Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan idayah nya
sehingga saya dapat meneyelesaikan tugas makalah yang berjudul remaja dan
pemuda dalam masalah generasi sosial tepat pada waktunya dan dengan sebaik
baiknya.

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenui tugas pada mata kuliah [ ]
dalam program studi [ ] di fakultas [ ] dan dengan dosen pengampu [ ].
Dan juga untuk menambah wawasan yang lebih luas lagi untuk saya dan terlatih
dalam membuat makalah yang baik dan benar.

Tak lupa saya ucapakan ribuan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu saya dalam pembuatan makalah ini tertama kepada dosen pengampu
yang telah memberikan tugas makalah ini.

Ribuan maaf pun tak luput saya haturkan atas segala kekurangan yang saya buat
sengajaatau pun tidak sengaja dalam pembuatan makalah ini, terutama dalam ilmu
pengetahuan yang belum saya dapatkan secara menyeluruh dan belum mencapai
sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya terkhusus dan orang
lain dalam memperluas wawasan ilmu pengetahuan tentang remaja dan pemuda
serta peranannya dalam masalah generasi sosial.

Martapura, 28 Oktober 2021

Penulis

BAB 1

1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

 Makalah ini saya tujukan khususnya untuk kalangan remaja, pelajar dan
generasi muda yang tidak lain adalah sebagai generasi penerus bangsa yang
memiliki identitas diri yang baik dan kualitas tinggi karena sifat nya yang
mencangkup kematangan mental, emosional sosial dan fisik.

Tumbuh kembang remaja pada zaman sekarang sudah tidak bisa lagi
dibanggakan. Kenakalan remaja yang terjadi akhir – akhir ini sudah pada taraf
tindakan kriminalitas yang dampaknya tidak saja pada pelaku dan korban akan
tetapi mencakup aspek sosial dan lingkungan diantaranya tawuran, pemerkosaan
yang dilakukan oleh pelajar, pemakaian narkoba, pengerusakan fasilitas umum
dan lain-lain. Seiring perkembangan zaman yang makin produktif, masalah sosial
pun tak berhenti memperbarui jenisnya. informasi yang begitu pesat yang selain
bersifat positif tentu saja ada sisi negatif yang  jika tidak ada filter dari informasi
yang sampai ke tengah-tengah masyarakat terutama kalangan remaja dan generasi
muda.

Masalah sosial dalam generasi muda ialah, berkurangnya adab akan sesama
manusia, lebih menyukai hidup bebas dan meninggalkan kesopanan juga rasa
kemanusiaan. Kekerasan, pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba, kerusakan
mental, dan lain lain.

Remaja yang seharusnya menjadi generasi penerus bangsa  kini tidak bisa lagi
menjadi jaminan untuk kemajuan Bangsa dan Negara. Bahkan perilaku mereka
cenderung merosot.

Sungguh sangat disayangkan remaja yang seharusnya menjadi generasi penerus


bangsa berprlikau premanisme yang jika tidak dibina dan diberikan arahan, tidak
menutup kemungkinan 20 tahun kedepan bangsa ini miskin akan sosok – sosok

2
pemimpin yang intelek, kreatif dan berahlak. Para remaja saat ini dengan mudah
melakukan perubahan social dan budaya dengan mengadopsi budaya luar tanpa
adanya filter. Meningkatnya kenakalan remaja saat ini merupakan salah satu
dampak dari media informasi yaitu program siaran televisi yang dinilai kurang
memberikan nilai edukatif bagi remaja.

Permasalahan remaja bukan hanya menjadi tanggung jawab para orang tua dan
lembaga pendidikan akan tetapi semua elemen memiliki tanggung jawab yang
sama untuk memperbaiki prilaku para remaja sehingga permasalahan kenakalan
remaja tidak berlarut – larut tanpa adanya usaha pembinaan yang terencana.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut, penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan
di bahas dalam makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa
masalah tersebut antara lain:

a apa pengertian remaja dan pemuda?


b bagaimana bentuk masalah sosial di generasi muda?
c bagaimana peran remaja dan pemuda dalam masalah generasi sosial?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah in sebagai


berikut:

a untuk mengetahui pengertian remaja dan pemuda


b untuk mengetahui bentuk masalah sosial di generasi muda
c untuk mengetahui peran remaja dan pemuda dalam masalah generasi sosial

