Anda di halaman 1dari 4

1. Jelaskan alasan dilakukannya pengujian mikroorganisme pada sediaan farmasi .

Jawab:
Alasan dilakukannya pengujian mikroorganisme pada sediaan farmasi yaitu karena
bahan baku untuk produk farmasi dapat berupa bahan kimia atau bahan alam, dimana
bahan yang berasal dari alam lebih cenderung terkontaminasi mikroorganisme lebih
berat dibandingkan bahan sintetik kimia. Maka sediaan produk farmasi harus diuji
terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat kontaminasi mikrobanya, apakah memenuhi
syarat atau tidak agar dapat diketahui layak atau tidaknya suatu produk dipasarkan ke
masyarakat.

https://liayesung.wordpress.com/2015/06/02/uji-mikrobiologis-sediaan-farmasi/
 
2. Apakah tujuan dilaksanakannya pengujian potensi vitamin pada sediaan farmasi?
Jawab:
Tujuan dilaksanakannya pengujian potensi vitamin pada sediaan farmasi yaitu sebagai
standard untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan hilangnya potensi vitamin
dalam menjalankan fungsinya seperti membantu mengatur metabolisme tubuh,
mencegah penyakit kronis, memelihara nafsu makan, kesehatan mental dan kekebalan
tubuh.

https://www.slideshare.net/Guide_Consulting/uji-potensi-antibiotik-secara-mikrobiologi
 
 
 
3. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan produk obat
akibat mikroorganisme.
Jawab:
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan produk obat akibat mikroorganisme, yaitu:
Faktor intrinsik
1). Kandungan Nutrisi.
Fungsi utama nutrisi adalah sebagai sumber energi, bahan
pembentuk sel dan aseptor elektron di dalam aksi yang menghasilkan energi. Nutrisi
yang diperlukan mikroba meliputi air, sumber karbon, sumber mitrogen, sumber septor
elektron, sumber mineral dan faktor tumbuh.
2). Nilai pH.
Hampir semua mikroba tumbuh pada tingkat pH yang berbeda.
Sebagian besar bakteri tumbuh pada pH mendekati netral ( pH 6,5 – 7,5 ). Pada pH di
bawah 5,0 dan di atas 8,0 bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik, kecuali bakteri asam
asetat yang mampu tumbuh pada pH rendah dan bakteri Vibrio sp yang dapat tumbuh
pada pH tinggi.
3). Aktivitas Air ( aw ).
Pertumbuhan dan metabolisme mikroba memerlukan air dalam
bentuk yang tersedia. Air yang dimaksudkan adalah air bebas atau air yang tidak terikat
dalam bentuk ikatan dengan komponen – komponen penyusun bahan pangan lain.
Oleh karena itu, besarnya kadar air suatu bahan pangan bukan merupakan parameter
yang tepat untuk menggambarkan aktivitas mikroba pada bahan pangan. Aktivitas kimia
air atau sering diistilahkan aktivitas air (water activity = aw) merupakan parameter yang
lebih tepat untuk mengukur aktivitas mikroba pada bahan pangan. Sebagian besar
mikroba ( terutama bakteri ) tumbuh baik pada bahan pangan yang mempunyai aw 0,9
– 0,97.
4). Potensial Reduksi Oksidiasi ( Redoks ).
Potensial reduksi oksidasi menunjukkan kemampuan substrat
untuk melepaskan elektron (oksidasi) atau menerima elektron (reduksi). Potensial
redoks sangat berpengaruh terhadap kehidupan mikroba. Mikroba memerlukan
potensial redoks positif (teroksidasi), sedangkan pada mikroba anaerob memerlukan
potensial redoks negatif (tereduksi).
5). Senyawa Antimikroba.
Beberapa bahan pangan mempunyai senyawa antimikroba
alamiah yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, misalnya
laktinin, anticoliform dan laktoperoksidase yang terdapat dalam susu. 6). Struktur
Biologi.
Struktur biologi seperti kulit dan kulit pada telur, kulit kacang- kacangan dan kulit buah
berperan mencegah masuknya mikroba ke dalam bahan pangan tersebut.
b. Faktor Ekstrinsik.
1) Suhu
Suhu merupakan faktor fisika yang sangat penting pengaruhnya
terhadap pertumbuhan dan kegiatan mikroba. Suhu dapat mempengaruhi lamanya fase
lag, kecepatan pertumbuhan, konsentrasi sel, kebutuhan nutrisi, kegiatan enzimatis dan
komposisi sel. Berdasarkan pada kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba dapat
dikelompokkan menjadi 4 (empat), yaitu thermofil, mesofil, psikhrofil dan psikhrotrof.
2) Kelembaban udara relatif
Kelembaban udara relatif berhubungan dengan aktivitas air (aw)
Pangan yang mempunyai nilai aw rendah apabila ditempatkan pada lingkungan yang
mempunyai kelembaban udara yang relatif tinggi akan mudah menyerap air. Semakin
banyak air yang terserap akan meningkatkan nilai aw sehingga pangan tersebut mudah
dirusak oleh bakteri. Sebaliknya, pangan yang mempunyai nilai aw tinggi apabila
ditempatkan pada lingkungan yang mempunyai kelembaban udara relatif rendah akan
mengalami kehilangan air sehingga nilai aw –nya akan menurun. Akan tetapi, hal ini
berakibat menurunkan mutu pangan tersebut karena terjadi pengerutan.
3) SusunanGasdiAtmosfir
Berdasarkan kebutuhan oksigen sebagai aseptor elektron,
mikroba dapat dibedakan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu aerob dan anaerob. Mikroba
aerob adalah mikroba yang menggunakan oksigen sebagai sumber aseptor elektron
terakhir dalam proses bioenerginya

