Anda di halaman 1dari 29

5.

METODOLOGI

PAN
Pendekatan deskriptif kuantitatif,. yaitu dengan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan
SARAN
akurat terhadap keadaan yang ada berdasarkan data dan informasi yang didapatkan TERHADAP
dari hasil di KA
lapangan maupun data sekunder yang ada. Dengan demikian kegiatan observasi ini bersifat non
eksperimental, karena data yang diteliti sudah ada, bukan sengaja ditimbulkan. Sedangkan metode
observasi ini akan lebih bersifat kuantitatif karena data yang diperoleh lebih banyak berupa angka,
mulai dari pengumpulan data, kompilasi data, penafsiran data tersebut, maupun menampilkan hasilnya.
Selain itu juga akan digunakan tabel, grafik dan diagram.
Kegiatan Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten
Nganjuk memerlukan kajian secara komprehensif. Hal ini disebabkan karena namyaknya aspek yang
harus dikaji (multi aspek) yaitu mencakup aspek teknis, manajemen, Kelembagaan, keuangan, sosial,
1 USULAN TEKNIS
ekonomi dan lingkungan.
Perencanaan dengan Metoda TRIPLE A disini pada dasarnya merupakan teknik perencanaan
integratif yang mensinergiskan penanganan antisipatif-kuratif, yang dilaksanakan dengan partisipatif
aktif masyarakat dan kebutuhan skala dan disesuaikan dengan kebijakan sektoral pembangunan
permukiman menurut kondisi spasial.

Gambar 5. 1 Pendekatan dalam Perencanaan

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
5.1 TAHAP PENGUMPULAN DATA
5.1.1 Data Primer
Pada tahap persiapan ini terdapat beberapa kegiatan yang dilaksanakan yang meliputi :
1) Koordinasi Tim
Melakukan diskusi internal Tim Konsultan terutama pemahaman terhadap maksud, tujuan dan
sasaran serta ruang lingkup kegiatan yang diuraikan dalam KAK. Selain itu juga menyusun
rencana kerja tim, termasuk pembagian peran tiap tenaga ahli.
2) Penyusunan Rencana Kerja dan Metodologi
Menyusun metodologi, pentahapan kerja dan rencana kerja sesuai dengan maksud,
tujuan dan sasaran serta ruang lingkup kegiatan yang diuraikan dalam KAK.
3) Penyiapan Peta Dasar
Menyiapkan peta dasar Kabupaten Nganjuk, peta dasar masing-masing desa lokasi RTLH.
Peta dasar diperoleh dari google dan Instansi terkait.
4) Penyusunan Desain Survey (Pengumpulan Data dan Informasi)
Menyusun desain survei (data primer dan data sekunder) mengenai RTLH di Kabupaten
Nganjuk. Serta menyiapkan format-format kegiatan secara lengkap yang dapat

2
mengakomodasi tahapan perencanaan dalam menunjang kegiatan. USULAN TEKNIS

5.1.2 Tahap Survey, Verifikasi dan Analisa


Pada tahap survei dan kajian ini terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan
diantaranya.
1) Survey dan Pengumpulan Data
Dalam upaya pengumpulan data primer, dibutuhkan beberapa peralatan berikut:
- Kamera pendataan dengan utility GPS
 Pastikan setting waktu dan tanggal
 Setting lokasi
 Tunggu sampai posisi GPS terkunci sebelum ambil foto rumah
- Kuisioner Pendataan
 Format Kuesioner RTLH telah tersedia
 Gandakan sesuai kebutuhan
 Briefing tim pendata tatacara pengisian Kuesioner
2) Pengamatan Lapangan Yang dilengkapi Foto

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
Untuk mendapatkan hasil foto yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan pendataan Rumah
Tidak layak Huni, terdapat beberapa teknik pengambilan foto sebagai berikut:
- Sudut pandang pengambilan foto:
 Perspektif
 Hanya 1 foto per RTLH

3 USULAN TEKNIS
Gambar 5.2 Contoh Teknik Pengambilan Foto RTLH
- Teknik Pengambilan Foto
 Penanda foto RTLH
 Dibatasi/ditandai dengan kuisioner RTLH

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
Gambar 5.3 Contoh Teknik Pengambilan Foto RTLH

4 Gambar 5.4 Contoh Penanda dengan Kuisioner USULAN TEKNIS

- Penyimpanan File Foto


 Simpan foto dalam satu folder
 Folder diberikan nama Kecamatan→Desa→Nama Foto sesuai dikuesioner
 Resolusi Foto tidak terlalu besar→mempercepat upload foto
 Atur ukuran file agar semua foto memiliki ukuran yang sama
 Jika sudah terlanjur → resize ukuran

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
Gambar 5.5 Contoh Penyimpanan Foto
- Penamaan Foto RTLH
 Boleh tidak rename foto yang sudah di pindah dari kamera ke computer
 Masukkan nama foto pada Kuesioner sama dengan Nama foto dikomputer dandikuesioner

5 USULAN TEKNIS

Gambar 5.6 Contoh Penandaan Foto


3) Validasi Data

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
Setelah verifikasi data dilakukan dengan melengkapi data RTLH melalui questioner dan foto
perspektif rumah, selanjutnya dilakukan inputing offline di tingkat desa, termasuk memvalidasi
dan menambahkan data RTLH yang belum masuk dalam data PBDT.

Gambar 5.7 Contoh Validasi Data


4) Pengisian Kuisioner Pendataan

6 USULAN TEKNIS

Gambar 5.8 Contoh Kuisioner Pendataan Rumah Tidak Layak Huni

 Pengisian Identitas Alamat diisi : jl, RT/RW, No Rumah, Kampung(di desa)


 NIK = 16 digit

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
 Jika bukan pekerja tetap dapat diisi pengeluaran perbulan
 Luas rumah = PxL (bisa tak beraturan)
 Jumlah penghuni = jumlah orang yang tinggal di rumah tsb
 Kondisi Pencahayaan → tidak Memenuhi = tidakada/TidakLayak Pendataan ideal
mempu menyajikan beberapa hal berikut:
- Kelompok sasaran MBR misalnya RT/RW atau desa/kelurahan
- Identitas MBR misalnya nama KK, alamat dan jumlah penghasilan
- Kondisi Fisik Rumah mulai dari Aspek Keselamatan, Aspek Kesehatan, Luasan
maupun Komponen Bahan Bangunan

7 USULAN TEKNIS

Gambar 5.9 Contoh Pendataan Ideal


5) Survei Sekunder
Pengumpulan data melalui survei sekunder dilakukan tanpa melakukan interaksi langsung
dengan subjek/objek penelitian. Data yang dibutuhkan dapat diperoleh dari beberapa sumber
yang sudah ada antara lain sebagai berikut:
 Peraturan perundangan (Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, dan
lain-lain)
 Dokumen Tata Ruang (RTRW, RDTR dan lain-lain)
 Dokumen Sektor (SPPIP, RP3KP dan lain-lain)
 Data Statistik (Data BPS)

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
5.2 METODE ANALISA
5.2.1 Penilaian Rumah Tidak Layak Huni
Penilaian layak atau tidaknya sebuah hinian dapat dilihat dari beberapa indikator Rumah
Tidak Layak Huni berikut:
1) Keselamatan Bangunan
- Komponen Struktur
Merupakan bagian bangunan yang menahan beban-beban yang diberikan kepadanya.
 Struktur atas seperti kuda-kuda dan rangka atap.
 Struktur tengah seperti kolom dan balok
 Struktur bawah seperti sloof dan pondasi
- Komponen Non Struktur
Merupakan bagian bangunan pengisi/penutup bagian ruang yang tidak menahan beban
agar rumah menjadi layak fungsi seperti: lantai, dinding, kusen, penutup atap, langit-
langit, daun pintu, dan daun jendela

USULAN TEKNIS 8

Gambar 5.10 Komponen Struktur dan Non Struktur


Persyaratan pokok rumah yang aman dan tanpa gempa:
- Kualitas bangunan yang baik
- Keberadaan dan dimensi struktur yang sesuai
- Seluruh elemen struktur utama tersambung dengan baik
- Mutu pekerjaan yang bauk

2) Kecukupan Minimum Luas Bangunan

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
- Memenuhi kecukupan luas minimum 9m²/orang. Misal: untuk 4 orang minimal
dibutuhkan luas : 4x9=36m2
- Pemenuhan persyaratan kecukupan luas menjadi tanggung jawab pemilik rumah

Tabel 5.1 Luas Minimum Rumah Sederhana Sehat

Sumber: Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor: 403/Kpts/M/2002

3) Komponen Kesehatan
USULAN TEKNIS 9
- Pencahayaan
Terpenuhinya persyaratan pencahayaan minimal 20 dari luas lantai
- Penghawaan
Terpenuhinya persyaratan penghawaan minimal 5  dari luas lantai
- Sanitasi (Kamar Mandi, Cuci, Kakus)
Tersedianya sarana mandi, cuci, dan kakus (MCK)
4) Komponen Bahan Bangunan Sesuai Kualitas Lokal
- Kondisi Atap
 Genteng dengan kualitas baik.
 Bahan atap berupa daun/ rumbia dan genteng yang sudah lapuk/rangka atap kondisi
lapuk (harus dibongkar).
- Kondisi Dinding
 Dinding batu bata plester kualitas baik.
 Bahan dinding berupa bilik bambu/ kayu kualitas jelek/ rotan atau dinding bata yang
sudah rapuh/ retak-retak (harus dibongkar).
- Kondisi Lantai
 Ubin atau keramik dengan kualitas baik.

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
 Bahan lantai tanah atau plesteran/ ubin yang sudah rusak diperbaiki.

5.2.2 Penentuan Jenis Bantuan Kegiatan


Penentuan Jenis bantuan penanganan ditentukan berdasarkan hasil identifikasi/verifikasi
kebutuhan rumah layak huni dan kerusakan yang perlu ditangani. Kerusakan tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu kerusakan komponen struktural dan kerusakan komponen non
struktural.
 Komponen struktural yaitu pondasi, tiang/kolom, balok dan rangka atap.
 Komponen non struktural yaitu dinding pengisi, kusen, penutup atap, lantai.
Jenis bantuan penanganan Rumah Tidak Layak Huni adalah sebagai berikut:
1) Pembangunan Baru
Pembangunan Baru yang selanjutnya disingkat PB adalah kegiatan pembangunan rumah
baru yang layak huni secara swadaya, yang terdiri atas:
- Pembangunan baru pengganti RTLH
Jika rumah rusak total/seluruh komponen bangunan baik struktural dan non struktural
rusak
- Pembangunan Rumah Baru USULAN TEKNIS 10
Jika belum ada rumah dibangun di atas kavling tanah matang (lahan kosong)
2) Peningkatan Kualitas
Peningkatan Kualitas yang selanjutnya disingkat PK adalah kegiatan memperbaiki rumah
tidak layak huni secara swadaya, sehingga menjadi rumah layak huni, terdiri atas:
- PK Rusak ringan
Rumah rusak ringan yaitu kerusakan komponen bangunan non struktural atau rumah
tidak memenuhi persyaratan kesehatan
- PK Rusak sedang
Rumah rusak sedang yaitu kerusakan komponen bangunan non struktural dan salah satu
komponen structural
- PK Rusak berat
Rumah rusak berat yaitu kerusakan sebagian besar komponen bangunan non struktural
maupun komponen struktura

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
Konstruksi Rumah Tembok Konstruksi Rumah Setengah Tembok

