ILMU TASAWUF
OLEH : MUHAMMAD
SAUQI,S.H.I,M.H
1
DAFTAR ISI
A. Pendahuluan ................................................................................................... 3
B. Definisi Tasawuf............................................................................................. 3
E. Simpulan ......................................................................................................... 14
Dalam kehidupan yang penuh dengan teknologi berkembang saat ini, manusia
semakin mengetahui sesuatu hal yang belum diketahui oleh para pendahulunya melalui
teknologi yang diciptakannya. Jika kita pikirkan sejenak, terlintas di benak kita
kekuasaan serta keagungan Allah SWT dan begitu kecil dan terbatasnya pengetahuan
kita tentang ciptaannya. Atas dasar tersebut, kita sebagai makhluk ciptaan-Nya
harus mencintai dan mengabdikan diri kepada Allah SWT. Dengan kedua hal
tersebut kita dapat selalu berada didekatnya.Tasawuf merupakan ilmu pengetahuan yang
Tuhannya. Selain itu, tasawuf dapat menjadikan agama lebih dihayati serta dijadikan
berorientasi ke arah pertama sering disebut sebagai tasawuf akhlaqi. Ada yang
menyebutnya sebagai tasawuf yang banyak dikembangkan oleh kaum salaf. Adapun
tasawuf yang berorientasi ke arah kedua disebut sebagai tasawuf falsafi. Tasawuf ini
banyak dikembangkan para sufi yang berlatar belakang sebagai filosof di samping
sebagai sufi.
B. Pengertian Tasawuf
Secara etimologis, ilmu Tasawuf banyak diartikan oleh para ahli, sebagian
menyatakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata shuffah yang berarti serambi masjid
nabawi yang didiami oleh sebagian sahabat anshar, ada pula yang mengatakan
berasal dari kata shaf yang berarti barisan, shafa yang berarti bersih atau jernih dan
shufanah yakni nama kayu yang bertahan di padang pasir. Adapun tentang definisi
tasawuf menurut terminologi telah banyak dikemukakan oleh sejumlah tokoh sufi,
2. Menurut Ibnu Khaldun dalam buku Munajat Sufi, Tasawuf adalah sebagian ilmu
dari ajaran islam yang bertujuan agar seseorang tekun beribadah dan memutuskan
manusia dan menyendiri menuju jalan Allah dalam Kholwat untuk beribadah.
3. Menurut Bisyri bin Haris mengatakan bahwa Tasawuf adalah orang yang suci
4. Menurut Sahl at-Tustari mengatakan bahwa Tasawuf adalah orang yang bersih dari
menghadap Allah, baginya tiada beda antara harga emas dan pasir.
membersihkan hati dari sifat yang menyamai binatang, menekan sifat basyariah
6. Menurut Abu Qasim Abdul Karim al-Qusyairi mengatakan bahwa Tasawuf adalah
diri dari perbuatan tercela, menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji dan
mengambil hakikat dan Tamak dari apa yang ada dalam genggaman tangan
makhluk.
bermakna bervariasi, hal ini dikarenakan perilaku dan status spiritual (Maqam) yang
berbeda dan dominan dalam diri mereka, seperti tawakkal, cinta kasih dan rambu-rambu
spiritual yang menjadi pengantar ke hadirat Tuhan semesta alam. Al-Thusi (w. 378 H)
seolah-olah betapa sulitnya memberikan definisi yang bersifat jami’ mani’. Definisi bisa
disarikan dalam karakteristik Sufi yang disebutkan oleh al-Thusi. Beliau mengatakan
bahwa sufi adalah orang alim yang mengenal Allah dan hukum-hukum Allah,
mengamalkan apa yang diajarkan, menghayati apa yang diperintahkan, merasakan apa
yang mereka hayati dan melebur dengan yang mereka rasakan. Dari paparan al-Thusi
diatas, dapat dirumuskan bahwa Tasawuf memuat dan mengandung setidaknya lima
kezuhudan sebagaimana yang diperaktekkan oleh Nabi SAW, dan sebahagian besar dari
kalangan sahabat dan tabi’in. Kezuhudan ini merupakan implementasi dari nash-nash al-
Qur’an dan Hadis-hadis Nabi SAW yang berorientasi akhirat dan berusaha untuk
menjauhkan diri dari kesenangan duniawi yang berlebihan yang bertujuan untuk
mensucikan diri, bertawakkal kepada Allah Swt, takut terhadap ancaman-Nya,
Meskipun terjadi perbedaan makna dari kata sufi akan tetapi jalan yang
ditempuh kaum sufi berlandasakan Islam. Diantara ayat-ayat Allah yang dijadikan
landasan akan urgensi kezuhudan dalam kehidupan dunia adalah firman Allah dalam
Keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki Keuntungan di dunia
Kami berikan kepadanya sebagian dari Keuntungan dunia dan tidak ada baginya
agar senantiasa berbekal untuk akhirat adalah firman Allah dalam Q.S al-Hadid
[57]
ayat: 20
“Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan
dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-
tanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan
kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada
azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia
amalan yang menjauhkannya dari amalan-amalan yang bermanfaat untuk diri dan
keluarganya, sehingga mereka dapat kita temukan menjajakan diri dalam kubangan
hitamnya kesenangan dan gelapnya hawa nafus mulai dari kesenangan dalam
berpakaian yang indah, tempat tinggal yang megah dan segala hal yang dapat
harta serta keturunan (anak dan cucu). Akan tetapi semua hal tesebut bersifat
sementara dan dapat menjadi penyebab utama terseretnya seseorang kedalam azab
yang sangat pedih pada hari ditegakkannya keadilan di sisi Allah, karena semua hal
tersebut hanyalah kesenangan yang melalaikan, sementara rahmat Allah hanya terarah
kepada mereka yang menjauhkan diri dari hal-hal yang melallaikan tersebut.