https://core.ac.uk/download/pdf/11717868.pdf

4. Jelaskan prinsip dari identifikasi dan perhitungan bakteri Coliform.


Jawab:
-Coliform didefinisikan sebagai kelompok bakteri Gram-negatif, berbentuk batang,
oksidase-negatif, aerob sampai anaerob fakultatif, tidak membentuk spora, mampu
tumbuh secara aerobik pada media agar yang mengandung garam empedu, dan
mampu memfermentasikan laktosa dengan membentuk gas dan asam dalam waktu 48
jam pada suhu 37°C. Jumlah koliform yang diperoleh dari inkubasi pada suhu 37°C
tersebut biasanya dinyatakan sebagai total koliform. Sementara koliform fekal
merupakan bagian dari koliform total dan dipresentasikan oleh total bakteri koliform
toleran panas yang mampu tumbuh pada suhu 44,5 ± 0,2°C dengan memfermentasikan
laktosa dan memproduksi asam dan gas.
-Rumus perhitungan bakteri Coliform:
Jumlah populasi /(g bk) =
Keterangan:
b.k. contoh = berat basah contoh x (1 - kadar air)
FP (faktor pengenceran) = 1/pengenceran tabung yang di tengah
bk = berat kering contoh
 
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku%20metode
%20analisis%20biologi%20tanah/02-13erni_bakteri.pdf

 
5. Sebutkan ciri-ciri produk yang rusak akibat kerusakan oleh mikroorganisme.
Jawab:
Ciri-ciri produk yang rusak akibat kerusakan oleh mikroorganisme:
-Timbul rasa bau yang tidak sedap
-Terjadinya perubahan warna
-Timbul bau yang tidak sedap akibat terbentuknya metabolit
-Timbul perubahan warna
-Timbulnya perubahan pH akibat tumbuhnya khamir atau kapang atau bakteri yang
menyebabkan pH turun yang menjadi pH yang disukai kapang atau bakteri
-Terjadinya depolimerisasi (kehilangan viksositas) dan pengendapan zat-zat tak larut
-Terjadinya polimerisasi berupa penggumpalan
Contoh produk yang rusak akibat kerusakan oleh mikroorganisme:
a. Roti
Kerusakan : terjadi perubahan warna, timbul bercak – bercak warna biru atau hitam
(berjamur), rasa roti asam
b. Ikan
Kerusakan : ditandai dengan warna kulit dan daging berubah memudar, terdapat lendir
pada insang dan sirip, tekstur ikan menjadi lembek, dan bau busuk
c.Daging
Kerusakan : Bau asing yang khas daging, terbentuk lender dan perubahan warna
menjadi pucat atau kadang kehijauan.
d.Susu Cair
Kerusakan : Terjadinya gumpalan pada susu, bau masam, bau tengik, dan rasa pahit.
e.Makanan Kaleng
Kerusakan: Penggembungan pada tutup dan bagian dasar kaleng, penyok pada bagian
sepanjang sambungan, bau asam, makanan kaleng menjadi busuk dan berwarna
hitam.
https://www.academia.edu/10255128/Jenis_jenis_kerusakan_bahan_pangan_dan_tand
a-tanda_kerusakan

6. Bagaimana cara sterilisasi larutan desinfektan?


Jawab:
Sterilisasi dengan metode kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan desinfektan.
Bahan yang termasuk dalam desinfektan yaitu:
-Etil alcohol 70% lebih efektif dibandingkan dengan etil alcohol 95%, hal ini dikarenakan
kemampuan air (H2O) dalam menghidrolisis ikatan protein dari mikroorganisme.
Sehingga, proses membunuh mikroorganisme menjadi lebih efektif.
-Aldehid yang berupa glutraldehid dan formaldehid memiliki kemampuan iritasi yang
besar sehingga tidak digunakan sebagai antiseptic.
-Halogen, seperti chlorin dan iodine merupakan desinfektan yang seringali digunakan.
Persiapan sebelum dilakukan operasi seringkali menggunakan kombinasi etil alcohol
70% diikuti dengan povidon-iodine.
-Logam berat, contohnya adalah air raksa. Karena logam ini sangat berbahaya bagi
lingkungan, maka penggunaannya sebagai desinfektan tidak direkomendasikan.
Namun dalam keadaan konsentrasi sangat rendah misalkan silver nitrat 1%, masih
efektif digunakan dalam pengobatan konjungtivitis neonatorum karena Neisseria
gonorrhoeae.
Desinfektan yang digunakan pada kulit disebut sebagai antiseptik. Antiseptik
didefinisikan sebagai bahan yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme yang
menempel pada jaringan hidup, contohnya adalah kulit. Mekanisme kerja dari antiseptic
sebagian besar adalah menghambat pertumbuhan dari mikroorganisme (bakteriostatik)
namun dapat juga membunuh bakteri (bakterisidal)

Tille, P. M. (2017). Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology. In Basic Medical


Microbiology (fourteenth, p. 45). St. Louis Missouri: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai