Anda di halaman 1dari 7

NAMA : SOLY DEO GLORYA HUTAGALLUNG

NIM : A1C320014
KELAS : REG A 2020

Difraksi Partikel

Gambar 1. Eksperimen Davisson – Germer Gambar 2. Hamburan dari bidang kristal


a = jarak antara atom - atom dalam kristal
d = jarak antara bidang-bidang atom

Jarak atom a berhubungan dengan jarak d


menurut persamaan :

d=a sin ϕ/2

Dengan Persamaan Bragg :

n  2d sin

Gambar 3. Hasil Percobaan Davisson dan Germer


Interferensi maksimum menyebabkan intensitas berkas pantul mencapai suatu maksimum pada
sudut ø = 50° untuk V = 50 V
Dari percobaan didapatkan jarak kisi dari atom-atom nikel / a = 0,215 nm maka :

d=a sin 25° ≤ 0,0909 nm


λ=2 d sin ∅=0,165 nm

Hipotesis dari deBroglie menyatakan sebuah elektron yang dipercepat melalui suatu beda
potensial 54 V memiliki energi kinetik 54 eV dan karena itu momentumnya adalah :

1
p= √ 2 mK =
2
√ 2 mc 2 K = 1c (7430 eV )
Panjang gelombang deBroglie adalah λ = h/p = hc/pc .
Dengan menggunakan hc = 1240 eV .nm maka :
1240 eV . nm
λ= =0.167 nm
7430
Partikel Dalam Kotak

Gambar 4. Partikel tertangkap dalam kotak


yang lebarnya L

Panjang gelombang deBroglie yang mungkin


dari partikel dalam kotak ditentukan oleh lebar
kotak L
gelombang yang diperbolehkan :
2L
Rumus umum λ n=
n
N=1,2,3,... λ de broglie yang tertangkap.

Gambar 5. Fungsi gelombang partikel


yang tertangkap dalam kotak yang lebarnya L

Pada partikel ini tidak memiliki energi potensial maka energi yang dimilikinya
n2 h 2
En =
8 m L2
N= 1,2,3.... partikel dalam kotak

Setiap energi yang diijinkan disebut tingkat energi. Bilangan bulay n yang memberikan
spesifikasi tingkat energi En disebut bilangan kuantum.

Prinsip Ketidaktentuan I
Warner Heisenberg (1901-1976) . dengan bantuan Born dan Pascual Jordan ia
mengembangkan cara pendekatannya menjadi teori kuantum yang konsisten. Dan akhirnya ia
menemukan prinsip ketidak tentuan dan pada saat itu juga ia menjelaskan keferomagnetan
dari struktur atom. menyatakan bahwa hampir tidak mungkin untuk mengukur dua besaran
secara bersamaan, misalnya posisi dan momentum suatu partikel di tahun 1927.dan pada
tahun 1932 ia menerima hadiah Nobel.

Gambar 6. diatas suatu group gelombang terisolasi ialah hasil dari sejumlah tak terhingga
gelombang dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Lebih sempit group gelombang itu,

Jumlah gelombang tak terhingga

lebih besar selang panjang gelombang yang tersangkut. Jadi suatu group gelombang de broglie
yang sempit berarti kedudukannya terbefinisikan dengan baik tetapi panjang gelombang
masing-masing tidak terdefinisi dengan baik, sehingga ketakpastian yang besar dalam
momentum partikel yang dinyatakan oleh group gelombang itu. Suatu group gelombang yang
lebar berarti momentumnya lebih tertentu tetapi kedudukannya lebih tak tertentu.

Sehingga pada suatu waktu tertentu t group gelombang dapat dinyatakan dengan integral
Fourier:

Ψ ( x )=∫ g ( k ) cos kx dx
0

denyut Grup gelombang Gelombang


yang melebar tak terhingga
Prinsip Ketidaktentuan II
Prinsip ketaktentuan dapat didekati dari berbagai jalan. kita dapatkan dari berdasarkan sifat
partikel seperti yang telah kita di lakukan slide sebelum. Misalnya kita akan mengukur
kedudukan dan momentum dari suatu pada suatu saat tertentu. Untuk melaksanakannya, kita
harus mengganggunya dengan sesuatu yang dapat membawa infosmasi kembali pada kita.
ini berarti kita harus menyentuhnya dengan jari tangan, meneranginya dengan cahaya atau
menginteraksikannya dengan suatu cara lain. Kita bisa memeriksa elektron dengan pertolongan
cahaya perpanjangan gelombang λ seperti pada slide selanjutnya. Dalam proses ini foton cahaya
menumbuk elektron yang terpantul kearah lain. Setiap foton memiliki momentum h/λ , dan bila
foton itu bertumbukkan dengan elektron, momentum elektron semula p berubah. Perubahan yang
tepat tidak bisa diramalkan, tetapi perubahan berorde besar sama dengan momentum foton h/λ .
Jadi pengukuran telah menimbulkan ketaktentuan pada momentum elektron. Lebih besar panjang
gelombang cahaya yang kita pakai untuk ”melihat” elektron, lebih kecil ketaktentuan
momentumnya.

1
Gambar 8. Elektron diamati tanpa mengubah momentumnya ∆ p= .
λ
Penerapan Prinsip Ketaktentuan
-34
Tetapan Planck h berharga sangat kecil hanya 6,63x10 J.s sehingga pembatasan yang
ditimbulkan prinsip ketaktentuan hanya penting dalam dunia atom. Dalam skala itu prinsip
ini sangat menolong untuk mengetikan banyak gejala. Perlu diingat bahwa batas bawah
h/2 untuk Δx Δp sangat jarang dicapai: lebih biasa Δx Δp ≈ h ,atau (seperti baru kita
lihat).Δx Δp ≈ h

Misal:

Suatu inti atomik berjari-jari sekitar 5 x 10-15 m . Gunakan prinsip ketaktentuan untuk
mendapatkan batas bawah energi elektron yang harus dimiliki supaya bisa menjadi partikel
penyusunan inti atomik.

Δ x=5× 10−15 m

6,63 ×10−34 J . s
p ≥2 ∆ x ≥ ≥1,1 ×10 kg × . m/ s
5 ×10−15 m

Jika besaran itu merupakan ketaktentuand dari momentum elektron dalam inti, momentumnya p
harus berorde besara paling sedikit sama deangan itu. Elektron dengan momentum besar itu
2
memiliki energi kinetik banyak kali lebih besar dari energi diam moc , sehingga kita lihat
bahwa kita dapat mengambil K=pc Untuk maksud terrsebut dengan ketelitian yang cukup
jadi

−20 m 10 8 m −12
K= pc ≥(1,1× 10 kg . )×(3× ) ≥3,3 × 10 J
s s

Karena 1eV= 1,6 10 19 J, energi kinetik elektron harus melebihi 20MeV supaya
elektron
menjadi partikel dalam inti. Eksperimen menunjukkan bahwa biar pun untuk elektron yang
berkaitan dengan atom tak mantap tidak pernah memiliki energi sebagian dari energi tersebut,
sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa tidak terdapat elektron dalam inti.
Bentuk lain dari prinsip ketaktentuan kadang-kadang berguna. Mungkin kita ingin mengukur
energi E yang dipancarkan pada suatu waktu selama selang waktu dalam suatu proses atomik.
Jika energi ini berbentuk gelombang elektromagnetik, batas waktu yang tersedia membatasi
ketepatan kita untuk menentukan frekuensi v dari gelombang itu. Marilah kita anggap dari
group gelombang itu sebagai sati gelombang. Karena frekuensi gelombang yang sedang
dipelajari sama dengan bilangan yang kita hitung dibagi dengan selang waktu, ketaktentuan
frekuensi dalam pengukuran kita ialah:
1 h
∆ v≥ ketentuan yang tak sesuai ∆ E=h ∆ v sehingga ∆ E= atau ∆ E ∆ t ≥ h
∆t ∆t
Dan untuk ketaktentuan Energi dan Waktu

menyatakan bahwa perkalian ketaktentuan pengukuran energi 𝝙E dan ketaktentuan waktu 𝝙t


pada selama pengukuran itu dilakukan harus sama atau lebih beasra dari .  / 2 Hasil ini bisa
diperoleh dengan cara lain dan pada umumnya kasusnya tidak dibatasi hanya kasus gelombang
elektromagnetik.
Sebuah atom yang ”tereksitasi” mengeluarkan kelebihan energinya dengan memancarkan sebuah
foton yang memiliki frekuensi karakteristik tertentu, seperti yang diterangkan dalam Bab.4.
Periode rata-rata yang berlangsung antar eksitasi atom dan saat memancarkannya ialah . Cari
ketaktentuan energi dan frekuensi foton itu.
Solusi energi foton tak tentu dengan besar :
Δ x=5× 10−15 m

6,63 ×10−34 J . s
p ≥2 ∆ x ≥ ≥1,1 ×10 kg × . m/ s
5 ×10−15 m

Ketaktentuan frekuensi cahaya diberikan dalam bentuk


∆E
∆ v= ≥8 ×10 6 Hz
h
Ini
merupakan batas tak tereduksi dari ketelitian yang dapat diperoleh untuk frekuensi
radiasi yang dipancarkan oleh sebuah atom. Sebagai hasil radiasi sebuah atom yang
terksitasi tidak muncul dalam bentuk suatu frekuensi tertentu v melainkan dalam selang v
- Δv antara v + Δv hingga . Untuk foton yang berfrekuensi 5 ×10 Hz, v / v  1,6
14

8
10

Dalam praktek ada gejala lain seperti efek doppler memberi kontribusi lebih besar dari itu
pada pelebaran garis spektral.

Anda mungkin juga menyukai