Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS ARTIKEL “Misi besar mengatasi pencemaran di Sungai Citarum”

Disajikan untuk Memenuhi Tugas Individu


Pada Mata Kuliah : Pengetahuan Lingkungan
Dosen : Arif Supam Wijaya, BA. M.Sc

Disusun Oleh
Surya Adi Wicaksono

Fakultas Teknik
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
Bekasi, 7 September 2018
Misi besar mengatasi
pencemaran di Sungai
Citarum
Source :(https://www.rappler.com/indonesia/berita/194162-misi-besar-atasi-
pencemaran-sungai-citarum)

Presiden Jokowi menargetkan Sungai Citarum bisa bersih dalam kurun


waktu tujuh tahun ke depan

Yuli Saputra
Published 1:07 PM, January 21, 2018

Updated 1:07 PM, January 21, 2018

BERBAU. Kondisi Curug Jompong di Kabupaten Bandung yang merupakan anak Sungai
Citarum berwarna hitam, berbuih, dan bau, diduga akibat limbah pabrik yang dibuang ke
sungai. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler

BANDUNG, Indonesia - Pada 2013, Sungai Citarum dianugerahi predikat


sebagai sungai terkotor di dunia bersama sembilan sungai lainnya yang
berada di berbagai negara. Predikat itu diberikan Blacksmith Institute,
sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di New York dan Green Cross,
Swiss. Dasar penilaian Blacksmith Institute mengacu pada tingginya
tingkat pencemaran di sungai terpanjang dan terbesar di Provinsi Jawa
Barat ini.

Predikat memalukan itu memang tidak terbantahkan. Secara kasat mata,


badan Sungai Citarum dipenuhi berbagai macam sampah, mulai sampah
plastik hingga bangkai hewan. Namun predikat yang diberikan oleh
organisasi luar negeri itu tidak membuka mata para pejabat di Indonesia
untuk segera mengatasi pencemaran Sungai Citarum.

Bertahun-tahun setelah dijuluki sungai terkotor di dunia, kondisi Citarum


bukannya membaik malah semakin memburuk.

Di akhir tahun 2017, Tim Survei Kodam III Siliwangi mencatat sebanyak
20.462 ton sampah organik dan anorganik dibuang ke Sungai Citarum. Air
sungai semakin jorok dengan tambahan 35,5 ton per hari tinja manusia
dan 56 ton per hari kotoran ternak. Sungai Citarum telah berubah menjadi
kakus raksasa.

Tidak hanya kotor, sungai sepanjang 300 kilometer ini juga sangat
beracun. Hasil uji klinis Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan
(BBPOM) Bandung pada air dan ikan, ditemukan berbagai zat yang
berbahaya, seperti Merkuri, Coliform, Besi, Mangan, Timbal, Sulfur, dan
Klor.

Zat kimia tersebut sangat berbahaya jika masuk ke dalam tubuh manusia.
Padahal, air Sungai Citarum dikonsumsi oleh sekitar 27,5 juta penduduk
Jawa Barat dan DKI Jakarta. Bahkan, 80 persen air minum masyarakat
Jakarta bersumber dari sungai yang mengaliri 12 kabupaten kota di Jawa
Barat ini. Sementara, ikan yang dikembangbiakan di Citarum juga
dipasarkan ke berbagai daerah, terutama Kota Bandung dan Jakarta.

Zat kimia di Sungai Citarum dibawa oleh limbah cair yang dibuang pabrik
tanpa melalui proses pengolahan air limbah. Dinas Lingkungan Hidup
(DLH) Jawa Barat mendata sebanyak 90 persen dari 3.236 industri tekstil
di sepanjang Sungai Citarum tidak memiliki Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL), yang kemudian membuang limbahnya ke aliran sungai.
Tercatat 340 ribu ton limbah cair dibuang ke Sungai Citarum setiap
harinya yang mengakibatkan airnya berwarna-warni. Indah tapi sangat
beracun.

Parahnya lagi, ditemukan berbagai bakteri berbahaya. Selain bakteri E-


Coli yang berasal dari tinja manusia dan kotoran ternak, uji laboratorium
juga menemukan bakteri yang sangat berbahaya, yaitu Pseudomonas
Aeroginosa yang bila menginfeksi manusia bisa menimbulkan penyakit
meningitis, radang selaput mata, dan radang saluran kemih. Keberadaan
bakteri ini cukup mengherankan karena biasanya bakteri tersebut beredar
di lingkungan rumah sakit. Bakteri itu diduga dibawa limbah medis yang
dibuang ke Sungai Citarum.

Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWSC) menemukan limbah medis


yang dibuang ke Sungai Citarum, antara lain berupa kantong darah HIV
Aids, potongan tubuh manusia, dan alat medis bekas pakai.

Presiden turun tangan

RAPAT TERBATAS. Mengenakan jaket Timnas Sepakbola Indonesia, Presiden Joko


"Jokowi" Widodo memimpin Rapat Terbatas tentang Citarum dengan sejumlah menteri
Kabinet Kerja dan Kapolri serta Panglima TNI di Balitbang Permukiman Kementerian
PUPR pada 16 Januari lalu. Foto oleh Yuli Saputra/Rappler

Pemerintah daerah bukannya berdiam diri atas kondisi pencemaran


Sungai Citarum. Pada 2013, Pemerintah Jawa Barat sempat membentuk
Forum DAS Citarum guna memperbaiki kualitas air di sungai yang
bermuara di Situ Cisanti. Bahkan, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan
waktu itu memasang target air Sungai Citarum bisa diminum di tahun
2018.

Tapi cita-cita itu hingga kini belum terwujud. Berbagai upaya telah
dilakukan melalui berbagai program, dengan nama yang terus berubah,
dari Forum DAS Citarum kemudian berganti nama menjadi Citarum
Bestari pada 2014. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat juga membentuk Balai Besar Wilayah Sungai Citarum untuk
melaksanakan program revitalisasi sungai yang memiliki luas 12 ribu
kilometer persegi ini.

Dana yang digelontorkan pun tidak sedikit. Dalam kurun 30 tahun, sekitar
Rp 4,5 triliun telah terserap untuk proyek-proyek Sungai Citarum. Namun,
Sungai Citarum malah semakin kotor.

“Kami mengusahakan pemulihan terus-terusan setiap tahun dari berbagai


pihak. Tentu dampaknya ada, meskipun dipandang kecil dampak itu.
Dampak yang sudah terlihat nyata, pengurangan sampah kasat mata.
Tapi sampah limbah industri masih sangat luar biasa, ini menunjukkan
bahwa industri tidak memgolah limbah dengan baik," kata Gubernur
Jabar, Ahmad Heryawan usai menggelar rapat koordinasi Citarum di
Gedung Sate, Jalan Diponegoro Kota Bandung beberapa waktu lalu.

Kondisi Sungai Citarum yang masih tercemar berat mendorong Presiden


Joko "Jokowi" Widodo turun tangan langsung. Jokowi menilai persoalan
Citarum belum berhasil diatasi lantaran kerja setiap lembaga, pemda, dan
pemerintah pusat belum terintegrasi. Pernyataan ini seperti menegaskan,
berbagai program yang diluncurkan untuk mengatasi pencemaran Citarum
beberapa tahun ke belakang, dinilai gagal.

“Kuncinya ada di integrasi. Semua kementerian lembaga, pemerintah


pusat, pemerintah daerah, provinsi, kabupaten, kota, harus semuanya.
Kami harapkan, integrasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah,
betul-betul nyata dan bisa kita kerjakan di lapangan, Saya kira, ini
menyangkut generasi kita ke depan,” kata Jokowi saat membuka rapat
terbatas tentang Sungai Citarum di Kantor Balitbang Permukiman
Kementrian PUPR pada Selasa, 16 Januari lalu.

“Kalau ini bisa kita integrasikan, perkiraan saya tujuh tahun ini bisa kita
selesaikan dengan baik.”

