Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri
berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi
korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan.
Dalam keadaan normal 8-10 % perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban
pecah dini.Ketuban pecah dini prematur terjadi pada 1 % kehamilan (Sarwono P.,
2009).
Kejadian ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa masalah bagi
ibu maupun janin, misalnya pada ibu dapat menyebabkan infeksi puerperalis/masa
nifas, dry labour/partus lama, dapat pula menimbulkan perdarahan post partum,
morbiditas dan mortalitas maternal, bahkan kematian (Cunningham, 2005).
Etiologi pada sebagian besar kasus tidak diketahui. Penelitian
menunjukkan infeksi sebagai penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi
adalah kondisi sosial ekonomi rendah yang berhubungan dengan rendahnya
kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual, misalnya disebabkan oleh
Chlamydia trachomatis dan Neischeria gonorrhea.
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi,
adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan.
Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif
terutama pada kehamilan yang cukup bulan atau harus menunggu sampai
terjadinya proses persalinan sehingga masa tunggu akan memanjang, yang
berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Sikap konservatif
ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan kurang bulan dengan harapan
tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup.
Oleh sebab itu, asuhan kebidanan yang tepat sangat diperlukan agar
penanganan KPD dapat sesuai dengan keadaan yang ada dan memperkecil resiko
terjadinya komplikasi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelahmengikuti praktik klinik selama 14 hari, mahasiswa mampu
melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan KPD
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelahmengikuti praktik klinik selama 14 hari, diharapkan mahasiswa
mampu :
1. Melakukan pengkajian data subjektif dan obyektif pada ibu bersalin dengan
KPD
2. Menentukan analisa dan diagnosa pada ibu bersalin dengan KPD
3. Menentukan rencana asuhan pada ibu bersalin dengan KPD
4. Melaksanakan atai mengimplementasikan rencana asuhan ibu bersalin dengan
KPD
5. Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan. ibu bersalin dengan KPD

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Hasil pembuatan asuhan kebidanan ini penulis mendapatkan masukan
pengetahuan tentang penanganan kasus asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan KPD
1.3.2 Manfaat Praktis
Ibu bersalin dengan KPD mendapatkan asuhan dengan perawatan yang
baik
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Persalinan


2.1.1 Batasan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan
atau yang dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain
dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 1998).
2.1.2 Macam Persalinan
Menurut Manuaba (1998), macam – macam persalinan dibedakan menjadi :
2.1.2.1 Persalinan Spontan
Persalinan spontan adalal persalinan yang berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri dan melalui jalan lahir
2.1.2.2 Persalinan Buatan
Persalinan buatan adalah persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar,
misalnya ekstraksi dengan forceps atau dilakukan operasi seksio sesaria
2.1.2.3 Persalinan Anjuran
Persalinan anjuran adalah persalinan yang terjadi bila bayi sudah cukup
besar untuk hidup di luar. Perslainan tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocyn atau prostaglandin

2.1.3 Tanda – tanda Persalinan


Gejala persalinan sebagai berikut :
2.1.3.1 Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek
2.1.3.2 Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :
1. Pengeluaran lendir
2. Lendir bercampur darah
2.1.3.3 Dapat disertai ketuban pecah
2.1.3.4 Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks
Faktor – faktor yang penting dalam persalinan adalah :
2.1.3.5 Power
1. His
2. Kontraksi otot dinding perut
3. Kontraksi diafragma pelviks atau kekuatan mengejan
2.1.3.6 Passanger : janin dan plasenta
2.1.3.7 Passage : jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang

2.1.4 Permulaan Terjadinya Persalinan


Dengan penurunan hormon progesteron menjelang persalinan dapat terjadi
kontraksi. Kontraksi otot rahim menyebabkan :
2.1.4.1 Turunnya kepala, masuk PAP, terutama pada primigravida minggu ke – 36
dapat menimbulkan sesak di bagian bawah, diatas simphisis phubis, dan sering
ingin atau susah BAK
2.1.4.2 Perut lebih melebar karena fundus uteri turun
2.1.4.3 Terjadi perasaan sakit di daerah pinggang karena kontraksi ringan otot
rahim dan tertekannya flexus Franken hoyner yang terletak di sekitar serviks
2.1.4.4 Terjadi pelunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim
2.1.4.5 Terjadi pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks dilepas
(Manuaba, 1998).

2.1.5 Proses Terjadinya Persalinan


Menurut Manuaba (1998), proses terjadinya persalinan belum diketahui
dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai
terjadinya kekuatan his, estrogen dan progesteron terdapat dalam keseimbangan
sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan estrogen dan
progesterone menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisis posterior
dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk Braxton Hicks. Kontraksi Braxton
Hicks akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya persalinan.
Oksitosin diduga bekerja sama atau melalui prostaglandin yang makin
meningkat mulai usia kehamilan minggu ke – 15. Di samping itu, faktor gizi ibu
hamil dan keregangan otot rahim dapat memberikan pengaruh penting untuk
dimulainya kontraksi rahim. Beberapa teori yang mengatakan kemungkinan
proses persalinan, yaitu :
2.1.5.1 Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kekuatan meregang dalam batas tertentu. Setelah
melewati batas tersebut, terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai
2.1.5.2 Teori Penurunan Progesteron
1. Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu
2. Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih
sensitive terhadap oksitosin
2.1.5.3 Teori Oksitosin Internal
1. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise posterior
2. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah
sensitifitas otot rahim, sehingga terjadi Braxton Hicks
3. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan, maka
oksitosin dapat meningkatkan aktifitas sehingga persalinan dapat
dimulai
2.1.5.4 Teori Prostaglandin
1. Kontraksi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu
yang dikeluarkan oleh desidua
2. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontrkasi otot
rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan
3. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan
2.1.5.5 Teori Hipotalamus – Pituitary dan Glandula Suprarenalis
1. Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin
2. Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan
3. Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan ada hubungan antara
hipotalamus pituitary dengan mulainya persalinan
2.2 Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini
2.2.1 Batasan
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan, dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu
sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim disebut ketuban pecah dini
(Manuaba, 1998).
Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung (Saifuddin 2002).

2.2.2 Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini masih belum jelas, maka preventif tidak dapat
dilakukan kecuali dalam usaha penekanan infeksi. Menurut Manuaba (1998),
penyebab ketuban pecah dini adalah :
1. Serviks inkompeten
2. Ketegangan rahim berlebihan
3. Polihidramnion
4. Gemeli
5. Kelainan letak janin dalam rahim
6. Riwayat KPD sebelumnya
7. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
8. Infeksi vagina

2.2.3 Tanda dan Gejala


Kadang – kadang agak sulit atau meragukan kita apakah ketuban benar
sudah pecah atau belum apabila pembukaan kanalis servikalis belum ada atau
kecil. Menurut Mochtar (1998) cara menentukannya sebagai berikut :
1. Adanya cairan berisi mekonium, verniks caseosa, rambut lanugo
2. Adanya cairan ketuban dari vagina
3. Perubahan warna kertas lakmus dari merah menjadi biru
4. Cairan berbau khas, tidak seperti bau urin
2.2.4 Patofisiologi
Menurut Mochtar (1998), mekanisme terjadinya ketuban pecah dapat
berlangsung sebagai berikut :
1. Ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi
sehingga dapat menyebabkan ketegangan rahim
2. Bila terjadi serviks inkompeten, maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dan mengeluarkan air ketuban
3. Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah
4. Kelainan bawaan selaput ketuban dimana selaput ketuban terlalu tipis sehingga
mudah pecah
Patofisiologi KPD menurut Wiknjosastro (2000) yaitu KPD terjadi karena
adanya kelainan pada amnion dan juga bisa pada selaput janin. Kelainan pada
hidramnion jumlahnya bisa mencapai 2000 cc atau lebih. Karena volume
berlebihan maka tekanan akan lebih besar. Hal ini akan lebih memudahkan
selaput janin mengalami kerusakan akibat dari selaput janin yang jelek.

