Anda di halaman 1dari 43

RPS 7

Pelaporan Korporat
“Instrumen Keuangan”

Oleh:

Ida Bagus Pramayoga (2007612005)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
7.1. DEFINISI INSTRUMEN KEUANGAN
Instrumen keuangan adalah setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan entitas dan
liabilitas keuangan atau instrumen ekuitas entitas lain.
Berdasarkan definisi tersebut, instrumen keuangan terdiri dari:
1. Aset keuangan
2. Liabilitas keuangan
3. Instrumen ekuitas
Definisi dari masing-masing dijelaskan di bawah ini.
1. Aset keuangan adalah setiap aset yang berbentuk:
a. Kas;
b. Instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas lain;
c. Hak kontraktual;
i. Untuk menerima kas atau aset keuangan lain dari entitas lain; atau
ii. Untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain
dengan kondisi yang berpotensi menguntungkan entitas tersebut, atau
d. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen
ekuitas yang diterbitkan oleh entitas dan merupakan:
i. Nonderivatif di mana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menerima suatu
jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas; atau
ii. Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan
sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen
ekuitas yang diterbitkan entitas.
Poin (a) dan (b) dalam definisi di atas, yaitu kas dan instrumen ekuitas yang diterbitkan
entitas lain, secara spesifik didefinisikan sebagai aset keuangan. Namun, investasi pada
entitas anak, entitas asosiasi, atau ventura bersama, dikecualikan dari ruang lingkup
Instrumen Keuangan.
Poin (c) dalam definisi di atas menyatakan bahwa hak kontraktual untuk menerima atau
mempertukarkan instrumen keuangan yang berpotensi menguntungkan bagi entitas
merupakan aset keuangan. Contohnya, deposito bank termasuk dalam ruang lingkup aset
keuangan karena merepresentasikan hak kontraktual entitas untuk menerima kas dari bank
pada saat jatuh tempo. Serangkaian hak kontraktual yang pada akhirnya memberikan kas atau
instrumen ekuitas kepada entitas juga masuk ke dalam definisi aset keuangan.
Kontrak yang dimiliki entitas untuk menerima atau menyerahkan instrumen ekuitas yang
diterbitkan entitas tersebut biasanya akan diakui sebagai instrumen ekuitas. Namun, sebuah
kontrak bukan merupakan merupakan instrumen ekuitas jika kontrak tersebut adalah untuk
menerima (i) instrumen ekuitas terbitan entitas yang jumlahnya bervariasi (jika kontrak
tersebut bukan kontrak derivatif) atau (ii) saham yang nilainya telah ditentukan atau nilainya
didasarkan pada perubahan nilai variabel tertentu (underlying variable) (jika kontrak tersebut
merupakan kontrak derivatif). Kontrak semacam itu bukan merupakan instrumen ekuitas
melainkan aset keuangan (atau liabilitas keuangan).

2. Liabilitas keuangan adalah setiap liabilitas yang berupa:


a. Kewajiban kontraktual:
i. Untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain; atau
ii. Untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan entitas lain
dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan entitas tersebut;
b. Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan instrumen
ekuitas yang diterbitkan entitas dan merupakan suatu:
i. Nonderivatif di mana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk menerima suatu
jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas; atau
ii. Derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain dengan mempertukarkan
sejumlah tertentu kas atau aset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrumen
ekuitas yang diterbitkan entitas.
Hak kontraktual entitas untuk menerima kas atau aset keuangan lain merupakan kewajiban
kontraktual bagi entitas lain untuk menyerahkan kas atau aset keuangan yang bersangkutan.
Pada kasus yang sederhana, liabilitas keuangan adalah kewajiban kontraktual entitas untuk
menyerahkan kas atau aset keuangan lain ke entitas lain.
Pada situasi yang lebih kompleks, sama seperti aset keuangan, liabilitas keuangan dapat juga
berbentuk kontrak untuk menyerahkan (i) instrumen ekuitas terbitan entitas yang jumlahnya
bervariasi (jika kontrak tersebut bukan merupakan kontrak derivatif) atau (ii) saham yang
nilainya telah ditentukan atau nilainya didasarkan pada perubahan nilai variabel tertentu
(underlying variable) (jika kontrak tersebut merupakan kontrak derivatif).

3. Instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan hak residual atas aset suatu
entitas setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya.
Namun, dalam menentukan apakah sebuah kontrak yang mensyaratkan penyerahan
instrumen ekuitas entitas merupakan instrumen ekuitas, entitas harus memastikan apakah
kontrak tersebut merepresentasikan kewajiban untuk menyerahkan sejumlah tertentu yang
dibayarkan dalam bentuk saham atau merepresentasikan kewajiban untuk menyerahkan
sejumlah tertentu saham tanpa melihat nilai wajar saham pada tanggal penyerahan.
Sebuah kontrak untuk menyerahkan atau menerima) sejumlah tertentu yang dibayarkan
dalam bentuk saham bukan merupakan instrumen ekuitas karena pada tanggal komitmen
entitas tersebut tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah saham yang harus diserahkan
(atau harus diterima) pada tanggal penyerahan.

Instrumen derivatif merupakan salah satu jenis instrumen keuangan yang diatur dalam PSAK
71. Karakteristik dari instrumen derivatif adalah:
1. Nilainya berubah sebagai akibat dari perubahan variabel tertentu (underlying variable)
contoh suku bunga, harga instrumen keuangan, harga komoditas, kurs, indeks harga
atau indeks suku bunga, peringkat kredit atau indeks kredit, atau variabel lain;
2. Tidak memerlukan investasi awal neto atau memerlukan investasi awal neto dalam
jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah yang diperlukan untuk kontrak
serupa lain yang diperkirakan akan menghasilkan dampak yang serupa sebagai akibat
perubahan faktor pasar; dan
3. Diselesaikan pada tanggal tertentu di masa depan.

Definisi derivatif mencakup kontrak yang diselesaikan dengan cara penyerahan underlying
item (contoh kontrak forward untuk membeli instrumen utang). Entitas dapat pula memiliki
kontrak untuk membeli atau menjual sesuatu yang diselesaikan secara neto dengan kas atau
instrumen keuangan lain atau dengan mempertukarkan instrumen keuangan (contohnya
kontrak untuk membeli atau menjual komoditas pada harga tertentu di masa depan).

Salah satu karakteristik dari derivatif adalah memerlukan investasi awal neto dalam jumlah
yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah yang diperlukan untuk kontrak serupa lain yang
diperkirakan akan menghasilkan dampak yang serupa sebagai akibat perubahan faktor pasar.
Salah satu jenis derivatif yang memenuhi definisi ini adalah opsi. Premi yang dibayarkan
untuk memperoleh options merupakan jumlah yang lebih kecil daripada jumlah yang harus
dikeluarkan untuk memperoleh investasi serupa dalam bentuk instrumen keuangan yang
dikaitkan dengan options tersebut. Currency swap yang mensyaratkan pertukaran awal dalam
mata uang yang berbeda namun memiliki nilai wajar yang setara juga memenuhi definisi
derivatif karena investasi neto awalnya nol (nilai wajar kedua mata uang tersebut kurang
lebih setara pada pengakuan awal).

Ada beberapa jenis instrumen keuangan yang merupakan instrumen campuran (hybrid
instrument) atau instrumen gabungan (combined instrument). Sebagai contoh, obligasi yang
dapat dikonversi (convertible bond) merupakan instrumen utang dengan opsi yang melekat
untuk mengkonversi instrumen utang tersebut menjadi saham. Dari perspektif penerbit,
instrumen utang tersebut merupakan liabilitas keuangan sementara opsi yang melekat adalah
instrumen ekuitas. Sementara dari perspektif pembeli obligasi, komponen yang merupakan
instrumen utang adalah aset keuangan dan opsi yang melekat merupakan derivatif.

Dalam PSAK 71, jika kontrak hibrida mengandung kontrak utama yang merupakan aset
keuangan, maka entitas menerapkan persyaratan pengakuan aset keuangan (sebagaimana
dijelaskan di bawah pada bagian pengakuan aset keuangan) untuk keseluruhan kontrak
hibrida (tidak dipisahkan antara kontrak utama dan derivatif melekat).

Namun apabila kontrak hibrida mengandung kontrak utama yang bukan merupakan aset
keuangan maka derivatif melekat dipisahkan dari kontrak utama dan dicatat sebagai derivatif
jika:
1. Karakteristik ekonomik dan risiko dari derivatif melekat tersebut tidak berkaitan erat
dengan karakteristik ekonomik dan risiko dari kontrak utama;
2. Instrumen terpisah yang memiliki persyaratan yang sama dengan derivative melekat
memenuhi definisi sebagai derivatif; dan
3. Kontrak hibrida tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi

Selain itu, untuk kontrak yang mengandung derivatif melekat dan kontrak utama bukan
merupakan aset keuangan, entitas dapat menetapkan seluruh kontrak hibrida tersebut untuk
diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.

7.2. KLASIFIKASI ASET KEUANGAN DAN LIABILITAS KEUANGAN


7.2.1 Klasifikasi Aset Keuangan
Dalam PSAK 71, dasar pengukuran aset menentukan klasifikasi aset, yaitu terdiri dari:
1. Nilai wajar pada laba rugi
2. Nilai wajar pada penghasilan komprehensif lain
3. Biaya perolehan diamortisasi

Dalam PSAK 55 terdapat pengecualian yaitu diperbolehkan untuk mengukur menggunakan


biaya perolehan untuk instrumen ekuitas yang tidak diperdagangkan di pasar aktif dan nilai
wajrnya tidak dapat diukur secara andal.
Pengecualian ini dihapus dalam PSAK 71, dengan pertimbangan selalu dimungkinkan untuk
mengestimasi nilai wajar.
Untuk menentukan aset keuangan masuk ke klasifikasi yang mana, maka harus dilakukan uji
atas dua hal, yaitu model bisnis dan arus kas kontraktual.
1. Model bisnis entitas dalam mengelola aset keuangan
Untuk menerapkan uji model bisnis dilakukan beberapa tahap berikut:
 Memecah aset keuangan menjadi kelompok terpisah berdasarkan bagaimana tiap
kelompok dikelola
 Mengidentifikasi tujuan dari entitas dalam melakukan pengelolaan tiap kelompok
 Berdasarkan tujuan tersebut, mengklasifikasikan tujuan pengelolaan menjadi: 1)
dimiliki untuk mendapatkan arus kas kontraktual”, "dimiliki untuk dijual”, atau
“tujuan lain (dimiliki untuk mendapatkan arus kas kontraktual maupun dimiliki untuk
dijual)"
 Untuk aset yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk ditagih, dilakukan penilaian
kesesuaian klasifikasi dengan aktivitas di masa lalu
Uji model bisnis tersebut dilakukan di level agregat, bukan di level instrumen.
Bukti yang relevan untuk menilai model bisnis perusahaan termasuk, tetapi tidak terbatas
pada:
a. Bagaimana kinerja dari model bisnis dan aset keuangan yang dimiliki dalam model
bisnis dievaluasi dan dilaporkan kepada personil manajemen kunci entitas
b. Risiko yang memengaruhi kinerja dari model bisnis (dan aset keuangan yang dimiliki
dalam model bisnis) dan, khususnya, cara bagaimana risiko tersebut dikelola
c. Bagaimana manajer bisnis dikompensasi (sebagai contoh, apakah kompensasi
berdasarkan nilai wajar dari aset yang dikelola atau arus kas kontraktual yang
diperoleh).
2. Karakteristik arus kas kontraktual dari aset keuangan
Untuk uji karakteristik arus kas kontraktual dari aset keuangan dilakukan di level instrumen.
Uji ini mensyaratkan entitas untuk menentukan apakah arus kas kontraktual aset yang semata
dari pembayaran pokok dan bunga dari jumlah pokok terutang (solely payment of principal
and interest/SPPI). Oleh karena itu, hanya berlaku untuk pengaturan pinjaman dasar. Untuk
pinjaman yang bersifat kompleks, tidak memenuhi uji SPPI.
Yang dimaksud dengan jumlah pokok adalah nilai wajar dari aset keuangan pada saat
pengakuan awal. Namun jumlah pokok tersebut dapat berubah selama umur aset keuangan
(misal, jika ada pelunasan jumlah pokok). Sedangkan bunga terdiri dari imbalan untuk nilai
waktu atas uang, risiko kredit terkait jumlah pokok terutang pada periode waktu tertentu,
risiko dan biaya peminjaman standar, dan juga marjin laba.