Tujuh tahun memang bukan waktu yang sebentar, tapi untuk mengatasi
pencemaran Sungai Citarum yang memiliki masalah sangat kompleks,
pemerintah merasa perlu bergegas. Secara marathon, pemerintah dan
semua pihak terkait menggelar rapat koordinasi membahas berbagai
langkah strategis. Jokowi sendiri mengaku telah mengikuti rapat
koordinasi Citarum sebanyak 14 kali di awal tahun 2018 ini.

“Tujuh tahun memang waktu yang sangat panjang, tapi apa pun harus kita
kerjakan,” tutur Jokowi di hadapan sejumlah tokoh masyarakat pemerhati
Sungai Citarum.
Jokowi kemudian memerintahkan Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman Indonesia, Luhut Binsar Panjaitan untuk memimpin program
revitalisasi Sungai Citarum. Luhut membawahi langsung Gubernur Jawa
Barat yang bertugas sebagai Komandan Satuan Tugas.

Sebagai koordinator, Luhut menargetkan lima tahun ke depan, air Sungai


Citarum bisa diminum.

“Lima tahun ini kita lihat. Paling tidak lima tahun ini (airnya bisa diminum),
yang awal ini. Lima tahun, kita berharap nanti airnya sudah makin baik,
industri sudah punya IPAL-nya, sehingga orang sudah punya MCK jadi
tidak buang kotoran ke sungai,” kata Luhut.

Pemerintah, lanjut Luhut, akan memberikan solusi penyediaan IPAL bagi


pabrik yang belum memilikinya. Rencananya, pemerintah, dalam hal ini
Menteri Perindustrian, akan membangun IPAL dalam satu area untuk
menampung limbah cair dari puluhan pabrik.

“Ya harus bikin. Menteri Perindustrian yang buat. Mungkin nanti, beberapa
puluh industri dibikin satu areanya di situ, dan mereka bayar,” ujarnya.

Program revitalisasi Citarum kali ini juga melibatkan seluruh walikota dan
bupati yang wilayahnya dialiri Sungai Citarum. Steakholder lainnya, Balai
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BP DAS), BBWS Citarum, PTPN,
Perhutani, dan Balai Konservasi Sumber Daya Air (BKSDA), pun
dilibatkan.

Sementara gubernur dibantu oleh Pangdam III Siliwangi yang


bertanggung jawab dalam penataan ekosistem dan Kapolda Jawa Barat
dalam hal penegakan hukum. Berbagai elemen masyarakat turut
dilibatkan, seperti tokoh adat, budayawan, ahli hukum, aktivis dan
relawan, serta mahasiswa dan akademisi.

Menindak pabrik nakal

Presiden Jokowi telah menegaskan, pabrik yang membuang limbahnya ke


Sungai Citarum ditindak tegas. Meski diawali dengan langkah persuasif.

“Terus saja (lakukan) pendekatan sehingga ada solusi pada pabrik-pabrik


yang ada. Tetapi kalau memang sulit mengikuti, penegakan hukum yang
tegas harus kita lakukan, supaya ini tidak keterusan,” ujar Jokowi.

Menteri Koordinator Bidang politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto


menyatakan akan turun menindak para pengusaha yang nakal. Ia
bertekad membereskan persoalan hukum yang terkait pencemaran
Citarum. Wiranto bahkan mengancam akan menutup pabrik yang bandel.

“Ternyata masalah hukum dalam penanganan Citarum ini sangat besar


juga. Maka saya akan mengawal dari sisi hukum sehingga perusahaan,
calo, pemalak, pungutan liar, yang enggak beres-beres itu, segera kita
bereskan,” katanya.

Kapolda Jawa Barat, Irjen Pol Agung Budi Maryoto menyatakan


komitmennya dalam menegakkan hukum bagi para pencemar Citarum,
bersinergi dengan Kementrian Lingkungan.

“Saya berkomitmen, kalau memang nanti ada pelanggaran, tentunya kita


akan sama-sama melakukan penegakan hukum. Biarlah saya dianggap
kejam,” ujar Agung.

Pangdam III Siliwangi, Mayjen TNI Doni Monardo menyatakan


kegeramannya terhadap para pengusaha pabrik yang seringkali lolos dari
jeratan hukum, meski telah terbukti mencemari Citarum. Tapi ke depan,
Doni menegaskan tidak ada ampun lagi bagi pelaku pencemar Sungai
Citarum.

“Jadi ke depan, mohon maaf, jangan lagi ada istilah-istilah yang membuat
kita repot menegakkan hukum. Sudah tahu jelas salah, buktinya ada, bukti
otentik laboratorium jelas, kuat, masa orang melanggar tidak bisa kita apa-
apakan. Sementara sebagian dari pemilik ini bukan berdomisili di Jawa
Barat, tapi di negara lain,” kata Doni yang berencana memasang CCTV
untuk menangkap para pembuang limbah.

Lebih lanjut, Doni mengatakan, Kodam III Siliwangi telah bergerak


melakukan penataan di Situ Cisanti yang merupakan hulu Sungai Citarum.
Kondisinya rusak parah dimana kawasan hutan telah beralih fungsi
menjadi perkebunan. Doni menyebutkan seluas 2.670 hektar hutan dalam
kondisi sangat kritis, sementara sekitar 212 ribu hektar terancam kritis.

Kondisi kawasan hutan yang kritis mengakibatkan pendangkalan Sungai


Citarum. Tanah-tanah yang tergerus hujan karena hutan gundul mencapai
8 juta ton per tahun sehingga menyebabkan sedimentasi dan
mengakibatkan banjir di Majalaya, Banjaran, dan Dayeuhkolot.

Dalam menjalankan tugasnya, Doni mengaku telah menerjunkan 22


perwira berpangkat kolonel. Setiap kolonel memimpin satu cluster yang
dibagi berdasarkan wilayah di sepanjang sungai Citarum, mulai dari Situ
Cisanti, hingga Muara Buaya.
“Untuk pertama kali dalam sejarah operasi militer, selain perang, di
wilayah Jawa Barat akan melibatkan perwira menengah dengan pangkat
kolonel,” kata Doni.

Apa yang membuat revitalisasi Sungai Citarum harus segera dilakukan?


Sebab, fungsi Sungai Citarum sangat vital dan strategis di mana airnya
dikonsumsi oleh 80 persen penduduk Jakarta, dan mengairi sekitar 420
ribu hektar sawah. Penduduk memanfaatkannya juga sebagai tempat
budidaya ikan tawar. Yang paling penting adalah pemasok listrik Jawa Bali
sebesar 1.888 megawatt.

“Ini akan menjadi isu global, kalau kita tidak segera menanganinya karena
korban yang ditimbulkan masalah ini akan sangat besar,” kata Doni. -
Rappler.com
Analisis Artikel :
1. Kondisi Sungai Citarum
Pada 2013, Sungai Citarum dianugerahi predikat sebagai sungai terkotor di
dunia bersama sembilan sungai lainnya yang berada di berbagai negara.
Kondisi setelah beberapa tahun mendapat predikat tersebut bukannya
berangsur-angsur membaik malah semakin memburuk hingga saat ini. Hal
tersebut bisa kita lihat dari pemandangan kondisi sungai citarum sehari-hari
dimana sampah-sampah rumah tangga, limbah residu produksi dari berbagai
macam industry seperti limbah cair yang terlihat warnanya sangat konstan di
permukaan air sungai citarum warna yang sangat indah bila dilihat tetapi
sangat berbahaya bagi lingkungan.

Tidak hanya kondisi fisiknya yang terlihat sangat kotor dan tidak enak
dipandang mata, tetapi sungai yang memiliki Panjang ±300 Km dan merupakan
salah satu sungai terpanjang di Indonesia ini memiliki dampak buruk pada
ekosistem disekitarnya karena dampak dari pencemaran sungai tersebut
seperti Hasil uji klinis Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM)
Bandung pada air dan ikan, ditemukan berbagai zat yang berbahaya, seperti
Merkuri, Coliform, Besi, Mangan, Timbal, Sulfur, dan Klor.

2. Sumber Pencemaran di sungai Citarum

Pencemaran di Sungai Citarum dapat terlihat dari perbedaan warna,


kekentalan, bahkan ph air antara air yang mengalir dari hulu dengan air yang
mengalir melewati saluran yang melewati pabrik dan pemukiman penduduk.
Adapun beberapa sumber yang menyebabkan tercemarnya Sungai Citarum
antara lain :

- Limbah Industri

Bila dilihat dari kondisi fisik sungai citarum saat ini yang memiliki perbedaan
warna, PH air dll. Bisa diambil sebuah hipotesis jika Limbah Cair dari
sebuah industry/pabrik menyumbang andil yang cukup besar dalam
pencemaran Sungai Citarum ini hal ini diperkuat oleh Dinas Lingkungan
Hidup (DLH) Jawa Barat yang mendata sebanyak 90 persen dari 3.236
industri tekstil di sepanjang Sungai Citarum tidak memiliki Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL), yang kemudian membuang limbahnya ke
aliran sungai. Tercatat 340 ribu ton limbah cair dibuang ke Sungai Citarum
setiap harinya.
- Limbah Rumah Tangga

Limbah rumah tangga adalah limbah yang paling umum dalam hal sumber
pencemar lingkungan, kurangnya kesaddaran masyarakat sekitar sungai
Citarum tentang Lingkungan Hidup membuat mereka dengan mudahnya
membuang sampah di sungai Citarum tanpa mempedulikan resiko yang
akan timbul di kemudian hari

- Limbah Medis
Balai Besar Wilayah Sungai Citarum (BBWSC) menemukan limbah medis
yang dibuang ke Sungai Citarum, antara lain berupa kantong darah HIV
Aids, potongan tubuh manusia, alat medis bekas pakai, bahkan juga
ditemukan Bakteri selain E-coli yang berasal dari kotoran manusia/ternak
mencemari sungai Citarum seperti contohnya Pseudomonas Aeroginosa
yang bila menginfeksi manusia bisa menimbulkan penyakit meningitis,
radang selaput mata, dan radang saluran kemih. Hal yang cukup
mengherankan mengingat semua hal tersebut adalah hal-hal yang
seharusnya berada dilingkungan sekitar ruamh sakit tetapi malah
ditemukan mencemari Suungai Citarum sehingga menimbulkan dugaan ada
juga pihak/oknum yang tidak bertanggung jawab membuang limbah medis
disunagi Citarum.

3. Upaya yang bisa dilakukan :

- Menghimbau kepada pelaku industry tidak hanya yang ada disekitar


sungai citarum tetapi diseluruh Indonesia yang dalam produksinya
menghasilkan limbah terutama limbah cair/air limbah agar memiliki
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
- Menindak tegas para pelaku usaha nakal yang dengan sengaja
membuang limbahnya ke Sungai Citarum.
- Melakukan pendekatan Preventif, seperti memberikan sosialisasi
tentang dampak buruk jika sungai citarum terus menerus dicemari
dengan berbagai macam sumber pencemar seperti limbah dan yang
lainnya dan dampak positif jika akhirnya sungai citarum bersih dari
zat pencemar mengingat sungai ciitarum.

Pendapat & Saran :


Pemerintah harus lebih tegas dalam membuat keputusan dalam penanggulangan
sungai di Indonesia terutama di sungai Citarum. Karena peran pemerintah sangat
berperan dalam menyelesaikan masalah pencemaran yang telah terjadi.
Mengingat fungsi Sungai Citarum sangat vital dan strategis di mana airnya
dikonsumsi oleh 80 persen penduduk Jakarta, dan mengairi sekitar 420 ribu hektar
sawah. Penduduk memanfaatkannya juga sebagai tempat budidaya ikan tawar.
Yang paling penting adalah pemasok listrik Jawa Bali sebesar 1.888 megawatt.

Untuk menjaga kualitas sungai maka kita selaku makhluk yang sangat rentan
melakukan pencemaran terhadap air maka kita harus sadar akan lingkungan,
artinya bahwa kita lah yang menjaga lingkungan ini agar tetap baik. Mari bersama
kita jaga lingkungan ini agar tetap dapat kita nikmati dan demi anak cucu kita di
hari kemudian.

Anda mungkin juga menyukai