Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TASAWUF DAN ILMU TASAWUF

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu

Habieb Bullah, M.Th.I

Disusun Oleh:

1. Muhammad Lutfi Hakim (20211700334018)


2. Roviqoh Kamilah (20211700334024)
3. Pria Supardi (20211700334021)

Program Studi Ilmu Qur’an dan Tafsir

Fakultas Dakwah dan Ushuluddin


Institut Pesantren KH Abdul Chalim

Mojokerto

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Swt yang telah memberikan
kenikmatan dan kesempatan sehingga kami bisa menyusun makalah ini. Sholawat
dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Habieb Bullah, M.Th. I


selaku dosen pengampu mata kuliah Akhlak Tasawuf yang telah membimbing
kami sehingga kami bisa menyusun makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih terdapat


banyak hal yang harus diperbaiki, kami menerima apabila ada kritik dan saran
pembaca guna untuk menyempurnakan makalah ini.

Mojokerto, 12 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Isi
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................2
A. Latar Belakang..............................................................................................2
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Definisi Aqidah.............................................................................................2
B. Urgensi Aqidah..........................Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
C. Aqidah dan Ilmu Kalam.............Kesalahan! Bookmark tidak ditentukan.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rasulullah SAW pernah bersabda mengenai Malaikat Jibril AS yang


datang kepada beliau dan menjelaskan tentang Islam, Iman dan Ihsan. Para Ulama
mengembangkan pengertian dari Islam, Iman dan Ihsan menjadi disiplin-disiplin
Ilmu. Islam berkembang menjadi Ilmu-ilmu yang membahas tentang Syari’at
Islam, Iman berkembang menjadi Ilmu-ilmu yang membahas mengenai Tauhid
dan Ihsan berkembang menjadi Ilmu-ilmu yang membahas tentang kebathinan
yaiu Ilmu Tasawuf.
Pada makalah ini, penyusun hendak membahas mengenai Tasawuf dan
Ilmu Tasawuf karena pada dasarnya ketika kita mempelajari tentang Tauhid dan
Syari’ah maka hendaknya dilanjutkan dengan mempelajari Ilmu Tasawuf agar
menjadi Islam yang Kaffah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Tasawuf dan Ilmu Tasawuf?


2. Bagaimana ciri-ciri Tasawuf?
3. Apa tujuan Tasawuf?
4. Bagaimana urgensi mempelajari Tasawuf?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian Tasawuf dan Ilmu Tasawuf


2. Mengetahui ciri-ciri Tasawuf
3. Mengetahui tujuan Tasawuf
4. Mengetahui urgensi mempelajari Tasawuf
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Tasawuf dan Ilmu Tasawuf

1. Tasawuf
Para ulama sepakat bahwa mendefinisikan tasawuf sangatlah sulit
dikarenakan tasawuf sendiri adalah pengalaman spiritual yang setiap orang
memiliki pandangan dan perspektif berbeda-beda. Pengertian Tassawuf secara
etimologi dapat dilihat pada uraian dibawah ini:
Pertama, Tasawuf diambil dari istilah ahlu suffah (‫)اهل السفة‬, yang berarti
orang pada masa Rasullullah SAW yang menetap di masjid dan mengabdikan
diri untuk beribadah kepada Allah SWT. istilah ini digunakan karena para sufi
(orang yang ber-tasawuf) memiliki ciri yang sama dengan ahlu suffah yaitu
mengabdikan diri kepada Allah SWT dan menninggalkan keduniawian.
Kedua, Tasawuf berasal dari kata shafa (‫ )صفاء‬yang berarti nama bagi
orang yang bersih atau suci yaitu orang yang menyucikan dirinya di hadapan
Tuhan. Istilah ini digunakan karena para sufi cenderung berusaha menyucikan
diri mereka dengan menjauhi perkara yang dibenci Allah SWT.
Ketiga, Tasawuf diambil kata shaf (‫)صف‬. Kata ini dinisbahkan kepada
orang-orang yang berada di shaf pertama pada waktu sholat.
Keempat, Tasawuf dinisbahkan kepada bani shufah.
Kelima,Tasawuf dinisbahkan dengan kata istilah bahasa Grik atau
Yunani, yaitu saufi (‫)سوفى‬. Istilah ini disamakan maknanya dengankata hikmah
(‫)حكمة‬, yang berarti kebijaksanaan. Orang yang berpendapat seperti ini adalah
Mirkas, yang kemudian diikuti oleh Jurji Zaidan, dalam kitabnya Adab Al-
Lughah Al-'Arabiyyah. Jurji Zaidan menyebutkan bahwa para filsuf Yunani
dahulu telah menegaskan pemikiran atau kata-katanya yang dituliskan dalam
buku. buku filsafat yang penuh mengandung kebijaksanaan. Ia mendasari
pendapatnya dengan argumentasi bahwa istilah sufi atau tasawuf tidak
ditemukan sebelum ada masa penerjemahan kitab-kitab berbahasa Yunani ke
dalam bahasa Arab. Pendapat ini didukung juga oleh Nouldik, yang
mengatakan bahwa dalam penerjemahan dan bahasa Yunani ke dalam bahasa
Arab terjadi proses asimilasi. Misalnya, orang Arab mentransliterasikan huruf
sin (‫ )س‬menjadi huruf shad (‫) ص‬, seperti dalam kata tasawuf (‫ )سوف‬menjadi

