Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PENGANTAR KESEHATAN KERJA

“ANALISIS KESEHATAN KERJA PADA PENJAHIT


DI HOME INDUSTRY”

Dosen Pembimbing :
Aprin Rusmawati, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh :
Dea Kenyo Nugrahani
1821A0009

PROGRAM STUDI S-1 IKM


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2019
A. Analisis Kesehatan Kerja Pada Penjahit di Home Industry

Usaha sektor informal merupakan salah satu usaha yang memiliki risiko kesehatan yang
sangat tinggi, akan tetapi usaha di sektor ini pada umumnya masih belum tersentuh oleh
kepedulian pemilik usaha terhadap kesehatan para pekerjanya. Banyak penyakit akibat kerja
maupun yang berhubungan denganpekerjaan yang timbul di sektor usaha informal ini yang
diabaikan saja baik oleh pemilik usaha maupun pekerja itu sendiri. Salah satu industri informal
yang banyak terdapat di Indonesia dan yang memiliki risiko kesehatan yang cukup tinggi
adalah industri tekstil/ usaha jahitan. Usaha ini dapat kita temui hamper diseluruh pelosok tanah
air, baik yang bersifat perorangan maupun yang berada dalam satu naungan usaha.
Penyakit atau injuri yang paling banyak terjadi pada sektor usaha jahitan ini
adalah penyakit yang berhubungan dengan otot dan rangka atau yang dikenal
dengan sebutan musculoskeletal disorders (MSDs). Selain itu MSDs juga dikenal dengan
istilah cummulative trauma disorders (CTS) atau repetitive strain injury (RSI). MSDs dapat
terjadi karena kurang/ tidak diterapkannya prinsip-prinsip ergonomi dalam usaha/ kegiatan
yang dilakukan.
Home industry yang bergerak dibidang informal atau usaha penjahitan ini berdiri
sekitar tahun 2000-an, usaha penjahitan ini berdiri karena adanya kemampuan dari pemilik
dalam kegiatan menjahit, kemudian membeli 1 buah mesin jahit sebagai awal mendirikan usaha
ini. Karena merupakan industry rumahan (home industry) yang bergerak di sektor informal
maka jumlah tenaga kerja yang bekerja pada home industry ini hanya dua orang yaitu pemilik
dari usaha ini dan satu penjahit. Dan pemilik tidak pernah menerima pesanan jika menurutnya
pesanan sudah terlalu banyak. Proses produksi dari usaha penjahitan ini dimulai dari pembelian
bahan kain sesuai dengan pesanan pelanggan,namun sebagian pelanggan juga telah
menyediakan atau membawa sendiri bahan kain yang akan dibuat pakaian. Pemilik usaha tidak
menagatur waktu kapan dan jam berapa harus mengerjakan pesanan tergantung dari ada atau
tidaknya waktu yang lowong.

Pemilik dari usaha ini cukup banyak tahu tentang Alat Pelindung Diri yang perlu digunakan
ketika sedang bekerja, namun pada pengaplikasiannya pemilik kurang sadar untuk
menggunakannya.

Kondisi Lingkungan Kerja


1. Potensial hazards Lingkungan Fisik
a. Getaran
Pada beberapa alat dan kendaraan di usaha ini terdapat bahaya getaran yang
mungkin bisa berefek jika diterima selama berahun-tahun yaitu getaran dari mesin jahit.
b. Kebisingan
Kebisingan di usaha penjahitan terjadi pada alat mesin jahit yang cukup berisik
ketika digunakan.
c. Suhu
Karena berada di dalam kamar yang hanya mempunyai 1 buah jendela maka suhu
dalam ruangan ini cukup panas apalagi ketika berada pada siang hari.
d. Penerangan
Adapun penerangan dari usaha ini hanya mengandalakan cahaya yang berasal dari
lampu yang selalu menyala.

2. Potensial hazards Lingkungan Kimia


Pada usaha ini factor terpapar risiko bahan kimia cukup besar dan membahayakan,
bahan-bahan yang membahyakan ini dapat bersumber dari debu, oli, pelumas mesin yang
jika tidak di tempatkan pada tempat yang seharusnya dapat mengkontaminasi bahan
makanan.

3.Potensial hazards Lingkungan Fisiologis


Pada sikap sikap duduk ergonomis, tinggi kursi lebih rendah dari panjang tungkaibawah,
sehingga dapat menambah penekanan pada kaki saat bekerja. Pengarahan tenaga kerja
diperlukan untuk menggerakkan mesin jahit, sehingga produktivitas meningkat. Sedangkan
pada sikap duduk non ergonomis, dimana tinggi kursi lebih tinggi dari panjang tungkai
bawah, sehingga kaki dalam keadaan menggantung. Halini akan menyebabkan terjadinya
pengarahan tenaga kerja yang lebih besar dan akan mempercepat kelelahan sehingga
produktivitas menurun.
4.Potensial Hazards Lingkungan Psikologis
Potensi hazards di lingkungan psikologis sangat mungkin terjadi pada usaha ini karena
jika pesanan sudah terlalu banyak dan pelanggan sudah berdatangan untuk mengambil
pesanannya dapat menjadi beban stress tersendiri bagi pengusaha.
5.Penggunaan APD
Pemilik dan pengusaha di usaha ini saudah mengetahui bahaya atau Alat Pelindung iri
seperti apa yang harus digunakan ketika sedang bekerja namun menurutnya penggunaan alat
seperti kaus tangan sangat menyulitkan ketika sedang bekerja.
6.Pencegahan / Pengendalian Kecelakaan Kerja dan PAK
Lingkungan Fisik
· Melatih para penjahit untuk membiasakan menggunting kain sambil duduk.
· Memberi jeda dalam proses menjahit (tidak menjahit terus-menerus)
· Mengganti kapur dengan alat lain yang lebih aman misalnya dengan pensil kayu..
· Selalu menyediakan perdedel didekat penjahit bekerja untuk meminimalkan kecelakaan
karna membuka jahitan dengan gunting.
· Mengurangi cahaya, bahkan lebih baik jika di siang hari tidak memakai lampu hanya
memanfaatkan cahaya matahari

Lingkungan Kimia
· Memakai masker.
· Membuka jendela agar terjadi pertukaran udara.
· Meningkatkan konsentrasi dan menerapkan sikap hati-hati dalam bekerja.
· Jangan terlalu standby memegang barang-barang yang tajam dan berbahaya saat bekerja.
Lingkungan Biologis
· Saat menggunting atau memilah- milah kain sebaiknya menggunakan masker.
· Tidak bekerja terus menerus, memberikan istirahat/relaksasi untuk kaki.

Lingkungan Fisiologis
· Tidak bekerja terus menerus, memberikan istirahat/relaksasi untuk kaki.

Lingkungan Psikologis
· Menjaga sikap dan sopan santun.
· Senantiasa menjaga hubungan baik.

7. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang tersedia di usaha penjahitan ini cukup sedehana yaitu hanya
berupa alat pembalut luka dan obat betadine. Namun untuk luka berat pengusaha tidak
menyediakannya.

B. Kesesuaian dengan Undang-Undang

Adapun dasar-dasar hukum mengenai APD yaitu :


1. Undang-undang No.1 tahun 1970.
a. Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk
memberikan APD
b. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga
kerja baru tentang APD.
c. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja
untuk memakai APD.
Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma-cuma
2. Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981
Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib
bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
3. Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982
Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan
pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan ditempat kerja
Ergonomi merupakan keterkaitan antara orang dengan lingkungan kerjanya. Sasaran
ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik sektor modern maupun pada sektor tradisional dan
informal. Pada sektor modern penerapan ergonomi dalam bentuk pengaturan sikap, tata cara
kerja dan perencanaan kerja yang tepat adalah persyaratan bagi efisiensi dan produktivitas yang
tinggi. Contoh Pada sikap duduk ergonomis, tinggi kursi lebih rendah dari panjang tungkai
bawah, sehingga dapat menambah penekanan pada kaki saat bekerja. Pengarahantenaga kerja
diperlukan untuk menggerakkan mesin jahit, sehingga produktivitas meningkat. Sedangkan
pada sikap duduk non ergonomis, dimana tinggi kursi lebih tinggi dari panjang tungkai bawah,
sehingga kaki dalam keadaan menggantung. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pengarahan
tenaga kerja yang lebih besar dan akan mempercepat kelelahan sehingga produktivitas
menurun.

Anda mungkin juga menyukai