2.2.5 Komplikasi
2.2.5.1 Bagi janin
1. Prematuritas
2. Infeksi
3. Semakin lama periode laten, semakin lama kala satu persalinan, maka
semakin besar insiden infeksi
4. Prolaps tali pusat
5. Mortalitas perinatal
2.2.5.2 Bagi ibu
1. Partus lama
Adanya inkoordinasi kontraksi otot rahim akibat dari induksi persalinan
dengan oksitosis sehingga menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim
untuk meningkatkan pembukaan serviks
2. Perdarahan post partum
3. Atonia uteri
Bila pada saat ketuban percah serviks belum matang atau belum
membuka, maka akan memperlama proses persalinan dan menyebabkan
kelelahan pada ibu yang berakibat pada lemahnya kontraksi uterus
4. Infeksi nifas
Adanya infeksi intra partum akibat ketuban pecah lebih dari 6 jam
(Arif Mansjoer, 2001)

2.2.6 Diagnosis
Tentukan pecahnya selaput ketuban. Ditentukan dengan adanya cairan
ketuban di vagina, jika tidak ada dapat dicoba dengan gerakan sedikit bagian
terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan
ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin test) merah menjadi biru,
membantu dalam menentukan jumlah cairan ketuban dan usia kehamilan, kelainan
janin.
Tentukan usia kehamilan bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan
ada tidaknya infeksi, tanda-tanda infeksi bila suhu ibu 38o C, air ketuban yang
keruh dan berbau. Pemeriksaan air ketuban dengan tes LEA (leukosit estrase).
Leukosit darah > 15.000/mm3. Janin yang mengalami tekhikardi, mungkin
mengalami infeksi intrauterin.
Tentukan tanda-tanda inpartu. Tentukan adanya kontraksi yang teratur,
periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi
kehamilan) antara lain untuk menilai skor pelvik (Sarwono P,. 2009).

2.2.7 Penatalaksanaan
2.2.7.1 Konservatif
1. Rawat di rumah sakit
2. Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau entromisin bila tak tahan
ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes
basa negatif beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24
jam.
6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intrauteri)
8. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar
lesitinm dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari
dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam
sebanyak 4 kali.
2.2.7.2 Aktif
1. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprosto 25 µg - 50 µg intravaginal
tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan
persalinan diakhiri.
1). Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian
induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio
sesarea.
2). Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
2.3 Konsep Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dengan KPD
2.3.1 Pengumpulan Data
Pada tanggal : Pukul :
Oleh : Tempat :

2.3.1.1 Data Subyektif


1. Identitas/ Biodata
Nama Istri : Nama Suami :
Umur : Umur :
Agama : Agama :
Suku : Suku :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :
2. Keluhan Utama
Pada pasien dengan KPD keluhan yang dirasakan adalah keluarnya cairan dari
jalan lahir (merembes ataupun langsung banyak) berwarna jernih/putih
keruh/kuning/hijau/kecoklatan, tapi belum terasa adanya tanda-tanda
persalinan, misalnya his ataupun lendir darah dari vagina.
3. Riwayat Menstruasi
Dikaji apakah selama hamil mengalami fluor albus yang bias menimbulkan
infeksi
4. Riwayat Obstetri yang Lalu
Dikaji tentang riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang terdahulu
terutama untuk mengetahui peyulit yang dialami selama kehamilan,persalinan,
dan nifas yang lalu, dan apakah sebelumnya pasien pernah mengalami KPD
5. Riwayat Kehamilan Saat ini
KPD biasanya terjadi pada kehamilan yang menyebabkan ketegangan rahim
berlebihan, misalnya gemeli, hidramnion, serta adanya kelainan letak janin
dalam rahim.
6. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu yang mengalami serviks inkompeten dan adanya infeksi genetalia
merupakan etiologi terjadinya KPD.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
KPD bukan merupakan penyakit menurun maupun menular
8. Riwayat Sosial
KPD tidak ada hubungannya dengan umur pertama kali menikah dan lama
pernikahan
9. Pola Kehidupan Sehari – hari
1) Pola Nutrisi
Pada pasien dengan KPD tidak ada masalah dengan pemenuhan kebutuhan
nutrisi
2) Pola Eliminasi
Pada pasien dengan KPD tidak ada masalah dengan eliminasi
3) Pola Istirahat
Pada pasien dengan KPD tidak mengalami gangguan istirahat
4) Pola Aktifitas
Pada pasien dengan KPD aktifitasnya dibatasi. Hal ini berhubungan dengan
pengeluaran air ketuban
5) Pola Personal Hygiene
Dikaji apakah pasien menjaga personal hygienenya selama hamil, terutama
vulva hygiene

