E-mail : saptoprajogo@gmail.com
3Jurusan Teknik Konversi Energi, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012
E-mail : annisa.syafitrik@polban.ac.id
ABSTRAK
Biogas merupakan sumber energi berupa gas alam melewati proses fermentasi dengan kondisi
anaerob yang umumnya tersusun atas CH4, CO2, H2, N2, dan H2S. Gas metana sebagai komposisi
utama biogas pada umumnya belum optimal diakibatkan oleh komposisi CO 2 yang besar sehingga
nilai kalor dapat menurun dan komposisi H2S yang bersifat korosif dapat menimbulkan masalah
pada proses pembakaran. Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan proses pemurnian demgan
metode absorpsi menggunakan wet scrubber dengan memanfaatkan H 2S dan CO2 yang memiliki
kelarutan tinggi terhadap air. Wet scrubber melakukan kontak gas dan absorben cair dengan arah
yang berlawanan, kemudian biogas yang masuk melalui bawah kolom akan diberi cairan berupa air
dari atas kolom sehingga gas CO2 dan H2S akan terlarut oleh air. Perancangan ini dilakukan untuk
biogas di Peternakan Sapi, Cigugur Girang dengan komposisi CH4 sebesar 55,5%, CO2 sebesar 43%,
N2 sebesar 1%, H2S sebesar 0,16%, dan O2 sebesar 0,34%. Tujuan dari perancangan ini untuk
merancang sistem wet scrubber untuk proses pemurnian biogas, melakukan pengujian
pengoptimalan komposisi CH4 biogas hasil wet scrubber dengan simulasi menggunakan software
Aspen Plus, dan melakukan analisis keekonomian dari perancangan sistem wet scrubber terhadap
keuntungan peningkatan kualitas biogas. Pada perancangan menggunakan perhitungan manual
untuk dilakukan simulasi menggunakan software Aspen Plus didapatkan dimensi wet scrubber
dengan diameter 3,559 m, tinggi kolom 13,897 m, dan laju alir air 6892,49 kmol/jam. Pemurnian
menghasilkan komposisi akhir H2S sebesar 3,79 ppm dan komposisi CO 2 sebesar 26,77%.
Kata Kunci
Biogas, Absorpsi, Wet Scrubber, H2S, Aspen Plus
optimalisasi pada pembangkit listrik bioenergi
yang sudah terbangun.
1. PENDAHULUAN
Biogas biasanya memiliki kandungan 50-70%
Sumber energi alternatif yang dapat
CH4, 25-50% CO2, 1-5% H2, 0,3-3% N2 dan
digunakan salah satunya adalah pemanfaatan
H2S (Fitria, 2009). Dalam penggunaannya,
biogas. Biogas adalah gas dari produk akhir
biogas dapat membantu mengurangi emisi gas
pencernaan atau degradasi anaerobik dari
metana ke atmosfer yang dua puluh satu kali
bahan-bahan organik yang dilakukan oleh lebih berbahaya daripada emisi
bakteri anaerobik yang terdapat dalam karbondioksida. Berkurangnya emisi
lingkungan bebas (Rozaq, 2016). Dilansir dari
dikarenakan pemanfaatan dari gas metana
data yang dirilis oleh Kementerian ESDM,
pada proses anaerobik yaitu untuk memasak,
potensi pemanfaatan biogas di Indonesia
menyalakan lampu, dan menggerakan
sangat besar mencapai 32 GW. Namun
generator listrik.
