Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MIKROBIOLOGI

PENYAKIT INFEKSI
(VIRUS, BAKTERI, DAN JAMUR)

Disusun oleh:
Nabilah Nur Almas Raharja
20190311056

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............................................................................................................................i

BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………..................2
1.3 Tujuan ............................................................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Penyakit yang Disebabkan oleh Virus............................................................................3
Penyakit Demam Kuning………………………………………………………………3
1) Pengertian Penyakit Demam Kuning……………………………………………..3
2) Penyebab Penyakit Demam Kuning………………………………………………3
3) Cara Penularan Demam Kuning (Virus Yellow Fever) Pada Manusia…………...4
4) Gejala Penyakit Demam Kuning………………………………………………….4
5) Penyebaran Penyakit Demam Kuning…………………………………………….5
6) Pengobatan Penyakit Demam Kuning…………………………………………….5
7) Pencegahan Penyakit Demam Kuning…………………………………………….6
2.2 Penyakit yang Disebabkan oleh Bakteri..........................................................................7
Penyakit Disentri………………………………………………………………………7
1) Pengertian Penyakit Disentri……………………………………………………..7
2) Penyebab Penyakit Disentri……………………………………………………8
3) Gejala Penyakit Disentri………………………………………………………….9
4) Diagnosis Penyakit Disentri……………………………………………………...10
5) Pengobatan Penyakit Disentri…………………………………………………….10
6) Pencegahan Penyakit Disentri…………………………………………………….10
2.3 Penyakit yang Disebabkan oleh Jamur……………………………………………….11
Keputihan ………………………………………………………………………………..11
1) Pengertian Keputihan………………………………………………………………11
2) Penyebab Keputihan………………………………………………………………..12
3) Gejala Keputihan…………………………………………………………………...13
4) Diagnosis Keputihan ………………………………………………………………...13
5) Pengobatan Keputihan……………………………………………………………...14
6) Pencegahan Keputihan……………………………………………………………...14
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................17

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang dari waktu ke
waktu terus berkembang. Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari satu
orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia yang disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme : bakteri, virus, riketsia, jamur, dan protozoa. Organisme-organisme
ini dapat menyerang seluruh tubuh atau sebagian organ saja (Gibson, 1996).
Mikroorganisme dapat dihambat atau dirusak menggunakan antibiotik.
Antibiotik adalah salah satu produk metabolik yang dihasilkan suatu organisme
tertentu, yang dalam jumlah kecil dapat merusak atau menghambat mikroorganisme.
Resistensi terhadap antibiotik hanyalah salah satu contoh proses alamiah yang tak
pernah ada akhirnya yang dilakukan oleh organisme untuk mengembangkan toleransi
terhadap keadaan lingkungan yang baru (Pelczar et al., 1988). Staphylococcus aureus
dan Pseudomonas aeruginosa adalah contoh bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.
S. aureus merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit infeksi yang
terdapat di saluran pernafasan atas, kulit, saluran cerna dan vagina dalam hospes
dengan keadaan normal. Infeksi kulit stafilokokus termasuk penyakit infeksi yang
paling sering, lebih dari 1,5 juta kasus furunkulosis terjadi di Amerika Serikat setiap
tahunnya (Shulman dkk., 1994). Isolat S. aureus di suatu rumah sakit pada tahun
1950, 40% diantaranya mengalami resisten terhadap penisilin dan meningkat menjadi
80% pada tahun 1960 (Anonima
, 2007). Isolat pus pada rumah sakit Kustati sejumlah
21 isolat, 19 diantaranya terdapat bakteri S. aureus dan 52,6% bersifat multiresisten
antibiotik (Amelia, 2007).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi penyakit infeksi yg disebabkan oleh Bakteri, jamur dan virus?
2. Apa penyebab dari penyakit infeksi yg disebabkan oleh Bakteri, jamur dan virus?
3. Bagaimana cara penularan penyakit infeksi yg disebabkan oleh Bakteri, jamur dan
virus?
4. Bagaimana cara penanganan penyakit infeksi yg disebabkan oleh Bakteri, jamur dan
virus?
5. Pengobatan apa saja yg dapat diberikan untuk penyakit infeksi yg disebabkan oleh
Bakteri, jamur, dan virus?
6. Apa saja gejala yg ditimbulkan penyakit infeksi yg disebabkan oleh Bakteri, jamur dan
virus?
7. Bagaimana mendiagnosa penyakit infeksi yg disebabkan oleh Bakteri, jamur dan virus?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi penyakit infeksi yang disebabkan oleh Bakteri, jamur dan
virus.
2. Dapat mengetahui penyebab dari penyakit infeksi yg disebabkan oleh Bakteri, jamur
dan virus.
3. Dapat mengetahui cara penularan penyakit infeksi yg disebabkan oleh Bakteri, jamur
dan virus.
4. Dapat mengetahui cara penanganan penyakit infeksi yg disebabkan oleh Bakteri,
jamur dan virus.
5. Dapat mengetahui pengobatan dari penyakit infeksi yg disebabkan oleh Bakteri, jamur
dan virus.
6. Dapat mengetahui gejala dari penyakit infeksi yg disebabkan oleh Bakteri, jamur dan
virus.
7. Dapat mengetahui diagnosa penyakit infeksi yg disebabkan oleh Bakteri, jamur dan
virus.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyakit yang Disebabkan oleh Virus