2.3.1.2 Data Obyektif


Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda – tanda vital : TD = 110/70 – 120/80 mmHg
Suhu = 36 oC - 37 oC , Ibu yang mengalami
ketuban pecah dini dengan suhu di atas 37,5
o
C merupakan tanda-tanda infeksi.
Nadi = 76 – 92x/menit
RR = 16 – 20x/menit
Wajah : tidak pucat, tidak oedem
Mata : conjungtiva merah muda, sklera putih
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, limfe, dan
bendungan vena jugularis
Dada : hiperpigmentasi areola mammae, putting susu menonjol,
kolostrum sudah keluar/belum
Abdomen : terdapat linea nigra, terdapat striae alba atau lividae, TFU,
ada bekas operasi/tidak, membesar sesuai UK, Leopold I -
IV
Genetalia : pengeluaran cairan dari vagina yang berbau
khas Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas : tidak ada oedem pada ekstremitas atas dan bawah, tidak
ada oedem dan varises pada ekstremitas bawah

2.3.1.3 Pemeriksaan Khusu


VT tanggal................................... oleh :..............................
..........cm, effacement........%, konsistensi............, presentasi............,
denominator..............., Hodge............, ketuban (-) , UPD N
Tes Lakmus : merah menjadi biru

2.3.2 Assessment
Diagnosa aktual : G....P.... ........minggu tunggal, hidup, intauteri, letak
kepala, keadaan/kesan jalan lahir ............, keadaan
ibu........., keadaan bayi dengan KPD
Masalah aktual : cemas
Kebutuhan : istirahat, dukungan psikologis

2.3.3 Planning (UK > 37 minggu)


1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
R/ informasi yang jelas dapat mengoptimalkan asuhan yang diberikan
2. Jelaskan pada ibu bahwa kehamilannya harus segera diakhiri
R/ memberikan informasi tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap klien
3. Anjurkan ibu untuk istirahat di tempat tidur, kecuali jika ingin ke
kamar mandi
R/ mencegah kelaurnya air ketuban terus menerus
4. Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan
cairan R/ Memberikan tenaga saat persalinan
5. Anjurkan Ibu untuk memenuhi kebutuhan eliminasi
R/ tidak menghambat kemajuan persalinan
6. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian :
- Amoxicillin 4 x 500 mg P.O
- Rippening misoprostol 4 x 25 mg s.d. PS ≥ 5
- Bila PS ≥ 5, lakukan OD
R/ Terminasi kehamilan
7. Observasi CHPB tiap jam dan suhu rektal tiap 3 jam
R/ memantau keadaan ibu dan janin
8. Observasi kemajuan persalinan
R/ menilai pelvik score
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
Tanggal : 04 Januari 2021 Jam : 21.00 WIB

3.1.1 Data Subjektif


3.1.1.1 Identitas
Nama Ibu : Ny.”I” Nama Suami : Tn.”H”
Umur : 29 tahun Umur : 32 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Swasta
Alamat Rumah: jl. Gambas, Aimas

MKB : 04 Januari 2021 jam 15.30 WIB

3.1.1.2 Keluhan Utama


Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir berwarna jernih sejak tadi pagi (4
Januari 2021) jam 09.00 WIB. Ibu sudah ke bidan dan akhirnya di rujuk di RSUD
Kabupaten Sorong. Ibu mengatakan jarang merasa kenceng-kenceng, hanya
sesekali saja dan belum mengeluarkan lendir darah.