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan SPPI:


a. Termin pembayaran apakah tidak sah” atau “de minimis"
Termin kontrak yang tidak sah atau de minimis tidak boleh dipertimbangkan dalam
melakukan uji SPPI. Suatu termin dikatakan tidak sah jika mempengaruhi arus kas
kontraktual hanya jika terjadi suatu kejadian yang sangat jarang, sangat abnormal, dan sangat
kecil kemungkinannya terjadi. Termin kontrak disebut de minimis jika de minimis di tiap
periode pelaporan dan secara kumulatif selama umur instrument keuangan.
b. Hak jika terjadi pailit atau tidak dilakukan pembayaran
Instrumen keuangan disebut memenuhi uji SPPI jika debitur tidak melakukan pembayaran
adalah merupakan pelanggaran kontrak dan pemilik instrumen mempunyai hak kontraktual
atas jumlah pokok dan bunga terutang dalam hal debitur pailit.
c. Denominasi dalam mata uang asing
Denominasi pokok dan bunga harus mengikuti denominasi dari utang tersebut.
d. Pembayaran lebih awal sebelum jatuh tempo atau perpanjangan termin
Pembayaran lebih awal dan opsi untuk memperpanjang termin tidak melanggar uji SPPI jika
memenuhi kriteria berikut:
 Jumlah yang dibayar lebih awal secara substansi mencakup jumlah pokok dan bunga
dari jumlah pokok terutang yang ada; atau
 Jumlah yang dibayar dimuka secara substansial mewakili jumlah par kontraktual dan
bunga kontraktual terutang (tetapi belum dibayar), yang mungkin termasuk tambahan
kompensasi yang wajar untuk penghentian dini kontrak, instrumen diperoleh atau
diterbitkan pada premium atau diskonto untuk jumlah par kontraktual, dan ketika
entitas pertama kali mengakui aset keuangan, nilai wajar dari fitur dibayar dimuka
tidak signifikan.
Perpanjangan termin juga tidak melanggar uji SPPI jika perpanjangan mengakibatkan arus
kas kontraktual dalam periode perpanjangan yang juga mencerminkan pembayaran atas
pokok dan bunga terutang.
e. Fitur pembayaran kontinjen lainnya
Persyaratan kontraktual dapat mengandung pembayaran kontinjensi yang akan mengubah
waktu atau jumlah arus kas kontraktual.
Berikut adalah contohnya:
 Persyaratan kontraktual yang mana suku bunga dalam perjanjian ditetapkan ulang ke
suku yang lebih tinggi jika debitur melewatkan sejumlah pembayaran tertentu.
 Persyaratan kontraktual yang mana suku bunga ditetapkan ulang ke suku yang lebih
tinggi jika indeks ekuitas mencapai level tertentu.
Apabila terdapat fitur seperti di atas, entitas harus menilai arus kas kontraktual yang dapat
terjadi baik sebelum, dan setelah, perubahan arus kas kontraktual untuk menentukan apakah
arus kas kontraktual yang timbul dari kontrak adalah semata dari pembayaran pokok dan
bunga dari jumlah pokok terutang. Peristiwa kontijensi itu sendiri mungkin bukan merupakan
faktor yang menentukan dalam menilai apakah arus kas kontraktual semata dari pembayaran
pokok dan bunga, tetapi dapat menjadi indikator. Sebagai contoh, ada kemungkinan bahwa
tingkat bunga yang ditetapkan ulang ke suku yang lebih tinggi (seperti contoh pertama di
atas) adalah semata dari pembayaran pokok dan bunga karena adanya hubungan antara
terlewatnya pembayaran dengan peningkatan risiko kredit.
f. Pengaturan non-recourse
Dalam beberapa kasus aset keuangan mungkin memiliki arus kas kontraktual yang bentuknya
menggambarkan pokok dan bunga tetapi arus kas tersebut tidak memenuhi kriteria arus kas
kontraktual semata dari pembayaran pokok dan bunga dari jumlah pokok terutang. Ini dapat
terjadi ketika klaim kreditur terbatas pada aset debitur tertentu atau arus kas dari aset tertentu
(atau disebut, aset keuangan "nonrecourse”). Dalam konteks tersebut, pemberi pinjaman
harus mendalami lebih jauh ke aset atau arus kas pendasar untuk menentukan apakah
memenuhi uji SPPI.

g. Nilai waktu dari uang


Nilai waktu dari uang adalah unsur bunga yang memberikan imbalan karena berlalunya
waktu. Artinya, elemen nilai waktu dari uang tidak memberikan imbalan untuk risiko atau
biaya lain yang terkait dengan memiliki aset keuangan. Untuk menilai apakah elemen
memberikan imbalan hanya karena berlalunya waktu, entitas menerapkan pertimbangan dan
mempertimbangkan faktor-faktor yang relevan seperti mata uang di mana aset keuangan
didenominasikan dan periode dimana suku bunga ditetapkan.
Sebagai contoh, jika suku bunga aset keuangan ditetapkan ulang secara berkala tetapi
frekuensi penetapan ulang tidak cocok dengan tenor suku bunga (sebagai contoh, suku bunga
ditetapkan ulang setiap bulan dengan suku bunga satu tahun atau ditetapkan ulang secara
berkala dengan rata-rata suku bunga jangka pendek dan jangka panjang tertentu, dan bukan
dengan suku bunga satu bulan). Fitur ini akan menimbulkan variabilitas dalam arus kas yang
tidak sesuai dengan pengaturan pinjaman dasar. Jika disimpulkan bahwa arus kas kontraktual
(yang tidak didiskonto) dapat berbeda secara signifikan dari arus kas acuan (tidak
didiskonto), berbeda secara signifikan maka uji SPPI tidak terpenuhi.
h. Instrumen yang terkait secara kontraktual (contractually linked instruments/tranches)
dan tingkat bunga negatif
PSAK 72 juga mengatur mengenai:
 Instrumen utang yang penerbitnya dapat memprioritaskan pembayaran kepada
pemilik aset keuangan menggunakan beberapa instrumen yang terkait secara
kontraktual yang menciptakan konsentrasi risiko kredit (tranches). Pemegang tranche
memiliki hak untuk pembayaran pokok dan bunga dari jumlah pokok terutang hanya
jika penerbit menghasilkan arus kas yang cukup untuk memenuhi tranches peringkat
yang lebih tinggi.
 Utang yang membayar tingkat bunga negatif. Dalam keadaan ekonomi yang ekstrim,
bunga bisa menjadi negatif jika, sebagai contoh, pemilik aset keuangan baik secara
eksplisit maupun implisit membayar deposit uang untuk jangka waktu tertentu dan
fimbalan tersebut melebihi imbalan yang diterima pemilik dari nilai waktu dari uang,
risiko kredit dan risiko dan biaya peminjaman standar lainnya.
Sebagaimana dijelaskan di atas, uji SPPI hanya berlaku untuk pengaturan pinjaman dasar.
Untuk pinjaman yang bersifat kompleks, maka pengukuran aset keuangan menggunakan
FVTPL.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pengukuran aset keuangan adalah sebagai berikut:
a. Aset keuangan diukur pada biaya perolehan diamortisasi jika kedua kondisi berikut
terpenuhi:
 Aset keuangan dikelola dalam model bisnis yang bertujuan untuk memiliki aset
keuangan dalam rangka mendapatkan arus kas kontraktual dan
 Persyaratan kontraktual dari aset keuangan yang pada tanggal tertentu meningkatkan
arus kas yang semata dari pembayaran pokok dan bunga (solely payments of principal
and interest) dari jumlah pokok terutang.
b. Aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain jika
kedua kondisi berikut terpenuhi:
 Aset keuangan dikelola dalam model bisnis yang tujuannya akan terpenuhi dengan
mendapatkan arus kas kontraktual dan menjualaset keuangan dan
 Persyaratan kontraktual dari aset keuangan tersebut memberikan hak pada tanggal
tertentu atas arus kas yang semata dari pembayaran pokok dan bunga dari jumlah
pokok terutang.
c. Aset keuangan diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, kecuali diukur pada biaya
perolehan diamortisasi atau nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain. Akan
tetapi, entitas dapat menetapkan pilihan yang tidak dapat dibatalkan saat pengakuan
awal atas investasi pada instrumen ekuitas tertentu yang diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi menjadi diukur pada nilai wajar dalam penghasilan komprehensif
lain.

PSAK 71 memberikan pilihan pada saat pengakuan awal bahwa entitas dapat membuat
penetapan yang tidak dapat dibatalkan untuk mengukur aset keuangan pada nilai wajar
melalui laba rugi. Penetapan tersebut dapat dipilih jika dapat mengeliminasi atau secara
signifikan mengurangi inkonsistensi pengukuran atau pengakuan (“accounting mismatch”)
yang timbul karena pengukuran aset atau liabilitas atau pengakuan keuntungan dan kerugian
atas aset atau liabilitas menggunakan dasar yang berbeda.
Selain itu, khusus untuk investasi di instrumen ekuitas, paat pengakuan awal, entitas dapat
membuat pilihan (yang tidak dapat dibatalkan) untuk menyajikan perubahan nilai wajar dari
investasi tersebut dalam penghasilan komprehensif lain.

7.2.2 Klasifikasi Liabilitas Keuangan


Klasifikasi liabilitas keuangan ada dua (yang relatif tidak berubah dibandingkan PSAK 55),
yaitu:
1. Liabilitas keuangan diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
2. Liabilitas keuangan diukur pada biaya perolehan diamortisasi.
Secara umum, liabilitas keuangan diklasifikasikan sebagai diukur pada biaya perolehan
diamortisasi, kecuali:
1. Liabilitas keuangan pada nilai wajar melalui laba rugi. Liabilitas tersebut, termasuk
derivatif yang merupakan liabilitas, selanjutnya akan diukur pada nilai wajar.
2. Liabilitas keuangan yang timbul ketika pengalihan aset keuangan yang tidak
memenuhi syarat penghentian pengakuan atau ketika pendekatan keterlibatan
berkelanjutan diterapkan
3. Kontrak jaminan keuangan.
4. Komitmen untuk menyediakan pinjaman dengan suku bunga di bawah pasar.
5. Imbalan kontinjensi yang diakui oleh pihak pengakuisisi dalam kombinasi bisnis
(psak 22 kombinasi bisnis).
Saat pengakuan awal, liabilitas keuangan dapat ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi (dan penetapan ini tidak dapat dibatalkan) apabila:
1. Mengeliminasi atau secara signifikan mengurangi inkonsistensi pengukuran atau
pengakuan (accounting mismatch) yang dapat timbul dari pengukuran aset atau
liabilitas atau pengakuan keuntungan dan kerugian atas aset atau liabilitas dengan
dasar yang berbeda-beda; atau
2. Sekelompok liabilitas keuangan atau aset keuangan dan liabilitas keuangan dikelola
dan kinerjanya dievaluasi berdasarkan nilai wajar (sesuai manajemen risiko atau
strategi investasi yang terdokumentasi), dan informasi dengan dasar nilai wajar
tersebut disediakan untuk personil manajemen kunci entitas.
PSAK 71 juga mengatur bahwa perubahan nilai wajar dari liabilitas keuangan yang
ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar, yang terkait dengan perubahan dalam risiko kredit
ats liabilitas disajikan dalam penghasilan komprehensif lain, kecuali 1) penyajian di
penghasilan komprehensif lain mengakibatkan atau memperbesar terjadinya accounting
mismatch dalam laporan laba rugi atau 2) liabilitas tersebut merupakan komitmen pinjaman
atau kontrak jaminan keuangan.

7.3. REKLASIFIKASI ASET KEUANGAN dan LIABILITAS LIABILITAS


PSAK 71 hanya memperbolehkan reklasifikasi aset keuangan apabila terjadi perubahan bisnis
model entitas, yang mana harusnya jarang terjadi. Perubahan model bisnis tersebut ditentukan
oleh manajemen senior sebagai hasil dari perubahan eksternal atau internal dan harus
signifikan pada kegiatan operasi entitas dan dapat dibuktikan pada pihak eksternal. Perubahan
pada model bisnis entitas terjadi hanya jika entitas memulai atau berhenti untuk
melaksanakan aktivitas yang signifikan terhadap kegiatan operasinya, seperti ketika entitas
telah memperoleh, melepaskan, atau mengakhiri lini bisnis.
Reklasifikasi juga tidak diperbolehkan untuk aset keuangan yang pada awalnya ditetapkan
untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi (fair value option) dan juga untuk instrumen
ekuitas yang pada awalnya ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui penghasilan
komprehensif lain.
Reklasifikasi diperlakukan secara prospektif sejak tanggal reklasifikasi. Tidak diperbolehkan
menyatakan kembali keuntungan, kerugian (termasuk yang terkait penurunan nilai), atau
bunga yang sudah pernah diakui sebelumnya.

7.4 PENGAKUAN dan PENGUKURAN ASET KEUANGAN dan LIABILITAS


KEUANGAN
7.4.1 Pengakuan dan Pengukuran Awal
Entitas mengakui aset keuangan atau liabilitas keuangan dalam laporan posisi keuangan, jika
entitas menjadi salah satu pihak dalam kontrak instrumen keuangan. Pada saat pengakuan
awal, aset keuangan dan liabilitas keuangan diukur pada nilai wajar ditambah atau dikurangi
dengan biaya transaksi yang terkait dengan perolehan aset keuangan dan liabilitas keuangan.
Pengecualian untuk aset keuangan dan liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi, hanya diukur pada nilai wajar, sedangkan biaya transaksi langsung
dibebankan.
Bukti terbaik atas nilai wajar instrumen keuangan pada saat pengakuan awal umumnya
adalah harga transaksi. Namun Bagiamana apabila nilai wajar aset keuangan atau liabilitas
keuangan pada saat pengakuan awal berbeda dengan harga transaksinya? Apabila ditemukan
kondisi tersebut, maka jika nilai wajar adalah dari harga koutasi di pasar aktif ( yaitu level 1),
atau berdasarkan teknik penilaian menggunakan data dari pasar yang dapat diobservasi, maka
perbedaan antara nilai wajar dengan harga transaksi tersebut diakui sebagai keuntungan atau
kerugian. Namun untuk kondisi lain, selisih nilai wajar dengan harga transaksi tersebut harus
ditangguhkan.
Seluruh aset keuangan harus diakui dengan menggunakan akuntansi tanggal perdagangan.
Namun, entitas dapat memilih untuk mengakui atau menghentikan pengakuan aset keuangan
dengan menggunakan akuntansi tanggal perdagangan atau akuntansi tanggal penyelesaian
apabila merupakan pembelian atau penjualan aset keuangan yang lazim (reguler). Pembelian
atau penjualan reguler didefinisikan sebagai pembelian atau penjualan aset keuangan
berdasarkan kontrak yang mensyaratkan penyerahan aset dalam kurun waktu yang umumnya
ditetapkan dengan peraturan atau kebiasaan yang berlaku di pasar. PSAK 71 mensyaratkan
bahwa metode yang digunakan harus diterapkan secara konsisten untuk semua pembelian dan
penjualan aset keuangan yang menjadi bagian dari kelompok aset keuangan serupa.