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Remaja dan Pemuda

1. Pengertian Remaja
Remaja dalam bahasa latin yaitu adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas
lagiyang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Masa remaja
adalah masa transisi atau peralihan, karena masa remaja belum memperoleh status
dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Adapun remaja adalah generasi yang

4
berumur 15 tahun sampai 20 tahun. Apabila mereka bersekolah, batasannya
adalah mereka yang belajar di tingkat SLTP, SLTA dan tahun-tahun awal
memasuki perguruan tinggi.
Menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah masa peralihan diantara
masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa
pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya.
Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau
bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Massa berlangsung
antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun.
Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian masyarakat
karena memiliki sifat-sifat khas dan yang menentukan dalam kehidupan individu
dalam masyarakatnya. karena manusia dewasa harus hidup dalam alam kultur dan
harus menempatkan dirinya diantara nilai-nilai (kultur) itu maka perlu mengenal
dirinya sebagai pendukung maupun pelaksana nilai-nilai. Untuk inilah maka ia
harus mengarahkan dirinya agar dapat menemukan diri, meneliti sikap hidup yang
lama dan mencoba-coba yang baru agar dpat menjadi pribadi yang dewasa. Pada
dasarnya ini masih dirinci kedalam beberapa masa, yaitu:
a. Awal Remaja (13-15)
Massa ini adalah cepatnya pertumbuhan yang sering membawa
kejanggalan, memperlihatkan kurangnya koordinasi anatra fikiran dan badan.
Hal ini juga memberikan rasa malu pada anak-anak muda karena organ-organ
tubuh tertentu, seperti hidung, mulut dan kaki bertumbuh lebih cepat dari
anggota tubuh yang lain membuat mereka seperti seorang anak yang kecilnya
berwajah buruk tetapi waktu dewasa menjadi seseorang yang berwajah cantik
atupun tampan dan memberikan rasa ketakutan yang tak tersalurkan yang
membuat mereka akan selalu merasa begitu. Usia untuk bergerombol
sekarang mencapai puncaknya, mulai surut dan digantikan dengan
ketertarikan kepada lawan jenis dan disertai perasaan malu pada periode ini.
Perkembangan mental yang membuat remaja lebih kritis lalu sering berkhayal
dan memikirkan tentang masa depannya dan apa yang akan dikerjakannya

5
nanti. Karakteristik pada hal-hal yang berlanjut dan hal-hal bersifat semangat
mulai menjadi masalah pengalaman daripada penerimaan banyak fakta.
b.   Pertengahan Remaja (16-17)
Pertumbuhan berlanjut dengan cepat, anak muda dalam banyak hal
mencapai ketinggian fisiknya pada akhir periode usia ini. Dimana pada waktu
yang lalu anak-anak ini telah melalui suatu periode dimana mereka mencari
jati diri, remaja sekarang mulai untuk mengembangkan rasa individualitasnya
dan menjadi seseorang yang mempunyai keputusannya sendiri. Dalam
rohaninya, mereka terus berkembang dalam pengenalan akan nilai-nilai sosial
dan nilai-nilai kerohanian menajadi utama, dengan alasan akan pergaulan
yang salah, mereka akan kehilangan daya tarik.
c.   Akhir remaja (18-24)
Secara fisik, ini adalah waktu yang lambat untuk  tumbuh, pertumbuhan
yang terlambat pada bagian yang lain akan menyesuaikan dengan bagian
yang lain. Kepribadian muncul dan karakter menjadi tetap. Rasa memerlukan
orang lain sekarang menemukan jalan satu klub, kelompok persaudaraan,
tempan satu rumah. Keraguan apapun akan berhubungan denagan keagamaan
yang juga difikirkan dan suatu dasar yang memuaskan dalam penemuan iman
atau ini adalah penolakan terhadap barang peninggalan masa lalu, dengan
kekecewaan yang menghasilkan sinisme. Karakteristik pada lawan jenis telah
menemukan pemecahannya melalui cinta dan mebangun rumah tangga.

2.   Pengertian Pemuda

Kata pemuda (youth) dalam kamus Webstersnya sebagai “the time of life
between childhood and maturity; early maturity; the state of being young or
immature or inexperienced; the freshness and vitality characteristic of a young
person” (waktunya hidup diantara masa kanak-kanak dan kedewasaan; awal
kedewasaan; keadaan muda atau belum matang; kesegaran dan sifat tenaga orang
muda).
Dilihat dari kelompok usianya, pemuda dapat dikelompokkan kepada usia
antara 15-30 tahun, dan kadang-kadang sampai usia 40 tahun. Dalam bahasa Arab

6
pemuda disebut  fata atau al-fityatu. Istilah  fityatu digunakan dalam bahasa Al-
Quran untuk menyebutkan pemuda ashabul kahfi.
“(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam
gua lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari
sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami
(ini)”.1
Pemuda sering disebut dengan generasi muda. Isilah inii merupakan istilah
demografi dan sosiologis dalam konteks tertentu. Dalam berapa literatur
dikemukakan bahwa pemuda ialah kelompok manusia yang berusia antara 10-24,
15-30, 15-35 serta mereka yang secara psikologis mempunyai jiwa muda dan
mempunyai identitas kepemudaan.
Di pundak emuda terdapat bermacam-macam harapan, terutama dari generasi
lainnya. Hal ini karena mereka diharapkan dapat menjadi generasi penerus, yang
akan melanjjutkan perjuangan generasi sebelumnya, dan generasi yang hrus
mengisi dan melangsungkan estafet pembangunan secara terus-menerus.
Pada generasi ini terdapat permasalahan yang sngat bervariasi, yang jika tidak
dapat diatasi secara profesional, pemuda akan kehilangan fungsinya sebagai
penerus pembangunan. Di samping menghadapi berbagai permasalahan, pemuda
memiliki potensi yang melekat pada dirinya dan sangat penting artinya sebagai
sumber daya manusia.

2.2 Masalah Sosial Generasi Muda

1.      Permasalahan Remaja
Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan,
namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan
bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal yang
pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring  dengan
perubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk dapat
memehami remaja, maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-
dimensi berikut:
1
QS. Al-Kahfi:10

7
a.       Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri atau pun perubahan suara pada remaja
laki-laki, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar.
b.      Dimensi Kognitif
Kemampuan berfikir para remaja semakin berkembang sedemikian rupa,
para remaja tidak lagi menerimainformasi apa adanya tetapi mereka akan
memproses informasi itu serta mendapatkannya dengan pemikiran mereka
sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan  pengalaman masa lalu dan
sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi dan rencana
untuk masa depan. Dengan kemampuan oprasional formal ini, para remaja
mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataannya masih banyak remaja di negara-negara berkembang
termasuk Indonesia bahkan orang dewasa yang pola fikkirnya masih sangat
sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi.
Penyebabnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orang tua yang cenderung
masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak
memiliki keleluasaan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia
dan mentalnya.
c.       Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimna seseorang mulai bertanya-tanya
mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai
dasar bagi pembentukan nilai diri mereka, misalnya: politik, kenusiaan, perang,
keadaan sosial dan sebagainya. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran
yang kaku, sederhana dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa
bantahan. Remaja mulai mempertahankan keabsyahan pemikiran yang ada dan
mempertimbangkan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan
lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan
hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya.
d.      Dimensi Psikologi

8
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini suasana
hati bisa berubah dengan sangat cepat. Perubahan suasana hati yang drastis
pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan
sekolah atau kegiatan sehari-hari dirumah. Para remaja juga sering
menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat
“tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Remaja yang diberi
kesempatan umtuk mempertanggung-jawabkan perbuatan mereka, akan
tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya diri, dan
mampu bertanggung-jawab.

2.      Permasalahan Pemuda

Masalah kepemudaan dapat ditinjau dari dua asumsi: Penghayatan mengenai


proses perkembangan  bukan sebagai suatu kontinum yang sambung
menyambung tetapi fragmentaris, terpecah-pecah, dan setiap fragmen mempunyai
artinya sendiri-sendiri. Pemuda dibedakan dari anak dan orang tua dan masing-
masing fragmen itu mewakili nilai sendiri.
Menurut pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda bahwa
permasalahan generasi muda  dapat dilihat dari beberapa aspek sosial, yaitu:
a.       Sosial Psikologi

Proses pertumbuhan dan perkembangan kepribadian serta penyesuaian diri


secara jasmaniah dan rohaniah sejak dari masa kanak-kanak sampai usia dewasa
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti keterbelakangan jasmani dan
mental, salah satu oleh orang tua/keluarga maupun guru-guru di lingkungan
sekolah, pergaulan negatif dari lingkungan pergaulan sehari-hari oleh teman
sebayanya. Hambatan-hambatan  tersebut di atas memungkinkan timbulnya
kenakalan remaja, ketidakpatuhan kepada orang tua dan guru, kecanduan pada
narkotika dan lain-lain yang kesemuanya itu merupakan gejala-gejala yang perlu
memperoleh perhatian dari semua pihak.
b.      Sosial Budaya

9
Kaum muda perkembangannya ada dalam proses pembangunan dan
modernisasi dengan segala akibat sampingnya yang bisa mempengaruhi proses
pendwasaanya. Benturan antara nilai-nilai budaya tradisional denagn nilai-nilai
baru yang cenderung menimbulkan pertentangan antara sesama generasi muda
dan generasi sebelumnya yang pada gilirannya akan menimbulkan perbedaan
sistem nilai dan pandangan antara generasi tua dan generasi muda.
c.       Sosial Ekonomi

Pertambahan jumlah penduduk yang cepat dan belum meratanya


pembangunan dan hasil-hasil pembangunan mengakibatkan makin
bertambahnya pengannguran dikalangan pemuda, karena kurangnya lapangan
kerja. Kurangnya lapangan kerja ini menimbulkan berbagai problema sosial
serta frustasi di kalangan kaum muda.
d.      Sosial Politik

Dalam kehidupan sosial politik aspirasi pemuda berkembang dan


cenderung mengikuti pola infrastruktur politik yang hidup dan berkembang pada
suatu periode tertentu. Akibatnya makin dirasakan bahwa di kalangan pemuda
masih ada hambatan-hambatan untuk menumbuhkan satu orientasi baru yakni
pemikiran untuk menjangkau kepentingan nasional dan bangsa di atas segala
kepentingan lainnya. Dirasakan belum terarahnya pendidikan politik di kalangan
pemuda dan belum dihayatinya mekanisme demokrasi Pancasila maupun
lembaga-lembaga konstitusional.

Dari uraian-uraian di atas dapat diketahui bahwa masalah-masalah yang


menyangkut generasi muda deasa ini adalah:
a)   Dirasakan menurunya jiwa idealisme, patriotisme dan ansionalisme di
kalangan masyarakat termasuk generasi muda.

b)   Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.

c)    Belum seimbangnya jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang


tersedia, baik yang formal maupun yang non formal.

10
d)    Kurangnya lapangan dan kesempatan kerja serta tingginya tingkat
pengangguran/setengah pengangguran di kalangan generasi muda dapat
mengakibatkan berkurannya produktifitas nasional dan memperlambat
kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat
menimbulkan berbagai problema sosial lainnya.

e)    Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan


kecerdasan dan pertumbuhan badan di kalangan generasi muda disebabkan
oleh rendahnya daya beli dan kurangnya pengertian tentang gizi dan menu
seimbang di kalangan masyarakat yang berpengahsilan rendah.

f)     Masih banyaknya perkawinan di bawah umur, terutama di kalangan


masyarakat daerah pedesaan.

g)    Adanya generasi muda yang menderita fisik, mental dan sosial yang
memerlukan usaha-usaha yang lebih sungguh-sungguh, agar mereka dapat
berkembang menjadi warga negara yang produktif biarpun ada ketunaan.

h)    Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi perkawinan dan


kehidupan keluarga.

  Penanggulangan masalah-masalah di atas memerlukan usaha-usaha secara


terpadu, terarah dan terencana dari seluruh potensi nasional dengan melibatkan
generasi muda sebagai subyek pengembangan. Belum didlihatnya secara
menyeluruh potensi yang ada ini menyebabkan penyelesaian masalah tersebut
belum berjalan secepat yang diinginkan. Organisasi-organisasi generasi muda
yang telah berjalan baik adalah merupakan potensi yang siap untuk dilibatkan
dalam kegiatan pembangunan.2

Berbagai permasalahan generasi yang muncul pada saat ini antara lain berikut ini:
a) Menurunnya jiwa idealiisme, parriotisme dan nasionalisme di kalangan
masyarakat, termasuk jiwa pemuda.
b) Kekurang pastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.

2
(Abu Ahmadi,1991:115-130).

11
c) Belum seimbanganya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas
pendidikan yang tersedia, baik yang formal maupun nonformal. Tingginya
jumlah putus sekolah karena berbagai sebab bukan hanya merugikan generasi
muda sendiri, tetapi merugikan seluruh bangsa.
d) Kekurangan lapangan dan kesempatan kerja serta tingginya tingkat
pengangguran dan setengah pengangguran di kalangan generasi muda
mengakibatka berkurangnya produktivitas oleh nilai-nilai (kekuasaan, rakyat,
pemuda dan sebagainya), makin besar kemungkinan timbulnya pengaburan
arti. Karena itu, masalah arti menjadi sangat penting.
Pemuda atau generasi muda adalah konsep yang sering diartikan sebagai
nilai-nilai sebab mereka bukanlah semata-mata istilah atau kultur. Kita mengenal
kata-kata seperti “Pemuda harapan bangsa”, “pemuda milik massa depan bangsa”.
Perubahan sosial, memang ditandai oleh terjadinya kepentingan hubngan
antargenerasi yang dapat mengganggu sistem komunikasi yang efektif
antargenerasi. Perbedaan pengalaman historis yang pokok adalah penting. Dalam
hal ini proses perubahan tersebut ditandai adanya konflik generasi.

2.3 Peran remaja dan Pemuda dalam masalah Generasi sosial

A. Kaum muda mampu memecahkan masalah sosial

Pemuda memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan banyak hal.


Bahkan dengan jiwa muda, banyak terobosan yang dilakukan kaum muda
untuk memecahkan berbagai masalah sosial yang terjadi di Indonesia. 

Salah satu bentuk penyelesaian masalah sosial tersebut adlah dengan


mengembangkan wira usaha di bidang sosial. Dan wirausaha di bidang sosial
ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, antara lain melalui penyelenggaraan
kegiatan Soprema yang oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol)
UGM. Kegiatan ini merupakan kompetisi dan inkubasi sociopreneur muda
Indonesia. 

12
Acara yang sudah memasuki tahun keempat ini bahkan melibatkan 436
tim sociopreneur dari 31 provinsi di Indonesia. Dari jumlah itu, 12
sociopreneur yang telah berkembang diberi kesempatan untuk menampilkan
hasil usaha mereka di booth yang disediakan. “Saya kira perjalanan panjang
Soprema yang sudah 4 tahun ini sudah mampu mengembangkan generasi muda
di wirausaha sosial,” kata Ketua Soprema Hempri Suyatna di Gedung Fisipol
UGM, Selasa (12/11/2019). 

Salah satu alasan anak-anak muda menjadi pelaku utama dalam wirausaha
adalah karena ide-ide yang tak pernah habis dan selalu baru. Wakil Dekan
Fakultas Fisipol UGM Wawan Mas’udi mengatakan bahwa ide kreatif begitu
banyak untuk bisa menyelesaikan problem sosial. 

“Ini bagian penting juga bagi anak muda untuk mengembangkan penelitian dan
wirausaha sosial. Saya kira ini bagian penting untuk memajukan Indonesia
dengan penyelesaian isu-isu sosial dengan wirausaha sosial,” kata Wawan.

Menurut Wawan, sociopreneur juga dapat menjadi salah satu langkah tepat
untuk memajukan dan mengembangkan potensi kaum muda yang ada di
Indonesia. Bahkan tak tanggung-tanggung, kegiatan ini juga sudah mendapat
dukungan penuh dari Kementerian Pemuda dan Olahraga. Imam Gunawan dari
Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang hadir, mengatakan hal
ini seharusnya dikembangkan tak hanya di UGM tapi juga di tempat lain agar
ada pemerataan terkait penyelesaian isu. Terlebih lagi setiap daerah diyakini
pasti memiliki kaum muda yang potensial. Karena itu, Kemenpora mewadahi
banyak ide kreatif yang ditampung di kampus tempat mahasiswa berada.