3.1.1.3 Riwayat Menstruasi


Menarche : 13 tahun Banyak : 3x ganti pembalut
Siklus : 28 hari, teratur Dismenore : tidak
Lama : 6 - 7 hari Fluor albus : kadang - kadang
HPHT : 05 – 04 – 2020 TP : 12 – 01 – 2021
3.1.1.4 Riwayat Obstetri
Kehamilan Persalinan Bayi/Anak Nifas
N
KB Ket
o Sua Anak BB Hidup Keada
UK Pnylt Penol. Jenis Tmpt Pnylt Seks ASI
mi Ke PB Mati an

Ate Spt 3600/ Hidup Nor


1. 1 1 - Bidan BPS - P + pil
rm B 52 6,5th mal

2. H A M I L I N I

3.1.1.5 Riwayat Perkawinan


Kawin : 1 kali
Lama : 8 tahun

3.1.1.6 Riwayat Kehamilan Sekarang


Klien mengatakan bahwa kehamilan ini adalah kehamilan yang ke dua. Usia
kehamilan 9 bulan dengan keluhan :
TM I : mual, muntah
TM II : tidak ada keluhan
TM III : sering BAK dan nyeri pinggang
Riwayat ANC
Tempat : BPS Ny. Sulimin, sebanyak 7x
Pergerakan anak pertama kali : usia kehamilan 4 bulan
Imunisasi TT : 2x
Status emosional : ibu merasa cemas karena ketuban sudah pecah, tapi belum ada
tanda persalinan
HE yang didapat : kebutuhan istirahat, tanda bahaya kehamilan, tanda – tanda
persalinan, persiapan persalinan

3.1.1.7 Riwayat Kesehatan Klien


Ibu mengatakan bahwa ia tidak pernah menderita penyakit menular maupun
penyakit menurun seperti DM, hipertensi, IMS, asma, hepatitis, TBC, dan ibu
tidak mempunyai riwayat gemeli.
3.1.1.8 Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular
maupun menahun seperti DM, hipertensi, IMS, asma, hepatitis, TBC, dan tidak
ada yang mempunyai riwayat gemeli.

3.1.1.9 Pola Kehidupan Sehari – hari


1. Pola Nutrisi
Makan terakhir pada tanggal 4 Januari 2021 jam 12.00
WIB. Menu : nasi, lauk, sayur
Minum terakhir pada tanggal 4 Januari 2021 jam 20.30
WIB. Berupa : air putih
2. Pola Eliminasi
Terakhir BAK tanggal 4 Januari 2021 jam 20.00 WIB.
Terakhir BAB tanggal 4 Januari 2021 jam 14.00 WIB.
3. Pola Istirahat
Terakhir istirahat pada tanggal 4 Januari 2021 jam 16.00 WIB selam 30 menit.
4. Pola Aktifitas
Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri, dan mengurangi aktifitas berat
ketika memasuki TM III.
5. Pola Personal Hygiene
Ibu mandi 2x sehari, ganti celana dalam 2x sehari.
6. Pola Kebiasaan Selama Hamil
Merokok : tidak Jamu – jamuan : tidak
Alkohol : tidak Binatang peliharaan : tidak punya
Obat – obatan : tidak Pijat perut : tidak
3.1.2 Data Obyektif (O)
3.1.2.1 Pemeriksaan Umum
KU : baik Kesadaran : compos mentis
TD : 120/80 mmHg RR : 20x/menit
Suhu : 36,5oC TB : 161 cm
Nadi : 88x/menit BB : 66 kg