Tanggal perdagangan adalah tanggal dimana suatu entitas berkomitmen untuk membeli atau
menjual suatu aset. Dalam transaksi pembelian aset, aset yang akan diterima dan liabilitas
untuk membayar aset tersebut (dengan asumsi aset dibeli secara kredit) akan diakui pada
tanggal komitmen transaksi perdagangan dibuat. Sedangkan dalam transaksi penjualan aset,
perlakuan akuntansinya adalah sebagai berikut :

1. Aset yang dijual akan dihentikan pengakuannya pada tanggal komitmen transaksi
perdagangan dibuat dan
2. Setiap keuntungan atau kerugian dari penjualan serta piutang dari pembeli aset
tersebut (dengan asumsi aset dijual secara kredit) akan diakui pada tanggal komitmen
transaksi perdagangan dibuat.

Tanggal penyelesaian adalah tanggal dimana aset diserahkan kepada atau oleh entitas.
Dalam transaksi pembelian aset, aset yang dibeli akan diakui pada tanggal aset tersebut
diterima oleh entitas. Dalam transaksi penjualan aset, aset yang dijual akan dihentikan
pengakuannya ketika aset tersebut diserahkan kepada pembeli. Keuntungan atau kerugian
dari penjualan juga akan diakui pada tanggal yang sama, yaitu tanggal penyerahan. Ketika
akuntansi tanggal penyelesaian diterapkan, entitas harus mengakui setiap perubahan atas
nilai wajar aset dalam periode antara tanggal perdagangan dan tanggal penyelesaian
sesuai kelompok aset tersebut. Untuk aset yang diklasifikasikan sebagai aset keuangan
yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, perubahan dalam nilai wajar diakui dalam
laba rugi. Sedangkan untuk aset yang diklasifikasikan sebagai aset keuangan tersedia
untuk dijual, perubahan nilai wajarnya akan diakui dalam penghasilan komprehensif lain.
Tidak ada pengakuan perubahan nilai wajar untukaset yang diukur pada biaya perolehan
atau biaya perolehan diamortisasi.
PSAK 71 secara spesifik menyatakan bahwa kontrak yang mensyaratkan atau
mengizinkan penyelesaian secara neto atas perubahan nilai kontrak (contohnya kontrak
derivatif) bukan merupakan kontrak yang lazim (reguler). Kontrak semacam itu akan
diakui sebagai derivatif sejak tanggal perdagangan (komitmen) hingga tanggal
penyelesaian.

7.4.2 Pengakuan Setelahnya

Sebagaimana dijelaskan dibagian sebelumnya, dasar pengukuran aset keuangan dan


liabilitas keuangan menentukan klasifikasinya. Aset keuangan, sebagaimana di bagian
klasifikasi yaitu :

1. Biaya perolehan diamortisasi


2. Nilai wajar melalui penghasilan komprehensif lain; atau
3. Nilai wajar melalui laba rugi

Pertimbangan Dalam Pengukuran Nilai Wajar

Sesuai dengan PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar, nilai wajar didefinisikan sebagai harga
yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk
mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal
pengukuran. Definisi ini digunakan dalam konteks instrumen keuangan baik dalam
pengukuran pada pengakuan awal maupun pengukuran selanjutnya. PSAK 71 membuat
hirarki untuk menentukan nilai wajar yang akan digunakan entitas untuk mencatat instrumen
keuangan pada pengukuran selanjutnya. Hirarki tersebut merujuk pada ada atau tidaknya
pasar aktif untuk instrumen keuangan yang dimaksud . Hirarki ini digunakan untuk
menentukan nilai wajar atas seluruh instrumen keuangan, khususnya untuk mengukur nilai
wajar aset keuangan dalam kelompok diukur pada nilai wajar melalui laba rugi dan kelompok
tersedia untuk dijual.

Pasar Aktif Tersedia – Harga Kuotasi di Pasar Aktif

Bukti terbaik dari nilai wajar adalah harga kuotasi dipasar yang aktif. Instrumen keuangan
dianggap memiliki kuotasi di pasar aktif jika harga yang dikuotasikan tersedia sewaktu-waktu
dan dapat diperoleh secara rutin dari bursa, pedagang efek (dealer), perantara efek (broker),
kelompok industri, badan pengawas (pricing service or regulatory agency), dan harga
tersebut mencerminkan transaksi pasar yang aktual dan rutin dalam suatu transaksi yang
wajar (arm’s lenght). Ada harga kuotasi yang berbeda untuk mengukur nilai wajar masing-
masing jenis instrumen keuangan, yaitu :

1. Kuotasi harga pasar yang sesuai bagi aset yang dimiliki atau liabilitas yang akan
diterbitkan biasanya sema dengan harga penawaran yang berlaku (current bid price).
2. Kuotasi harga pasar untuk aset yang akan diperoleh atau liabilitas yang dimiliki
adalah harga permintaannya (asking price)
3. Jika entitas memiliki aset dan liabilitas dimana risiko pasarnya saling hapus, maka
entitas dapat menggunakan nilai tengah dari harga pasar (mid-market prices) sebagai
dasar untuk menentukan nilai wajar posisi risiko yang saling hapus tersebut dan
menerapkan harga yang lebih sesuai, apakah harga penawaran (bid price) atau harga
permintaan (asking price); atau
4. Apabila harga penawaran (bid price) dan harga permintaan (asking price) tidak
tersedia, maka harga yang digunakan dalam transaksi terkini dapat digunakan sebagai
nilai wajar saat ini, sepanjang tidak ada perubahan yang signifikan atas kondisi
ekonomi sejak transaksi tersebut terjadi.

Pasar Aktif Tidak Tersedia – Teknik Penilaian

Jika pasar untuk suatu instrumen keuangan tidak aktif, maka entitas menentukan nilai wajar
dengan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian mencakup hal – hal berikut ini :

1. Penggunaan transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar oleh pihak-pihak
yang berkeinginan dan memahami
2. Penggunaan nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara substansial sama
(apabila tersedia)
3. Penggunaan analisis arus kas yang didiskonto (discounted cash flow analysis) dan
4. Penggunaan model penetapan harga opsi (option pricing models)

Jika terdapat teknik penilaian yang biasa digunakan oleh para pelaku pasar dalam
menentukan harga instrumen dan teknik tersebut mampu menghasilkan estimasi harga yang
andal dari transaksi pasar yang aktual, maka entitas menggunakan teknik penilaian tersebut.

Tujuan penggunaan teknik penilaian adalah untuk menetapkan harga transaksi yang akan
terjadi pada tanggal pengukuran dalam transaksi pertukaran yang wajar dan dimotivasi oleh
pertimbangan-pertimbangan bisnis yang normal. Nilai wajar diestimasi berdasarkan hasil dari
teknik penilaian yang memaksimalkan penggunaan input pasar, dan sedapat mungkin
meminimalkan penggunaan input yang bersifat spesifik dari entitas. Entitas harus secara
konsisten menggunakan data yang berasal dari pasar yang sama dengan pasar tempat
instrumen tersebut dibeli atau iterbitkan.

Dalam menerapkan analisisarus kas yang didiskonto, entitas dapat menggunakan satu
atau lebih tingkat diskonto yang setara dengan tingkat pengembalian yang berlaku bagi
instrumen keuanagan yang secara substansial memiliki syarat dan karakteristik yang sama,
termasuk kualitas kredit instrumen tersebut, sisa waktu daimana suku bunga kontraktualnya
tetap, sisa waktu pelunasan pokok, dan mata uang yang digunakan dalam pembayarannya.
Piutang dan utang jangka pendek yang tidak memiliki suku bunga yang ditetapkan dapat
diukur sesuai dengan jumlah yang terdapat pada tagihan, jika pengaruh pendiskontoannya
tidak material.

7.5 PENGHENTIAN PENGAKUAN ASET KEUANGAN DAN LIABILITAS


KEUANGAN

Terkait penghentian pengakuan, maka pertama-tama harus ditentukan dulu apakah


penghentian tersebut untuk bagian aset keuanagan (atau bagian dari kelompok aset keuangan
serupa) atau keseluruhan aset keuangan (atau kelompok aset keuangan serupa). Penghentian
hanya terkait bagian aset keuangan (atau bagian dari kelompok aset keuangan serupa) apabila
memenuhi salah satu dari tiga kriteria berikut ini :

1. Bagian tersebut hanya terdiri atas arus kas dari aset keuangan (atau kelompok aset
keuangan serupa) yang diidentifikasi secara spesifik.
Contoh :
PT Bagus melakukan transaksi interest rate strip yaitu pihak lawan memperoleh hak
atas aus kas dari bungan saja, tetapi tidak berhak atas arus kas yang dari pokok
instrumen utanmg, maka penghentian pengakuan hanya diterapkan pada arus kas dari
bunga tersebut.
2. Bagian tersebut hanya terdiri atas bagian proporsional penuh (prorata) atas arus kas
dari aset keuangan (atau kelompok aset keuangan yang serupa)
Contoh :
PT Cemara melakukan kontrak dengan pihak lain yang didalamnya terdapat
kesepakatan bahwa pihak lain memperoleh hak 90% atas keseluruhan arus kas dari
instrumen utang, maka penghentian pengakuan diterapkan hanya atas 90% dari arus
kas tersebut.
3. Bagian tersebut hanya terdiri atas bagian proporsional penuh atas arus kas dari aset
keuangan (atau kelompok aset keuangan serupa)yang diidentifikasi secara spesifik.
Contoh :
PT Tera menyepakati kontak yang didalamnya disepakati pihak lawan memperoleh
hak 90% atas arus kas dari bunga atas aset keuangan, maka penghentian pengakuan
diterapkan pada 90% dari arus kas atas bunga tersebut.

Dalam seluruh kasus lainnya, penghentian pengakuan harus diterapkan atas keseluruhan aset
keuangan (atau dari kelompok aset keuangan serupa). Contoh, ketika entitas mentransfer (i)
hak yang pertama atau terakhir atas 80% penerimaan kas yang berasal dari aset keuangan
(atau kelompok aset keuangan), atau (ii) hak 80% atas arus kas yang berasal dari kelompok
piutang, namun memberikan piutang untuk mengkompensasi pembeli untuk setiap kerugian
kredit yang mencapai 9% dari total pokok piutang, ketentuan penghentian pengakuan harus
diterapkan atas aset keuangan (atau kelompok aset keuangan serupa) tersebut secara
keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh entitas tersebut tidak mentransfer bagian proporsional
sepenuhnya atas arus kas, melainkan mentransfer sebagian arus kas tersebut.

Pada laporan konsolidasi , kriteria penghentian pengakuan diterapkan pada level konsolidasi.
Hal ini mencegah pertimbangan yang tidak diperlukan atas transaksi yang melibatkan entitas
individual dalam kelompok yang pada akhirnya akan dieliminasi saat penyusunan leporan
keuangan konsolidasi. Oleh karena itu, apabila instrumen keuangan ditransfer oleh entitas-
entitas individual dalam kelompok, maka laporan keuangan konsolidasi tidak akan
mencerminkan penghentian pengakuan untuk transfer di dalam kelompok, termasuk transfer
pada entitas bertujuan khusus (special purpose entities/SPE) yang dikonsolidasikan,
meskipun transfer semacam itu memenuhi kualifikasi sebagai penghentian pengakuan pada
laporan keuangan individu entitas yang menjadi transferor.

Ketika aset keuangan digantikan dengan aset keuangan yang abru, maka entitas yang
memiliki aset keuangan tersebut harus melakukan evaluasi kualitatif dan kuantitatif mengenai
apakah arus kas dari aset keuangan lama dan aset keuangan baru berbeda secara substansial.
Apabila terdapat perbedaan yang substansial, maka hak kontraktual atas arus kas dari aset
keuangan lama harus dianggap telah berakhir sehingga entitas menghentikan pengakuan aset
keuangan lama dan mengakui aset keuangan baru.
Entitas hanya dapat menghentikan pengakuan aset keuangan apabila :

1. Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan berakhir; atau
2. Entitas mengalihkan aset keuangan dan pengalihan tersebut memenuhi kriteria
penghentian pengakuan
Tidak semua pengalihan memenuhi kriteria penghentian pengakuan. Pengalihan
memenuhi kriteria penghentian pengakuan apabila :
a. Mengalihkan hak kontraktual untuk menerima arus kas yang berasal dari aset
keuangan ; atau
b. Mempertahankan hak kontraktual untuk menerima arus kas yang berasal dari aset
keuangan tetapi juga menanggung kewajiban kontraktual untuk membayar arus
kas yang diterima tersebut kepada satu atau lebih pihak pertama.

a. Mengalihkan hak kontraktual

Pengalihan hak kepemilikan secara hukum merupakan pengalihan seluruh hak kontraktual
atas aset keuangan tersebut. Hak untuk menuntut pembayaran dalam perjanjian pemberian
jasa bukanlah merupakan pengalihan hak kontraktual. Dalam kasus ini, pengalihan harus
dievaluasi menggunakan ketentuan pass-through.

Transferor bisa saja menyediakan jasa atas aset keuangan yang telah ditransfer kepada
pihak lain. Contohnya, transferor mengalihkan seluruh hak kontraktual atas piutang tetapi
tetap melakukan penagihan arus kas piutang tersebut untuk kepentingan transferee.
Penentuan apakah hak kontraktual atas arus kas telah ditransfer tidak berhubungan dengan
peran transferor dalam menagih arus kas piutang tersebut. Oleh karena itu, pemberian jasa
yang dilakukan oleh pihak yang mentransfer aset keuangan tidak menyebabkan transfer
tersebut gagal memenuhi ketentuan PSAK 71.

b. Kriteria Pass-through
Ketika entitas tetap memiliki hak kontraktual untuk menerima arus kas yang berasal dari
aset keuangan, namun juga menanggung kewajiban kontraktual untuk membayar arus kas
yang diterima tersebut kepada transferee (hal ini sering disebut pass-through), maka
transaksi tersebut dianggap sebagai pengalihan aset jika seluruh kondisi ini terpenuhi :
 Entitas tidak wajib membayar transferee, kecuali jika entitas memperoleh jumlah
yang setara dari aset awalnya. Uang muka jangka pendek yang diberikan entitas
dengan hak untuk memperoleh kembali jumlah yang dipinjamkan tersebut secara
penuh ditambah bunga terutang yang dihitung berdasarkan suku bunga pasar tidak
menyalahi persyaratan ini;
 Entitas tidak diperkenankan untuk menjual atau mengagunkan aset awalnya
berdasarkan persyaratan dalam kontrak; dan
 Entitas berkewajiban untuk menyerahkan setiap arus kas yang ditagihnya kepada
transferee tanpa penundaan yang signifikan. Selain itu, entitas tidak berhak untuk
menginvestasikan kembali arus kas tersebut, kecuali investasi pada kas atau setara
kas selama periode penyelesaian jangka pendek, yaitu antara tanggal penagihan
dan tenggal pembayaran kepada peneriman akhir, dan pendapatan bunga yang
diperoleh dari investasi tersebut harus diserahkan kepada penerima akhir.

Uji Risiko dan Manfaat

Apabila transaksi telah memenuhi uji pengalihan aset keuangan, entitas diharuskan untuk
mengevaluasi sejauh mana entitas tetap memiliki resiko dan manfaat atas kepemilikan aset
keuangan tersebut sebelum entitas dapat memutuskan untuk menghentikan aset keuangan
yang dimaksud. Pengalihan atas risiko dan manfaat dievaluasi dengan membandingkan
eksposur entitas, sebelum dan sesudah transfer dilakukan, dengan variabilitas dalam jumlah
dan waktu terjadinya arus kas neto yang berasal dari aset yang ditransfer. Dalam hal ini :

1. Jika entitas secara substansial mengalihkan seluruh risiko dan manfaat atas
kepemilikan aset keuangan, maka entitas menghentikan pengakuan aset keuangan
tersebut;
2. Jika entitas secara substansial masih memiliki seluruh risiko dan manfaat atas
kepemilikan aset keuangan, maka entitas harus tetap mengakui aset keuangan
tersebut.

Entitas secara substansial masih memiliki seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset
keuangan jika eksposur entitas terhadap variabilitas dalam nilai kini atas arus kas neto masa
depan yang berasal dari aset keuangan tidak berubah secara signifikan sebagai akibat dari
transfer tersebut.
Tidak ada pedoman kuantitatif spesifik yang tersedia untuk menentukan kriteria signifikan
atau tidak signifikan. Analisis harus didasarkan pada seluruh fakta dan kondisi yang ada serta
mempertimbangkan seluruh risiko yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut.

Uji Pengendalian

Berdasarkan hasil uji risiko dan manfaat, apabila entitas menyimpulkan bahwa entitas
tersebut secara substansional tidak mengalihkan serta tidak pula memiliki seluruh risiko dan
manfaat atas kepemilikan aset keuangan tersebut, maka entitas harus menentukan apakah
entitas masih memiliki pengendalian atas aset keuangan tersebut. Dalam hal ini :

1. Jika entitas tidak lagi memiliki pengendalian, maka entitas menghentikan pengakuan
aset keuangan tersebut
2. Jika entitas masih memiliki pengendalian, maka entitas tetap mengakui aset keuangan
tersebut

Penentuan apakah entitas masih memiliki pengendalian atas aset yang dialihkan bergantung
pada kemampuan transferee untuk menjual aset tersebut. Jika transferee memiliki
kemampuan praktis untuk menjual aset tersebut kepada pihak lain dan dapat melaksanakan
kemampuan tersebut secara independen tanpa perlu memberikan batasan tambahan atas
transfer, maka entitas dianggap sudah tidak lagi memiliki pengendalian. Hal ini dikarenakan
entitas sudah tidak memiliki kendali atas penggunaan aset oleh pihak transferee.

Perlakuan Akuntansi atas Berbagai Jenis Pengalihan

1) Pengalihan yang Memenuhi Kualiikasi Penghentian Pengakuan

Apabila entitas mentransfer aset keuangan dan transfer tersebut memenuhi kualifikasi
penghentian pengakuan secara keseluruhan dan entitas tersebut masih memiliki hak
pengelolaan atas aset keuangan tersebut dengan imbalan tertentu, maka entitas mengakui
kontrak pengelolaan tersebut sebagai aset jasa pengelolaan atau liabilitas jasa pengelolaan.
Entitas harus mengakui aset atau liabilitas terkait pemberian jasa tersebut sebagai berikut :

1. Jika imbalan (fee) yang akan diterima diperkirakan tidak dapat secara memadai
mengkompensasi penyediaan jasa yang diberikan, maka liabilitas jasa pengelolaan
untuk kewajiban penyediaan jasa tersebut diakui pada nilai wajar.
2. Jika imbalan (fee) yang akan diterima diperkirakan lebih dari cukup untuk
mengkompensasi penyediaan jasa yang diberikan, maka aset jasa pengelolaan diakui
sebagai hak jasa pengelolaan dengan jumlah yang ditentukan berdasarkan alokasi dari
nilai tercatat aset keuangan yang lebih besar.

Apabila, sebagai akibat dari pengalihan, aset keuangan harus dihentikan pengakuannya secara
keseluruhan, tetapi pengalihan tersebut mengakibatkan entitas memperoleh aset keuangan
yang baru atau harus menanggung liabilitas keuangan yang baru, atau liabilitas jasa
pengelolaan, maka entitas tersebut mengakui aset keuangan atau liabilitas keuangan, atau
liabilitas jasa pengelolaan yang baru tersebut pada nilai wajarnya.

Sesuai dengan PSAK 71, pada saat penghentian pengakuan aset keuangan secara
keseluruhan, maka selisih antara (a) nilai tercatat dari aset yang ditransfer, dan (b) jumlah
dari (i) pembayaran yang diterima atau piutang dan (ii) setiap keuntungan atau kerugian
kumulatif yang telah diakui secara langsung dalam ekuitas harus diakui dalam laba rugi pada
periode tersebut.

2) Pengalihan Yang Tidak Memenuhi Kualifikasi Penghentian Pengakuan

Apabila entitas mengalihkan aset keuangan tetapi secara seubstansial masih memiliki seluruh
risiko dan manfaat atas kepemilikan aset yang dialihkan, maka entitas tetap tidak
diperkenankan untuk menghentikan pengakuan aset yang dialihkan tersebut. Entitas harus :

1. Tetap mengakui aset yang dialihkan tersebut secara keseluruhan dan


2. Mengakui liabilitas keuangan atas jumlah yang diterimanya (consideration given).

Pada periode selanjutnya, entitas mengakui setiap pendapatan yang berasal dari aset yang
dialihkan dan setiap beban yang timbul dari liabilitas keuangan.

3) Keterlibatan Berkelanjutan

Apabila entitas tidak mengalihkan dan juga secara substansial tidak memiliki seluruh risiko
dan manfaat atas kepemilikan aset yang dialihkan, serta memiliki pengendalian atas aset yang
dialihkan itu, maka entitas tetap mengakui aset yang dialihkan sebesar keterlibatan
berkelanjutan dengan aset keuangan tersebut. Secara bersamaan, entitas juga harus mengakui
liabilitas terkait.

Aset yang Dialihkan

Tingkat keterlibatan berkelanjutan entitas mencerminkan eksposur yang tetap dimiliki entitas
atas risiko dan manfaat aset yang dialihkan. Jumlah ini bukan merupakan keseluruhan aset,
melainkan terbatas pada jumlah tertentu. Hal ini dikarenakan entitas tidak lagi memiliki
seluruh potensi keuntungan atau kerugian atas perubahan nilai wajar aset yang dialihkan.
Oleh karena itu, PSAK 71 mensyaratkan bahwa entitas mengukur aset dan liabilitas terkait
sejumlah perubahan nilai wajar aset yang dialihkan hanya yang disebabkan oleh entitas
tersebut. Contoh:

Liabilitas Terkait
Jika entitas masih mengakui asset karena adanya keterlibatan berkelanjutan dengan
asset tersebut, maka entitas juga mengakui liabilitas terkait. Terlepas dari persyaratan
pengukuran lain dalam PSAK 71, asset yang dialihkan beserta liabilitasnya terkaitnya diukur
dengan dasar yang mencerminkan hak dan kewajiban yang masih dimiliki entitas.
Liabilitas terkait diukur dengan cara yang akan membuat nilai tercatat neto dari asset yang
ditrasnfer dan liabilitas terkait merupakan :
1. Biaya perolehan diamortisasi dari hak dan kewajiban yang masih dimiliki entitas, jika
asset yang dialihkan diukur pada biaya perolehan diamortisasi; atau
2. Setara dengan nilai wajar dari hak dan kewajiban yang masih dimiliki entitas apabila
diukur secara terpisah, jika asset dialihkan diukur pada nilai wajar
Dampak selanjutnya
Entitas diharuskan untuk tetap mengakui setiap pendapatan yang timbul dari aset yang
dialihkan selama terdapat keterlihatan berkelanjutan dengan aset tersebut, dan harus
mengakui setiap beban yang timbul dari liabilitas terkait. Untuk tujuan pengukuran
selanjutnya, pengakuan perubahan dalam nilai wajar set yang dialihkan dan liabilitas terkait
dilaporkan secara konsisten dengan ketentuan pengakuan keuntungan atau kerugian yang
normal dan tidak boleh salinghapus.
Jika keterlibat berkelanjutan entitas hanya terhadap satu bagian saja dari set keuangan
(misalnya ketika entitas masih memiliki hak untuk membeli kembali bagian dari aset yang
dialihkan, atau masih memiliki sisa hak yang tidak mengakibatkan masih dimilikinya secara
substansial seluruh risiko dan manfaat yang berasal dari kepemilikan aset keuangan tersebut
dan entitas masih memiliki pengendalian), maka entitas mengalokasikan nilai tercatat
sebelumnya dari aset keuangan tersebut pada bagian yang tetap diakui berdasarkan
keterlibatan berkelanjutan dan bagian yang tidak lagi diakui berdasarkan nilai wajar relatif
dari kedua bagian tersebut pada tanggal dialihkan. Jika aset yang dialihkan diukur pada biaya
perolehan diamortisasi, maka pilihan untuk menetapkan liabilitas keuangan untuk diukur
pada nilai wajar melalui laba rugi tidak dapat diterapkan atas liabilitas terkait.

Ketentuan atas Seluruh Transfer


Jika aset yang dialihkan tetap diakui, maka aset dan liabilitas terkait tidak boleh saling hapus.
Entitas juga tidak bolch melakukan salinghapus atas setiap pendapatan yang berasal dari aset
yang dialihkan dengan setiap beban yang timbul dari liabilitas terkait

Jika transferor memberikan agunan bukan kas seperti instrumen utang atau instrumen
ekuitas) pada transferee, maka akuntansi untuk pihak yang mengalihkan dan pihak penerima
pengalihan atas jaminan tersebut bergantung pada apakah pihak penerima pengalihan
memiliki hak untuk menjual atau menjaminkan kembali jaminan tersebut, dan apakah pihak
yang mengalihkan telah wanprestasi.
Penghentian Pengakuan Liabilitas Keuangan
Liabilitas keuangan atau bagian dari liabilitas keuangan) dihentikan pengakuannya jika
liabilitas keuangan tersebut berakhir yaitu dilepaskan, dibatalkan, atau kedaluwarsa). Hal ini
dapat terjadi apabila
1. Debitur melakukan pembayaran kepada kreditur, contohnya apabila penerbit
instrument yang menebus instrumentang tersebut.
2. Debitur dibebaskan dari tanggung jawab utamanya atas liabilitas kewangan tersebut
atau bagian liabilitas keuangan tersebut. huik secara hukum maupun oleh kreditur.
Kondisi ini tetap terpenuhi walaupun debitur telah memberi jaminan penyelesaian;
atau
3. Terdapat pertukaran di antara debitur dan kreditur atas instrumen utang dengan
persyaratan yang berbeda secara substansial atau terdapat modifikasi secara
substansial atas ketentuan liabilitas keuangan yang ada
Penghentian pengakuan juga tercapai apabila penerbit instrumen utang membeli kembali
Instrumen tersebut, tanpa memandang bahwa penerbit berintensi menjual kembali instrumen
tersebut dalam waktu dekat kepada pihak lain atau penerbit merupakan penentu pasar
(market-maker) instrumen tersebut. Hal ini konsisten dengan perlakuan akuntansi atas
pembelian kembali instrumen ekuitas yang dirikan sendiri oleh entitas. Perbedaannya adalah
keuntungan kerugian atas pelepasan liabilitas kewangan harus diakui dalam laba rugi.
Pembayaran kepada pihak ketiga, termasuk kepada wali amanat (terkadang disebut
instance defrasconce), tidak dengan sendirinya membebaskan debitur dari tanggung jawab
utamanya terhadap kreditur, pbila tidak didukung pembebasan secara hukum. Jika debitur
membayar pihak ketiga untuk menanggung liabilitasnya dan memberitahu kreditumnya
bahwa pihak ketiga tersebut akan menanggung liabilitas utangnya, maka debitur tidak
diperkenankan untuk menghentikan pengakuan liabilitas utang tersebut. Jika debitu
membayar pihak ketiga untuk menanggung liabilitasnya dan memperoleh pembebasan secara
hukum dari kreditumya, maka debitur dianggap telah mengakhiri uangnya Namun, jika
debitur setuju untuk melakukan pembayaran uangnya tersebut kepada pihak ketiga atau
langsung pada kreditur semula. maka debitur harus mengakui timbulnya liabilitas utang yang
baru pada pihak ketiga tersebut
Keuntungan kerugian dari penghentian pengakuan liabilitas keuangan merupakan selisih
antara (a) nilai tercatat liabilitas keuangan atau bagian dari liabilitas keuangan) yang berakhir
atau yang ditransfer pada pihak lain, dengan (b) jumlah yang dibayarkan. Jumlah yang
dibayarkan tersebut tarmasuk aset nonkas yang ditransfer atau liabilitas baru yang
ditanggung, Keuntungan atau kerugian ini diakui dalam laba rugi.

Modifikasi Ketentuan Liabilitas Keuangan


Apabila liabilitas keuangan direstrukturisasi dan ketentuannya dimodifikasi secara
substansial, maka transaksi tersebut dianggap sebagai pelepasan liabilitas keuangan lama dan
pengakuan liabilitas keuangan baru. Transaksi ini dapat menimbulkan keuntungan atau
kerugian, dimana liabilitas keuangan baru akan dicatat pada nilai wajaya. Apabila liabilitas
keuangan baru tersebut tidak memiliki kuotasi harga di pasar aktif, maka nilai wajarnya akan
dihitung dengan menggunakan teknik penilaian

Ketentuan atas liabilitas kewangan dianggap dimodifikasi secara substansial apabila nilai kini
arus kas yang didiskonto berdasarkan ketentuan yang baru, termasuk tiap fee yang
dibayarkan setelah dikurangi fee yang diterima dan didiskonto menggunakan suku bunga
efektif awal (suku bunga efektif liabilitas keuangan lama), berbeda sedikitnya 10 persen dari
nilai kini sisa arus kas yang didiskonto yang berasal dari liabilitas keuangan lama (hal ini
sering disebut sebagai '10 percent test' atau 'uji kuantitatif). PSAK 71 tidak mendefinisikan
lebih lanjut mengenai apa saja yang termasuk dalam see tersebut. PSAK 71 juga tidak
memberikan panduan eksplisit mengenai penentuan arus kas yang didiskonto berdasarkan
ketentuan yang baru bagi floating rate instrument.

Perlakuan Akuntansi atas Modifikasi Ketentuan Liabilitas Keuangan yang Substansial


Apabila modifikasi ketentuan liabilitas keuangan memenuhi kondisi penghentian pengakuan
menurut PSAK 71, maka selisih antara nilai tercatat liabilitas keuangan lama dengan nilai
pembayaran yang diterima diakui sebagai keuntungan atau kerugian dalam laporan laba rugi.
Pembayaran yang diterima termasuk aset non-keuangan yang ditransfer dan liabilitas baru
yang ditanggung (termasuk di dalamnya liabilitas keuangan baru). Liabilitas keuangan baru
akan diukur pada nilai wajamya. Setiap biaya atau fee yang dibayarkan dianggap sebagai
bagian dari keuntungan atau kerugian dari pelepasan, dan bukan merupakan penyesuaian atas
nilai tercatat liabilitas keuangan baru. Oleh sebab itu, tidak ada biaya transaksi yang akan
menjadi bagian dari nilai liabilitas keuangan baru pada pengakuan awalnya.

Perlakuan Akuntansi atas Modifikasi Ketentuan Liabilitas Keuangan yang Tidak Substansial
PSAK 71 tidak memberikan panduan mengenai perlakuan akuntansi atas perbedaan nilai kini
yang timbul dari modifikasi ketentuan liabilitas keuangan yang tidak memenuhi kondisi
penghentian pengakuan karena ketentuan tersebut tidak berbeda secara substansial.
Keuntungan atau kerugian baru dapat diakui apabila liabilitas keuangan dihentikan
pengakuannya. Oleh sebab itu, apabila terdapat modifikasi ketentuan atas liabilitas keuangan
yang tidak memenuhi kondisi penghentian pengakuan, maka nilai tercatat liabilitas keuangan
akan disesuaikan dengan fee atau biaya transaksi lain yang timbul dari modifikasi ketentuan
tersebut. Perbedaan antara nilai kini arus kas karena adanya modifikasi ketentuan harus
diakui sebagai penyesuaian terhadap suku bunga efektif dan diamortisasi hingga liabilitas
keuangan tersebut jatuh tempo.

7.6 PENURUNAN NILAI ASET KEUANGAN


PSAK 71 mengharuskan entitas untuk mengakui penyisihan kerugian untuk kerugian
kredit ekspektasian (expected credir losses) pada ant kewangan Tujuan dari persyaratan
penurunan nilai adalah untuk mengakui kerugian kredit ekspektasan sepanjang umumnya atas
semua instrumen kewangan yang telah mengalami peningkatan risiko kredit secara signifikan
sejak pengakuan awal-buik dinilai secara individu atau kolektif dengan mempertimbangkan
semua informasi yang wajar dan terdukung, termasuk informasi yang bersifat perkiraan masa
depan forward-looking) Pendekatan ini berbeda dengan PSAK 55 yang menggunakan
pendekatan incurred credit losses

  Entitas mengakui jumlah kerugian kredit ekspektasian atau pemulihan kerugian kredit
dalam laba rugi, sebagai keuntungan dan kerugian penurunan nilai

Pendekatan umum di PSAK 71 mengakui penurunan nilai berdasarkan tiga tahap


berikut yang mencerminkan penurunan kualitas kredit dari instrumen kewangan:

Tahap 1: mencakup instrumen keuangan yang belum mengalami penurunan kualitas kredit
yang signifikan sejak pengakuan awal

Tahap 2 :mencakup instrumen keuangan yang telah mengalami penurunan kualitas kredit
yang signifikan sejak pengakuan awal

Tahap 3 :mencakup instrumen keuangan yang menunjukkan adanya bukti terjadi kerugian
kredit
Untuk tahap I diakui kerugian kredit ekspetasian 12 bulan sedangkan untuk tahap 2 dan 3
diakui kerugian kredit ekspektasian sepanjang umur.

Apa yang dimaksud dengan kerugian kredit ekspetasian 12 bulan" dan "kerugian
kredit ekspektasian sepanjang umur"? Kerugian kredit kapotasian 12 bulan merupakan bagian
dari kerugian kredit ekspektasian sepanjang umur, yang diperoleh dengan mengalikan
probabilitas terjadinya gagal bayar atas instrumen dalam 12 bulan ke depan dengan total
kerugian kredit ekspektasian sepanjang umur yang akan terjadi dari gagal bayar tersebut.
Kerugian kredit ekspektasian sepanjang umur adalah kerugian kredit ekspektasian yang
dihasilkan dari seluruh kemungkinan peristiwa gagal bayar selama perkiraan umur dari
instrumen keuangan. Periode terpanjang untuk mengukur kerugian kredit ekspektasian adalah
periode kontrak maksimum termasuk memperhitungkan opsi perpanjangan)

Entitas harus mempertimbangkan apakah terdapat peningkatan risiko kredit secara signifikan.
Apabila terdapat peningkatan risiko kredit, maka entitas harus mengubah perhitungan rugi
penurunan nilai dari kerugian kredit ekspektasian selama 12 bulan menjadi sepanjang umur.

Berikut adalah beberapa hal yang menjadi pertimbangan


1. Entitas dapat berasumsi bahwa risiko kredit atas instrumen keuangan tidak meningkat
secara signifikan sejak pengakuan awal jika telah ditentukan bahwa instrumen
kewangan memiliki risiko kredit yang rendah pada tanggal pelaporan, yaitu memiliki
risiko gagal bayar yang rendah, peminjam memiliki kapasitas yang kuat untuk
memenuhi kewajiban as kas kontraktanya dalam jangka waktu dekat dan
memburuknya kondisi ekonomik dan bisnis dalam jangka waktu panjang mungkin,
namun tidak selalu menurunkan kemampuan peminjam untuk memenuhi kewajiban
arus kas kontraktualnya. Salah satu contoh pinjaman yang mempunyai risiko kredit
rendah adalah yang memiliki peringkat investment grade"
2. Jika terdapat informasi forward looking yang anda dan terdukung tanpa biaya dan
upaya berlebihan, maka entitas tidak dapat mengandalkan hanya pada informasi masa
lalu
3. Terdapat praduga (rebuttable presumption) bahwa risiko kredit meningkat secara
signifikan jika pembayaran kontraktual telah jatuh tempo lebih dari 30 hari

Entitas juga perlu menerapkan definisi gagal bayar yang konsisten dengan definisi yang
digunakan untuk keperluan manajemen risiko internal. Namun terdapat pradega trebuttable
preromption) bahwa terjadi gagal bayar jika pembayaran kontraktual telah jatuh tempo lebih
dari 90 hari, kecuali entitas mempunyai informasi yang berdasar dan didukung dengan
informasi untuk meninjukkan periode yang lebih panjang adalah lebih tepat.
Pendekatan Disederhanakan

PSAK 17 mengatur pendekatan yang disederhanakan untuk penurunan nilai untuk piutang
dagang, asset control, dan piutang sewa, karena jenis asset keuangan tersebut sering dimiliki
entitas yang tidak memiliki system manajemen risiko kredit yang canggih. Dalam pendekatan
yang disederhanakan ini, entitas tidak perlu menghitung kerugian kredit ekspektasian 12
bulan dan tidak perlu menilai apakah telah terjadi peningkatan risiko kredit secara signifikan.

Untuk piutang dagang dan asset kontrak yang mengandung komponen pendanaan yang
signifikan, maka penyisihan kerugian penurunan nilai harus diukur pada saat pengakuan awal
dan selama umur piutang menggunakan kerugian kredit ekspektasian sepanjang umur. Untuk
tujuan tersebut, entitas dapat menggunakan matriks provisi. Untuk ppiutang dagang atau asset
kontrak dengan komponen pendanaan yang signifikan (sesuai PSAK 72) dan piutang sewa,
entitas mempunyai pilihan, yaitu menerapkan pendekatan disederhanakan (yaitu
menggunakan kerugian kredit ekspektasian sepanjang umur pada saat pengakuan awal dan
selama umur piutang) atau dapat menerapkan model umum. Kebijakan tersebut harus
diterapkan secara konsisten, namun entitas dapat menerapkan pilihan kebijakan tersebut
secara independen untuk piutang dagang, asset kontrak, dan piutang sewa.

Contoh 7.15 – Pendekatan Disederhanakan

PT. Arwana mempunyai basis pelanggan yang terdiri dari banyak pelanggaran skala kecil.
Pada tanggal 31 Desember 2018, PT. Arwana memiliki saldo piutang dagang sebesar Rp. 500
juta. Termin kredit adalalah 30 hari dan tidak ada bunga, sehingga tidak terdapat komponen
pendanaan yang signifikan sesuai PSAK 71.

Pelanggan perusahaan umumnya berasal dari sektor konstruksi dan makanan, serta berlokasi
di Jakarta dan Medan. Pola kerugian dari piutang tak tertagih perusahaan dapat berbeda untuk
pelanggan dari segmen yang berbeda serta lokasi pelanggan.

Model penurunan nilai umum juga tidak diterapkan untuk asset keuangan memburuk sejak
pengakuan awal (purchased or originated credit impaired assets). Asset keuangan dianggap
memburuk sejak pengakuan awal jika terdapat bukti penurunan nilai sejak titik pengakuan
awal (missal, jika asset keuangan tersebut dibeli dengan harga diskonto yang sangat besar
(deep discount). Untuk asset keuangan tersebut, penurunan nilai ditentukan berdasarkan
kerugian penurunan nilai sepanjang umur pada saat pengakuan awal. Namun kerugian
penurunan nilai sepanjang umur dimasukkan kedalam perhitungan arus kas estimasian ketika
melakukan perhitungan tingkat bunga efektif pada tanggal pengakuan awal. Tingkat bunga
efektif selama umur asset keuangan tersebut adalah tingkat bunga efektif yang disesuaikan
(credit-adjusted effective interest rate). Sehingga tidak ada penyisihan rugi penurunan nilai
yang diakui di tanggal pengakuan awal. Setiap perubahan dalam kerugian penurunan nilai
sepanjang umur berikutnya akan diakui dalam laba rugi.

Pengecualian atas model umum juga berlaku untuk instrument keuangan dengan risiko kredit
rendah pada tanggal pelaporan. Dalam kasus ini, entitas dapat mengukur penurunan nilai
menggunakan kerugian penurunan nilai 12 bulan, sehingga entitas tidak perlu menentukan
apakah telah terjadi peningkatan risiko kredit secara signifikan. Ketentuan atas pengecualian
ini berlaku apabila instrument keuangan memenuhi ketentuan berikut:

 Memiliki risiko gagal bayar yang rendah;


 Peminjam dianggap, dalam jangka pendek, memiliki kapasitas tinggi untuk memenuhi
kewajibannya; dan
 Pemberi pinjaman mempunyai ekspektasi, dalam jangka waktu yang lebuh Panjang,
bahwa perubahan kondisi ekomoni dan bisnis yang memburuk dapat namun tidak
selalu, mengurangi kemampuan peminjam dalam memenuhi kewajibannya.

Risiko kredit dari instrument keuangan tersebut harus dievaluasi tanpa mempertimbangkan
jaminan yang ada. Artinya, instrument keuangan tidak dianggap memiliki risiko rendah
hanya karena terdapat jaminan..