Ia tak menampik bahwa persentase terkait pengembangan ide memang


jauh lebih banyak di lingkungan kampus. Meski demikian, Kemenpora tidak
hanya mendukung ide kreatif kaum muda di kampus, tapi juga menyasar ke
lingkungan lainnya. 

13
“Bahkan hal ini pula sudah menjadi salah satu agenda penting Kemenpora,
termasuk sociopreneur. Tak hanya dikembangkan di lingkungan kampus tapi
juga di lingkungan sosial maupun institusi pendidikan non-formal,” kata
Imam. 

Ia berharap di dunia yang semakin berkembang cepat seperti sekarang,


ide-ide baru akan terus tumbuh. Dan diharapkan kaum muda yang menjadi
penggerak bagi bangsa dalam menyelesaikan masalah sosial di sekitar mereka. 

B. Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda


Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda adalah penanaman
Motivasi terhadap masa depan. Kepekaan terhadap masa datang
membutuhkan pula kepekaan terhadap situasi lingkungan untuk
merelevansikan partisipannya dalam setiap kegiatan bangsa dan Negara.
Pembinaan dan pengembangan generasi muda menyangkut dua pengertian
pokok, yang meliputi:
Pertama, generasi muda sebagai subjek pembinaan dan pengembangan
adalah mereka yang telah memiliki bekal dan kemampuan serta landasan
untuk mandiri dan keterlibatannya pun secara fungsional bersama potensi
lainnya guna menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bangsa.
Kedua, generasi muda sebagai objek pembinaan dan pengembangan adalah
mereka yang masih memerlukan pembinaan dan pengembangan ke arah
pertumbuhan potensi dan kemampuan ke tingkat yang optimal dan belum
dapat bersikap mandiri yang melibatkan secara fungsional.
Ketiga, adanya penanaman rohani sejak kecil. Ketika seorang remaja
mempunyai iman yang kuat maka tidak mungkin ia berani melakukan
kenakalan kenakalan yang ada saat ini. Mereka akan berprinsip bahwasanya
hidup yang baik adalah dengan menjadi insan beriman dan bertqwa

Keempat, pembiasaan diri dalam melaksanakan hal hal positif dan bermanfaat
bagi hidupnya dan orang lain. Sejak kecil telah di biasakan untuk menolong

14
orang lain, aktif di masyarakat, dan di ajarkan untuk menjadi pribadi yang
tanggung jawab.

15
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari penmbahasan materi diatas, penulis menyimpulkan bahwasanya


remaja dan pemuda adalah potensi besar bagi kehidupan bergenerasi. Para
pemuda dapat menjadi masa depan sebuah negara. Kesejahteraan negara
bergantung kepada kualitas pemuda yang ada didalamnya.

Namun, tak bisa dipungkiri masalah sosial tak luput hadir untuk
membumbui kehidupan dan ujian bagi para pemuda untuk dapat
memecahkannya dengan akal dan ide yang cemerlang.

Maka dibutuhkan pembiasaan yang baik sejak kecil, ditumbuhkan dalam


dirinya rasa tolong menolong, dan tanggung jawab yang telah memiliki bekal
dan kemampuan serta landasan untuk mandiri. Dan penanaman iman yang kuat
dalam hati agar tak terbawa dalam permasalahan sosial. Memberikan
pembinaan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuan
ke tingkat yang optimal dan belum dapat bersikap mandiri yang melibatkan
secara fungsional.

3.2 Saran

Menyadari bahwa penulis kurang dari kata sempurna dengan segala


kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, kedepannya penulis akan lebih
fokus dalam memjelaskan dan memperbaiki tulisan dalam makalah yang lainya
dengan sumber sumber yang lebih baik lagi.

Maka penulis mengharapkan segala kritik dan saran dari pembaca sebagai
sarana perbaikan dalam penulisan kedepannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. Pemuda dan Perubahan Sosial. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES .


1994.

Ayatrohaedi. (Penyunting). Kepribadian Budaya Bangsa ( Local Genius ).


Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya . 1985.

Bungin, B. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan


Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana .2007.

Creswel, J.W. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan


Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.

Gafur, A. Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda.


Jakarta : Sekretariat Menteri Muda Urusan Pemuda Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. (1978).

Kartono. Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju. 1996.

17

Anda mungkin juga menyukai