ayat- ayat yang berkenaan dengan kewajiban seorang mu’min untuk senantiasa
bertawakkal dan berserah diri hanya kepada Allah SWT semata serta mencukupkan
bagi dirinya cukup Allah sebagai tempat menggantungkan segala urusan, ayat-ayat
al-Qur’an yang
menjelaskan hal tersebut cukup variatif tetapi penulis mmencukupkan pada satu
diantara ayat-ayat tersebut yaitu firman Allah SWT dalam (Q.S ath-Thalaq [65] : 3)
dan menjadi jalan kesufian adalah ayat-ayat yang berbicara tentang rasa takut kepadan
Allah dan hanya berharap kepada-Nya diantaranya adalah firman Allah dalam
Al-
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya[1193] dan mereka selalu
berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka
pendorong untuk mengikatkan dan mendekatkan diri kepada Allah sebagaimana (Al-
Baqarah: 2/186).:
(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
Muhammad Saw beserta para sahabat beliau yang telah mendapatkan keridhaan Allah,
maka akan ditemukan sikap kezuhudan dan ketawadhu’an yang terpadu dengan
ibadah-ibadah baik wajib maupun sunnah bahkan secara individu Rasulullah Saw
tidak pernah meninggalkan shalat lail hingga lutut beliau memar akibat kebanyakan
berdiri, ruku’ dan sujud di setiap malam dan beliau Saw tidak pernah meninggalkan
amalan tersebut hingga akhir hayat beliau Saw, hal ini dilakukan oleh beliau SAW
karena kecintaan beliau kepada sang penggenggam jiwa dan alam semesta yang
mencintainya Dia-lah Allah yang cintanya tidak pernah terputus kepada orang-orang
sedangkan Allah telah mengampuni untuk Tuan dosa-dosa Tuan yang telah lalu dan
yang kemudian?” Rasulullah bersabda yang maksudnya “Adakah aku tidak senang
Uaraian tentang hadis fi‟liyah di atas merupakan salah satu bentuk kesufian
yang dijadikan landasan oleh kaum sufi dalam menjalankan pahamnya.Selain itu
ajaran
kepada Rasulullah Saw dan berkata: „Wahai Rasulullah ! tunjukkanlah kepadaku sutu
amalan, jika aku mengerjakannya maka Allah akan mencintaiku dan juga manusia‟,
Rasulullah Saw bersabda: “berlaku zuhudalah kamu di dunia, maka Allah akan
mencintaimu, dan berlaku zuhudlah kamu atas segala apa yang dimiliki oleh manusia,
maka mereka )(manusia akan
mencintaimu”.
ناَك َ َاي ْBنُّد لا و ُ ُ وِ َْBيلَعلُوُق َي َم هلَس ن َBع ُن ْب ُد لاق تِب ََث ْ :ع ّ ل
ه
ته َ ْن َم َِس َِه ا لَBوس ر ّ ل ْيَز
ْ وَ ه
ُ َ
ت َه ا ى ل َ
ص
ُ
ِ ِ وِْBت ََي ل وِْBي َنْ BيَBع
ّل اَم تِ َول ُ ْن ناَ َوتBهين ُة َرBخ ْْBلا ُ ُ ه َرْ BمBأَ ُ َْْBي َب ُه َرْBق َف َ
ت
ْ ب مو َك َ ْل َِهBإ َايْBنُّد ل ا ْن مِ كُ عََBج وَ وِْ BيَBلَع ّل
ََ
ق ره َه ا َ
َِوَ
َف
ِ Bِ
ل َعَBج َو ُه َرْ BمBأَ َُول وِْBبلَBق ِي ُهَانغِ يَ ى وَ اَيْBندُّ لا ُْوتََBتأَو ةَم غ اَر َ
ّ ُل
َه ا َع َ ََج
“Dari Zaid bin Tsabit beliau berkata : Aku mendengarkan Rasulullah Saw
bersabda: “Barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Allah akan
berlepas diri dari segala urusannya dan tidaklah ia mendapatkan dari dunia sesuatu
apapun keculi apa yang telah di tetapkan baginya. Dan barang siapa yang sangat
menjadikan akhirat sebaga tujuannya, maka Allah akan mengumpulkan seluruh harta
kekayaan baginya, dan menjadikan kekayaan itu dalam hatinya, serta mendapatkan
dunia, sementara hadis kedua menjelaskan akan tercelanya kehidupan yang bertujuan
Allah sebagai tujuan utama dalam hidupnya dan merasa cukup atas segala yang Allah
telah karunianakan kepadanya. Selain dari kedua hadis di atas terdapat pula banyak
hadis yang memberikan wasiat kepada orang-orang mu’min agar tidak bertumpu pada
keduniaan, serta tidak mematrikan dalam dirinya untuk hidup kekal di dunia dan tidak
pula berusaha untuk memperkaya diri di dalamnya kecuali sesuai dengan apa yang
ia
butuhkan, oleh karena itu Rasulullah Saw berwasiat kepada Abdullah bin Umar sambil
menepuk pundaknya dan bersabda:
seorang musafir”
Selain tiga hadis di atas masih terdapat banyak hadis lainnya yang menjadi
berdasarkan al-Qur’an dan hadis di atas menunjukkan bahwa ajaran tasawuf yang
tingkatan atau maqam tertinggi di sisi Allah yaitu ketika seseorang menjadikan dunia
sebagai persinggahan sementara dan menjadikan rahmat, ridha, dan kecintaan Allah
D. Manfaat Tasawuf
kemaitian, agar umat manusia selalu beribadah, beramal shaleh, serta menjauhi
sosial
4. Dalam bidang etos kerja. Tasawuf dapat memperkuat etos kerja karena dalam
ajaran Islam bekerja itu wajib untuk memenuhi keperluan diri sendiri, keluarga
dan umat.
5. Dalam bidang Pendidikan. Tasawuf merupakan salah satu mata pelajaran yang
1. Fana, hilangnya sifat-sifat buruk (maksiat lahir dan maksiat batin). Bahwa fana itu
2. Itihad, satu tingkatan dalam tasawuf dimana seorang sufi telah merasa dirinya
bersatu dengan Tuhan. Yaitu pertukaran peranan antara yang mencintai dan yang
dicintai telah menjadi satu atau tegasnya antara sufi dengan Tuhan.
dilenyapkan.
4. Maqamat, Pada Istilah Maqam atau arti jamak adalah maqamat, sebagaimana juga
ahwal, yang dipahami berbeda menurut para sufi. Namun semuanya sepakat dalam
memahami maqamat yang berarti kedudukan seorang pejalan spiritual atau sufi di
hadapan Allah yang diperoleh melalui kerja keras dalam beribadah kepadaNya,
menyelimuti kalbu, yang diciptakan sebagai hak prerogatif pada Allah dalam hati
setiap hambanNya, tidak ada sufi yang mampu merubah keadaan tersebut apabila
F. Simpulan
Tasawuf telah ada dalam Islam semenjak Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul, bahkan
kehidupan rohani Rasul dan para sahabat menjadi salah satu panutan di dalam melakukan
Tasawuf merupakan produk asing yang dianut oleh umat Islam. Inti dari ajaran tasawuf
ialah mendekatkan diri kepada Allah dengan melalui tahapan-tahapan (ajaran)Nya yaitu
maqamat dan ahwal. Ajaran-ajaran tasawuf ini bersumber dari al-Qur’an, Hadits dan
dengan ajaran-ajaran tasawuf. Mulai dari ajaran dasar tasawuf, maupun tingkatan
tingkatan yang harus ditempuh oleh seorang sufi yang kita kenal dengan nama maqamat
dan ahwal. Tujuan tertinggi dari seorang sufi adalah untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT.
G. Daftar Pustaka
Ibrahim Basuni, Nasy‟ah al-Tashawuf al-Islami, Juz III (Dar al-Maarif, Mesir, 1119).
Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filasafat dan Tawawuf (Dirasah Islamiyah IV) (Jakarta : PT.
Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhary, Shahih al-Bukhary, Kitab: Riqaq, Bab:
Jadilah kamu manusi asing di dunia atau seorang pejalan jauh. (Cet. I; Beirut: al-
M. Solihin & Rosihan Anwar, Ilmu Tasawuf. (Bandung: Pustaka Setia 2008)
1986) Umar Farukh, tarikh Al-Fikr Al-‘Arabi, (Bairut, Dar Al-‘lmi li Al-malayin,
1983).