Konstruksi Rumah Kayu Konstruksi Rumah Setengah Tembok


USULAN TEKNIS 11
Gambar 5.11 Model konstruksi rumah sederhana
Fungsi Ruang Rumah Sederhana
Fungsi ruang yang dibutuhkan di dalam rumah sederhana minimalis terdiri atas:
- Teras,
- RuangTamu,
- RuangTidur,
- RuangMakan/Keluarga,
- Dapur,
- KM/WC

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
Gambar 5.12 Contoh Model Rumah Sederhana

5.2.3 Persyaratan Teknis


Untuk memenuhi standar dan kualitas bangunan rumah yang layak huni harus
memperhatikan/memenuhi persyaratan dan kriteria-kriteria sebagai berikut :
1) Persyaratan dan Ketentuan Umum
a. Keselamatan atau kekuatan :Maksud dari keselamatan adalah bangunan rumah dapat
memberikan rasa aman bagi penghuni dan lingkungan sekitar rumah. Apakah
strukturnya sudah sesuai dengan kondisi lahan dimana rumah itu dibangun. Sehingga
struktur bangunan rumah mampu menahan beban mati maupun beban hidup yang ada
didalamnya serta beban yang ditimbulkan oleh kondisi alam tertentu seperti gempa,
angina, banjir dan lain-lain;
b. Kesehatan dan keawetan : Rumah dapat dikatakan layak huni bukan sekedar mampu
memberikan rasa aman bagi penghuninya, namun rumah juga harus memenuhi standar
kesehatan seperti sistem penghawaan dan pencahayaan alami yang optimal, sanitasi
yang baik serta penggunaan material bangunan yang tidak mengganggu kesehatan
penghuni serta berdampak buruk bagi lingkungannya. Bangunan seharusnya
USULAN TEKNIS 12
direncanakan agar berumur panjang sebab yang kuat dan awet akan memberikan rasa
aman dan tenteram bagi penghuninya. Untuk itu perlu diperhatikan perlu diperhatikan
jenis bahan dan kualitas maupun mutu bahan yang digunakan perlu diperhatikan, serta
pelaksanaan maupun pekerjaan yang betul sesuai dengan prosedur yang benar; dan
c. Kenyamanan dan keindahan :Rumah mampu memberikan kenyamanan bagi
penghuninya. Kenyamanan yang dimaksud meliputi banyak hal seperti kenyamanan
sirkulasi atau ruang gerak yang berkaitan dengan pengorganisasian hubungan antar
ruangan rumah. Kenyamanan suhu, rumah dapat dijadikan tempat berlindung dari
cuaca panas pada siang hari serta udara dingin ketika malam hari tiba. Kenyamanan
pandangan, rumah dapat menjaga privasi sang penghuni saat melakukan aktivitas
tertentu tanpa khawatir terlihat dari luar.
2) Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Layak Huni
Rumah atau hunian sebagai kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan hunian akan terus
berkembang seiring perkembangan kehidupan. Permasalahan perumahan adalah
permasalahan yang multi dimensi (sosial, politik, ekonomi, budaya, pertahanan dan
keamanan).Fungsi dasar rumah adalah untuk melindungi diri dari berbagai ancaman
bahaya.Persoalan yang biasanya terjadi dalam rumah adalah ukuran rumah yang sempit

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
tidak sesuai dengan kebutuhan penghuni yang ada di dalamnya. Tentang pedoman teknis
pembangunan rumah layak huni harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Bangunan Fisik Rumah :
 Bahan bangunan tidak terbuat dari bahan yang dapat melepas zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan. Bahan bangunan tidak terbuat dari bahan yang dapat
menjadi tumbuh dan berkembangnya mikro organisme pathogen;
 Atap berfungsi untuk menahan panas, debu, dan air hujan. Penutup atap sebaiknya
merupakan bidang datar dan sudut kemiringan atap tergantung dari jenis bahan
penutup atap yang dipakai. Bumbungan rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau
lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir;
 Dinding berfungsi untuk menahan angin dan debu, serta dibuat tidak tembus
pandang. Bahan dinding dapat berupa batu bata, batako, bambu, papan kayu.
Dinding dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara.
Dinding kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan; dan
 Jendela dan pintu berfungsi sebagai lubang angin, jalan udara segar dan sinar
matahari serta sirkulasi. Letak lubang angin yang baik adalah searah dengan tiupan
angin. USULAN TEKNIS 13
b. Fasilitas Kelengkapan Bangunan Rumah :
 Sarana Air Bersih, tersedia sarana air bersih dengan kapasitas 120 liter/hari/orang.
Kualitas air bersih harus memenuhi persyaratan kesehatan. Sekeliling sumur
dangkal (gali) diberikan pengerasan dan selokan air agar tempat sekitarnya tidak
tergenang air (becek). Jarak sumur terhadap resapan/septik tank harus mencukupi
syarat kesehatan;
 Limbah dan drainase rumah, air kotor atau air buangan dari kamar mandi, cuci dan
dapur disalurkan melalui drainase rumah (selokan) terbuka atau tertutup di dalam
pekarangan rumah ke (drainase) selokan air di pinggir jalan. Limbah cair yang
berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau dan tidak
mencemari permukaan tanah. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan
bau, pencemaran terhadap permukaan tanah serta air tanah; dan
 Fasilitas Listrik. Sebagai pencahayaan buatan mutlak diperlukan pada sebuah
hunian. Kebutuhan minimal daya listrik untuk rumah sederhana 900 watt/rumah
artinya bahwa setiap rumah harus tersedia listrik dengan daya yang mencukupi.