3.1.2.2 Pemeriksaan Khusus


1. Inspeksi
Muka : tidak oedem, tidak pucat
Mata : sklera putih dan konjungtiva merah muda
Mulut : mukosa bibir lembab, kebersihan cukup, bibir tidak pucat
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tidak ada
bendungan vena jugularis
Dada : payudara simetris, bersih, areola hiperpigmentasi, putting
susu menonjol
Abdomen : terdapat linea nigra, striae livide, tidak ada bekas operasi,
pembesaran sesuai UK
Genetalia : tidak ada varises dan oedem vulva, tidak ada condiloma,
kebersihan cukup, pengeluaran berupa cairan jernih
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas : tidak ada oedem pada ekstremitas atas dan bawah, dan
tidak ada varises pada ekstremitas bawah
2. Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe serta
bendungan vena jugularis
Dada : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan, kolostrum belum
keluar
Abdomen : TFU = 32 cm
Leopold I = TFU pertengahan px – pusat, bagian
3. Auskultasi
fundus teraba lunak, tidak bulat, dan
DJJ : 140
x/menit tidak melenting
4. Perkusi Leopold II = pada perut sebelah kiri ibu teraba keras,
datar, memanjang seperti papan. Dinding
perut sebelah kanan teraba bagian-
bagian kecil janin.
Leopold III = bagian terendah teraba bulat, keras,
melenting, sudah masuk PAP
Leopold IV = divergen
Palpasi WHO = 4/5
His = tidak adekuat
Reflek patella kanan/kiri : positif/positif
5. Pemeriksaan Khusus
VT tanggal 4 Januari 2021 jam 15.40 WIB
1 cm, effacement 25%, konsistensi lunak, presentasi kepala, denominator
UUK kiri depan, Hodge II, ketubah (-), UPD ~ N
6. Pemeriksaan Penunjang
Tes Lakmus : positif
Reduksi urin : negatif

3.2 Assessment
Diagnosa : GIIPI00I UK 38/39 minggu, tunggal, hidup, intra uterin,
keadaan jalan lahir normal, keadaan ibu dan janin baik
dengan KPD
Masalah : Ibu cemas karena ketubannya sudah pecah tapi bayinya
belum juga lahir
3.3 Planning
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
R/ informasi yang jelas mengoptimalkan asuhan yang diberikan
2. Jelaskan pada ibu bahwa janinnya harus segera dilahirkan
R/ mengurangi kecemasan ibu dan menginformasikan tindakan yang
akan dilakukan
3. Anjurkan ibu untuk :
- Tidak berjalan-jalan kecuali jika ingin ke kamar mandi
- Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
- Memenuhi kebutuhan eliminasi
- Miring ke kiri
R/ memperlancar pemberian asuhan
4. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian :
- Amoxicillin 4 x 500 mg P.O
- Rippening misoprostol 4 x 25 mg s.d. PS ≥ 5
- Bila PS ≥ 5, lakukan OD
R/ Terminasi kehamilan
5. Observasi CHPB tiap 30 menit
R/ mengetahui keadaan janin dan kemajuan persalinan
6. Observasi TTV, khususnya TD tiap 4 jam dan suhu rektal tiap 3
jam R/ mengetahui keadaan klien
3.4 Implementasi
Tanggal Pukul Implementasi Paraf
4 15.30 1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang
Januari hasil pemeriksaan.
2021 15.40 2. Melakukan NST
15.50 3. Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa
kehamilannya harus diakhiri
15.55 4. Memberikan informed consent pada suami
16.00 5. Memberikan terapi antibiotik, amoxicillin 500
mg P.O. a/p dokter
18.00 6. Berkolaborasi dengan dokter SpOG
dalam pemberian misoprostol I 25 mg /
vag 
evaluasi 6 jam
4 21.00 7. Menganjurkan ibu untuk :
Januari - tidak berjalan – jalan kecuali ke KM
2021 - memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
- memenuhi kebutuhan eliminasi
- miring ke kiri
21.10 8. Memberikan dukungan pada ibu untuk
mengurangi kecemasan
21.30 9. Mengobservasi TTV (TD tiap 4 jam), CHPB
tiap jam, dan suhu rektal tiap 3 jam
22.00 10. Memberikan terapi antibiotik, amoxicillin
500 mg P.O. a/p dokter
5 00.00 11. Melakukan evaluasi kemajuan persalinan.
Januari Hasil : VT 3 cm, effacement 75%,
2021 konsistensi lunak, presentasi kepala,
denominator UUK kiri depan, Hodge II,
ketubah (-), UPD ~ N
12. Mengobservasi CHPB
3.5 Evaluasi
Tanggal 5 Januari 2021 Pukul 03.45
S : Ibu mengatakan ingin meneran
O : Palpasi 0/5
VT  10 cm, effacement 100%,presentasi kepala, denominator UUK kiri
depan, Hodge IV, ketubah (-), UPD ~ N
A : Inpartu Kala II
P : - Mempersiapkan diri dan mengecek kelengkapan peralatan (partus pack
dan obat-obatan)
- Menganjurkan ibu untuk memilih posisi senyaman mungkin
- Mengajarkan ibu cara meneran yang benar
- Memimpin persalinan
KALA II
Tgl/Jam Kegiatan
5 Jan 21 Pembukaan lengkap dan melihat adanya tanda-tanda persalinan
03.45 (dora, teknus, perjol, vulka). Memasang handuk bersih di atas perut
WIB ibu dan underpad di bawah bokong ibu. Setelah kepala bayi tampak
dengan diameter 5-6 cm, membuka partus set dan memakai sarung
tangan steril pada kedua tangan. Saat oksiput tampak di bawah
simfisi, tangan kanan melindungi perineum dengan dialasi duk steril
yang dilipat 1/3 bagian. Sementara tangan kiri menahan puncak
kepala agar tidak terjadi defleksi terlalu cepat. Setelah kepala lahir,
mengusap muka bayi dengan kasa steril. Menunggu kepala bayi
melakukan putar paksi luar. Setelah kepala menghadap salah satu
paha ibu, memegang kepala bayi secara biparietal, menarik dengan
lembut ke arah bawah dan distal untuk melahirkan bahu depan, dan
menarik lembut ke atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Setelah dada lahir, menggeser tangan kanan untuk menyangga leher
dan dada sementara tangan kiri menelusuri punggung, bokong,
hingga tungkai bawah bayi dan menyelipkan jari telunjuk tangan kiri
diantara tungkai bayi.
Setelah bayi lahir seluruhnya, melihat dan menilai keadaan bayi,
meletakkan bayi di atas perut ibu dengan kepala lebih rendah,
kemudian mengeringkan bayi dan membungkus bayi dengan kain
kering kecuali tali pusat.