7.7 LINDUNG NILAI

Model akunansi lindung nilai dalam PSAK 71 ditujukan untuk mengatasi kelemahan
dalam model lindung nilai di PSAK 55 yang dianggap terlalu kompleks, tidak mencerminkan
aktivitas manajemen risiko , serta terlalu rules-based. Dalam PSAK 71, model akuntansi
lindung nilai lebih menyelaraskan akuntansi lindung nilai dengan aktivitas manajemen risiko
sehingga dapat memberikan informasi yang berguna. PSAK 71 juga lebih bersifat principle-
based.

Entitas tetap dapat menggunakan pengaturan lindung nilai untuk lindung nilai atas nilai
wajar dari eksposur suku bunga dalam PSAK 55. Hal ini dikarenakan IASB memutuskan
untuk secara terpisah membahas mengenai akuntansi llindung nilai atas macro hedging (yaitu
lindung nilai atas portofolio terbukuka/open portofolios).
1. Item yang dilindung Nilai
Item yang dilindung nilai dapat berupa aset atau liabilitas yang diakui, komitmen pasti
yang belum diakui, perakiraan transaksi, atau investasi neto pada kegiatan usaha luar
negeri. Item lindung nilai dapat berupa satu item tunggal dan kelompok dari item.
Item lindung nilai dapat merupakan bagian dari item atau kelompok item tersebut.

PSAK 71 memperbolehkan tambahan eksposur untuk ditetapkan sebagai item lindung


nilai seperti: komponen risiko dari item non keuangan, posisi neto dann komponen
lapisan, eksponsur agregar (gabungan dari eksposur non derivatif dan derivatif).
Selain itu Investasi di instrumen ekuitas yang diukur menggunakan PVOC juga dapat
ditetapkkan sebagai item lindung nilai.

2. Instrumen Lindung Nilai


Kontak dengan pihak eksternal berikut memenuhi kualifikasi sebagai instrumen
lindung nilai:
a. Semua derivatif, kecuali:
- Written options yang tidak ditetapkan sebagai offset atau purchased opitions.
- Derivatif melekat dalam kontrak campuran yang tidak diperlakukan secara
terpisah.
b. Aset keuangan atau liabilitas keuangan non derivatif yang diukur pada nilai wajar
pada laba rugi, kecuali:
- Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar pada laba rugi yang mana
jumlah dari perubahan nilai wajar akibat perubahan risiko kredit disajikan di
penghasilan komperehensif lain.
c. Untuk lindung nilai atas risiko mata uang asing, komponen risiko mata uang asing
dari aset keuangan atau liabilitas keuangan non derivatif, kecuali:
- Investasi di instrumen ekuitas yang entitas memilih untuk mengukur pada nilai
wajar melalui penghasilan komprehensif lain (FVOCI)
3. Tiga Jenis Lindung Nilai
a. Lindung nilai atas nilai wajar ( Fair Value Hedge)
b. Lindung nilai arus kas (Cash flow hedge)
c. Lindung nilai atas investasi neto di oprasi luar negeri (hedge of net investmen in
foregin operation)

Lindung Nilai atas Nilai wajar


Lindung nilai atas nilai wajar adalah suatu lindung nilai terhadap aksposur perubahan
nilai wajar, aset, atau liabilitas yang telah diakui atau komitmen pasti yang belum diakui, atau
bagian yang telah diidentifikasi dari aset, liabilitas, atau komitmen pasti yang dapat
didistribusikan pada risiko tertentu, dan dapat mempengaruhi laba rugi.
Berikut ini adalah perlakuan akuntansi untuk lindung nilai atas nilai wajar:
a. Keuntungan atau kerugian yang berasal dari pengukuran kembali instrumen lindung
nilai pada nilai wajar harus diakui secara langsung dalam laporan laba rugi, dan
b. Keuntungan atau kerugian atas item yang dilindungi nilai yang dapat diatribusikan
pada risiko yang dilindung nilai harus menyesuaikan nilai tercatat item yang
dilindungi nilai dan diakui secara langsung dalam laporan laba rugi.
Penerapan lingung nilai atas nilai wajar dihentikan apabila instrumen lindung nilai
kadaluwarsa, dihentikan, dijual atau dilaksanakan, penetapannya dibatalkan, atau lindung
nilai tidak lagi efektif. Dalam kasus ini, setiap penyesuaian terhadap nilai tercatat instrumen
keuangan (berupa interest-bearing financial instrument) yang dilindung nilai dihitung
menggunakan metode suku bunga efektif diamortisasi pada laba rugi sehingga pada saat jatuh
tempo, nilai penyesuaian ini habis diamortisasi.
Lindung nilai atas arus kas
Lindung nilai atas arus kas adalah suatu lindung nilai terhadap eksposur variabilitas arus kas
yang dapat diatribusikan pada risiko tertentu yang terkait dengan asset atau liabilitas yang
telah diakui (misalnya seluruh atau sebagian pembayaran bunga di masa depan atas utang
dengan suku bunga variabel) atau yang kemungkinan besar terjadi yaitu (penjualan atau
pembelian di masa mendatang). Maka, lindung nilai dilakukan untuk melindungi entitas
terhadap pengaruh yang tidak menguntungkan atas arus kas akibat adanya perubahan dalam
tingkat bunga atau nilai tukar.
Contoh, entitas yang memiliki utang dengan suku bunga variabel akan membayar bunga lebih
tinggi apabila suku bunga naik.
Contoh dari lindung nilai atas arus kas antara lain:
1. Penggunaan interest rate swap untuk melindung nilai instrumen utang dengan suku
bunga variabel;
2. Lindung nilai terhadap perubahan harga bahan baku yang terkait dengan komitmen
kontraktual yang belum diakui untuk membelinya pada harga yang telah ditetapkan;
dan
3. Lindung nilai terhadap risiko perubahan nilai tukar yang terkait komitmen kontraktual
untuk membeli aset pada harga yang didenominasi dalam mata uang asing.
Untuk lindung nilai atas arus kas, PSAK 71 menyatakan:
1. Bagian dari keuntungan atau kerugian atas pengukuran kembali instrumen lindung
nilai yang ditetapkan sebagai lindung nilai yang efektif diakui dalam penghasilan
komprehensif lain;
2. Saldo yang pada awalnya diakui dalam penghasilan komprehensif lain ditransfer dari
ekuitas ke laba rugi pada periode yang sama ketika arus kas dari item yang dilindung
nilai terjadi; dan
3. Bagian yang tidak efektif atas keuntungan instrumen lindung nilai diakui dalam laba
rugi.
Bagian efektif dari keuntungan atau kerugian yang timbul dari instrumen lindung nilai
akan dicatat secara langsung ke ekuitas akan dipulihkan ketika prakiraan transaksi tersebut
terjadi, dan akan diakui bergantung pada apakah prakiraan transaksi tersebut akan
mengakibatkan pengakuan instrumen keuangan atau instrumen non-keuangan. Apabila yang
timbul adalah pengakuan aset atau liabilitas keuangan, maka keuntungan atau kerugian yang
awalnya diakui dalam penghasilan komprehensif lain akan direklasifikasi dari ekuitas ke laba
rugi. Apabila yang timbul adalah pengakuan aset atau liabilitas non-keuangan, maka
keuntungan atau kerugian yang awalnya diakui dalam penghasilan komprehensif lain dapat
dipilih untuk diperlakukan sebagai berikut:
1. Dimasukan sebagai bagian dari biaya perolehan awal atau nilai tercatat lain dari aset
atau liabilitas tersebut; atau
2. Direklasifikasi dari ekuitas ke laba rugi pada periode yang sama atau periode dimana
aset yang diperoleh atau liabilitas yang ditanggung memperngaruhi laba rugi (contoh
apabila aset tersebut disusutkan atau dijual).

7.8. PENYAJIAN
PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian, mengatur beberapa masalah penyajian, yaitu:
 Klasifikasi sebagai liabilitas atau ekuitas;
 Instrumen keuangan majemuk;
 Transaksi dalam instrumen ekuitas yang diterbitkan sendiri oleh entitas;
 Klasifikasi bunga, dividen, keuntungan, dan kerugian; dan
 Saling hapus antara aset keuangan dan liabilitas keuangan.