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
 Struktur sebuah bangunan rumah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu struktur
bangunan bagian atas, yaitu struktur banguan yang ada diatas permukaan tanah
yng terdiri atas dua bagian yaitu bagian atap dan rangka bangunan (dinding dan
koom) dan struktur bagian bawah yaitu struktur bangunan yang berada dibawah
permukaan tanah,yangdimaksud struktur bangunan dibawah permukaan
tanah adalah pondasi.berikut contoh rumah aman dan nyaman:

USULAN TEKNIS 14

Gambar 5.13 Contoh Strukuktur Bangunan Atas


3) Persyaratan Komponen Bangunan Rumah
Pelaksanaan pembangunan dan rehabilitasi rumah tinggal layak huni harus memenuhi
minimal komponen kelengkapan bangunan sebagai berikut:
Tabel 5.2 Persyaratan Komponen Bangunan

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
4) Persyaratan Kualitas Bangunan
a. Bahan Beton
 Perbandingan isi campuran beton terdiri dari : 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil. Catatan:
perlu diperhatikan penambahan air dilakukan sedikit demi sedikit dan disesuaikan agar
beton dalam keadaan pulen (tidak terlalu encer dan tidak terlalu kental).
 Ukuran kerikil yang baik 10 mm – 20 mm dengan gradasi yang baik
b. Bahan Campuran Adukan (Mortar)
Perbandingan isi untuk campuran adukan / mortar terdiri dari: 1 bagian semen : 4
bagian pasir bersih dan air secukupnya.
c. Bahan Pondasi
Pondasi terbuat dengan menggunakan batu belah / batu sungai yang keras dengan
perekat campuran adukan 1 bagian pasir : 4 bagian semen.
d. Kayu
Menggunakan kayu yang berkualitas baik, yaitu Kayu harus kering, tidak cacat,
brewarna gelap, serat cukup rapat, tidak ada retak, berat dan lurus.
5) Persyaratan Struktur Utama dan Ukuran USULAN TEKNIS 15
Bangunan sebuah rumah harus mempunyai struktur rangka yang terdiri ataskolom, balok
pengikat/sloof, dan balok keliling/ringbalk yang terbuat dari beton bertulang / kayu kelas 2
yang terletak di atas pondasi yang kuat dan stabil.Selain itu sudut-sudut bangunan juga
harus tersambung dengan dinding yang berfungsi sebagai penyekat ruangan. Agar
bangunan rumah berkualitas baik (kuat) maka ukuran kolom, balok pengikat/sloof dan
balok keliling/ringbalk harus memenuhi persyaratan yang dipersyaratkan, untuk lebih
jelasnya ukuran dan persyaratan struktur bangunan rumah dijelasan sebagai berikut:
a. Pondasi
Jika keadaan tanah cukup keras, fondasi batu dapat dibuat dengan ukuran sebagai
berikut :
- Lebar atas pondasi minimal 30 cm;
- Lebar bawah pondasi minimum, 60 cm;
- Tinggi pondasi minimum 60 cm.
Jika keadaan tanah lunak, maka terlebih dahulu dilakukan perbaikan tanah dasar
dengan menggunakan timbunan tanah keras atau penguatantanah dasar dengan
menggunakan trucuk (dimensi pondasi menyesuaikan kondisi lapangan).

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
b. Balok Pengikat/Sloof
Spesifikasi balok pengikat/sloof harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Balok pengikat / sloof dengan dimensi minimal 15 cm x 20 cm;
- Ukuran tulangan utama diameter 12 mm;
- Ukuran tulangan begel diameter 8 mm;
- Jarak antar begel 15 cm;
- Tulang sengkang harus dibengkokan dengan sudut 135°;
- Ketebalan selimut beton adalah 15 mm.
c. Kolom
Spesifikasi kolom harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Ukuran Kolom minimal 15 cm x 15 cm;
- Jarak antar kolom maksimum 3 meter;
- Tulangan utama baja diameter 12 mm;
- Tulangan begel baja diameter 8 mm;
- Jarak antar begel 15 cm;
- Tulang sengkang harus dibengkokan dengan sudut 135°;
USULAN TEKNIS 16
- Ketebalan selimut beton adalah 15 mm.
d. Balok Keliling (Ring Balk)
Spesifikasi balok keliling/ring balk harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
- Ukuran balok keliling / ring balk minimal 12 cm x 15 cm;
- Tulangan utama baja diameter 12 mm;
- Tulangan begel baja diameter 8 mm;
- Jarak antar begel 15 cm;
- Ketebalan selimut beton adalah 15 mm.
e. Struktur Rangka Atap
Spesifikasi struktur rangka atap harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Kuda kuda kayu :
- Ukuran minimum balok kayu umtuk kuda-kuda adalah 8 cm x 12 cm;
- Menggunakan kait bes/baja pada sambungan kuda-kuda;
- Struktur atap dipilih yang sesuai dengan jenis penutup atap dan dipasang dengan
benar.
2. Sopi-Sopi/Ampig

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
- Sopi – sopi /gunung – gunungan /ampig harus diberi kolom dan balok miring dari
beton bertulang (sebagai bingkai) dengan dimensi 12 cm x 15 cm dan penulangan
utama diameter 12 mm, tulangan begel diameter 8 mm, selimut beton 1 cm (sama
dengan balok keliling /ring balk);
- Ampig terbuat dari susunan bata yang direkatkan dengan campuran adukan 1
semen : 4 pasir dan diplester, diajurkan bahan ampig menggunakan bahan ringan
seperti papan dan GRC utnuk meminimalisir akibat yang parah bila ampig roboh
saat terjadi gempa.
3. Ikatan Angin
Untuk memperkuat kerangka atap rumah terhadap pengaruh angin maka diperlukan
ikatan angin pada kuda –kuda (rangka atap).

5.2.4. Kriteria RTLH Menurut Kimpraswil


1. Ketentuan Rumah Sederhana Sehat
Konsepsi Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) termaktub didalam Keputusan Menteri
Permukiman Dan Prasarana Wilayah No. 403/KPTS/M/2002 tentang Pedoman Teknis
Rumah sederhana Sehat (Rs Sehat). Rumah Sederhana Sehat adalah rumah yang
USULAN TEKNIS 17
dibangun dengan menggunakan bahan bangunan dan konstruksi sederhana akan tetapi
masih memenuhi standar berikut :
a) kebutuhan minimal masa dan ruang
b) Kebutuhan kesehatan dan kenyamanan
c) Kebutuhan minimal keamanan dan keselamatan
Dengan mempertimbangkan dan memanfaatkan potensi lokal meliputi potensi fisik seperti
bahan bangunan, geologis, dan iklim setempat serta potensi sosial budaya seperti
arsitektur lokal, dan cara hidup.
2. Kebutuhan Minimal Masa (Penampilan) dan Ruang (Luar-Dalam)
Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia (aktivitas tidur,
makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya) di dalam
rumah. Dari hasil kajian, kebutuhan ruang per orang adalah 9 m2 dengan perhitungan
ketinggian rata-rata langit-langit adalah 2.80 m. Rumah sederhana sehat memungkinkan
penghuni untuk dapat hidup sehat, dan menjalankan kegiatan hidup sehari-hari secara
layak.
3. Kebutuhan Minimal Kesehatan dan Kenyamanan

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan
dipengaruhi oleh 3 (tiga) aspek, yaitu pencahayaan, penghawaan, serta suhu udara dan
kelembaban dalam ruangan. Aspek-aspek tersebut merupakan dasar atau kaidah
perencanaan rumah sehat dan nyaman.
a) Pencahayaan yang dimaksud adalah penggunaan terang langit dengan pencahayaan
alami dari sinar matahari, dengan ketentuan sebagai berikut :
- cuaca dalam keadaan cerah dan tidak berawan;
- ruangan kegiatan mendapatkan cukup banyak cahaya; dan
- ruang kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara merata.
Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan ditentukan oleh :
- kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata);
- lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata);
- tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan;
- lubang cahaya min. 1/10 dari luas lantai ruangan;
- sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan min. 1 (satu) jam setiap hari; dan
- cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00.
Nilai faktor langit tersebut akan sangat ditentukan oleh kedudukan lubang cahaya dan
USULAN TEKNIS 18
luas lubang cahaya pada bidang atau dinding ruangan. Semakin lebar bidang cahaya
(L), maka akan semakin besar nilai faktor langitnya. Tinggi ambang bawah bidang
bukaan (jendela) efektif antara 70 – 80 cm dari permukaan lantai ruangan.
b) Penghawaan. Kenyamanan didalam rumah diperoleh dengan menciptakan kesegaran
udara dalam ruangan dengan cara penghawaan alami, maka dapat dilakukan dengan
memberikan atau mengadakan peranginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan
sebagai berikut :
- Lubang penghawaan min. 5 (lima persen) dari luas lantai ruangan.
- Volume Udara yang mengalir masuk = volume udara yang mengalir keluar ruangan.
- Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar mandi/WC.
Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC, yang
memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower atau exhaust fan,
harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
- Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan disekitarnya.
- Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan kegiatan dalam
bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan kerja.

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
c) Suhu udara dan kelembaban. Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu
udara dan kelembaban udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal.
Suhu udara dan kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh penghawaan dan
pencahayaan. Penghawaan yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan ruangan
terasa pengap atau sumpek dan akan menimbulkan kelembaban tinggi dalam
ruangan. Untuk mengatur suhu udara dan kelembaban normal untuk ruangan dan
penghuni dalam melakukan kegiatannya, perlu memperhatikan :
- keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan keluar.
- pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan perabotan tidak bergerak.
- menghindari perabotan yang menutupi sebagian besarluas lantai ruangan.
4. Kebutuhan Minimal Keamanan dan Keselamatan
Pada dasarnya bagian-bagian struktur pokok untuk bangunan rumah tinggal
sederhana adalah : pondasi, dinding (dan kerangka bangunan), atap serta lantai.
Sedangkan bagian-bagian lain seperti langit-langit, talang dan sebagainya merupakan
estetika struktur bangunan saja.
a) Pondasi. Secara umum sistem pondasi yang memikul beban < dari 2 ton (beban
kecil), yang biasa digunakan untuk rumah sederhana dapat dikelompokan kedalam
USULAN TEKNIS 19
tiga sistem pondasi, yaitu: pondasi langsung; pondasi setempat; dan pondasi tidak
langsung.
b) Dinding. Bahan dinding yang digunakan untuk RIT (rumah inti tumbuh) dan
pertumbuhannya adalah conblock, papan, setengah conblock dan 1/2 papan atau
bahan lain seperti bambu tergantung pada potensi bahan yang dominan pada daerah
dimana rumah ini akan dibangun.
- Untuk dinding papan harus dipasang pada kerangka yang kokoh,
- Untuk kerangka dinding digunakan kayu berukuran 5/7 dengan jarak maksimum 100
cm. Kayu yang digunakan (baik untuk papan dan balok) adalah kayu kelas kuat dan
awet II. Apabila untuk kerangka digunakan kayu balok berukuran 5/10 atau yang
banyak beredar dipasaran dengan ukuran sepadan. Jarak tiang rangka kurang lebih
150 cm. Papan yang digunakan dengan ketebalan minimal 2 cm setelah diserut dan
sambungan dibuat alur lidah atau sambungan lainnya yang menjamin kerapatan.
Ring-balok dan kolom dari kayu balok berukuran 5/10 atau yang banyak beredar
dipasaran dengan ukuran sepadan. Hubungan antara kolom dengan ringbalok
dilengkapi dengan sekur-sekur dari kayu 5/10 atau yang banyak beredar dipasaran
dengan ukuran sepadan. Panjang sekur maksimum 50 cm.