03.58 Bayi lahir Spt-B


WIB Jenis kelamin : perempuan
BB / PB : 3500 gram / 51 cm
A-S : 8-9
Anus : (+)
Kel. Kongenital : tidak ada.
S : Ibu mengatakan perutnya mulas
O : - Uterus globuler
- Tali pusat bertambah panjang
- Perdarahan banyak
A : Inpartu kala III
P : Lakukan manajemen aktif kala III

Penilaian APGAR Scor


No. Kategori Menit 1 Menit 2
1. FrekuensiNadi 2 2
2. WarnaKulit 2 2
3. Tonus Otot 2 2
4. ReaksiRangsangan 1 2
5. Pernafasan 1 1
Jumlah 8 9

KALA III
Tgl/Jam Kegiatan
5 Jan 21 - Memeriksa fundus untuk memastikan tidak adnya bayi kedua
03.59 - Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM di 1/3 paha luar
WIB - Mengekle tali pusat 3 cm dari imbilikus dan 2 cm dari klem
pertama, lalu memotong tali pusat dan tangan kiri melindungi
gunting
- Mengganti handuk basah dengan handuk kering lalu
menengkurapkan bayi diantara payudara ibu untuk dilakukan
IMD
- Memindahkan klem 5-10 cm didepan vulva
- Melakukan pengecekan tanda-tanda plasenta lepas
- Tangan kanan melakukan menegangkan tali pusat ke arah
bawah,lalu ke atas, lalu lurus hingga plasenta tampak pada
vulva. Kemudian menangkap plasenta dengan kedua tangan dan
melakukan putaran searah jarum jam sampai plasenta lahir
seluruhnya.
- Masase fundus untuk merangsang kontraksi,kemudian mengecek
kelengkapan plasenta mulai dari sisi fetal maupun maternal
04.10 Plasenta lahir lengkap dengan :
WIB Berat : 500 gram
Panjang tali pusat : 50 cm
Insersi : lateralis

S: Ibu mengatakan perutnya terasa mulas


O: TFU setinggi pusat, kontraksi : baik, konsistensi keras
Kandung kencing kosong
A: masuk Kala IV
P : Observasi 2 jam PP