Klasifikasi Sebagai Liabilitas Atau Ekuitas


PSAK 50 mensyaratkan penerbit instrumen keuangan untuk mengklasifikasikan
instrumen tersebut, atau komponen-komponennya, sebagai liabilitas, aset, atau ekuitas sesuai
dengan substansi perjanjian kontraktual dan definisi liabilitas keuangan, aset keuangan, dan
instrumen ekuitas. Klasifikasi tersebut akan dipertahankan hingga instrumen keuangan
tersebut dihentikan pengakuannya.
Fitur penting dalam membedakan antara liabilitas keuangan dan instrumen ekuitas
adalah adanya kewajiban kontraktual satu pihak (penerbit) untuk menyerahkan kas atau aset
keuangan lain kepada pihak lain (pemegang), atau untuk mempertukarkan aset keuangan atau
liabilitas keuangan dengan pihak pemegang instrumen dalam kondisi yang tidak
menguntungkan pihak penerbit.
PSAK 50 menekankan bahwa substansi instrumen keuangan adalah dasar klasifikasi
dalam laporan posisi keuangan, bukan berdasarkan bentuk hukum dari instrumen keuangan
tersebut. Jika entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menghindari penyelesaian
kewajiban kontraktualnya dengan menyerahkan kas atau aset keuangan lainnya, maka
kewajiban tersebut memenuhi definisi liabilitas keuangan. Contoh, saham preferen yang
mewajibkan penerbitnya untuk membeli kembali saham tersebut dengan harga yang telah
ditetapkan atau harga yang dapat ditetapkan harus diklasifikasikan sebagai liabilitas
keuangan, dan bukan instrumen ekuitas. Dari kasus tersebut dapat dilihat bahwa ketika
substansi sebuah instrumen keuangan adalah adanya kewajiban kontraktual, maka instrumen
keuangan tersebut memenuhi definisi liabilitas keuangan tanpa bergantung dari bentuk
penyelesaian dari kewajiban kontraktual itu sendiri. Instrumen keuangan tidak otomatis
diklasifikasikan sebagai instrumen ekuitas hanya karena mengandung unsur saham preferen".
Permasalahan lain dalam membedakan antara liabilitas keuangan dengan ekuitas
adalah apakah liabilitas dapat timbul bagi pihak penerbit apabila satu-satunya kewajiban
kontraktual pihak penerbit adalah untuk menyerahkan saham yang diterbitkan sendiri oleh
entitas tersebut. Sesuai dengan karakteristik liabilitas keuangan (lihat definisi liabilitas
keuangan), instrumen keuangan dapat diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan apabila
pihak pemegang tidak terekspos terhadap perubahan nilai wajar instrumen ekuitas yang
diterbitkan oleh pihak penerbit. Sebagai contoh, kewajiban kontraktual memiliki nilai
Rp5.000.000 dan pihak penerbit memiliki kewajiban untuk menyerahkan instrumen ekuitas
yang diterbitkan oleh entitas itu kepada pihak pemegang dengan nilai Rp5.000.000. Pada
tanggal penyerahan, nilai wajar instrumen ekuitas penerbit adalah Rp100 per lembar saham.
Maka penerbit diwajibkan untuk menyerahkan 50.000 lembar saham. Menurut PSAK 50 dan
PSAK 55, instrumen ini harus diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan karena nilai yang
diterima pihak pemegang tidak dipengaruhi oleh perubahan nilai wajar saham yang
diterbitkan pihak penerbit. Apabila pihak penerbit memiliki kewajiban untuk menyerahkan
30.000 lembar saham pada tanggal penyerahan, tanpa mempertimbangkan berapa nilai
wajarnya saat itu, maka PSAK 50 mewajibkan instrumen ini untuk diklasifikasikan sebagai
instrumen ekuitas bagi pihak pemegang akan terekspon terhadap risiko perubahan nilai wajar.
Instrumen keuangan yang memberi hak kepada pemegangnya untuk menjual instrumen itu
kembali kepada penerbit baik secara kas atau dengan aset keuangan lainnya (puttable
instrument) juga merupakan liabilitas keuangan kecuali instrumen tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai instrumen ekuitas. Kriteria tersebut dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Instrumen berada dalam kelompok instrumen yang merupakan subordinat dari semua
kelompok instrumen lainnya;
2. Memberikan hak kepada pemegangnya atas bagian prorata aset neto entitas pada saat
likuidasi entitas;
3. Seluruh instrumen keuangan dalam kelompok instrumen yang merupakan subordinat
dari semua kelompok instrumen lainnya memiliki fitur yang identik;
4. Tidak ada kewajiban lain dari penerbit selain kewajiban kontraktual untuk membeli
kembali instrumen dari pihak pemegang; dan
5. Jumlah arus kas yang diharapkan selama umur instrumen didasarkan secara
substansial pada estimasi laba rugi entitas sepanjang umur entitas tersebut.
Di sisi lain, pinjaman ekuitas (biasanya dari entitas induk kepada entitas anak yang
mengalami kesulitan) yang tidak ada kemungkinan pelunasan, kecuali bahwa pinjaman
tersebut akan dijadikan saham akibat terjadinya peristiwa di masa mendatang (misalnya
ketika anak entitas tidak lagi mengalami kesulitan keuangan), harus diklasifikasikan sebagai
instrumen ekuitas bagi pihak yang menerima pinjaman (dalam hal ini entitas anak).
Berikut ini adalah aplikasi prinsip akuntansi berdasarkan PSAK 50 atas beberapa jenis
instrumen keuangan dengan karakteristik yang berbeda:
1. Saham preferen yang harus ditebus pada tanggal yang telah ditetapkan.
Kewajiban kontraktual ini memiliki karakteristik yang serupa dengan pinjaman yang
mensyaratkan pihak penerbit untuk menebus pada saat jatuh tempo. Oleh karena itu,
saham preferen tersebut memenuhi definisi liabilitas keuangan dan harus disajikan
sebagai liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan pihak penerbit.
2. Saham preferen yang dapat ditebus bergantung pada permintaan pihak pemegang.
Transaksi dalam saham seperti ini pada pengakuan awalnya harus diklasifikasikan
sebagai liabilitas keuangan. Reklasifikasi dapat terjadi apabila di masa mendatang
terdapat transaksi, baik yang dilakukan oleh penerbit maupun pemegang yang
merubah substansi instrumen keuangan tersebut.
3. Saham preferen yang dapat ditebus bergantung pada diskresi penerbit
Instrumen ini tidak memenuhi definisi liabilitas keuangan karena tidak ada kewajiban
kini bagi penerbit untuk menebus saham tersebut. Namun, ketika penerbit secara
formal mengumumkan bahwa ia akan menebus saham dari pemegang pada tanggal
tertentu, maka saham tersebut harus direklasifikasi menjadi liabilitas keuangan.
4. Instrumen keuangan dengan ketentuan penyelesaian kontinjensi
Instrumen semacam ini harus diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan jika
instrumen tersebut mensyaratkan penyerahan kas atau aset keuangan lain dalam
situasi terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti yang berada di luar
kendali penerbit maupun pemegang instrumen (seperti perubahan indeks pasar modal
atau laba penerbit di masa mendatang).
5. Instrumen keuangan derivatif dengan pilihan cara penyelesaian (misalnya penerbit
dapat memilih penyelesaian secara neto dengan kas atau dengan mempertukarkan
saham dengan kas)
Instrumen ini merupakan liabilitas keuangan kecuali jika seluruh alternatif
penyelesaian yang ada menjadikannya sebagai instrument ekuitas.
Instrument Keuangan Majemuk
Instrumen keuangan majemuk adalah instrumen keuangan yang memiliki komponen
liabilitas dan ekuitas sekaligus. Contohnya adalah obligasi yang dapat dikonversi menjadi
saham oleh pemegangnya pada tanggal tertentu atau hingga tanggal tertentu. PSAK 50
mensyaratkan pengakuan terpisah atas komponen liabilitas dan ekuitas yang terdapat dalam
instrumen keuangan majemuk tersebut. Hal ini biasa disebut sebagai split accounting.
Untuk tujuan pemisahan komponen liabilitas dan komponen ekuitas, PSAK 50
menetapkan bahwa penerbit harus lebih dulu menentukan nilai tercatat komponen liabilitas
dengan mengukur nilai wajar liabilitas serupa yang tidak memiliki komponen ekuitas
instrumen liabilitas sederhana) Perbedaan antara nilai wajar instrumen keuangan majemuk
secara keseluruhan dengan nilai wajar liabilitas keuangan akan dialokasikan sebagai nilai
tercatat komponen ekuitas. Tidak ada keuntungan atau kerugian yang diakui pada saat
instrumen majemuk diterbitkan.
Penerapan split accounting berdasarkan PSAK 50 akan menghasilkan beban bunga
yang lebih besar. Hal ini mungkin merupakan salah satu alasan mengapa entitas enggan
menerapkan perlakuan split accounting untuk instrumen keuangan majemuk.
Namun demikian, split accounting adalah hal yang penting untuk dilakukan agar
laporan keuangan dapat memberikan informasi yang relevan dan dapat diandalkan. Tanpa
split accounting, suatu entitas dapat menerbitkan instrumen keuangan majemuk dengan suku
bunga kupon yang sangat rendah dan memberikan kompensasi syarat-syarat konversi yang
sangat menguntungkan. Dengan demikian, entitas dapat menyajikan beban bunga yang sangat
rendah dalam laba rugi.
Transaksi dalam Instrumen Ekuitas Yang Diterbitkan Entitas
Ketika entitas membeli kembali saham yang diterbitkan sendiri, maka saham tersebut,
merupakan pengurang komponen ekuitas pada laporan posisi keuangan. PSAK 50 tidak
memperkenankan pengakuan keuntungan atau kerugian ketika entitas membeli kembali
instrumen ekuitas yang diterbitkannya.
Pada umumnya terdapat dua metode perlakuan akuntansi untuk mencatat transaksi
pembelian kembali saham yang diterbitkan entitas (saham treasuri), yaitu motode biaya dan
metode nilai nominal. Berdasarkan metode biaya, saham treasuri dicatat pada biaya perolehan
dan disajikan sebagai pengurang komponen ekuitas. Berdasarkan metode nilai nominal,
saham treasuri tersebut dicatat pada nilai nominal dan dikurangi langsung dari modal saham
yang diterbitkan.
Klasifikasi Bunga, Dividen, Keuntungan, Dan Kerugian
Klasifikasi bunga, dividen, keuntungan, dan kerugian harus konsisten dengan
klasifikasi instrumen keuangan (atau komponen instrumen keuangan) yang terkait. Sebagai
contoh, apabila saham preferen diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan, maka seluruh
pembayaran kepada pemegangnya akan diperlakukan sama seperti beban bunga, bukan
sebagai dividen.
Oleh karena itu biaya pinjaman, termasuk di dalamnya amortisasi diskon atau
premium, diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
Biaya yang timbul dari komponen ekuitas diakui sebagai pengurang langsung komponen
ekuitas pemegang saham.
Biaya transaksi yang timbul ketika instrumen ekuitas diterbitkan, selain biaya
penerbitan instrumen ekuitas yang dapat diatribusikan langsung dalam transaksi kombinasi
bisnis, merupakan pengurang ekuitas. Biaya yang terkait dengan instrumen keuangan
majemuk akan dibagi menjadi dua komponen (komponen liabilitas dan komponen ekuitas)
berdasarkan proporsi alokasi pembayaran yang diterima untuk masing-masing komponen.

Saling Hapus Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan


Pada umumnya, aset dan liabilitas tidak boleh saling hapus. Contoh, ketika entitas
menjual ke satu pihak dan membeli dari pihak lainnya, piutang usaha dan utang usaha yang
terjadi akibat transaksi tersebut harus disajikan secara terpisah dalam laporan posisi
keuangan. Namun, jika entitas tersebut menjual dan membeli dari pihak yang sama dan
berniat untuk menyelesaikannya sekaligus, jumlah utang dan piutang dengan pihak tersebut
harus saling hapus. PSAK 50 menetapkan bahwa aset keuangan dan liabilitas keuangan harus
saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan jika entitas:
1. Saat ini memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas
jumlah yang telah diakui tersebut; dan
2. Berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan
menyelesaikan liabilitasnya secara simultan.
Perlu diperhatikan bahwa saling hapus tidak sama dengan penghentian pengakuan. Ketika
aset keuangan saling hapus dengan liabilitas keuangan, secara esensi kedua akun tersebut
masih ada dalam pembukuan entitas yang bersangkutan, kecuali untuk penyajian laporan
posisi keuangan, keduanya saling hapus dan disajikan sebagai satu pos.
7.9. PENGUNGKAPAN
Saling Hapus Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan
Pada umumnya, aset dan liabilitas tidak boleh saling hapus. Contohnya ketika entitas menjual
ke satu pihak dan membeli dari pihak lainnya, piutang usaha dan dan utang usaha yang terjadi
akibat transaksi tersebut harus disajikan secara terpisah dalam laporan keuangan. Namun jika
entitas tersebut menjual dan membeli dari pihak yang sama dan berniat untuk
menyelesaikannya sekaligus, jumlah utang dan piutang dengan pihak tersebut harus saling
hapus. PSAK 50 menetapkan bahwa aset keuangan dan liabilitas keuangan harus saling hapus
dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan, jika entitas:
1. Saat ini memiliki hak berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah
yang telah diakui tersebut, dan
2. Berniat untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan
menyelesaikan liabilitasnya secara simultan.
Perlu diperhatikan bahwa saling hapus tidak sama dengan penghentian pengakuan, ketika aset
keuangan saling hapus dengan liabilitas keuangan, secara esensi kedua akun tersebut masih
ada dalam pembukuan entitas yang bersangkutan, kecuali untuk penyajian laporan posisi
keuangan, keduanya saling hapus dan disajikan sebagai satu pos.
PSAK 60 mensyaratkan suatu entitas untuk mengungkapkan informasi akuntansi yang
memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi signifikansi informasi
laporan posisi keuangan dan kinerja keuangannya. Informasi akuntansi tersebut harus
diungkapkan dalam laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif
lain, laporan perubahan ekuitas, atau catatan atas laporan keuangan.
Laporan posisi keuangan
Kategori aset keuangan dan liabilitas keuangan adalah seperti yang diuraikan dalam PSAK
55. PSAK 60 mensyaratkan pengungkapan atas nilai tercatat masing-masing kategori aset
keuangan dan liabilitas keuangan.
1. Aset keuangan atau liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba
rugi
PSAK 60 mensyaratkan pengungkapan spesifik atas setiap aset keuangan (atau kelompok
aset keuangan) yang ditetapkan entitas untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.
Pertama, entitas harus mengungkapkan risiko kredit maksimum aset keuangan tersebut dan
saldo derivatif kredit atau instrumen serupa yang digunakan untuk mengurangi risiko kredit
maksimum tersebut. Entitas juga diwajibkan untuk mengungkapkan informasi mengenai
jumlah perubahan nilai wajar aset keuangan yang disebabkan oleh perubahan risiko kredit
aset keuangan tersebut (dan bukan disebabkan oleh perubahan kondisi pasar)
Ada beberapa pengungkapan yang disyaratkan untuk liabilitas keuangan yang ditetapkan
untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Entitas diwajibkan untuk mengungkapkan:
nilai kumulatif dari perubahan nilai wajar yang disebabkan oleh perubahan risiko kredit dari
liabilitas tersebut, dan; perbedaan antara nilai tercatat liabilitas keuangan dan nilai kewajiban
kontraktual yang harus dibayarkan entitas atas liabilitas keuangan tersebut saat jatuh tempo.
PSAK 60 Paragraf 11 juga mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan metode yang
digunakan untuk menentukan nilai wajar yang disebabkan oleh perubahan risiko kredit.
2. Reklasifikasi
Jika entitas mereklasifikasi suatu aset keuangan yang diukur pada biaya perolehan, biaya
perolehan diamortisasi, atau pada nilai wajar, maka PSAK 60 mensyaratkan entitas untuk
mengungkapkan jumlah yang direklasifikasikan ke dalam atau yang dihapus dari
masingmasing kategori serta alasan reklasifikasi tersebut.
3. Penghentian pengakuan
Jika entitas mentransfer aset keuangan yang mengakibatkan sebagian atau seluruh aset
keuangan itu tidak memenuhi syarat penghentian pengakuan, PSAK 60 mensyaratkan bahwa
entitas harus mengungkapkan hal-hal berikut untuk masing-masing kelas aset keuangan:
 Sifat aset;
 Sifat risiko dan manfaat atas kepemilikan yang tetap berada pada entitas;
 Nilai tercatat aset dan liabilitas yang terkait, apabila entitas melanjutkan untuk
mengakui seluruh aset tersebut; dan
 Nilai tercatat aset awal, saldo aset yang tetap diakui oleh entitas, dan jumlah tercatat
liabilitas yang terkait, apabila entitas melanjutkan untuk mengakui aset sesuai dengan
keterlibatan berkelanjutannya.

4. Agunan
Jika terdapat agunan (collateral) tertentu, PSAK 60 mensyaratkan bahwa entitas
mengungkapkan hal-hal berikut:
 Nilai tercatat dari aset keuangan yang dijaminkan sebagai agunan untuk liabilitas atau
liabilitas kontinjensi, termasuk saldo yang telah direklasifikasi sebagaimana diatur
oleh PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran; dan
 Syarat dan kondisi yang terkait dengan penjaminan tersebut.
Selain itu, apabila suatu entitas memiliki agunan (untuk aset keuangan atau aset
nonkeuangan) dan diperbolehkan untuk menjual atau menjaminkan kembali agunan tersebut
jika tidak ada wanprestasi (default) dari pemilik agunan, maka entitas mengungkapkan:
 Nilai wajar agunan yang dimiliki;
 Nilai wajar dari setiap agunan yang dijual atau dijaminkan kembali, dan apakah
entitas berkewajiban untuk mengembalikan agunan tersebut; dan
 Syarat dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan agunan tersebut.

5. Penyisihan kerugian kredit


Apabila aset keuangan mengalami penurunan nilai karena kerugian kredit dan entitas
mencatatnya dalam akun tersendiri (misalnya akun cadangan yang digunakan untuk mencatat
masing-masing penurunan nilai atau akun serupa yang digunakan untuk mencatat penurunan
nilai kolektif atas aset keuangan), dan tidak secara langsung mengurangi nilai tercatat aset
tersebut, PSAK 60 mensyaratkan pengungkapan rekonsiliasi perubahan akun tersebut selama
periode berjalan untuk setiap kelas aset keuangan.

6. Instrumen keuangan majemuk dengan beberapa derivatif melekat


Apabila entitas menerbitkan instrumen yang mengandung komponen liabilitas dan ekuitas
dan instrumen tersebut memiliki beberapa derivatif melekat yang nilainya saling bergantung
satu sama lain (seperti instrumen utang yang dapat dikonversi atau callable convertible debt
instrument), maka entitas harus mengungkapkan fitur tersebut.
7. Wanprestasi dan pelanggaran
PSAK 60 mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan secara detail mengenai wanprestasi
atau pelanggaran atas pinjaman yang diterima (loan payable) yang diakui pada tanggal
pelaporan. Pengungkapan ini mencakup detail mengenai apakah wanprestasi telah
diselesaikan dengan cara negosiasi ulang sebelum laporan keuangan secara resmi diterbitkan

Laporan Laba Rugi Komprehensif


PSAK 60 mensyaratkan pengungkapan yang berkaitan dengan laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain, dimana entitas diwajibkan untuk mengungkapkan informasi
tertentu atas penghasilan, beban, keuntungan, atau kerugian, sebagai berikut:
1. Laba atau rugi neto dalam: (i) aset keuangan atau liabilitas keuangan yang diukur
pada nilai wajar melalui laba rugi. Psak 60 mensyaratkan saldo aset keuangan atau
liabilitas keuangan yang ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi
pada saat pengakuan awal dipisahkan dari saldo aset keuangan atau liabilitas
keuangan yang dikategorikan sebagai dimiliki untuk diperdagangkan; (ii) asset
keuangan tersedia untuk dijual, yang menunjukkan secara terpisah jumlah keuntungan
atau kerugian yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain selama periode, dan
jumlah yang dipindahkan dari ekuitas ke dalam laporan laba rugi untuk periode
tersebut; (iii) investasi dimiliki hingga jatuh tempo; (iv) pinjaman yang diberikan dan
piutang; dan (v) liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi.

2. Jumlah pendapatan bunga dan jumlah beban bunga (yang dihitung menggunakan
metode suku bunga efektif) untuk aset keuangan atau liabilitas keuangan yang tidak
diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi

3. Penghasilan dan beban jasa (selain dari saldo yang diakui dalam menentukan suku
bunga efektif) yang timbul dari: (1) aset keuangan atau liabilitas keuangan yang tidak
diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, dan (II) kegiatan wali amanat (trust) dan
fidusia (fiduciary) yang mengakibatkan kepemilikan atau investasi aset atas nama
individu, wali amanat, program pensiun, dan institusi lain.

4. Pendapatan bunga atas aset keuangan yang mengalami penurunan nilai yang masih
harus dibayar berdasarkan psak 55, dan
5. Saldo kerugian penurunan nilai untuk setiap kelas aset keuangan.

Pengungkapan Lainnya
PSAK 60 mensyaratkan pengungkapan lainnya sebagai berikut:
1. Kebijakan Akuntansi
Entitas diwajibkan mengungkapan rangkuman kebijakan akuntansi yang signifikan, dasar
pengukuran yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan, serta kebajikan akuntansi
lainnya yang diperlukan guna memahami laporan keuangan.
2. Akuntansi Lindung Nilai
PSAK 60 mensyaratkan pengungkapan tertentu yang terkait dengan lindung nilai atas arus
kan dan lindung nilai atas nilai wajar. Mengingat pentingnya aktivitas lindung nilai dan
potensinya dalam mencapai strategi income-smoothing, PSAK 60 mensyaratkan detail yang
cukup substansial atas lindung nilai yang mencakup:
a. Uraian dari setiap jenis lindung nilai;
b. Rincian instrumen lindung nilai;
c. Sifat risiko yang dilindung nilai;
d. Rincian secara substansial mengenai lindung nilai atas arus kas; dan
e. Perubahan nilai wajar untuk lindung nilai atas nilai wajar dari instrumen lindung nilai
dan item yang dilindung nilai, serta bagian yang tidak efektif untuk lindung nilai atas
arus kas dan lindung nilai atas investasi neto dalam kegiatan usaha luar negeri yang
diakui langsung pada laba rugi.

3. Nilai wajar
PSAK 60 mensyaratkan pengungkapan nilai wajar dari setiap kelas aset keuangan dan
liabilitas keuangan yang memungkinkan perbandingan dengan nilai tercatatnya, kecuali untuk
kelas-kelas berikut ini:
a. Bila nilai tercatat tersebut adalah perkiraan nilai wajar yang layak, misalnya piutang
dan utang usaha jangka pendek;
b. Untuk investasi dalam instrumen derivatif yang tidak memiliki kuotasi harga di pasar
aktif atau derivatif yang terkait dengan instrumen ekuitas tersebut, yang diukur pada
harga beli berdasarkan psak 55 karena nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal;
dan
c. Untuk kontrak yang mengandung fitur partisipasi tidak mengikat (sebagaimana diatur
dalam psak 62) jika nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal.
Nilai wajar merupakan hal yang sangat penting dalam pengukuran dan pengungkapan
instrumen keuangan. Apabila kuotasi harga di pasar aktif tidak tersedia, maka PSAK
mengizinkan entitas untuk menggunakan teknik penilaian dalam menentukan nilai wajar
instrumen keuangan. PSAK 60 mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan nilai wajar
sesuai dengan hierarki yang mencerminkan data input yang digunakan dalam melakukan
pengukuran. Hierarki nilai wajar adalah sebagai berikut:
a. Harga kuotasian yang tidak disesuaikan dalam pasar aktif untuk aset atau liabilitas
yang identik (Tingkat 1);
b. Input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Tingkat 1 yang dapat diobservasi,
baik secara langsung (contoh harga) atau secara tidak langsung (contoh nilai turunan
dari harga) (Tingkat 2); dan
c. Input untuk aset atau liabilitas yang bukan berdasarkan data pasar yang dapat
diobservasi (Tingkat 3).
Pengungkapan Risiko
Seluruh entitas akan terekspos terhadap berbagai jenis risiko yang secara umum dapat
dikategorikan sebagai risiko bisnis atau risiko keuangan. Instrumen keuangan, terutama
derivatif, biasanya digunakan oleh entitas untuk membantu mengelola beberapa risiko
tersebut. Namun, penggunaan instrumen keuangan juga dapat menciptakan risiko baru bagi
entitas. Oleh karena itu, PSAK 60 mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan informasi
yang memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi sifat dan tingkat risiko
yang muncul akibat instrumen keuangan yang dihadapi entitas tersebut pada tanggal
pelaporan. Risiko itu biasanya meliputi, namun tidak terbatas pada, risiko kredit, risiko
likuiditas, dan risiko pasar. PSAK 60 secara khusus mensyaratkan pengungkapan baik
informasi kualitatif maupun informasi kuantitatif.
Pengungkapan Kualitatif
Untuk masing-masing jenis risiko yang muncul akibat instrumen keuangan, entitas
disyaratkan untuk mengungkapkan hal-hal berikut ini:
1. Risiko yang dihadapi dan bagaimana risiko tersebut muncul;
2. Tujuan, kebijakan, dan proses yang dilakukan untuk mengelola risiko serta metode
yang digunakan untuk mengukur risiko tersebut; dan
3. Segala perubahan butir (1) atau (2) dari periode sebelumnya.
Pengungkapan Kuantitatif
Pengungkapan minimal yang dipersyaratkan oleh PSAK 60 dari sisi kuantitatif adalah
pengungkapan terkait risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar, dan transfer aset keuangan.
PSAK 60 mensyaratkan pengungkapan mengenai ikhtisar data kuantitatif mengenai eksposur
entitas terhadap setiap risiko yang muncul dari instrumen keuangan yang dimilikinya.
Pengungkapan tersebut didasarkan pada informasi yang disajikan secara internal kepada
personel manajemen kunci dari entitas, misalnya direksi. Apabila informasi tersebut belum
mencakup seluruh risiko yang material, maka pengungkapan tambahan harus diberikan.
Apabila konsentrasi risiko belum juga terungkap dari hal-hal di atas, maka entitas harus
membuat pengungkapan secara terpisah.

1. Risiko Kredit
Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko salah satu pihak dalam instrumen keuangan yang
menyebabkan kerugian keuangan pihak lain karena gagal memenuhi kewajibannya. PSAK 60
mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan hal-hal berikut ini untuk setiap kelompok
instrumen keuangan:
a. Jumlah yang paling menunjukkan risiko kredit maksimum pada tanggal pelaporan
tanpa memperhitungkan agunan yang dimiliki atau peningkatan kualitas kredit lain
(contoh kesepakatan untuk menyelesaikan secara neto yang tidak menenuhi syarat
saling hapus berdasarkan PSAK 50);
b. Penjelasan dari agunan yang dimiliki sebagai jaminan dan peningkatan kualitas kredit
lainnya;
c. Informasi mengenai kualitas kredit dari aset keuangan yang belum jatuh tempo atau
tidak mengalami penurunan nilai; dan
d. Jumlah tercatat aset keuangan yang belum jatuh tempo atau tidak mengalami
penurunan nilai yang telah dinegosiasi ulang.

2. Aset Keuangan yang Melewati Jatuh Tempo atau Mengalami Penurunan Nilai
Untuk Aset keuangan yang telah melewati jatuh tempo atau mengalami penurunan nilai,
PSAK 60 mensyaratkan bahwa suatu entitas mengungkaopkan hal berikut ini:
a. Analisa terhadap umur aset keuangan yang telah jatuh tempo pada akhir periode
pelaporan tetapi tidak mengalami penurunan nilai.
b. Analisa terhadap aset keuangan yang secara individual ditentukan mengalami
penurunan nilai pada akhir periode pelaporan, termasuk faktor yang dipertimbangkan
entitas dalam menentukan penurunan nilai, dan
c. Untuk jumlah yang diungkapkan pada butir (a) dan (b), penjelasannya mengenai
agunan yang dimiliki entitas sebagai jaminan dan peningkatan kualitas kredit lain
dan, kecuali jika tidak tersedia, estimasi nilai wajarnya.

3. Agunan dan Peningkatan Kualitas Kredit (Credit Enchancement) Lain yang


Diperoleh
Apabila entitas memiliki agunan dan peningkatan kualitas kredit lain, maka PSAK 60
mensyaratkan entitas tersebut untuk mengungkapkan:
a. Jenis dan jumlah tercatat aset yang diperoleh; dan
b. Apabila aset itu tidak segera dapat dikonversi menjadi kas, kebijakan yang digunakan
untuk menghapus aset tersebut atau menggunakannya dalam kegiatan operasi.

1. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang muncul karena entitas mengalami kesulitan dalam
memenuhi kewajiban yang terkait dengan liabilitas keuangannya. Untuk risiko likuiditas,
PSAK 60 mensyaratkan entitas untuk mengungkapkan hal-hal berikut:
a) Analisis jatuh tempo (maturity analysis) untuk liabilitas keuangan nonderivatif
(termasuk kontrak jaminan keuangan yang diterbitkan) yang menunjukkan sisa jatuh
tempo kontraktual;
b) Analisa jatuh tempo untuk liabilitas keuangan derivatif. Analisa jatuh tempo
mencakup sisa jatuh tempo kontrak liabilitas keuangan derivatif, dan
c) Penjelasan mengenai bagaimana entitas mengelola risiko likuiditas yang terdapat
dalam butir (a) dan (b).
Dalam mempersiapkan analisis jatuh tempo kontraktual untuk liabilitas keuangan, entitas
menggunakan penilaiannya untuk menentukan jumlah jangka waktu kredit yang layak.
Misalnya suatu entitas dapat menentukan bahwa jangka waktu kredit berikut ini layak: (i)
tidak lebih dari satu bulan; (ii) lebih dari satu bulan dan tidak lebih dari tiga bulan; (iii) lebih
dari tiga bulan dan tidak lebih dari satu tahun; dan (iv) lebih dari satu tahun dan tidak lebih
dari lima tahun.

2. Risiko Pasar
Risiko pasar didefinisikan sebagai risiko bahwa nilai wajar atau arus kas masa depan dari aset
keuangan akan berfluktuasi karena perubahan harga pasar. Risiko pasar terdiri dari risiko
kurs, risiko tingkat bunga, dan risiko harga lain. PSAK 60 mensyaratkan entitas untuk
mengungkapkan analisis sensitivitas terkait risiko pasar yang dihadapi entitas tersebut. Secara
khusus, PSAK 60 mensyaratkan entitas mengungkapkan hal-hal berikut ini:
a) Analisis sensitivitas untuk masing-masing jenis risiko pasar yang dihadapi entitas
tersebut pada tanggal pelaporan, yang menunjukkan bagaimana laba atau rugi dan
ekuitas akan terpengaruh oleh perubahan variabel risiko relevan yang kemungkinan
terjadi pada tanggal tersebut;
b) Metode dan asumsi yang digunakan untuk mempersiapkan analisis sensitivitas; dan
c) Perubahan metode dan asumsi yang digunakan pada periode sebelumnya, dan alasan
perubahan tersebut.
Apabila entitas menyusun analisis sensitivitas, seperti value-at-risk, yang menunjukkan
ketergantungan antara variabel risiko (contoh suku bunga dan kurs) dan menggunakannya
untuk mengelola risiko keuangan, maka entitas dapat menggunakan analisis sensitivitas
tersebut sebagai pengganti analisis yang diatur pada PSAK 60 paragraf 43.Entitas juga
mengungkapkan:
a) penjelasan tentang metode yang digunakan dalam menyusun analisis sensitivitas, dan
parameter dan asumsi utama yang mendasari data yang disajikan, dan
b) penjelasan dari tujuan metode yang digunakan dan keterbatasan yang dapat
mengakibatkan informasi tidak secara penuh mencerminkan nilai wajar dari aset dan
liabilitas yang terkait.

3. Pengungkapan Risiko Pasar Lainnya


Apabila analisis sensitivitas yang diungkapkan berdasarkan PSAK 60 tidak menunjukkan
risiko yang melekat pada instrumen keuangan (contoh karena risiko akhir tahun tidak
mencerminkan risiko selama tahun berjalan), maka entitas harus mengungkapkan fakta
tersebut dan alasan analisis tersebut diyakini tidak representatif.
Referensi
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2021. Modul Chartered Accountant: Pelaporan Korporat.
Jakarta: Penulis.

Anda mungkin juga menyukai