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
c) Kerangka bangunan. Rangka dinding untuk rumah beragam, di antaranya :
- Rangka Rumah tembok dibuat dari struktur beton bertulang.
- Rangka rumah ½ tembok menggunakan setengah rangka dari beton bertulang dan
setengah dari rangka kayu.
- Rangka rumah kayu tidak panggung dibuat dari kayu. Untuk sloof disarankan
menggunakan beton bertulang.
- Rangka rumah kayu panggung seluruhnya menggunakan kayu, baik untuk rangka
bangunan maupun untuk dinding dan pondasinya.
d) Kuda-kuda. Rumah sederhana sehat menggunakan atap pelana dengan kerangka
kuda-kuda dari kayu kelas kuat dan awet II berukuran 5/10 atau yang banyak beredar
dipasaran dengan ukuran sepadan. Dalam rangka mempercepat pelaksanaan
pemasangan kerangka kuda-kuda disarankan menggunakan sistem kuda-kuda papan
paku, yaitu pada setiap titik simpul menggunakan klam dari papan 2/10 dari kayu
dengan kelas yang sama dengan rangka kuda-kudanya.
- Khusus untuk rumah tembok dengan konstruksi pasangan, dapat menggunakan kuda-
kuda dengan memanfaatkan amping tembok yang disekelilingnya dilengkapi dengan
ring-balok konstruksi beton bertulang.
USULAN TEKNIS 20
- Kemiringan sudut atap harus mengikuti ketentuan sudut berdasarkan jenis penutup
atap yang digunakan, sesuai dengan spesifikasi yang dikeluarkan oleh pabrik atau
minimal 200 untuk pertimbangan kenyamanan ruang didalamnya.
5.2.5 Perumusan data
Setelah diketahui ‘gap’ yang ada antara ketersediaan data dan kebutuhan data, dapat
dilakukan perumusan untuk mendapatkan hasil yang akurat. Seringkali data tertentu tidak tersedia,
namun data yang lain dapat menggambarkan kondisi yang sama. Misalnya data tentang kebutuhan
peningkatan kualitas hunian, dapat diwakili oleh jumlah keluarga pra-sejahtera I dan II yang ada, dan
sebagainya. Perumusan data dapat pula berasal dari kumpulan masalah-masalah terkait perumahan,
PSU dan sosial-ekonomi serta kerentanan dan kelembagaan masyarakat.
5.2.6 Updating data
Pembaharuan data perlu dilakukan secara berkala sesuai dengan tingkat waktu terjadinya
perubahan. Pencatatan pertambahan jumlah penduduk misalnya, perlu dilakukan setiap tahun, karena
setiap hari terjadi peristiwa kelahiran dan kematian, namun pendataan ulang /updating data jumlah
rumah tidak layak huni tidak perlu dilakukan setiap tahun karena jumlahnya tidak signifikan kecuali ada
program serentak yang dilaksanakan di wilayah kabupaten/kota.

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
Demikian pula untuk pelaksanaan program yang dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah dan swasta serta masyarakat perlu diupdate setiap selesai pekerjaan untuk memetakan
masalah yang telah tertangani menjadi peta potensi daerah setempat.

USULAN TEKNIS 21

Gambar 5.14 Kerangka pikir RTLH Kabupaten Nganjuk

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
5.3 INOVASI
5.3.1 Kondisi Geografis Dan Administrasi Kabupaten Nganjuk
Wilayah Kabupaten Nganjuk, berdasarkan posisinya merupakan salah satu wilayah kabupaten
dari 38 wilayah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur. Secara geografis Kabupaten Nganjuk terletak
pada posisi 111° 50’ –112° 13’ Bujur Timur dan 7° 20’ – 7° 50’ Lintang Selatan. Secara administratif,
Wilayah Kabupaten Nganjuk memiliki batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kabupaten Bojonegoro


 Sebelah Timur : Kabupaten Jombang dan Kediri
 Sebelah Barat : Kabupaten Ponorogo dan Madiun
 Sebelah Selatan : Kabupaten Kediri dan Tulungagung

Secara geografis, wilayah Kabupaten Nganjuk tersebar ke dalam 3 wilayah dataran


yaitu 110.433,93 ha (85,68%) terletak di dataran rendah, 11.577,67 ha (8,98%) di dataran
sedang 6.885,55 ha (5,34%) merupakan dataran tinggi. Wilayah tersebut tersebar dari selatan
yaitu Gunung Wilis bagian utara, hingga kaki gunung Kendeng bagian selatan. Wilayah
Kecamatan di kaki Gunung Wilis diantaranya Kecamatan Ngetos, Sawahan, Wilangan,
sebagian Kecamatan Loceret dan Pace. Sedangkan di bagian utara yaitu di kaki Gunung
Kendeng adalah Kecamatan Ngluyu.
USULAN TEKNIS 22
Geografis Kabupaten Nganjuk berada pada titik tengah persimpangan jalan Provinsi
Jawa Timur. Keberadaannya menjadi penghubung antara Ibukota Provinsi, Surabaya, dengan
wilayah Jawa Timur bagian barat. Hal ini menjadikan Kabupaten Nganjuk memiliki potensi
sektor jasa dan perdagangan yang besar sebagai daerah penghubung perdagangan. Selain itu,
kondisi geografis yang luas dengan jenis wilayah yang beragam, maka jumlah kecamatan juga
cukup banyak dan variatif, sehingga membutuhkan adanya pendekatan dalam pengembangan
tata ruang. Secara rinci luas wilayah Kabupaten Nganjuk per kecamatan dapat dilihat pada
tabel berikut:

Tabel 5. 3 Administratif Kecamatan Di Wilayah Kabupaten Nganjuk

Luas Wilayah
No Kecamatan Presentase
Km2
(%)

1 Sawahan 111,38 8,6

2 Ngetos 78,41 6,1

3 Berbek 57,48 4,5

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
Luas Wilayah
No Kecamatan Presentase
Km2
(%)

4 Loceret 68,65 5,3

5 Pace 51,05 4,0

6 Tanjunganom 75,54 5,9

7 Prambon 44,94 3,5

8 Ngronggot 52,94 4,1

9 Kertosono 24,79 1,9

10 Patianrowo 35,46 2,8

11 Baron 40,04 3,1

12 Gondang 114,18 8,9

13 Sukomoro 37,52 2,9

14 Nganjuk 23,48 1,8

15 Bagor 54,34 4,2 USULAN TEKNIS 23

16 Wilangan 51,43 4,0

17 Rejoso 156,82 13

18 Ngluyu 89,77 7,0

19 Lengkong 71,99 5,6

20 Jatikalen 48,71 3,8

Jumlah 1.288,92 100%


Sumber: Kabupaten Nganjuk dalam Angka, 2019

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
Sawahan Ngetos

Berbek Loceret
6% 9%
7% Pace Tanjunganom
6%
5% Prambon Ngronggot
13%
6% Kertosono Patianrowo

4% 4%
Baron Gondang
4% 6%
Sukomoro Nganjuk
2%
4% Bagor Wilangan
3% 9%
4%
3% 3% 2% Rejoso Ngluyu

Lengkong

Gambar 5.15 Diagram Luas Wilayah tiap Kecamatan Kabupaten Nganjuk

USULAN TEKNIS 24

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
USULAN TEKNIS 25

Gambar Peta 5.16 Administrasi Kabupaten Nganjuk

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
5.3.2 KONDISI FISIK DASAR
1. Topografi
Topografi Kabupaten Nganjuk berdasarkan data dari Badan Informasi Geospasial (BIG)
yang dikompilasikan dengan citra spot 7 path/row, Review RTRW kab. Nganjuk tahun 2019-
2039 meliputi, Topografi wilayah menjadi salah satu pertimbangan untuk melihat kesesuaian
penggunaan lahan. Wilayah Kabupaten Nganjuk merupakan daratan yang memiliki kontur
datar, bergelombang dan berbukit. Kondisi topografi ini terbagi menjadi dua bagian menurut
ketinggiannya yaitu 25 – 100 meter dari permukaan laut (dpl) dan 100 – 1.000 meter dpl.
Wilayah dengan ketinggian 25 – 100 meter dpl seluas 62%, sedang ketinggian 100 – 1.000
meter dpl seluas 34,05%. Kondisi luasan topografi tersebut tersebar keseluruh wilayah dengan
rincian sebagai berikut:

• Kondisi wilayah yang berada diketinggian 25 – 100 meter di atas permukaan air laut
dengan luas wilayah sekitar 47.507,75 Ha atau 62% dari seluruh luas wilayah.
Wilayah kecamatan yang berada pada ketinggian ini sebanyak 15 kecamatan, yaitu
Kecamatan : Wilangan, Bagor, Nganjuk, Sukomoro, Rejoso, Gondang, Loceret, Pace,
Tanjunganom, Prambon, Ngronggot, Kertosono, Patianrowo, Lengkong, dan
Kecamatan Jatikalen. USULAN TEKNIS 26

• Kondisi wilayah yang berada diketinggian 100 – 1.000 meter di atas permukaan air
laut dengan luas wilayah sekitar 41.552,15 Ha atau 34,05% dari seluruh luas wilayah.
Wilayah kecamatan yang berada pada ketinggian ini sebanyak 11 kecamatan, yaitu
Kecamatan : Ngluyu, Lengkong, Gondang, Rejoso, Wilangan, Bagor, Berbek, Ngetos,
Pace, sawahan, dan Kecamatan Loceret. Adapun wilayah Kecamatan Rejoso,
Ngluyu, Gondang, Jatikalen berada di bagian utara Kabupaten Nganjuk merupakan
daerah pegunungan (Pegunungan Kendeng) dengan ketinggian 60-897 m DPL, yang
merupakan daerah hutan jati, lahan potensial untuk tanaman tembakau, bahan galian
kapur, hutan produksi, dan hutan lindung. Sedangkan wilayah Kecamatan Ngetos,
Sawahan, Brebek, Loceret, Pace, dan Wilangan berada di sebelah selatan dan Barat
wilayah Kabupaten Nganjuk berada di lereng Gunung Wilis potensial untuk tanaman
perkebunan, hortikultura, hutan produksi dan hutan lindung.
• Wilayah dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan air laut dengan
luas wilayah 5.957,15 Ha atau 4,89% dari luas wilayah terdiri atas 2 wilayah
kecamatan saja, yaitu : Kecamatan Sawahan dan Kecamatan Ngetos. Wilayah ini
berada di bagian Selatan Kabupaten Nganjuk merupakan daerah pegunungan

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
(Gunung Wilis) dengan ketinggian 1.000 sampai dengan 2.563 m DPL, potensial
untuk hutan produksi dan hutan lindung.

Terdapat enam kecamatan memiliki dua jenis topografi yaitu berada pada ketinggian 25 – 100
meter dpl dan 100 – 1.000 meter dpl. Keenam kecamatan tersebut yaitu Kecamatan :
Lengkong, Rejoso, Wilangan, Bagor, Pace, dan Loceret. Selain dikelompokkan dari kondisi
konturnya, wilayah Kabupaten Nganjuk juga terbagi menurut kelerengannya. Menurut
kelerengannya wilayah ini dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu:

• Wilayah dengan kelerengan antara 0 % – 2 %, luasnya meliputi 52,95 % dari luas


wilayah Kabupaten Nganjuk yang tersebar di hampir seluruh wilayah. Wilayah ini
cukup baik untuk kegiatan budidaya berupa pertanian maupun untuk kegiatan
permukiman. • Wilayah dengan kelerengan 2 % – 15 %, luasnya meliputi 29,86% dari
seluruh luas wilayah kabupaten dan tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Wilayah
ini cukup sesuai untuk kegiatan pertanian dan permukiman.
• Wilayah dengan kelerengan 15 % – 40 %, luasnya meliputi 10,50% dari luas wilayah
kabupaten yang tersebar di Kecamatan Ngetos, Sawahan, Berbek, Loceret,
Wilangan, Rejoso, Gondang, Ngluyu dan Lengkong. Wilayah ini sesuai untuk kegiatan
USULAN TEKNIS 27
pertanian tanaman tahunan/tanaman keras.
• Wilayah dengan kelerengan > 40 %, luasnya meliputi sekitar 6,68% dari luas wilayah
kabupaten yang tersebar di Kecamatan Sawahan, Ngetos, Wilangan dan Ngluyu.
Merupakan wilayah yang seharusnya dihutankan karena merupakan kawasan
penyangga tanah, air dan menjaga keseimbangan ekosistem
2. Geologi dan Jenis Tanah
Kondisi geologi daerah dapat menggambarkan potensi sumberdaya alam, serta
beberapa kemungkinan bencana yang mungkin timbul. Wilayah Kabupaten Nganjuk termasuk
dalam Zona Solo dengan Sub Zona Ngawi. Zona ini ditempati oleh gunung api yang berumur
kwarter dengan puncak seperti Wilis, Lawu, dll. Diantaranya terdapat dataran seperti dataran
Madiun, Kediri, Jember, yang umumnya tersusun oleh endapan lahar dan batuan gunung api.
Dataran tersebut merupakan cekungan air tanah produktif yang didominasi oleh endapan
alluvium vulkanik.
Batuan di sebagian wilayah Kabupaten Nganjuk umumnya terdiri dari endapan
alluvium, sedangkan sebagian lainnya terdiri dari batuan berumur piosen sampai plistosen.

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
Wilayah Kabupaten Nganjuk berdasarkan ciri-ciri fisik dan batuan penyusunnya secara garis
besar terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu:
1. Perbukitan Kendeng Di daerah ini tersusun oleh batuan sedimen pasir sampai lempung
liat setebal 40 – 80 meter dengan sisipan tipis pasir.
2. Gunung api Wilis Pada daerah ini terdapat batu pasir tufa yang mengandung sisipan
pasir atau breksi. Batuan di daerah ini berupa lapisan batuan yang berasal dari
rombakan material letusan gunung api, breksi, lahar dan batu pasir bersifat andesit.
Pada daerah ini tanahnya terdiri dari bahan-bahan asal pegunungan dengan ketebalan
80 – 110 meter berupa pasir tufa berbutir halus sisipan kasar atau kerikil dengan
sisipan lempung tufaan atau pasir lempung di dalamnya.
3. Dataran Rendah Di daerah ini bagian atas setebal 30 – 70 meter terdiri dari lempung
abu-abu hitam dengan pasiran coklat yang dipisahkan oleh lapisan tipis pasiran
sebagai pengandung air. Bagian bawah berupa lapisan batu pasir tufaan atau lempung
tufaan dengan sisipan pasir atau kerikil. Kabupaten Nganjuk terbagi menjadi tiga
bagian menurut jenis tanah, yaitu tanah sawah (35%), tanah kering (27%) dan tanah
hutan (38%). Sebagian besar kecamatan berada pada dataran rendah dengan
ketinggian antara 46 sampai dengan 95 meter di atas permukaan laut. Sedangkan
USULAN TEKNIS 28
(empat) kecamatan yang berada pada daerah pegunungan terletak pada ketinggian 150
sampai dengan 750 meter di atas permukaan laut. Daerah tertinggi yaitu desa Ngliman di
Kecamatan Sawahan. Bila di lihat dari tipe sebaran tanah yang ada, maka wilayah Kabupaten
Nganjuk terbagi ke dalam 3 asal jenis tanah berdasarkan pembentukannya, yaitu berasal dari
Jenis tanah yang pembentukannya berasal dari material gunung berapi seperti tanah andosol,
latosol, grumosol dan regosol tersebar hampir di seluruh kecamatan-kecamatan, jenis tanah
yang berasal dari endapan aliran sungai yang sering disebut dengan tanah alluvial di dataran
rendah dan tanah yang berasal dari pelapukan bebatuan besar dengan jenis tanah litosol.
Wilayah yang memiliki jenis tanah tersebut adalah Rejoso dan Ngluyu. Sebaran jenis tanah ini
pada tabel berikut:
Tabel 5.4 Jenis Tanah berdasarkan luas Kabupaten Nganjuk

No Kecamatan Jenis Tanah

1 Sawahan Andosol, Latosol

2 Ngetos Andosol, Latosol

3 Berbek Latosol, Gromosol

4 Loceret Andosol, Latosol, Gromosol,

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk
No Kecamatan Jenis Tanah

Aluvial

5 Pace Latosol, Gromosol, Aluvial

6 Tanjunganom Gromosol, Aluvia

7 Prambon Aluvial

8 Ngronggot Aluvial

9 Kertosono Aluvial

10 Patianrowo Aluvial, Regosol

11 Baron Aluvial

12 Gondang Aluvial, Regosol

13 Sukomoro Aluvial, Regosol

14 Nganjuk Gromosol, Aluvial, Regosol

15 Bagor Gromosol, Regosol

16 Wilangan Latosol, Gromosol, Regoso USULAN TEKNIS 29

17 Rejoso Latosol, Regosol, Litosol

18 Ngluyu Latosol, Regosol, Litosol

19 Lengkong Regosol

20 Jatikalen Aluvial, Regoso


Sumber: Kabupaten Nganjuk dalam Angka, 2019

Perencanaan Updating Pendataan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) Kabupaten Nganjuk

Anda mungkin juga menyukai