Anda di halaman 1dari 15

TEOLOGI KONTEMPORER

“Kebangkitan Dunia Modern”

Dosen : Pdt. Henny W. B. Sumakul, Th.M Ph.D

Oleh Kelompok 3 :
Eunike Mamarimbing, S.Th
Christianto Tumbelaka, S.Th
Ryanda Otta, S.Th
Stella Sigar, S.Th
Christi Rumengan, S.Th
Naralatasya Nelwan, S.Th

YAYASAN GMIM Ds. A. Z. R WENAS


PASCASARJANA UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON
2021

1
RENAISANS SEBAGAI DASAR BAGI MODERNISME
Renaisans adalah istilah dari bahasa Perancis yang berarti “kelahiran kembali” atau
“kebingungan”, dan periode sejarah Reanisans memang mencakup dua pengertian
tersebut : kelahiran kembali seangat klasik Yunani Kuno dan Romawi, dan
kebangungan baru dalam semangant belajar setelah sekian lama di bodohi oleh “Abad
Kegelapan”. Para tokoh Reanisans adalah kaum humanis yang menganut nilai-nilai
manusia yang adadalah tulisan-tulisan klasik. Pelopor Renaisans adalah seorang filsuf
dan ilmuwan Inggris, yakni Francis Bacon (1561-1626).Sebagai produk zaman
Renaisans, Bacon memulai abad rasio (Age of Reason).Dapat di katakan, iamen andai
perpindahan dari Renaisans kepada Pencerahan.

Bacon telah merintis banyak hal bagi program Pencerahan yang nantinya menjadi
cirri modernisme.Ia yakin bahwa metode ilmiah tidak hanya akan menghasilkan
banyak penemuan baru, tetapi akan menunjukan inter-relasi antara ilmu-ilmu itu
sendiri. Dengan demikian, ilmu-ilmu ini akan membentuk satu kesatuan total. Untuk
mencapai tujuan ini, Bacon mendasarkan ilmu pengetahuan pada kebenaran-kebenaran
yang di sebutnya “filsafat pertama”.Dalam bukunya yang berjudul The New Atlantis,
Bacon menggambarkan sebuah masyarakat ideal. Dalam masyarakat ini, semua orang
akan menjadikan ilmu pengetahuan sebagai kunci menuju kebahagiaan.Ia menegaskan
bahwa tujuan ilmu pengetahuan haruslah membekali manusia dengan kekuasaan. Ini
menjadi dasar bagi mottonya yang terkenal, “Pengetahuan adalah kekuasaan”.

Pemahaman ini membuat Bacon menegaskan bahwa penemuan rahasia alam semesta
akan membuat manusia berkuasa atas alam. Program modern yang muncul dari tulisan
Bacon dan yang lainnya telah di serang oleh tokoh-tokoh postmodern.Michel Foucault
mengingatkan kita agar waspada terhadap sisi gelap Bacon.Focault setuju dengan
motto Bacon “pengetahuan adalah kekuasaan”, tetapi kekuasaan adalah kekuasaan
yang menggunakan kekerasan.

Modernisme Dan Pencerahan

Renaisans meletakkan dasar bagi modernisme, tetapi tidak mendirikan bangunan


modernisme. Pandangan dunia Renaisans menjadikan manusia sebagai pusat alam

2
semesta, tetapi tidak menjadikan ego individu menjadi penentu dan pengatur alam
semesta.Modernisme lahir setelah di kandung sekian lama.Dapat di katakan,
Reanisans adalah nenek bagi modernisme, dan Pencerahan adalah ibu kandungnya.

Periode Pencerahan

Ledakan dalam sejarah intelektual Barat sekitar tahun 1650 sampai tahun 1800
sering di sebut sebagai pencerahan atau Abad Rasia (Age of Reason). Banyak
sejarahwan menganggap Pencerahan lahir ketika Perjanjian Damai Westphalia di
tanda tangani bersamaan dengan berakhirnya perang 30 tahun dan terbitnya buku Kant
yang berjudul Critique of Pure Reason tahun 1781. Terbitnya buku Kant menandai
puncak Abad Rasio sekaligus tantangan terhadap banyak asumsinya. Secara khusus,
perhatian di focuskan pada kekuatan rasio manusia dan pengalaman inderawi. Abad
Pencerahan menolak secara radikal cara pandang teologis yang di rumuskan pada
Abad Pertengahan dan yang di poles pada zaman Reformasi. Sebuah cara pandang
baru telah menggeser cara pandang lama yang hierarkis, dan ilmu pengetahuan telah
menggantikan posisi teologi sebagai standar kebenaran.

Antropologi Pencerahan

Pencerahan bedampak besar bagi perkembangan budaya Barat Moderen. Dengan


dasar Renaisans, pencerahan menyaratkan perubahan mendasar yang bertolak belakag
dengan mentalitas abad pertengahan yang membuka jalan bagi era moderen.perubahan
ini terjadi karena brkembangnya pemahaman paradoks terhadap pribadi manusia.
Abad rasio meninggikan statu manusia dan potensinya. Manusia menggantikan Allah
sebagai pusat sejarah. Teologi abad pertengahan dan tologi reformasi menganut
konsep bahwa manusia berharga selama dia taat kepada Allah yang bekerja dalam
sejarah. Sedangkan tokoh-tokoh pencerahan membalikan keadaanya. Allah dianggap
penting sejauh Ia sesuai dengan konsep manusia. Dengan demikian, abad rasio telah
menurunkan Allah dari puncak takhta (yang ditunjukan oleh gaya Gothic gedung
katedral) kepada posis yang rendah setara dengan kehidupan manusia sehari-hari.
Bukan hanya meninggikan status manusia di Dunia, para tokoh pencerahan sangat
meninggikan potensi manisia. Mereka lebih menekankan kemampuan intelek dan

3
moral manusia daripada teolog Katolik atau Protestan. Dalam era pramoderen,
penyataan Allah berfungsi sebagai hakim kebenaran. