi konsumsi

manusia. Penanganan sampah yang tidak memadai, penempatan dan pengelolaan

septic tank yang tidak memenuhi persyaratan menjadi penyebab utama timbulnya

cemaran mikroorganisme berbahaya pada air, terutama bakteri E.coli dan

Coliform. Air yang tercemar E.coli dan Coliform apabila terkonsumsi oleh

manusia dapat mengakibatkan penyakit pada saluran pencernaan, seperti diare.

Oleh karena itu sangat penting untuk selalu melakukan analisa cemaran

E. coli dan Coliform terhadap air yang akan digunakan sebagai air minum

maupun air yang akan digunakan sebagai bahan pelarut bagi produk pangan

mapun produk farmasi. Standar baku kualitas air minum sumber.

(http://laboratoriumbpn.blogspot.com/2011/04/cemaran-ecoli-dan-coliform-di-

sampel.html).
Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik

lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator

adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator

pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan

keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah,

cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri

coliform adalah, Esherichia coli dan Entereobacter aerogenes. Jadi, coliform

adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas

air semakin baik (FRIEDHEIM, 2001).

Banyaknya kontaminan dalam air memerlukan standar tertentu untuk

menjamin kebersihannya. Air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen saluran

cerna sangat berbahaya untuk diminum. Hal ini dapat dipastikan dengan

penemuan organisme yang ada dalam tinja manusia atau hewan dan yang tidak

pernah terdapat bebas di alam. Ada beberapa organisme yang termasuk kategori

ini, yaitu bakteri coliform (E. coli), Enterococcus faecalis, Clostridium sp. Di

Indonesia, bakteri indikator air terkontaminasi adalah E. coli (GAUSE, G. F.

1946).

Terdapatnya bakteri coliform dalam air minum dapat menjadi indikasi

kemungkinan besar adanya organisme patogen lainnya. Bakteri coliform

dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu faecal coliform dan non-faecal coliform. E. coli

adalah bagian dari faecal coliform. Keberadaan E. coli dalam air dapat menjadi

indikator adanya pencemaran air oleh tinja.


E. coli digunakan sebagai indikator pemeriksaan kualitas bakteriologis

secara universal dalam analisis dengan alasan :

a) E. coli secara normal hanya ditemukan di saluran pencernaan manusia

(sebagai flora normal) atau hewan mamalia, atau bahan yang telah

terkontaminasi dengan tinja manusia atau hewan; jarang sekali ditemukan

dalam air dengan kualitas kebersihan yang tinggi,

b) E. coli mudah diperiksa di laboratorium dan sensitivitasnya tinggi jika

pemeriksaan dilakukan dengan benar,

c) Bila dalam air tersebut ditemukan E. coli, maka air tersebut dianggap

berbahaya bagi penggunaan domestik, d) Ada kemungkinan bakteri enterik

patogen yang lain dapat ditemukan bersama-sama dengan E. coli dalam air

tersebut (GAUSE, G. F. 1946).

Bakteri pembusuk ini dimasukkan ke dalam golongan bakteri Coliform,

salah satu yang termasuk didalamnya adalah Escherichia coli. Bakteri coliform ini

menghasilkan zat ethionine yang pada penelitian menyebabkan kanker. Bakteri-

bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun seperti Indole,

skatole yang dapat menimbulkan penyakit bila berlebih didalam tubuh (GAUSE,

G. F. 1946).

Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting

kualitas air minum. Kelompok bakteri coliform terdiri atas Eschericia coli,

Enterobacter aerogenes, Citrobacter fruendii, dan bakteri lainnya. Meskipun jenis

bakteri ini tidak menimbulkan penyakit tertentu secara langsung, keberadaannya

di dalam air minum menunjukkan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, air
minum harus bebas dari semua jenis coliform. Semakin tinggi tingkat kontaminasi

bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain

yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri

patogen-yang kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi kotoran manusia

atau hewan berdarah panas-adalah Shigella, yaitu mikroba penyebab gejala diare,

deman, kram perut, dan muntah-muntah (Official Chemical Method, 1979).

Jenis bakteri coliform tertentu, misalnya E coli O:157:H7, bersifat

patogen dan juga dapat menyebabkan diare atau diare berdarah, kram perut, mual,

dan rasa tidak enak badan (Dad,2000).

(sumber:http://analiskesehatanpontianak.blogspot.com/2011/02/pengukuran-

coliform-dengan-mpn.html)

Koliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk

batang, gram negatif, tidak membentuk spora, aerob dan anaerob fakultatif yang

memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam

pada suhu 35oC. adanya bakteri koliform di dalam makanan/minuman

menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan

atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri koliform dapat dibedakan

menjadi 2 grup yaitu: (1) koliform fekal misalnya Escherichia coli dan (2)

koliform non fekal misalnya Enterobacter aerogenes.

Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan

atau manusia, sedangkan Enterobacter aerogenes biasanya ditemukan pada

hewan atau tanaman-tanaman yang sudah mati. Jadi, adanya Escherichia coli

dalam air minum menunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi feses
manusia dan mungkin dapat mengandung pathogen usus. Oleh karena itu, standar

air minum mensyaratkan Escherichia coli harus nol dalam 100 ml. untuk

mengetahui jumlah koliform di dalam sampel digunakan metode Most Probable

Number (MPN), pemeriksaan kehadiran bakteri koli dari air dilakukan

berdasarkan penggunaan medium lactose broth yang ditempatkan di dalam tabung

reaksi berisi tabung Durham (tabung kecil yang letaknya terbaik, digunakan untuk

menangkap gas yang terjadi akibat fermentasi laktosa menjadi asam dan gas).

2.3 Tinjauan Umum Air Sumur bor

Air sumur pada umumnya lebih bersih daripada air permukaan, karena

air yang merembes ke dalam tanah itu telah difiltrasi (disaring) oleh lapisan tanah

yang dilewatinya, namun kebersihan air secara kasat mata belum tentu

mengindikasikan terbebasnya air tersebut dari kontaminasi bakteri, kebersihan

dan kontaminasi bakteri pada air sumur sangat berkaitan erat dengan lingkungan

sekitar sumur (Nurdin, 2007).

Temperature yang optimum sepanjang tahun di Indonesia ini

menyebabkan air di alam terbuka selalu mengandung mikroorganisme

Kandungan mikroorganisme dalam air alami sangat berbeda tergantung

pada lokasi dan waktu. Apabila air merembes dan meresap mealalui tanah akan

membawa sebagaian mikroorganisme bagian tanah yang lebih dalam. Air tanah

pada umumnya paling sedikit mengandung mikroorganisme dan air tanah yang

terdapat pada bagian yang dalam sekali hampir tidak mengandung

mikroorganisme. Sebaliknya air permukaan sering banyak mengandung


mikroorganisme yang berasal dari tanah dan dari organisme yang terdapat di

danau-danau dan sungai-sungai. Kehadiran mikroba di dalam air akan

mendatangkan keuntungan dan kerugian (Dwijoseputro, 1989).

2.4 Mikroorganisme Patogen yang dapat Mengkontaminasi Air

Mikroorganisme patogen dalam air dapat masuk ke dalam tubuh dengan

perantaraan air minum atau infeksi pada luka yang terbuka. Mikroorganism ini

umumnya tumbuh dengan baik di dalam saluran pencernaan keluar bersama feses,

bakteri ini disebut bakteri coliform (Tarigan, 1988). Adanya hubungan antara tinja

dengan coliform,maka bakteri ini dijadikan indikator alami kehadiran materi

fekal. Artinya, jika pada suatu substrat atau benda didapatkan bakteri ini maka

langsung ataupun tidak langsung substrat atau benda tersebut sudah dikenal atau

dicemari oleh materi fekal. Selain itu dijelaskan pula bahwa ada kesamaan sifat

dan kehidupan antara bakteri coliform dengan bakteri lain penyebab penyakit

perut, tifus, paratifus, disentri dan kolera. Oleh karena itu kehadiran bakteri

coliform dalam jumlah tertentu didalam sutau substrat ataupun benda, misalnya

air dan bahan makanan sudah merupakan indikator kehadiran bakteri penyakit

lainnya.

Kelompok bakteri coliform antara lain Eschericia coli, Enterrobacter

aerogenes, dan Citrobacter fruendii. Keberadaan bakteri ini dalam air minum juga

menunjukkan adanya bakteri patogen lain, misalnya Shigella, yang bisa

menyebabkan diare hingga muntaber (Kompas Cyber Media, 2003 dalam

Kompas.com).
2.5 Kualitas Air

Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga harus memenuhi

persyaratan yang sudah ditentukan sesuai peraturan Internasional (WHO dan

APHA). Kualitas air bersih di Indonesia sendiri harus memenuhi persyaratan yang

tertuang di dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No. 173/Men. Kes/Per/VIII/77.

Menurut Suriawiria (1985), kualitas tesebut menyangkut:

1. Kualitas Fisik, meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau, dan rasa.

2. Kualitas Kimia, yaitu yang berhubungan dengan adanya ion-ion senyawa

ataupun logam yang membahayakan dan pestisida.

3. Kualitas Biologi yaitu berhubungan dengan kehadiran mikroba patogen

(penyebab penyakit), pencemar, dan penghasil toksin.