 Penyakit Demam Kuning (YELLOW FEVER)
1) Pengertian Penyakit Demam Kuning
Demam kuning ( Yellow fever) adalah penyakit demam akut yang ditularkan oleh
nyamuk. Demam ini dikenali sebagai penyakit untuk pertama kalinya pada abad
ketujuh belas, namun baru pada tahun 1900 sampai 1901 Walter Reed dan rekan-
rekannya menemukan hubungan antara virus demam kuning dengan nyamuk Aedes
aegypti dan penemuan ini membuka jalan bagi pengendalian penularan penyakit
demam kuning ini. Demam kuning merupakan penyakit yang gawat di daerah
tropika. Selama lebih dari 200 tahun sejak diketahui adanya perjangkitan di Yukatan
pada tahun 1648, penyakit ini merupakan salah satu momok terbesar di dunia. Pada
tahun 1905, New Orleans dan kota-kota pelabuhan di Amerika bagian Selatan
terjangkit epidemi demam kuning yang melibatkan sekurang-kurangnya 5000 kasus
dan menimbulkan banyak kematian.
Virus demam kuning adalah virus RNA kecil yang secara antigenik tergolong dalam
flavivirus (dulu kelompok arbovirus B). Virus ini merupakan anggota dari famili
Togaviridae. Togavirus adalah virus RNA berutas tunggal dalam bentuk ikosahedral
dan terbungkus di dalam sampul lemak. Virion berdiameter 20 sampai 60 nm,
berkembangbiak di dalam sitoplasma sel dan menjadi dewasa dengan membentuk
kuncup dari membran sitoplasma.

2) Penyebab Penyakit Demam Kuning


Infeksi yang disebabkan oleh flavivirus sangat khas yaitu mempunyai tingkat
keparahan sindrom klinis yang beragam. Mulai dari infeksi yang tidak nampak jelas,
demam ringan, sampai dengan serangan yang mendadak, parah dan mematikan.
Jadi, pada manusia penyakit ini berkisar dari reaksi demam yang hampir tidak
terlihat sampai keadaan yang parah. Masa inkubasi demam kuning biasanya
berkisar 3 sampai 6 hari, tapi dapat juga lebih lama. Penyakit yang berkembang
sempurna terdiri dari tiga periode klinis yaitu : infeksi (viremia, pusing, sakit
punggung, sakit otot, demam, mual, dan muntah), remisi (gejala infeksi surut), dan
intoksikasi (suhu mulai naik lagi, pendarahan di usus yang ditandai dengan
muntahan berwarna hitam, albuminuria, dan penyakit kuning akibat dari kerusakan
hati). Pada hari ke delapan, orang yang terinfeksi virus ini akan meninggal atau

3
sebaliknya akan mulai sembuh. Laju kematiannya kira-kira 5 persen dari
keseluruhan kasus. Sembuh dari penyakit ini memberikan kekebalan seumur hidup.

Klasifikasi
Divisio : Protiphyta
Kelas : Mikrotatobiotes
Ordo : Virales
Famili : Togaviridae
Genus : Flavivirus

3) Cara Penularan Demam Kuning (Virus Yellow Fever) Pada Manusia


Manusia tertular melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang infektif, virus masuk
ke dalam kulit manusia mencari kelenjar limfa yang terdekat, berkembang biak
disana, lalu masuk ke dalam peredaran darah kemudian tersebar ke seluruh tubuh,
hati, ginjal, limpa, sumsum tulang dan kelenjar getah bening lainnya. Karena terjadi
kerusakan pada hati maka timbul gejala ikterus (mata dan kulit kuning) dan juga
karena terjadi kerusakan pada pembuluh darah timbul perdarahan pada hidung,
mulut, anus, di bawah kulit dan lain-lain. Masa tunas kira-kira 3 – 6 hari, tiba-tiba
penderita demam tinggi, menggigil, sakit kepala, sakit punggung dan muntah-
muntah. Beberapa hari kemudian dapat terjadi gejala yang berat  yaitu muntah
yang berwarna hitam yang disebabkan adanya perdarahan di lambung yang dapat
menyebabkan penderita meninggal.

4) Gejala Penyakit Demam Kuning


Gejala infeksi termasuk demam mendadak, kedinginan, sakit otot, sakit
punggung, sakit kepala, mual dan muntah tidak sampai enam hari setelah virus
memasuki tubuh. Setelah tiga sampai empat hari kebanyakan pasien semakin
sembuh dan gejalanya hilang.

4
Namun, kira-kira 15% pasien kemudian akan mengalami pendarahan (dari mulut,
hidung dan mata dan/atau perut), sakit kuning (kulit dan mata menjadi kuning),
sakit perut dengan muntah dan masalah fungsi ginjal. Separuh dari pasien ini
sembuh tetapi separuh lagi meninggal dalam waktu 10-14 hari setelah gejala-gejala
ini timbul.

5) Penyebaran Penyakit Demam Kuning


Demam kuning merupakan akibat dari adanya dua daur pemindahsebaran virus
yang pada dasarnya berbeda yaitu kota dan hutan (silvatik). Daur kota
dipindahsebarkan dari orang ke orang lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti. Sekali
terinfeksi, nyamuk vektor itu akan tetap mampu menyebaban infeksi seumur
hidupnya. Demam kuning hutan berjangkit pada hewan liar. Virus demam kuning
yang sama ditularkan diantara hewan-hewan tersebut dan kadang-kadang juga
terhadap manusia oleh nyamuk selain Aedes aegypti. Ada beberapa nyamuk
seperti A. Simponi yang hidup dengan menghisap darah primata yang telah
terinfeksi, menyusup ke kebun-kebun desa lalu memindahkan virus tersebut ke
manusia. Sekali demam kuning berjangkit di kembali di daerah kota, maka daur
kota demam kuning akan dimulai kembali dan kemungkinan akan berkembang
menjadi epidemi. Nyamuk A. aegypti .

6) Pengobatan Penyakit Demam Kuning


Tidak ada pengobatan khusus untuk demam kuning, hanya perawatan suportif
untuk mengobati dehidrasi dan demam. Infeksi bakteri yang terkait dapat diobati
dengan antibiotik. Perawatan suportif dapat meningkatkan hasil bagi pasien sakit
parah, tetapi jarang tersedia didaerah-daerah miskin. Pengobatan gejala- istirahat,
cairan, dan ibuprofen, naproxen, acetaminophen, atau parasetamol dapat
meredakan gejala demam dan sakit. Aspirin harus dihindari. Orang yang terinfeksi
harus dilindungi dari paparan nyamuk lebih lanjut (tinggal di dalam rumah dan /
atau di bawah kelambu selama beberapa hari pertama sakit) sehingga mereka
tidak dapat berkontribusi pada siklus penularan. Selain itu juga bisa  dengan
pengobatan tradisional atau herbal seperti ; 20 gr daun serut ditambah 5-10 gr
Kunyit, tambah 5-10 gr temulawak, 25 gr akar alang-alang, 5 gr biji kacapiring
direbus dengan 400cc air hingga tersisa 200 cc. Airnya diminumkan pada anak
dengn suhu hangat-hangat kuku. Ada juga ramuan herbal lainnya seperti dengan
15 gr daun sendok, ditambah 6 gr kulit jeruk mandarin, 6 butir angco, 10 gr Kunyit,

5
25 gr daun serut, dan 20 gr akar alang-alang direbus dengan 500cc air hingga
tersisa 200 cc, Airnya diminum jika sudah hangat-hangat kuku.

