Disusun Oleh
Surya Adi Wicaksono
Fakultas Teknik
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
Bekasi, 7 September 2018
Misi besar mengatasi
pencemaran di Sungai
Citarum
Source :(https://www.rappler.com/indonesia/berita/194162-misi-besar-atasi-
pencemaran-sungai-citarum)
Yuli Saputra
Published 1:07 PM, January 21, 2018
BERBAU. Kondisi Curug Jompong di Kabupaten Bandung yang merupakan anak Sungai
Citarum berwarna hitam, berbuih, dan bau, diduga akibat limbah pabrik yang dibuang ke
sungai. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler
Di akhir tahun 2017, Tim Survei Kodam III Siliwangi mencatat sebanyak
20.462 ton sampah organik dan anorganik dibuang ke Sungai Citarum. Air
sungai semakin jorok dengan tambahan 35,5 ton per hari tinja manusia
dan 56 ton per hari kotoran ternak. Sungai Citarum telah berubah menjadi
kakus raksasa.
Tidak hanya kotor, sungai sepanjang 300 kilometer ini juga sangat
beracun. Hasil uji klinis Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan
(BBPOM) Bandung pada air dan ikan, ditemukan berbagai zat yang
berbahaya, seperti Merkuri, Coliform, Besi, Mangan, Timbal, Sulfur, dan
Klor.
Zat kimia tersebut sangat berbahaya jika masuk ke dalam tubuh manusia.
Padahal, air Sungai Citarum dikonsumsi oleh sekitar 27,5 juta penduduk
Jawa Barat dan DKI Jakarta. Bahkan, 80 persen air minum masyarakat
Jakarta bersumber dari sungai yang mengaliri 12 kabupaten kota di Jawa
Barat ini. Sementara, ikan yang dikembangbiakan di Citarum juga
dipasarkan ke berbagai daerah, terutama Kota Bandung dan Jakarta.
Zat kimia di Sungai Citarum dibawa oleh limbah cair yang dibuang pabrik
tanpa melalui proses pengolahan air limbah. Dinas Lingkungan Hidup
(DLH) Jawa Barat mendata sebanyak 90 persen dari 3.236 industri tekstil
di sepanjang Sungai Citarum tidak memiliki Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL), yang kemudian membuang limbahnya ke aliran sungai.
Tercatat 340 ribu ton limbah cair dibuang ke Sungai Citarum setiap
harinya yang mengakibatkan airnya berwarna-warni. Indah tapi sangat
beracun.
Tapi cita-cita itu hingga kini belum terwujud. Berbagai upaya telah
dilakukan melalui berbagai program, dengan nama yang terus berubah,
dari Forum DAS Citarum kemudian berganti nama menjadi Citarum
Bestari pada 2014. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat juga membentuk Balai Besar Wilayah Sungai Citarum untuk
melaksanakan program revitalisasi sungai yang memiliki luas 12 ribu
kilometer persegi ini.
Dana yang digelontorkan pun tidak sedikit. Dalam kurun 30 tahun, sekitar
Rp 4,5 triliun telah terserap untuk proyek-proyek Sungai Citarum. Namun,
Sungai Citarum malah semakin kotor.
“Kalau ini bisa kita integrasikan, perkiraan saya tujuh tahun ini bisa kita
selesaikan dengan baik.”
Tujuh tahun memang bukan waktu yang sebentar, tapi untuk mengatasi
pencemaran Sungai Citarum yang memiliki masalah sangat kompleks,
pemerintah merasa perlu bergegas. Secara marathon, pemerintah dan
semua pihak terkait menggelar rapat koordinasi membahas berbagai
langkah strategis. Jokowi sendiri mengaku telah mengikuti rapat
koordinasi Citarum sebanyak 14 kali di awal tahun 2018 ini.
“Tujuh tahun memang waktu yang sangat panjang, tapi apa pun harus kita
kerjakan,” tutur Jokowi di hadapan sejumlah tokoh masyarakat pemerhati
Sungai Citarum.
Jokowi kemudian memerintahkan Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman Indonesia, Luhut Binsar Panjaitan untuk memimpin program
revitalisasi Sungai Citarum. Luhut membawahi langsung Gubernur Jawa
Barat yang bertugas sebagai Komandan Satuan Tugas.
“Lima tahun ini kita lihat. Paling tidak lima tahun ini (airnya bisa diminum),
yang awal ini. Lima tahun, kita berharap nanti airnya sudah makin baik,
industri sudah punya IPAL-nya, sehingga orang sudah punya MCK jadi
tidak buang kotoran ke sungai,” kata Luhut.
“Ya harus bikin. Menteri Perindustrian yang buat. Mungkin nanti, beberapa
puluh industri dibikin satu areanya di situ, dan mereka bayar,” ujarnya.
Program revitalisasi Citarum kali ini juga melibatkan seluruh walikota dan
bupati yang wilayahnya dialiri Sungai Citarum. Steakholder lainnya, Balai
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP DAS), BBWS Citarum, PTPN,
Perhutani, dan Balai Konservasi Sumber Daya Air (BKSDA), pun
dilibatkan.
“Jadi ke depan, mohon maaf, jangan lagi ada istilah-istilah yang membuat
kita repot menegakkan hukum. Sudah tahu jelas salah, buktinya ada, bukti
otentik laboratorium jelas, kuat, masa orang melanggar tidak bisa kita apa-
apakan. Sementara sebagian dari pemilik ini bukan berdomisili di Jawa
Barat, tapi di negara lain,” kata Doni yang berencana memasang CCTV
untuk menangkap para pembuang limbah.
“Ini akan menjadi isu global, kalau kita tidak segera menanganinya karena
korban yang ditimbulkan masalah ini akan sangat besar,” kata Doni. -
Rappler.com
Analisis Artikel :
1. Kondisi Sungai Citarum
Pada 2013, Sungai Citarum dianugerahi predikat sebagai sungai terkotor di
dunia bersama sembilan sungai lainnya yang berada di berbagai negara.
Kondisi setelah beberapa tahun mendapat predikat tersebut bukannya
berangsur-angsur membaik malah semakin memburuk hingga saat ini. Hal
tersebut bisa kita lihat dari pemandangan kondisi sungai citarum sehari-hari
dimana sampah-sampah rumah tangga, limbah residu produksi dari berbagai
macam industry seperti limbah cair yang terlihat warnanya sangat konstan di
permukaan air sungai citarum warna yang sangat indah bila dilihat tetapi
sangat berbahaya bagi lingkungan.
Tidak hanya kondisi fisiknya yang terlihat sangat kotor dan tidak enak
dipandang mata, tetapi sungai yang memiliki Panjang ±300 Km dan merupakan
salah satu sungai terpanjang di Indonesia ini memiliki dampak buruk pada
ekosistem disekitarnya karena dampak dari pencemaran sungai tersebut
seperti Hasil uji klinis Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM)
Bandung pada air dan ikan, ditemukan berbagai zat yang berbahaya, seperti
Merkuri, Coliform, Besi, Mangan, Timbal, Sulfur, dan Klor.
- Limbah Industri
Bila dilihat dari kondisi fisik sungai citarum saat ini yang memiliki perbedaan
warna, PH air dll. Bisa diambil sebuah hipotesis jika Limbah Cair dari
sebuah industry/pabrik menyumbang andil yang cukup besar dalam
pencemaran Sungai Citarum ini hal ini diperkuat oleh Dinas Lingkungan
Hidup (DLH) Jawa Barat yang mendata sebanyak 90 persen dari 3.236
industri tekstil di sepanjang Sungai Citarum tidak memiliki Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL), yang kemudian membuang limbahnya ke
aliran sungai. Tercatat 340 ribu ton limbah cair dibuang ke Sungai Citarum
setiap harinya.
- Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga adalah limbah yang paling umum dalam hal sumber
pencemar lingkungan, kurangnya kesaddaran masyarakat sekitar sungai
Citarum tentang Lingkungan Hidup membuat mereka dengan mudahnya
membuang sampah di sungai Citarum tanpa mempedulikan resiko yang
akan timbul di kemudian hari
- Limbah Medis
Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWSC) menemukan limbah medis
yang dibuang ke Sungai Citarum, antara lain berupa kantong darah HIV
Aids, potongan tubuh manusia, alat medis bekas pakai, bahkan juga
ditemukan Bakteri selain E-coli yang berasal dari kotoran manusia/ternak
mencemari sungai Citarum seperti contohnya Pseudomonas Aeroginosa
yang bila menginfeksi manusia bisa menimbulkan penyakit meningitis,
radang selaput mata, dan radang saluran kemih. Hal yang cukup
mengherankan mengingat semua hal tersebut adalah hal-hal yang
seharusnya berada dilingkungan sekitar ruamh sakit tetapi malah
ditemukan mencemari Suungai Citarum sehingga menimbulkan dugaan ada
juga pihak/oknum yang tidak bertanggung jawab membuang limbah medis
disunagi Citarum.
Untuk menjaga kualitas sungai maka kita selaku makhluk yang sangat rentan
melakukan pencemaran terhadap air maka kita harus sadar akan lingkungan,
artinya bahwa kita lah yang menjaga lingkungan ini agar tetap baik. Mari bersama
kita jaga lingkungan ini agar tetap dapat kita nikmati dan demi anak cucu kita di
hari kemudian.