Kandungan bakteri E. Coli dalam air berdasarkan ketentuan WHO

(1968) dalam Dwijoseputro (1989), dalam hal jumlah maksimum yang

diperkenankan per 100 ml adalah 1000, air untuk kolam renang 200, dan air

minum 1. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas air secara biologis ditentukan oleh

kehadiran bakteri E. Coli di dalamnya. Sumur merupakan salah satu

penampungan air yang utama bagi penduduk perkampungan. Dengan demikian air

dalam sumur tersebut harus memnuhi syarat air yang baik untuk dikonsumsi. Agar

air dalam sumur tersebut berkualitas baik maka sebaiknya jarak sumur dan

septitank kurang lebih 10 meter. Menurut Setyawati (2007) dalam penelitianya


menjelaskan bahwa kandungan bakteri yang terdapat dalam air sumur dipengaruhi

oleh konstruksi sumur, aktivitas domestik sekitar sumur, cara penggunaan sumur,

dan pemeliharan sumur. Berdasarkan hasil penelitian tersebut konstruksi sumur

paling berpengaruh terhadap kandungan bakteri di dalam air sumur

2.6 Metode MPN (Most Probable Number)

Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive

test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam

uji tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah;

masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel.

Karena beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif,

diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform

dengan bantuan medium selektif diferensial. Uji kelengkapan kembali

meyakinkan hasil tes uji konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan

pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri coliform: berbentuk batang, Gram

negatif, tidak-berspora. Adapun ragamnya yaitu:

 Ada 3 ragam yang biasanya dipakai pada pemeriksaan MPN yaitu :

1. Ragam 511

 5 tabung yang berisi LB double X 10 ml

 1 tabung yang berisi LB single X 1 ml

 1 tabung yang berisi LB single X 0,1 ml

2. Ragam 555

 5 tabung yang berisi LB double X 10 ml


 5 tabung yang berisi LB single X 1 ml

 5 tabung yang berisi LB single X 0,1 ml

3. Ragam 333

 3 tabung yang berisi LB double X 10 ml

 3 tabung yang berisi LB single X 1 ml

 3 tabung yang berisi LB single X 0,1 ml


BAB III

METODE KERJA

3.1. ALAT DAN BAHAN

A. Alat :

Tabung reaksi steril

Bunsen

Karet pengisap

Pipet steril 10ml. 1 ml, dan 0,1 ml

Inkubator

Erlenmeyar

B. Bahan :
NaCl steril
Indikator MR
Kovaks
Larutan KOH 10 %
Larutan α-Naftol

C. Media Pembiakan :
Media LB single dan triple strength
Media BGLBdan EC
Media ENDO dan EMBA
Media TSIA
Media IMVIC
Media Biokimia
3.2 PROSEDUR KERJA :

Ragam 511 : 3 x 10 mL, 1 x 1 mL, 1 x 0,1 mL

a. Hari 1

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Dipipet sampel air masing-masing 10 mL masuk ke dalam 5 tabung

media LB triple.

3. Dipipet sampel air masing-masing sebanyak 1 mL masuk ke dalam 1

tabung media LB Single.

4. Dipipet sampel air masing-masing sebanyak 0,1 mL masuk ke dalam 1

tabung media LB single.

5. Kemuadian Media LB Single dan Double tersebut diinkubasi selama 24

jam pada suhu 35-370C.

b. Hari II

1. Tiap-tiap tabung LB yang menunjukkan gas (+), ditanam kedalam

Media BGLB dan EC.

2. Lalu diinkubasi pada suhu 370 C, selam 24-48 jam.

c. Hari III

1. Dibaca dan dicacat hasil Media BGLB dan EC yang menunjukkan gas

(+) dan perubahan warna, masing-masing ditanam pada media EMBA

dan ENDO Agar.

2. Inkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.


d. Hari IV

1. Koloni dari media EMBA dan ENDO Agar di tanam pada media

TSIA, media uji IMVIC dan media uji biokimia.

2. Lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.

3. Untuk mendapatkan index MPN coliform, digunakan tabel MPN 333

berdasarkan tabung-tabung BGLB gas (+) dan bisa dihitung dengan

menggunakan rumus.

e. Hari IV

1. Dilakukan pengamatan pada semua media.

2. Dibaca dan dicatat pertumbuhan pada media uji biokimia untuk sesuai

dengan bakteri yang ditemukan atau bukan, kemudian dicari pada

tabel MPN untuk memastikan index MPN.

3.3. PEMBUATAN MEDIA

A. LACTOSE BROTH (LB)

Alat

Neraca Sendok tanduk

Waterbath Kertas pH

Autoclave pipet tetes

Cawan petri batang pengaduk


Erlenmeyer tabung dan rak

Bahan

Powder LB (13 gr/1L) Aquadest

Kapas

Kalkulasi

Volume media = 100 mL

Jadi media yang ditimbang sebanyak,

(100 : 1000) x 13 gr = 1,3 gr

 LB triple : 1,3 X 3 = 3,9 gr

 LB single : 1,3 gr

Cara Kerja :

1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

2. PH aquadest diatur pada PH 7,1 ± 2,0.

3. Menimbang media LB triple sebanyak 3,9 gr dan LB single 1,3 gr

4. Melarutkan media masing-masing dalam aquades 100 mL lalu diaduk.

5. Memipet larutan yang telah larut ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 mL

lalu tutup dengan kapas

6. Melakukan sterilisasi dengan autoclave selama 15 menit dengan suhu

121˚C

7. Masukkan media ke dalam lemari es hingga siap digunakan kembali.

B. BRILLIANT GREEN LACTOSE BROTH (BGLB)


Alat

Neraca batang pengaduk

Waterbath Kertas pH

Autoclave pipet tetes

Cawan petri tabung dan rak

Erlenmeyer tabung durham

Bahan

Powder BGLB (40 gr/1L) Aquadest

Kapas

Kalkulasi

Volume media = 100 mL

Jadi media yang ditimbang sebanyak,

(100 : 1000) x 40 gr = 4 gr

Cara Kerja :

1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

2. PH aquadest diatur pada PH 7,1 ± 2,0.

3. Menimbang media BGLB sebanyak 4 gr

4. Melarutkan media masing-masing dalam aquades 100 mL lalu diaduk.

5. Memipet larutan yang telah larut ke dalam tabung yang berisi tabung

durham sebanyak 10 mL lalu tutup dengan kapas

6. Melakukan sterilisasi dengan autoclave selama 15 menit dengan suhu

121˚C
7. Masukkan media ke dalam lemari es hingga siap digunakan kembali.

C. EMBA

Alat

Gelas ukur Plate

Autoclave Kertas pH

Pipet tetes Batang pengaduk

Sendok tanduk Timbangan

Erlenmeyer Kertas timbang

Lampu spiritus

Bahan

Powder EMBA Larutan KOH

Aquades Kapas

Larutan HCl

Cara Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

2. PH aquadest diatur pada PH 7,1 ± 2,0.

3. Menimbang media EMBA sesuai dengan volume media

4. Melarutkan media dalam aquades lalu diaduk. Untuk melarutkan bahan

agarnya, dimasukkan dalam waterbath (ditutup dengan kapas)

5. Media disterilkan dalam autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit.


6. Setelah steril, media dituang ke dalam cawan petri sebanyak ± 20 mL,

kemudian didinginkan.

7. Media kemudian dibungkus dan disimpan dalam lemari es.


BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

 Hari I

MEDIA GAMBAR KETERANGAN

LB TRIPLE Negatif

( 10 ml) Tidak ada gas

LB SINGLE Negatif

( 1 ml) Tidak ada gas

LB SINGLE Negatif

( 0,1 ml) Tidak ada gas


4.2 Pembahasan

Uji kualitas air ini menggunakan sampel air minum es kiko menunjukkan

hasil yang negatif, berarti sampel tersebut tidak mengandung bakteri coliform.

Hal ini ditandai dengan tidak terbentuknya gas pada tabung durham yang ada

dalam media LB doube maupun LB single. Oleh karena itu, praktikum tidak

dilanjutkan.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa sampelair

mineral (O2W) menunjukkan hasil yang negatif, berarti tidak mengandung

bakteri coliform.

5.2. Saran

Diharapkan didalam prakrtikum harus tertib dan apabila praktek

mahasiswa diharuskan memakai handscun dan masker, apalagi kalau sedang

mengidentifikasi sampel yang dicurigai banyak mengandung bakteri. Selain

alat-alat yang digunakan dan tempat dilakukannya identifikasi bakteri, harus

dalam keadaan steril dan bersih.Pada saat melakukan penanaman pada

media, diharapkan menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap agar

mengurangi tingkat kontaminasi pada pemeriksaan yang melakukan

penanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Entjang ,Indan . 2003 . Mikrobiologi dan Parasitologi . PT.Citra Aditya Bakti ;

Bandung.

http://. Image. Google. Co.id.

http://. Image. Google. Co.id.

http://1sthumanwinner.wordpress.com/2010/12/16/bakteri-koliform-yang-bersifat-

anaerob/)

http://allaboutchemeng.blogspot.com/2010/11/tugas-pal-musibah-lingkungan-

dan.html)

http://anateablog.blogspot.com/2010/04/awas-bahaya-bakteri-e-coli.html)

http://malang-post.com/cegah-bakteri-coli-tanam-akar-wangi/)

http://www.dkp.go.id.

Karantina, 2003. Penyakit Ikan Karantina Golongan Bakteri. Jakarta

Lay WB, 1994. Analis Mikroba di Laboraturium. Jakarta

Leonardus, SKM.M.MKes, dkk. 2009.Penuntun & Jurnal Praktikum

Bakteriologi.POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

Anda mungkin juga menyukai