7) Pencegahan Demam Kuning


a. Vaksinasi
Vaksinasi adalah ukuran paling penting untuk mencegah demam kuning. Di
daerah berisiko tinggi di mana cakupan vaksinasi rendah, pengendalian wabah
melalui imunisasi sangat penting untuk mencegah epidemi. Untuk mencegah
wabah di seluruh wilayah yang terkena dampak, cakupan vaksinasi harus
mencapai minimal 60% sampai 80% dari populasi yang berisiko. Hanya sedikit
negara-negara endemik yang baru-baru ini diuntungkan dari kampanye
vaksinasi massal pencegahan di Afrika saat ini memiliki tingkat
cakupan.vaksinasi pencegahan dapat ditawarkan melalui imunisasi bayi rutin
dan kampanye massa satu kali untuk meningkatkan cakupan vaksinasi di
negara-negara yang beresiko, serta untuk wisatawan ke daerah endemik
demam kuning. WHO sangat menganjurkan vaksinasi demam kuning rutin
untuk anak-anak di daerah beresiko untuk penyakit ini.Vaksin demam kuning
aman dan terjangkau, memberikan kekebalan efektif terhadap demam kuning
dalam satu minggu untuk 95% dari mereka yang divaksinasi. Sebuah dosis
tunggal memberikan perlindungan bagi 30-35 tahun atau lebih, dan mungkin
untuk hidup. efek samping yang serius sangat jarang. Efek samping serius telah
dilaporkan jarang setelah imunisasi di beberapa daerah endemik dan di antara
para pelancong divaksinasi (misalnya di Brasil, Australia, Amerika Serikat, Peru
dan Togo). Para ilmuwan sedang menyelidiki penyebab.
Risiko kematian dari demam kuning jauh lebih besar daripada resiko yang
berkaitan dengan vaksin.
Kontraindikasi vaksinasi meliputi:
1)    anak-anak berusia kurang dari 9 bulan untuk imunisasi rutin (atau kurang
dari 6 bulan selama epidemi);
2)    Wanita hamil – kecuali selama wabah demam kuning ketika risiko infeksi
tinggi;
3)    Pasien yang  alergi berat terhadap protein telur, dan
4)    Orang dengan imunodefisiensi parah karena gejala HIV / AIDS atau
penyebab lain, atau di hadapan gangguan timus.
Wisatawan, terutama yang datang keAsia dari Afrika atau Amerika Latin harus
memiliki sertifikat vaksinasi demam kuning. Jika ada alasan medis untuk tidak
mendapatkan vaksinasi, Peraturan Kesehatan Internasional menyatakan bahwa
ini harus disertifikasi oleh pihak yang berwenang

6
b. Pengendalian nyamuk
Dalam beberapa situasi, pengendalian nyamuk adalah vital  disamping
pemberian vaksinasi . Risiko penularan demam kuning di daerah perkotaan
dapat dikurangi dengan menghilangkan tempat berkembang biak nyamuk
potensial dan menerapkan insektisida ke air di mana
merupakan  perkembangan nyamuk tahap awal . Aplikasi insektisida semprot
untuk membunuh nyamuk dewasa selama epidemi perkotaan, dikombinasikan
dengan kampanye vaksinasi darurat, dapat mengurangi atau menghentikan
penularan demam kuning.
Secara historis, kampanye pengendalian nyamuk Aedes aegypti berhasil
dieliminasi, vektor demam kuning perkotaan, dari negara-negara daratan
sebagian besar Amerika Tengah dan Selatan. Sasaran program pengendalian
nyamuk nyamuk liar di kawasan hutan tidak praktis untuk mencegah hutan
(atau sylvatic) penularan demam kuning.
c. Epidemi kesiapsiagaan dan respon
Deteksi Prompt demam kuning dan respon yang cepat melalui kampanye
vaksinasi darurat sangat penting untuk mengendalikan wabah. WHO
merekomendasikan bahwa setiap negara berisiko memiliki setidaknya satu
laboratorium nasional dimana tes dasar demam kuning dari darah dapat
dilakukan. Satu dikonfirmasi kasus demam kuning pada populasi tidak
divaksinasi harus dipertimbangkan wabah, dan kasus dikonfirmasi dalam
konteks apapun harus benar-benar diselidiki, khususnya di setiap wilayah
dimana sebagian besar penduduk telah divaksinasi. Tim Investigasi harus
menilai dan merespon terhadap wabah dengan kedua langkah darurat dan
rencana jangka panjang imunisasi.

2.2 Penyakit yang Disebabkan oleh Bakteri


 Penyakit Disentri
1) Pengertian Penyakit Disentri
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron(usus),
yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang air
besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar
dengan tinja bercampur lender (mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus).
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut
dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir
dan darah.