kapasitas pembangkit listrik bioenergi yang
tercapai baru sebesar 1,8965 GW. Sementara Tingginya kadar H2S dan CO2 dalam biogas
target kebijakan energi nasional (KEN) untuk menunjukkan kualitas biogas yang rendah
pembangkit listrik ini sebesar 5,5 GW pada (Nugraha, 2021). Selain itu, H2S merupakan
tahun 2025. Berdasarkan data tersebut, gas yang memiliki sifat korosif sehingga dapat
pemanfaatan biogas sebagai sumber energi menimbulkan masalah pada proses
perlu ditingkatkan dan juga dilakukan pembakaran dari biogas dan juga dalam
850
Prosiding The 13th Industrial Research Workshop and National Seminar
Bandung, 13-14 Juli 2022
pembakarannya H2S dapat menjadi beracun Biogas umumnya memiliki kandungan 50-
dan menimbulkan asidifikasi. Begitu pula CO2 70% CH4, 25-50% CO2, 1-5% H2, 0,3-3% N2
merupakan gas agak beracun yang apabila dan H2S (Fitria, 2009). Kandungan energi
semakin tinggi konsentrasinya akan yang terdapat dalam gas metana dapat
menurunkan nilai kalor biogas itu sendiri. digunakan sebagai energi alternatif, seperti
menggerakan generator set yang akan
Metode absorpsi merupakan upaya untuk menghasilkan listrik. Kualitas biogas dapat
meningkatkan kualitas biogas dengan diukur dengan tinggi kandungan metana dan
meminimalkan gas pengotor dalam biogas. dapat ditingkatkan dengan mengurangi atau
Gas yang diserap adalah hidrogen sulfida menghilangkan kandungan gas lainnya.
(H2S) dan karbon dioksida (CO2) karena
kedua gas ini memiliki sifat kelarutan yang 2.2 Komposisi Biogas
tinggi dalam air. Absorpsi diadopsi pada
Berdasarkan (Anggito, 2014) beberapa
proses permurnian metode wet scrubber
campuran gas yang terkandung di dalam
menggunakan absorben untuk melarutkan
biogas memiliki komponen utama yang terdiri
absorbat. Metode wet scrubber adalah salah
dari metana (CH4) sebesar 50-70%, kemudian
satu cara yang dapat digunakan untuk
karbon dioksisa (CO2) sebesar 25-50%, serta
menghilangkan kandungan H2S dan CO2 pada
beberapa gas lain seperti H2S, N2, dan O2. Dari
biogas, hal ini dikarenakan kedua gas tersebut
seluruh komposisi yang terdapat pada biogas,
mudah larut dalam air dibandingkan gas
setiap gasnya memiliki sifat masing-masing
metana. Berdasarkan penelitian Dwinanda
yaitu :
(2017), absorpsi pada biogas dengan
1. Metana (CH4) adalah gas sebagai
menggunakan wet scrubber dapat
komponen utama dari biogas. Gas ini
menghasilkan komposisi CH4 sebesar 74,34%
memiliki sifat mudah terbakar dan
dari komposisi awal 56,73% dan hasil akhir
jumlahnya menentukan kualitas dari
komposisi H2S sebesar 4 ppm dari komposisi
biogas. Pembakaran CH4 dikonversi
awal 0,62% atau 6200 ppm.
menjadi molar ekivalen dari CO2 dan air.
2. Karbon dioksida (CO2) adalah gas yang
Dari hasil studi literatur, metode yang cukup
beracun. Pengaruh gas ini pada biogas
efektif dan efisien dalam merancang wet
yaitu semakin tinggi konsentrasi CO2,
scrubber untuk mencapai komposisi biogas
maka nilai kalor biogas semakin rendah.
yang optimal adalah penggunaan metode
3. Hidrogen sulfida (H2S) adalah gas yang
perancangan wet scrubber yang akan
memiliki sifat korosif sehingga dapat
disimulasikan menggunakan software Aspen
menimbulkan masalah pada proses
Plus (Dwinanda, 2017). Maka akan dibuat
pembakaran dari biogas dan
perancangan wet scrubber dengan simulasi
memengaruhi media jalur distribusi
menggunakan software Aspen Plus untuk
biogas. Selain itu, H2S yang diubah
meningkatkan komposisi CH4 pada biogas
menjadi SO2 juga beracun dan dapat
produk peternakan sapi Cigugur Girang.
menyebabkan asidifikasi.
4. Uap air pada komposisi biogas tidak
2. TINJAUAN PUSTAKA
akan menimbulkan bahaya, namun jika
berkombinasi dengan CO2 dan H2S dapar
2.1 Biogas pula mengakibatkan korosi.
Tabel 1 Komposisi pada Biogas
Biogas merupakan sumber energi berupa gas Komposisi Presentase
alam yang dihasilkan dari bahan organik Metana (CH4) 50-70%
Karbon dioksida (CO2) 25-45%
setelah melewati proses fermentasi dengan Nitrogen (N2) 1-5%
kondisi anaerob (tanpa udara). (Dwinanda, Hidrogen sulfida (H2S) 0-3%
2017). Bahan organik yang dapat digunakan Oksigen (O2) 0,1-0,5%
yaitu seperti kotoran ternak, sisa tanaman, Sumber : (Maynell, 1976)
biomassa, sampah hasil aktivitas sehari-hari,
dan lain sebagainya. Dari bahan-bahan 2.3 Wet Scrubber
organik tersebut, setelah terurai dengan
kondisi anaerob, kemudian melepaskan Wet scrubber merupakan sebuah unit / alat
absorpsi gas yang terdiri dari sebuah kolom
campuran gas. Dengan proses fermentasi,
yang dilengkapi oleh masukan gas dan ruang
pencernaan anaerob tersebut merupakan
distribusi pada bagian bawah, lalu masukan
bentuk alami dari limbah menjadi energi.
zat cair dan distributornya terdapat pada
851
Prosiding The 13th Industrial Research Workshop and National Seminar
Bandung, 13-14 Juli 2022
bagian atas, untuk keluaran gas dan zat cair peternakan sapi di Cigugur Girang, Kec.
masing-masing terdapat di bagian atas dan Parongpong, Kab. Bandung Barat, Jawa Barat.
bagian bawah. Kemudian di dalamnya diisi
dengan massa zat cair atau inert dan di atas
penyangganya disebut isian menara atau tower
packing. Pada wet scrubber, arus gas kotor
dibawa menuju kontak dengan liquid pencuci
dengan cara menyemprotkan, mengalirkan,
ataupun dengan metode kontak lainnya.
Prinsip kerja dari wet scrubber ini ialah 3.1 Data Eksisting
dengan melakukan kontak gas dan absorben
Pada penelitian dibutuhkan data eksisting
cair yang dilakukan dengan arah yang
berlawanan atau terjadinya sentuhan antar gas untuk mengetahui kondisi operasi di lapangan
dan absorben cair dengan kondisi temperatur sehingga dapat digunakan untuk perancangan
lingkungan. Biogas yang masuk melalui dengan perhitungam manual untuk
bawah kolom akan diberi cairan absorben dari memperoleh dimensi dan simulasi software
atas kolom sehingga gas CO2 dan H2S akan Aspen Plus untuk memperoleh komposisi
akhir biogas. Data eksisting dapat dilihat pada
terbawa dengan absorben cairan.
tabel berikut :
Tabel 2 Data untuk Perancangan
2.4 Software Aspen Plus
Aspen Plus merupakan software yang akan Properties Biogas
Parameter Nilai Satuan
digunakan untuk membantu analisis wet Temperatur 0
scrubber hasil rancangan, simulasi wet 21 C
Biogas
scrubber ini menggunakan pemodelan Tekanan
0,88 Bar
absorber dengan nilai masukan yang diberikan Biogas
Debit Aliran
dalam peneltian yaitu karakteristik biogas dan 0,72 m3/h
Biogas
parameter perancangan wet scrubber yang Massa Jenis
0,657 kg/m3
telah dilakukan perhitungan manual. Aspen Biogas
Plus akan menampilkan parameter-parameter Properties Air
Parameter Nilai Satuan
hasil atau keluaran yang dapat membantu 0
Temperatur Air 21,7 C
menganalisis wet scrubber yang dirancang Tekanan Air 1 Bar
dengan menggunakan hubungan sifat fisik Viskositas Air 0,938 cP
dasar suatu proses, yaitu material and energy Tegangan
0,0725 N/m
balances, thermodynamic equilibrium, rate Permukaan
Massa Jenis
equations (Eden, 2012). 997 kg/m3
Air
852
Prosiding The 13th Industrial Research Workshop and National Seminar
Bandung, 13-14 Juli 2022
853
Prosiding The 13th Industrial Research Workshop and National Seminar
Bandung, 13-14 Juli 2022
4. Hasil Perancangan
854
Prosiding The 13th Industrial Research Workshop and National Seminar
Bandung, 13-14 Juli 2022
standar yang membatasinya, kandungan CO2 Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui
ini akan memengaruhi kualitas dari biogas kandungan CO2 semakin meningkat ketika
karena semakin rendah CO2 maka akan laju alir biogas juga meningkat. Dari hal
semakin meningkat kandungan CH4 dan tersebut menandakan bahwa semakin tinggi
semakin tinggi CH4 maka akan semakin baik laju alir biogas maka akan semakin rendah
kualitas dari biogas. kemampuan absorpsi CO2. Hal ini diakibatkan
oleh sifat kelarutan dari CO2 lebih rendah dari
Berdasarkan profil komposisi biogas,
H2S.
kandungan CO2 mengalami penurunan setiap
stages-nya dan memiliki hasil akhir di stages 1 Kinerja wet scrubber dapat dikatakan berhasil
sebesar 0,268 mol fraction atau 26,8%. CH4 dilihar dari penurunan komposisi dari trace
mengalami peningkatan setiap stages-nya components pada biogas yang signifikan
dengan hasil akhir CH4 0,663 mol fraction seperti dalam perancangan ini yaitu penurunan
atau 66,3%. kandungan H2S dari 1646 ppm menjadi 3,79
ppm dan kandungan CO2 dari 43% menjadi
5.2 Pengaruh Perubahan Laju Alir Biogas 26,8%.
terhadap Kemampuan Absorpsi H2S
5.4 Analisis Off-Design Wet Scrubber
H 2S
7,00E-06 Pengaruh Laju Alir Biogas terhadap Komposisi
6,00E-06 Pemurnian Biogas
Mol Fraction
5,00E-06 100
4,00E-06 Komposisi Biogas
3,00E-06 50
2,00E-06 y = 8E-06x - 0,0001 0
1,00E-06 R² = 0,9658 9,5 10 10,5 11 11,5 12 12,5 13 13,5 14 14,5 15
0,00E+00 -50
13 13,2 13,4 13,6 Laju Alir Biogas (kmol/h)
0,27
0,265
0,26
0,255
y = 0,0434x - 0,3186
0,25 R² = 0,9963
0,245
13 13,2 13,4 13,6
Laju Alir Biogas (kmol/h)
Gambar 8 Pengaruh Laju Alir Biogas terhadap
Kandungan CO2
855
Prosiding The 13th Industrial Research Workshop and National Seminar
Bandung, 13-14 Juli 2022
856
Prosiding The 13th Industrial Research Workshop and National Seminar
Bandung, 13-14 Juli 2022
857
Prosiding The 13th Industrial Research Workshop and National Seminar
Bandung, 13-14 Juli 2022
[9]. Newnan, D. (1990). Engineering [15]. Sullivan, W., Wicks, E., & Koelling, C.
Economic Analysis. California: (2014). Engineering Economy Sixteenth
Engineering Press Inc. Edition. New Jersey: Pearson Education
[10]. Nugraha, A. F. (2021). Perancangan Wet Ltd.
Scrubber untuk Proses Pemurnian pada [16]. Suyitno. (2007). Pembangkit Listrik
Produksi Biogas. Bandung: Politeknik Tenaga Biogas (PLTBio) yang
Negeri Bandung. Dilengkapi dengan Kompresi. Jawa
[11]. Perry, R., & Green, D. (1997). Perry's Tengah: Balitbang.
Chemical Engineers Handbook, 6th ed. [17]. Wahyuni, S. (2008). Biogas. Jakarta:
New York: McGraw-Hill. Penebar Swadaya.
[12]. Rozaq, A. (2016). Perancangan Filter [18]. Wijayanto, D. (2012). Pengantar
Purifikasi Biogas Menggunakan Wet Manajemen. Jakarta: PT. Gramedia
Scrubber. Surabaya: Insitut Teknologi Pustaka Utama.
Sepuluh Nopember. [19]. Wilson. (2004). Gas-Liquid Contact Area
[13]. Sahwan, F. L., Wahyono, S., Suryanto, of Random and Structured Packing.
F., & Hanif, M. (2019). Purifikasi Gas USA: Master Thesis. University of
Metana (CH4) dari TPA Sampah Texas.
Menggunakan Metode Water Scrubber.
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 20 No.
2, 171-178.
[14]. Sulaiman, F. (2008). Absoprsi. Serang:
Jurusan Teknik Kimia, Universitas
Ageng Tirtayasa.
858