Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KONSEP

ILMU TASAWUF

OLEH : MUHAMMAD

SAUQI,S.H.I,M.H

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH DAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
IAI DARUSSALAM MARTAPURA
2021/1443

1
DAFTAR ISI

A. Pendahuluan ................................................................................................... 3

B. Definisi Tasawuf............................................................................................. 3

C. Dasar-Dasar Ilmu Tasawuf........................................................................... 5

D. Manfaat Tasawuf .......................................................................................... 12

E. Simpulan ......................................................................................................... 14

F. Daftar Pustaka ............................................................................................... 15


A. Pendahuluan

Dalam kehidupan yang penuh dengan teknologi berkembang saat ini, manusia

semakin mengetahui sesuatu hal yang belum diketahui oleh para pendahulunya melalui

teknologi yang diciptakannya. Jika kita pikirkan sejenak, terlintas di benak kita

kekuasaan serta keagungan Allah SWT dan begitu kecil dan terbatasnya pengetahuan

kita tentang ciptaannya. Atas dasar tersebut, kita sebagai makhluk ciptaan-Nya

harus mencintai dan mengabdikan diri kepada Allah SWT. Dengan kedua hal

tersebut kita dapat selalu berada didekatnya.Tasawuf merupakan ilmu pengetahuan yang

mempelajari cara bagaimana orang dapat berada sedekat mungkin dengan

Tuhannya. Selain itu, tasawuf dapat menjadikan agama lebih dihayati serta dijadikan

sebagai suatu kebutuhan bahkan suatu kenikmatan.Pada perkembangannya, tasawuf yang

berorientasi ke arah pertama sering disebut sebagai tasawuf akhlaqi. Ada yang

menyebutnya sebagai tasawuf yang banyak dikembangkan oleh kaum salaf. Adapun

tasawuf yang berorientasi ke arah kedua disebut sebagai tasawuf falsafi. Tasawuf ini

banyak dikembangkan para sufi yang berlatar belakang sebagai filosof di samping

sebagai sufi.

B. Pengertian Tasawuf

Secara etimologis, ilmu Tasawuf banyak diartikan oleh para ahli, sebagian

menyatakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata shuffah yang berarti serambi masjid

nabawi yang didiami oleh sebagian sahabat anshar, ada pula yang mengatakan

berasal dari kata shaf yang berarti barisan, shafa yang berarti bersih atau jernih dan

shufanah yakni nama kayu yang bertahan di padang pasir. Adapun tentang definisi
tasawuf menurut terminologi telah banyak dikemukakan oleh sejumlah tokoh sufi,

diantaranya adalah sebagai berikut :


1. Menurut Imam ghozali dalam kitab Ihya’ ulumuddin, Tasawuf adalah ilmu yang

membahas cara-cara seseorang mendekatkan diri kepada Allah SWT.

2. Menurut Ibnu Khaldun dalam buku Munajat Sufi, Tasawuf adalah sebagian ilmu

dari ajaran islam yang bertujuan agar seseorang tekun beribadah dan memutuskan

hubungan selain Allah hanya menghadap Allah SWT semata, menolak

hiasan- hiasan duniawi, serta membenci sesuatu yang memperdaya

manusia dan menyendiri menuju jalan Allah dalam Kholwat untuk beribadah.

3. Menurut Bisyri bin Haris mengatakan bahwa Tasawuf adalah orang yang suci

hatinya menghadap Allah SWT.

4. Menurut Sahl at-Tustari mengatakan bahwa Tasawuf adalah orang yang bersih dari

kekeruhan, penuh dengan renungan, putus hubungan dengan manusia dalam

menghadap Allah, baginya tiada beda antara harga emas dan pasir.

5. Menurut Al-Junaid al-Baghdadi (Wafat 298 H) mengatakan bahwa Tasawuf adalah

membersihkan hati dari sifat yang menyamai binatang, menekan sifat basyariah

(kemanusiaan), menjauhi hawa nafsu, berpegang pada ilmu kebenaran dan

mengikuti syari’at Rasulullah Saw.

6. Menurut Abu Qasim Abdul Karim al-Qusyairi mengatakan bahwa Tasawuf adalah

menjabarkan ajaran-ajaram Al-Qur’an dan Sunnah, berjuang mengendalikan nafsu,

menjauhi perbuatan bid’ah, mengendalikan syahwat dan menghindari sifat

meringankan terhadap ibadah.