7
Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman
penyebab disentri tersebut menembus dinding kolon dan bersarang di bawahnya.
Penyakit ini seringkali terjadi karena kebersihan tidak terjaga,baik karena
kebersihan diri atau individu maupun kebersihan masyarakat dan lingkungan.

2) Penyebab Penyakit Disentri


Penyebab Disentri yang paling umum adalah tidak mencuci tangan setelah
menggunakan toilet umum atau tidak mencuci tangan sebelum makan. Cukup
simple memang untuk penyebab disentri sebagai kasus klasik, tapi itulah
kenyataannya. Secara garis besar penyebab penyakit disentri sangat erat kaitannya
dengan kebersihan lingkungan dan kebiasaan hidup bersih.
Bakteri penyebab penyakit disentri antara lain kontak dengan bakteri Shigella
dan beberapa jenis Escherichia coli (E. coli). Penyebab lain bakteri yang kurang
umum dari diare berdarah termasuk infeksi Salmonella dan Campylobacter. Untuk
jenis penyakit disentri amoeba, disebabkan oleh parasit Entamoeba histolytica
Mikroorganisme penyebab disentri baik itu berupa bakteri maupun parasit
menyebar dari orang ke orang. Hal yang sering terjadi penderita menularkan
anggota keluarga untuk menyebarkannya ke seluruh anggota keluarga yang lainnya.
Infeksi oleh mikroorganisme penyebab disentri ini dapat bertahan dan menyebar
untuk sekitar empat minggu.
Disentri juga dapat menyebar melalui makanan yang terkontaminasi. Negara
miskin yang memiliki sistem sanitasi yang tidak memadai menunjukkan angka yang
tinggi untuk kejadian kasus penyakit disentri. Frekuensi setiap patogen penyebab
penyakit disentri bervariasi di berbagai wilayah dunia. Sebagai contoh, Shigellosis
yang paling umum di Amerika Latin sementara Campylobacter adalah bakteri yang
dominan di Asia Tenggara. Disentri jarang disebabkan oleh iritasi kimia atau oleh
cacing usus.

8
Bakteri Shigella,
Klasifikasi
Kingdom : Bakteri
Phylum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Shigella
Spesies : Shigella dysenteria
Shigella merupakan bakteri batang gram negatif yang tipis, bentuk
coccobacilli terjadi pada perbenihan muda. Koloni Shigella cembung, bundar,
transparan dengan diameter sampai kira-kira 2 µm dalam 24 jam. Infeksi
Shigella hampir selalu terbatas pada system gastrointestinal, penyebaran dalam
aliran darah sangat jarang (Jawetz, 2005). Terdapat 4 spesies Shigella, meliputi
Shigella dysenteriae (Grup A), Shigella flexneri (Grup B), Shigella boydii (Grup C),
dan Shigella sonnei (Grup D).

3) Gejala Penyakit Disentri


Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan
tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai
sindroma disentri, yakni :
 Nyeri saat buang air besar (tenesmus)
 Buang air besar dengan tinja berdarah
 Buang air besar dengan tinja bercampur lendir (mucus)
 Diare encer dengan volume sedikit
 Demam (39,50°C – 40,0°C), appear toxic
 Diare disertai darah dan lendir dalam tinja
 Mual.
 Muntah.

9
 Kram dan nyeri perut.
 Sakit perut hebat (kolik)

4) Diagnosis Penyakit Disentri


Diagnosis disentri dilakukan dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan
fisik, serta pemeriksaan penunjang, seperti:
 Pemeriksaan sampel feses pengidap, agar penyebab disentri diketahui.
 Pemeriksaan sampel darah dan USG perut, jika didapatkan komplikasi disentri
amuba berupa abses hati.
 Pemeriksaan kolonoskopi, untuk mengetahui kondisi usus besar penderita.