KALA IV
Tgl/Jam Kegiatan
5 Jan 21 -Mengajarkan ibu cara melakukan masase fundus uteri
04.16 -Memeriksa adanya laserasi di vagina dan perineum dan ditemukan
WIB robekan perineum derajat II
-Melakukan anastesi dengan lidocain 1% kemudian melakukan
heacting perineum
-Mengevaluasi jumlah kehilangan darah
-Membersihkan tubuh ibu dari darah dan lendir
-Mengganti baju ibu dengan baju bersih
-Merendam alat dalam klorin
-Membersihkan tempat persalinan
-Melengkapi partograf
LEMBAR OBSERVASI KALA IV
Jam Suhu Kandungan Perda-
Waktu TD N TFU UC
ke (0C) Kemih rahan
2 jari di bawah
04.25 110/70 84 36’7 Baik Kosong 50 cc
pusat
2 jari di bawah
04.40 110/70 84 Baik Kosong 30 cc
pusat
I
2 jari di bawah
05.55 120/80 84 Baik Kosong 30 cc
pusat
2 jari di bawah
05.25 120/80 80 Baik Kosong 10 cc
pusat
2 jari di bawah
06.55 120/80 80 36,5 Baik Kosong 10 cc
pusat
II
2 jari di bawah
07.25 120/80 80 Baik Kosong 5 cc
pusat

Memberikankonselingpadaibutentang:
1. Nutrisi (tidak boleh tarak)
2. Personal Hygiene (terutama daerah kewanitaan)
3. Mobilisasi Dini
4. Istirahat
5. ASI Eksklusif
BAB 4
PEMBAHASA
N

Pada pembahasan ini disajikan tentang analisa data yang diperoleh dari hasil
pengkajian pada ibu bersalin pada tanggal 04 Januari 2021 di VK RSUD
Kabupaten Sorong.

Pengkajian data subjektif dapat dilaksanakan dengan cara wawancara ibu


secara langsung untuk mendapatkan data seperti identitas ibu dan suami, riwayat
menstruasi, riwayat obstetri, riwayat kehamilan sekarang, riwayat kesehatan klien
dan keluarga, dan pola kehidupan sehari – hari. Data subjektif ini sudah
kesesuaian dengan teori persalinan.
4.1 Data Objektif
Pengkajian obyektif dapat dilaksanakan dengan cara pemeriksaan fisik secara
inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan
penunjang. Semua keadaan ibu sudah di periksa dan hasilnya normal.
4.2 Assesment
Dari data subjektif dan data objektif sudah dapat mendukung diagnosa Asuhan
Kebidanan pada ibu hamil dengan KPD.
4.4. Planning
Planning yang telah dilakukan di VK sudah sesuai dengan teori, yaitu
memberikan antibiotik profilaksis, mengobservasi CHPB, dan terminasi
kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bagus Gde Manuaba, Ida. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta. EGC.
2. Geri Morgan & Carole Hamilton. 2009. Obstetri dan ginekologi Panduan praktis.
Jakarta. EGC.
3. Graber, Mark A, dkk. 2006. Buku saku Dokter Keluarga University OfLowa, Edisi 3.
Jakarta. EGC.
4. Green, Carol J. 2012. Maternal Newborn NURSING CARE PLANS. United States of
America : Jones & Bartlett Learning, LLC.
5. Ida Ayu Chandranita dan Manuaba, SpOG, dkk.2009. Buku Ajar Patologi Obstetri.
Jakarta. EGC.
6. Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams Panduan Ringkas Ed. 21. Jakarta : EGC
7. Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit
Dalam.Yogyakarta: Nuha Medika.
8. Manuaba, Candranita Manuaba, Fajar Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta : EGC.
9. Morgan, Geri dan Carole Hamilton. 2009. Obstetri Dan Ginekologi Panduan Praktis.
Jakarta : EGC.
10. Suhartono, Agus.2002.Perbandingan kadar CRP serum ibu pada kehamilan aterm
ketuban pecah dini dan normal. Universitas Diponegoro.
11. Varney, Helen. Dkk. 2004. VARNEY’S MIDWIFERY : FOURTH EDITION. United
States of America : Jones and Bartlett Publishers, Inc.

Anda mungkin juga menyukai