7. Menurut Abu Yazid al-Bustami mengatakan bahwa Tasawuf adalah melepaskan

diri dari perbuatan tercela, menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji dan

mendekatkan diri kepada Allah.


8. Menurut Ma’ruf al-Karkhi (Wafat 200 H) mengatakan bahwa Tasawuf adalah

mengambil hakikat dan Tamak dari apa yang ada dalam genggaman tangan

makhluk.

Jika menelaah beberapa pengertian diatas, pengertian tasawuf tampaknya

bermakna bervariasi, hal ini dikarenakan perilaku dan status spiritual (Maqam) yang

berbeda dan dominan dalam diri mereka, seperti tawakkal, cinta kasih dan rambu-rambu

spiritual yang menjadi pengantar ke hadirat Tuhan semesta alam. Al-Thusi (w. 378 H)

melansir beberapa definisi tasawuf di dalam kitabnya yang monumental al-Luma’,

seolah-olah betapa sulitnya memberikan definisi yang bersifat jami’ mani’. Definisi bisa

disarikan dalam karakteristik Sufi yang disebutkan oleh al-Thusi. Beliau mengatakan

bahwa sufi adalah orang alim yang mengenal Allah dan hukum-hukum Allah,

mengamalkan apa yang diajarkan, menghayati apa yang diperintahkan, merasakan apa

yang mereka hayati dan melebur dengan yang mereka rasakan. Dari paparan al-Thusi

diatas, dapat dirumuskan bahwa Tasawuf memuat dan mengandung setidaknya lima

unsur, yaitu Ilmu (Pengetahuan), Amal (Pelaksanaan), Tahaqquq (Penghayatan), Wajd

(Perasaan) dan Fana‟ (Peleburan)

C. Dasar-Dasar Ilmu Tasawuf

Para pengkaji tentang tasawuf sepakat bahwasanya tasawuf berlandaskan

kezuhudan sebagaimana yang diperaktekkan oleh Nabi SAW, dan sebahagian besar dari

kalangan sahabat dan tabi’in. Kezuhudan ini merupakan implementasi dari nash-nash al-

Qur’an dan Hadis-hadis Nabi SAW yang berorientasi akhirat dan berusaha untuk

menjauhkan diri dari kesenangan duniawi yang berlebihan yang bertujuan untuk
mensucikan diri, bertawakkal kepada Allah Swt, takut terhadap ancaman-Nya,

mengharap rahmat dan ampunan dari-Nya dan lain-lain

1. Dasar-Dasar Dari Al-Qur’an

Meskipun terjadi perbedaan makna dari kata sufi akan tetapi jalan yang

ditempuh kaum sufi berlandasakan Islam. Diantara ayat-ayat Allah yang dijadikan

landasan akan urgensi kezuhudan dalam kehidupan dunia adalah firman Allah dalam

(Q.S Asy-Syuura [42] : 20) :

      


      
   
   
  
  

“Barang siapa yang menghendaki Keuntungan di akhirat akan Kami tambah

Keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki Keuntungan di dunia

Kami berikan kepadanya sebagian dari Keuntungan dunia dan tidak ada baginya

suatu bahagianpun di akhirat”.

Diantara nash-nash al-Qur’an yang mememerintahkan orang-orang beriman

agar senantiasa berbekal untuk akhirat adalah firman Allah dalam Q.S al-Hadid

[57]

ayat: 20
    
      
   
   
    
   
     
    
   
    
     
     
 


“Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan

dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta

berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-

tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan

kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada

azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia

ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”.

Ayat ini menandakan bahwa kebanyakan manusia melaksanakan amalan-

amalan yang menjauhkannya dari amalan-amalan yang bermanfaat untuk diri dan

keluarganya, sehingga mereka dapat kita temukan menjajakan diri dalam kubangan

hitamnya kesenangan dan gelapnya hawa nafus mulai dari kesenangan dalam

berpakaian yang indah, tempat tinggal yang megah dan segala hal yang dapat

menyenangkan hawa nafsu, berbangga-bangga dengan nasab dan banyaknya

harta serta keturunan (anak dan cucu). Akan tetapi semua hal tesebut bersifat

sementara dan dapat menjadi penyebab utama terseretnya seseorang kedalam azab

yang sangat pedih pada hari ditegakkannya keadilan di sisi Allah, karena semua hal

tersebut hanyalah kesenangan yang melalaikan, sementara rahmat Allah hanya terarah

kepada mereka yang menjauhkan diri dari hal-hal yang melallaikan tersebut.