5) Pengobatan Penyakit Disentri


 Istirahat yang cukup
Disentri bakteri yang bersifat ringan biasanya bisa sembuh dengan sendirinya
dalam beberapa hari. kondisi tubuh bisa menjadi lebih baik dengan istirahat
yang cukup dan menjaga asupan cairan tubuh. Saat mengalami disentri, pastikan
untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh dengan sering minum, meski dalam
jumlah sedikit.
 Terapi menggunakan cairan oralit
Pada beberapa kondisi, orang yang mengalami disentri mungkin membutuhkan
asupan cairan oralit. Cara pengobatan ini biasanya dibutuhkan pada pengidap
disentri yang berusia lanjut, atau rentan mengalami dehidrasi. Cairan oralit
berfungsi untuk mengganti garam, gula, dan mineral yang hilang dari tubuh
akibat dehidrasi. Tapi, cairan oralit sebenarnya hanya berperan dalam
mengatasi dehidrasi akibat diare, bukan mengobati diare.
 Makanan padat dan ringan dalam porsi sedikit
Selain menjaga asupan cairan tubuh, saat mengalami disentri juga dianjurkan
untuk mengonsumsi makanan padat dan ringan dalam porsi kecil. Meski penting
untuk memasukkan makanan ke tubuh selama diare, namun hindari
mengonsumsi jenis makanan berat, berlemak, dan pedas.
 Obat untuk meredakan kram perut dan diare.
 Obat antibiotik sesuai petunjuk dokter.

6) Pencegahan Penyakit Disentri


Dari program-program yang telah dibuat oleh pemerintah, terdapat cara-cara
untuk mencegah terjadinya disentri. Salah satunya dengan melakukan program
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dari yang paling penting,yaitu mencuci

10
tangan. Mencuci tangan sering dianggap sebagai hal biasa di masyarakat. Ada yang
tidak mencuci tangan sebelum makan,ada yang mencuci tangan hanya sekedar
dengan air. Padahal mencuci tangan merupakan pencegahan terjadinya penyakit
yang paling penting. Cara mencuci tangan yang paling benar yaitu dengan cara
memakai air bersih dan sabun atau antiseptik. Sabun dan antiseptik berguna untuk
membersihkan kuman atau bakteri yang ada di tangan. Mencuci tangan hingga
steril menggunakan sembilan langkah yang diterapkan dan dianjurkan oleh rumah
sakit adalah cara mencuci tangan yang paling benar. Mencuci tangan dilakukan
setelah buang air besar,sebelum memasak atau menjamah makanan,sebelum dan
sesudah makan.
Langkah selanjutnya yaitu menutup rapat-rapat tempat menyimpan makanan.
Ini bertujuan agar makanan tidak berisi bakteri dan makanan menjadi makanan
yang bersih dan sehat untuk dikonsumsi. Dalam kehidupan sehari-hari,ada
masyarakat yang kurang menjaga kebersihan. Sehingga tidak jarang di dalam rumah
atau ruangan mereka banyak terdapat serangga atau binatang lain yang dapat
menimbulkan penyakit seperti lalat, kecoak, tikus, nyamuk, dan lainnya. Kebersihan
alat-alat rumah tangga yang digunakan untuk membuat makanan juga harus
diperhatikan. Kita juga harus melindungi sumber air agar tetap bersih dan terhindar
dari kontaminasi tinja. Kamar mandi harus bersih dan diusahakan agar tidak lembab
dan ada sinar matahari yang masuk ,karena bakteri dapat hidup di daerah yang
lembab. Tinja dibuang secara saniter dan teratur. Dalam menjalankan langkah-
langkah pencegahan, sebaiknya masyarakat saling bergotong-royong, sehingga
setiap orang akan tahu bahaya dari penyakit ini. Dari pengetahuan tersebut akan
tercipta masyarakat yang harmonis, memiliki perilaku sehat,dan pola hidup sehat
teratur.

2.3 Penyakit yang Disebabkan oleh Jamur


 Penyakit Keputihan
1) Pengertian Keputihan
Keputihan adalah kondisi ketika lendir atau cairan keluar dari vagina. Keputihan
merupakan cara alami tubuh untuk menjaga kebersihan dan kelembapan organ
kewanitaan. Ketika seorang wanita mengalami keputihan, cairan yang diproduksi
kelenjar vagina dan leher rahim akan keluar membawa sel mati dan bakteri,
sehingga vagina tetap terlindung dari infeksi.

11
Keputihan normal terjadi pada wanita yang masih mengalami menstruasi. Ibu
hamil mungkin akan lebih sering mengalami keputihan akibat perubahan hormon.
Ketika wanita mulai memasuki masa menopause, barulah keputihan akan berkurang.

Harap berhati-hati jika cairan keputihan mengalami perubahan warna, tekstur,


dan bau. Kondisi ini dapat menjadi tanda keputihan yang tidak normal yang
disebabkan oleh infeksi atau kelainan pada organ reproduksi wanita. Keputihan yang
berciri seperti ini sering kali merupakan salah satu ciri penyakit kelamin wanita.