tashawuf ‫))تصوف‬.
Keenam, Tasawuf berasal dari kata shaufanah, yaitu sebangsa buah
buahan kecil yang berbulu dan banyak tumbuh di padang pasir di tanah Arab.
Ini dilihat dari pakaian kaum sufi yang berbulu-bulu seperti buah itu pula,
dalam kesederhanaannya.
Ketujuh, tasawuf berasal dari kata shuf (‫ )صوف‬yang berarti bulu domba
atau wol.
Dari ketujuh terma tersebut, yang banyak diakui kedekatannya dengan
makna tasawuf yang dipahami sekarang ini adalah terma ketujuh, yaitu terma
shuf. Di antara mereka yang lebih cenderung me ngakui terma ketujuh ini,
antara lain Al-Kalabadzi, Asy-Syukhrawardi, Al-Qusyairi, dan lainnya,
walaupun dalam kenyataannya tidak setiap kaum sufi memakai pakaian wol.
Dari terma-terma tersebut, tampaknya, terma yang lebih mendekati kata
tasawuf adalah terma yang ketujuh.
Barmawie Umarie lebih lanjut menegaskan bahwa tasawuf dapat
berkonotasi makna dengan tashawwafa ar-rajulu (‫)تصوف الرجل‬, artinya seorang
laki-laki telah men-tasawuf. Maksudnya, telah pindah seorang laki-laki itu dari
kehidupan biasa pada kehidupan sufi. Apa sebabnya? Sebab, para sufi, apabila
telah memasuki lingkungan tasawuf, mereka mempunyai simbol-simbol
pakaian dari bulu, bukan wol, tetapi hampir menyamai goni dalam
kesederhanaannya.
Pengertian tasawuf secara istilah, telah banyak diformulasikan oleh para
ahli yang satu sama lain berbeda sesuai dengan seleranya masing-masing:
a. Ketika ditanya tentang tasawuf, Al-Jurairi menjawab, “Memasuki ke
dalam segala budi akhlak yang bersifat sunni, dan keluar dari budi
pekerti yang rendah”.
b. Al-Junaidi memberikan rumusan tentang tasawuf, “Tasawuf adalah
bahwa yang Hak adalah yang mematikanmu, dan Hak-lah yang
menghidupkanmu”.
c. Dalam ungkapan lain, Al-Junaidi mengatakan, “Adalah beserta Allah
tanpa adanya penghubung”.
d. Abu Hamzah memberikan ciri terhadap ahli tasawuf, “Tanda sufi yang
benar adalah berfakir setelah dia kaya, merendahkan diri setelah dia
bermegah-megahan, menyembunyikan diri setelah dia terkenal; dan
tanda sufi palsu adalah kaya setelah dia fakir, bermegah-megahan
setelah dia bina, dan tersohor setelah dia bersembunyi”.
e. 'Amir bin Usman Al-Makki pernah mengatakan, “Tasawuf adalah
seseorang hamba yang setiap waktunya mengambil waktu yang utama”.
f. Muhammad Ali Al-Qassab memberikan ulasan, “Tasawuf adalah
akhlak yang mulia, yang timbul pada masa yang mulia dari seorang
yang mulia di tengah-tengah kaumnya yang mulia”.
g. Syamnun menyatakan, “Tasawuf adalah bahwa engkau memiliki
sesuatu dan tidak dimiliki sesuatu”.
h. Banyak lagi ahli memberikan pengertian yang bersifat terminologis,
seperti Ma'ruf Al-Karakhi, yang mengungkapkan pengertian tasawuf
sebagai, “Mengambil hakikat dan berputus asa apa yang ada di tangan
makhluk”.
Dari semua ungkapan itu, lebih utama manakala kita menyimak apa yang
telah disimpulkan oleh Al-Junaedi sebagai berikut, “Tasawuf adalah
membersihkan hati dari apa yang mengganggu perasaan kebanyakan
makhluk, berjuang menanggalkan pengaruh budi yang asal (instink) kita,
memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi segala
seruan dari hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohanian, dan bergantung
pada ilmu-ilmu hakikat, memakai barang yang penting dan terlebih kekal,
menaburkan nasihat kepada semua umat manusia, memegang teguh janji
dengan Allah SWT. dalam hal hakikat dan mengikuti contoh Rasulullah SAW
dalam hal syariat”.
Jadi, kalau kita simpulkan dapat kita ringkas sebagai berikut, "Ilmu tasawuf
adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuang memerangi
hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan makrifat menuju keabadian, saling
mengingatkan antara manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah SWT.
dan mengikuti syariat Rasulullah SAW. dalam mendekatkan diri dan mencapai
keridaan-Nya.
2. Ilmu Tasawuf
Suatu disipilin ilmu yang mempelajjari usaha membersihkan diri, berjuang
memerangi hawa nafsu dengan berpegang teguh pada janji Allah SWT dan
ajaran Rasulullah SAW.

B. Ciri-ciri Tasawuf

Secara umum, menurut Abu Al-Wafa' Al-Ganimi At-Taftazani (peneliti


tasawuf) ciri tasawuf adalah (1) memiliki moral; (2) pemenuhan fana (sirna)
dalam realitas mutlak; (3) pengetahuan intuitif langsung; (4) timbulnya rasa
kebahagiaan sebagai karunia Allah SWT. dalam diri seorang sufi karena
tercapainya maqamat (maqam-maqam atau beberapa tingkatan); dan (5)
penggunaan simbol-simbol pengungkapan yang biasanya mengandung
pengertian harfiah dan tersirat.

C. Tujuan Tasawuf

Memperoleh suatu hubungan khusus dari Tuhan. Hadirnya perasaan


bahwa benar-benar berada di hadirat Tuhan. Para sufi beranggapan bahwa ibadah
yang diselenggarakan secara formal belum memuaskan karena belum memenuhi
kebutuhan spiritual.

D. Urgensi

1. Membimbingg manusia menjadi insan yang arif dengan mengingat-Nya


2. Mengingatkan manusia akan kematian
3. Membebaskan manusia dari gemerlapnya dunia
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat kita simpulkan bahwa Tasawuf adalah suatu usaha menuju


kedekatan dengan Tuhan dan pengalaman spiritual yang didapat oleh individu-
individu yang menjalaninya akan berbeda satu sama lain. Orang yang menjalani
tasawuf disebut sufi.

B. Saran

Setelah membaca makalah yang kami susun, diharapkan wawasan para


pembaca bertambah. Kami menyadari bahwa dalam hal penulisan masih banyak
dijumpai kesalahan-kesalahan baik secara struktur maupun secara majas. Maka
dari itu kami sangat berharap para pembaca dapat memberikan saran dan kritik
kepada kami guna evaluasi dalam hal penulisan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Riyadi Abdul Kadir, Antropologi Tasawuf, LP3ES (Jakarta, Juni 2014)
Ni’am Syamsun, Tasawuf Studies, Ar-Ruzz Media (Yogyakarta, 2014)

Anwar Rosihon, Akhlak Tasawuf, Pustaka Media (Bandung, 2010)

Anda mungkin juga menyukai