Ayat al-Qur’an lainnya yang dijadikan sebagai landasan kesufian adalah

ayat- ayat yang berkenaan dengan kewajiban seorang mu’min untuk senantiasa

bertawakkal dan berserah diri hanya kepada Allah SWT semata serta mencukupkan

bagi dirinya cukup Allah sebagai tempat menggantungkan segala urusan, ayat-ayat

al-Qur’an yang
menjelaskan hal tersebut cukup variatif tetapi penulis mmencukupkan pada satu

diantara ayat-ayat tersebut yaitu firman Allah SWT dalam (Q.S ath-Thalaq [65] : 3)
     
       
    
  

  


   
 
“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan

Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan

(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.

Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

Dianatra ayat-ayat al-Qur’an yang menjadi landasan munculnya kezuhudan

dan menjadi jalan kesufian adalah ayat-ayat yang berbicara tentang rasa takut kepadan

Allah dan hanya berharap kepada-Nya diantaranya adalah firman Allah dalam

Al-

Qur’an (Q.S as-Sajadah 32 : 16)


    
    
    
 

 
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya[1193] dan mereka selalu

berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka

menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan.”


Ayat-ayat Al-Quran yang menjadi sumber ajaran tasawuf dan sebagai

pendorong untuk mengikatkan dan mendekatkan diri kepada Allah sebagaimana (Al-

Baqarah: 2/186).:
         
          
      
  


 
 
 



“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka

(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang

berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi

(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu

berada dalam kebenaran.”

2. Dasar-dasar Dari Hadist

Jika kita melihat dengan seksama akan sejarah kehidupan Rasulullah

Muhammad Saw beserta para sahabat beliau yang telah mendapatkan keridhaan Allah,

maka akan ditemukan sikap kezuhudan dan ketawadhu’an yang terpadu dengan

ibadah-ibadah baik wajib maupun sunnah bahkan secara individu Rasulullah Saw

tidak pernah meninggalkan shalat lail hingga lutut beliau memar akibat kebanyakan

berdiri, ruku’ dan sujud di setiap malam dan beliau Saw tidak pernah meninggalkan

amalan tersebut hingga akhir hayat beliau Saw, hal ini dilakukan oleh beliau SAW

karena kecintaan beliau kepada sang penggenggam jiwa dan alam semesta yang

mencintainya Dia-lah Allah yang cintanya tidak pernah terputus kepada orang-orang

yang mencintai-Nya. Sebagaimana hadits


‫ل يهللا ّت َر‪َB‬طفَتت‬ ‫ِ‬ ‫ِ‪B‬‬ ‫ّل‬
‫صُ و َْيلَع مهلَس موقُي ُ َن م ِ ْ‪B‬‬ ‫نه‪َ B‬أ اهنع ِبه ِهنلا هللا ّىل َ‬
‫َه ح‬ ‫ناَك‬ ‫و‬ ‫هَ ا يضر ةشئاع نع‬
‫ك ِبن ؟ َر‪B‬خه تأ‬ ‫ِ‬ ‫ْد قو َر‪B‬فَ‪B‬غ ّ ل‬ ‫ُع نصت ْ ِِل ُ‪َ،‬ول لَ‪B‬وس‪ B‬ر يا اذى‬
‫ك َم‪B‬ده‪ B‬قت ْن م َ‬‫َ‬ ‫ْل ُق َف‬
‫امو‬ ‫اَم‬ ‫َه ا َل‬ ‫ّ‪،‬ل‬ ‫ت‬
‫ُ‬ ‫‪ُ،‬ها َم‪َB‬دق‬
‫َِه ا‬
‫ن َأ ‪.‬‬ ‫ِح أُ‪َ B‬لاَفأ‪: «B‬لاق ويلع ٌق فتم »‪ًB‬؟اروُك ش ًاد ْب‪B‬ع َن وُك أ ْ‬
‫ب‬
‫ُّ‬
“Dari Siti Aisyah ‫ا‬bahawasanya Rasulullah berdiri untuk beribadat dari

sebahagian waktu malam sehingga pecah-pecahlah kedua tapak kakinya. Saya

(Aisyah) lalu berkata padanya: “Mengapa Tuan berbuat demikian, ya Rasulullah,

sedangkan Allah telah mengampuni untuk Tuan dosa-dosa Tuan yang telah lalu dan

yang kemudian?” Rasulullah bersabda yang maksudnya “Adakah aku tidak senang

untuk menjadi seorang hamba yang banyak bersyukurnya?” (Muttafaq „alaih)