2) Penyebab Keputihan

Keputihan yang dialami setiap wanita berbeda-beda, mulai dari jumlah cairan yang keluar
hingga warna dan tekstur cairan. Keputihan normal terjadi setidaknya 6 bulan sebelum seorang
wanita mengalami menstruasi untuk pertama kalinya. Kondisi ini dipengaruhi oleh perubahan
hormon di dalam tubuh.

Selain karena perubahan hormon, keputihan juga akan normal keluar saat wanita
mendapatkan rangsangan seksual, sedang menyusui, atau stres.

Sementara itu, keputihan yang tergolong tidak normal disebabkan oleh infeksi, baik
karena jamur, bakteri (vaginosis bakterialis, gonore, chlamydia), atau parasit (trikomoniasis).
Selain infeksi, keputihan juga dapat menjadi tanda dari kanker rahim atau leher rahim.

Bila keputihan yang dialami merupakan petanda dari kanker rahim, maka mungkin dokter
akan menganjurkan Anda untuk melakukan histerektomi atau bedah pengangkatan rahim.

Sebelum mengambil langkah ini, ada baiknya Anda tanyakan terlebih dahulu apa
kelebihan dan kekurangan prosedur tersebut dengan dokter. Saat ini, terdapat asuransi
kesehatan yang menyediakan layanan chat gratis bersama dokter spesialis.

Ada beberapa faktor yang membuat seorang wanita rentan mengalami infeksi vagina dan
menimbulkan keputihan, antara lain:

 Konsumsi pil KB dan obat kortikosteroid.


 Menderita penyakit diabetes.
 Melakukan hubungan seksual tanpa kondom dan sering berganti pasangan.
 Menurunnya sistem kekebalan tubuh, misalnya penyakit HIV.
 Terdapat iritasi di dalam atau sekitar vagina.
 Menipisnya dinding vagina akibat menopause.
 Terlalu sering membersihkan area kewanitaan dengan semprotan air.
 Menggunakan sabun atau losion yang mengandung parfum atau pewangi.

3) Gejala Keputihan
12
a. Keputihan yang tergolong normal akan terlihat dari cairan yang keluar dengan
tanda sebagai berikut:
Tidak berwarna atau berwarna putih.
Tidak berbau atau tidak mengeluarkan bau menyengat.
Meninggalkan bercak kekuningan di celana dalam.
Tesktur cairan keputihan dapat berubah tergantung siklus menstruasi.
Untuk keputihan yang tidak normal dapat ditandai dengan:
Cairan keputihan berbeda warna, bau, atau tekstur dari biasanya.
Cairan keputihan keluar lebih banyak dari biasanya.
Keluar darah setelah berhubungan seksual atau di luar jadwal haid.
b. Keputihan yang abnormal ini dapat disertai dengan keluhan:
Gatal pada area kewanitaan.
Nyeri di panggul atau ketika buang air kecil.
Rasa terbakar di sekitar vagina.

4) Diagnosis Keputihan

Untuk menentukan apakah keputihan bersifat normal atau tidak normal, dokter akan
menanyakan gejala yang dialami, siklus menstruasi, dan mengenai hubungan seksual.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan, terutama pemeriksaan panggul untuk
memeriksa kondisi organ reproduksi wanita, seperti vagina, serviks, dan rahim.

Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan terhadap cairan dari keputihan itu sendiri.
Perubahan warna pada cairan keputihan ini dapat menjadi petunjuk bagi dokter untuk
menentukan penyebabnya. Berikut penjelasannya:

 Cairan berwarna coklat atau disertai bercak darah. Keputihan ini disebabkan oleh siklus
menstruasi yang tidak teratur. Meskipun jarang terjadi, kondisi ini bisa juga merupakan tanda
dari kanker rahim atau leher rahim.
 Cairan berwarna hijau atau kuning dan berbuih. Keputihan ini disebabkan oleh penyakit
trikomoniasis.
 Cairan berwarna kelabu atau kuning. Keputihan ini dapat disebabkan oleh penyakit gonore.
 Cairan berwarna putih dan kental. Keputihan ini disebabkan oleh infeksi jamur pada vagina.
 Cairan berwarna putih, abu-abu, atau kuning, disertai bau amis. Keputihan ini disebabkan oleh
penyakit vaginosis bakterialis.
 Cairan berwarna merah muda. Keputihan yang terjadi setelah melahirkan.