Uaraian tentang hadis fi‟liyah di atas merupakan salah satu bentuk kesufian

yang dijadikan landasan oleh kaum sufi dalam menjalankan pahamnya.Selain itu

terdapat pula hadis-hadis qauliyah yang menjadi bagian dari dasar-dasar

ajaran

tasawuf dalam Islam, diantara hadis-hadis tersebut adalah:


‫ل اَق َف ٌلُج َّايل‬
َ ‫َيلَع َم هلَس‬Bْ ِ‫ُ و‬ ‫يِ دِ عِ اسه لا‬ ّ ‫ل َاق‬ َ ‫ِبه ِهنلا ىَتأ‬ ‫ل ْه‬ ِ ‫ْن َع ِن ْب‬
‫وُس َر‬Bَ‫َر َِه ا ل‬ ‫َو‬ ‫دٍ ع س ّ ل‬ ‫َس‬
َ ْ
‫ص‬ ‫ه‬
َ ‫هَ ا ى ل‬
‫ْز ا َم‬Bَ‫لَ عَ يِ ْد ى‬B‫ ْي‬Bِ‫ُ و‬ ‫ل اَق َف ّ ل‬ َ ‫نهبَح أَ َو‬Bِ ‫اهنلا‬ ‫أَ ا‬Bَ‫ِنهل َىلع َ إ لٍِ َن‬
َ‫لَس و‬
‫ه‬ ‫س َِه ا لُوُس َر ّ ل‬
ُ ‫َم َع ّ ُل‬
َ ‫هَ ا ىهل‬
‫ص‬ ‫نهبَح َأ ُُوْتلمِ َع‬Bِ ‫َه ا‬
‫ّو‬B‫اهنلا يدِ َْيأ يِاَم ي َك‬ ‫ْز اَو‬B‫ْد َى‬ ‫ْنُّد لا هبُِي‬B‫َاي‬
ِ ‫ُبُِي‬
‫س‬ ‫ّ ُل‬
َ ‫َه ا‬
‫ك‬
“Dari sahabat Sahal bin Saad as-Sa‟idy beliau berkata: datang seseorang

kepada Rasulullah Saw dan berkata: „Wahai Rasulullah ! tunjukkanlah kepadaku sutu

amalan, jika aku mengerjakannya maka Allah akan mencintaiku dan juga manusia‟,

Rasulullah Saw bersabda: “berlaku zuhudalah kamu di dunia, maka Allah akan

mencintaimu, dan berlaku zuhudlah kamu atas segala apa yang dimiliki oleh manusia,
‫‪maka‬‬ ‫‪mereka‬‬ ‫)‪(manusia‬‬ ‫‪akan‬‬
‫‪mencintaimu”.‬‬

‫ناَك َ َاي ْ‪B‬نُّد لا و ُ‬ ‫ُ وِ ْ‪َB‬يلَعلُوُق َي َم هلَس‬ ‫ن ‪َB‬ع ُن ْب ُد لاق تِب ََث ‪ْ :‬ع ّ ل‬
‫ه‬
‫ته َ‬ ‫ْن َم‬ ‫َِس َِه ا لَ‪B‬وس ر ّ ل‬ ‫ْيَز‬
‫ْ‬ ‫وَ‬ ‫ه‬
‫ُ َ‬
‫ت َه ا ى ل َ‬
‫ص‬
‫ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫و‪ِْB‬ت ََي‬ ‫ل وِ‪ْB‬ي َن‪ْ B‬ي‪َB‬ع‬
‫ّل اَم تِ َول ُ ْن ناَ َوت‪B‬هين ُة َر‪B‬خ ْْ‪B‬لا ُ‬ ‫ُ ه َر‪ْ B‬م‪B‬أَ ُ َْ‪ْB‬ي َب ُه َر‪ْB‬ق َف َ‬
‫ت‬
‫ْ‬ ‫ب مو َك‬ ‫َ‬ ‫ْل َِه‪B‬إ َاي‪ْB‬نُّد ل ا ْن مِ كُ‬ ‫عَ‪َB‬ج وَ‬ ‫وِ‪ْ B‬يَ‪B‬لَع‬ ‫ّل‬
‫ََ‬
‫ق ره‬ ‫َه ا َ‬
‫َِوَ‬
‫َف‬
‫ِ‬ ‫‪B‬‬‫ِ‬
‫ل َع‪َB‬ج َو ُه َر‪ْ B‬م‪B‬أَ َُول و‪ِْB‬بل‪َB‬ق ِي ُهَانغِ يَ ى وَ اَي‪ْB‬ندُّ لا ُْوت‪ََB‬تأَو ةَم غ اَر‬ ‫َ‬
‫ّ ُل‬
‫َه ا َع َ ََج‬
“Dari Zaid bin Tsabit beliau berkata : Aku mendengarkan Rasulullah Saw

bersabda: “Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Allah akan

berlepas diri dari segala urusannya dan tidaklah ia mendapatkan dari dunia sesuatu

apapun keculi apa yang telah di tetapkan baginya. Dan barang siapa yang sangat

menjadikan akhirat sebaga tujuannya, maka Allah akan mengumpulkan seluruh harta

kekayaan baginya, dan menjadikan kekayaan itu dalam hatinya, serta mendapatkan

dunia sedang ia dalam keadaan tertindas”.

Hadis pertama menunjukkan perintah untuk senantiasa berlaku zuhud di

dunia, sementara hadis kedua menjelaskan akan tercelanya kehidupan yang bertujuan

berorientasi keduniaan belaka, dan mulianya kehidupan yang berorientasi akhirat.

Kedua hadis tersebut menjelaskan kemuliaan orang-orang yang hanya menjadikan

Allah sebagai tujuan utama dalam hidupnya dan merasa cukup atas segala yang Allah

telah karunianakan kepadanya. Selain dari kedua hadis di atas terdapat pula banyak

hadis yang memberikan wasiat kepada orang-orang mu’min agar tidak bertumpu pada

kehidupan dunia semata, dan hendaklah ia senantiasa memangkas segala angan-angan

keduniaan, serta tidak mematrikan dalam dirinya untuk hidup kekal di dunia dan tidak

pula berusaha untuk memperkaya diri di dalamnya kecuali sesuai dengan apa yang

ia

butuhkan, oleh karena itu Rasulullah Saw berwasiat kepada Abdullah bin Umar sambil
menepuk pundaknya dan bersabda:

‫أَ رُِباَع ليِبَس‬B‫ْنُّد لا يِ ْن كُ ْو‬B‫ك هَنأَك اَي‬


َ ‫يرِ َغ‬
‫ب‬
ٌ

“Hiduplah kamu di dunia seolah-seolah kamu adalah orang asing atau

seorang musafir”
Selain tiga hadis di atas masih terdapat banyak hadis lainnya yang menjadi

landasan munculnya tasawuf atau sufisme. Dari keterangan-keterangan yang

berdasarkan al-Qur’an dan hadis di atas menunjukkan bahwa ajaran tasawuf yang

menjadi landasan utamanya adalah kezuhudan terhadap dunia demi mencapai

tingkatan atau maqam tertinggi di sisi Allah yaitu ketika seseorang menjadikan dunia

sebagai persinggahan sementara dan menjadikan rahmat, ridha, dan kecintaan Allah

sebagai tujuan akhir.

D. Manfaat Tasawuf

Tasawuf memiliki banyak manfaat dalam kehidupan, di bawah ini

adalah beberapa manfaat tasawuf yaitu:

1. Dalam bidang kecerdasan emosional Apabila dapat mengamalkan tasawuf

dengan baik maka dapat mengendalikan emosionalnya dengan baik pula

2. Dalam bidang kecerdasan spiritual. Tasawuf mengingatkan manusia tentang

kemaitian, agar umat manusia selalu beribadah, beramal shaleh, serta menjauhi

perbuatan maksiat dan kejahatan.

3. Dalam bidang Agama. Tasawuf diperlukan untuk mengamalkan Islam secara

kaffah serta untuk mengembangkan kerukunan hidup beragama dan integrasi

sosial

4. Dalam bidang etos kerja. Tasawuf dapat memperkuat etos kerja karena dalam

ajaran Islam bekerja itu wajib untuk memenuhi keperluan diri sendiri, keluarga

dan umat.

5. Dalam bidang Pendidikan. Tasawuf merupakan salah satu mata pelajaran yang

perlu diajarkan di Madrasah dan mata kuliah di Perguruan Islam untuk


mengembangkan kehidupan agama yang komprehensif dan utuh serta untuk

mengembangkan masyarakat dan bangsa yang bersih, sehat dan maju.

6. Dalam bidang Ilmu Pengetahuan. Tasawuf mendidik anggota masyarakat untuk

mengambil keputusan yang bijaksana dan rasional serta mendidik untuk

memiliki tanggung jawab sosial.

E. Istilah-Istilah dalam Tasawuf

1. Fana, hilangnya sifat-sifat buruk (maksiat lahir dan maksiat batin). Bahwa fana itu

ialah lenyapnya segala-galanya.

2. Itihad, satu tingkatan dalam tasawuf dimana seorang sufi telah merasa dirinya

bersatu dengan Tuhan. Yaitu pertukaran peranan antara yang mencintai dan yang

dicintai telah menjadi satu atau tegasnya antara sufi dengan Tuhan.

3. Hulul, Tuhan memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untuk mengambil tempat di

dalamnya, setelah sifat-sifat kemanusiaan yang ada di dalam tubuh itu

dilenyapkan.

4. Maqamat, Pada Istilah Maqam atau arti jamak adalah maqamat, sebagaimana juga

ahwal, yang dipahami berbeda menurut para sufi. Namun semuanya sepakat dalam

memahami maqamat yang berarti kedudukan seorang pejalan spiritual atau sufi di

hadapan Allah yang diperoleh melalui kerja keras dalam beribadah kepadaNya,

bersungguh-sungguh melawan hawa nafsu (mujahadah), serta latihan-latihan

keruhanian budi-pekerti (adab) yang dapat membuatnya memiliki syarat - syarat

dalam melakukan usaha-usaha untuk menjalankan berbagai kewajiban dengan baik

dan mendekati sempurna.


5. Ahwal, hal atau arti jamak adalah ahwal adalah suasana atau keadaan yang

menyelimuti kalbu, yang diciptakan sebagai hak prerogatif pada Allah dalam hati

setiap hambanNya, tidak ada sufi yang mampu merubah keadaan tersebut apabila

datang saatnya, atau memperhatikannya apabila pergi.

F. Simpulan

Tasawuf bukanlah sesuatu yang baru dalam Islam. Prinsip-prinsip ajaran

Tasawuf telah ada dalam Islam semenjak Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul, bahkan

kehidupan rohani Rasul dan para sahabat menjadi salah satu panutan di dalam melakukan

amalan-malannya. Ini merupakan sangkalan terhadap pendapat yang mengatakan bahwa

Tasawuf merupakan produk asing yang dianut oleh umat Islam. Inti dari ajaran tasawuf

ialah mendekatkan diri kepada Allah dengan melalui tahapan-tahapan (ajaran)Nya yaitu

maqamat dan ahwal. Ajaran-ajaran tasawuf ini bersumber dari al-Qur’an, Hadits dan

perbuatan-perbuatan sahabat. Banyak kita temui ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan

dengan ajaran-ajaran tasawuf. Mulai dari ajaran dasar tasawuf, maupun tingkatan

tingkatan yang harus ditempuh oleh seorang sufi yang kita kenal dengan nama maqamat

dan ahwal. Tujuan tertinggi dari seorang sufi adalah untuk mendekatkan diri kepada

Allah SWT.
G. Daftar Pustaka

Al-Kalabadzi, al-Ta‟arruf li Madzhab ahl al-Tashawuf (al-Maktabah al-Kulliyat al-

Azhariyyah, Cairo, 1969)

Ibrahim Basuni, Nasy‟ah al-Tashawuf al-Islami, Juz III (Dar al-Maarif, Mesir, 1119).

Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filasafat dan Tawawuf (Dirasah Islamiyah IV) (Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada, 2001).

Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhary, Shahih al-Bukhary, Kitab: Riqaq, Bab:

Jadilah kamu manusi asing di dunia atau seorang pejalan jauh. (Cet. I; Beirut: al-

Makatabah al-Ilmiyah, 1417 H)

M. Solihin & Rosihan Anwar, Ilmu Tasawuf. (Bandung: Pustaka Setia 2008)

Hamka, tasawuf perkembangan dan pemurniannya, (Jakarta : pustaka panjimas,

1986) Umar Farukh, tarikh Al-Fikr Al-‘Arabi, (Bairut, Dar Al-‘lmi li Al-malayin,

1983).

Anda mungkin juga menyukai