Tanda keputihan yang tidak normal umumnya sudah dapat terdeteksi pada pemeriksaan awal.
Namun, dokter dapat menganjurkan pasien untuk menjalani pemeriksaan tambahan agar lebih
pasti, seperti:
13
 Tes pH, untuk memeriksa tingkat keasaman lendir atau cairan dan mendeteksi tanda-tanda
infeksi pada vagina.
 Tes sampel cairan vagina, yaitu pemeriksaan laboratorium terhadap sampel cairan atau lendir
keputihan untuk mendeteksi keberadaan jamur, bakteri, atau parasit yang menyebabkan
keputihan.
 Tes infeksi menular seksual, untuk mendeteksi tanda atau gejala dari infeksi menular seksual,
seperti gonore, chlamydia, dan trikomoniasis.
 Pap smear, yaitu pemeriksaan terhadap sampel jaringan serviks untuk mendeteksi kelainan yang
terjadi pada jaringan serviks.

5) Pengobatan Keputihan

Keputihan yang tergolong normal tidak memerlukan penanganan medis secara khusus. Kondisi
ini dapat ditangani dengan membersihkan area kewanitaan secara rutin untuk menghilangkan
lendir atau cairan.

Sementara, cara mengatasi keputihan yang tergolong abnormal dilakukan berdasarkan


penyebab yang mendasari keputihan. Dokter akan memberikan terapi obat untuk mengobati
keputihan abnormal, seperti:

 Obat antibiotik, seperti clindamycin, untuk menghilangkan bakteri penyebab keputihan.


Antibiotik tersedia dalam bentuk pil atau krim oles.
 Obat antijamur, seperti clotrimazole dan miconazole, untuk mengatasi infeksi jamur yang
menyebabkan keputihan. Obat ini tersedia dalam bentuk krim atau gel yang dioleskan di bagian
dalam vagina.
 Metronidazole atau tinidazole, jika keputihan disebabkan oleh parasit penyebab penyakit
trikomoniasis.

Selain dengan obat-obatan dari dokter, keputihan juga bisa diatasi dengan obat keputihan
tradisional.

6) Pencegahan Keputihan

Langkah utama untuk mencegah keputihan abnormal adalah menjaga kebersihan area


kewanitaan agar terhindar dari risiko infeksi. Cara yang bisa dilakukan yaitu:
 Bersihkan vagina dengan sabun dan air hangat setelah buang air kecil atau besar, kemudian
keringkan. Cara ini dilakukan untuk mencegah bakteri masuk ke dalam vagina dari dubur.
 Hindari menyiram atau membersihkan vagina dengan semprotan air. Cara ini berisiko
menghilangkan bakteri baik yang melindungi vagina dari infeksi.
 Gunakan celana dalam berbahan katun untuk menjaga kelembapan pada area kewanitaan.
Hindari menggunakan celana dalam yang terlalu ketat.
 Hindari menggunakan sabun atau produk kewanitaan yang mengandung parfum, karena dapat
mengganggu keseimbangan bakteri baik pada vagina.
 Jagalah kebersihan vagina selama menstruasi dengan mengganti pembalut setidaknya setiap 3-5
jam sekali.
 Tidak berganti pasangan seksual atau menggunakan kondom agar terhindar dari risiko infeksi
menular seksual.
 Lakukan pemeriksaan kesehatan vagina secara rutin kepada dokter kandungan.

15
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Penyakit Infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang dari waktu ke
waktu terus berkembang. Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari satu
orang ke orang lain atau dari hewan ke manusia yang disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme : bakteri, virus, riketsia, jamur, dan protozoa. Penyebaran dapat tidak dapat
dikontrol, namun pencegahan dapat dilakukan serta pengembangan obat-obatan serta perilaku
hidup sehat juga dapat pula dilakukan.

16
DAFTAR PUSTAKA

 Jawetz, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, EGC, Jakarta Pelczar, M., 1988, Dasar-Dasar
Mikrobiologi, UI Press, Jakarta.
 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi III . Fakultaskedokteran UI : Jakarta. Davis K., 2007.
 Robbins dan Cotrans. 2002. Dasar Patologis Penyakit. Buku EGC Kedokteran : Jakarta.
 Buku Ajar Penyakit Dalam.FKUI:Jakarta.Hembing, 2006. Jangan Anggap Remeh Disentri
 Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta.
 https://www.alodokter.com/keputihan
 http://eprints.ums.ac.id/15160/2/bab_1.pdf
 Djuanda, A . 2000. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin . FKUI : Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai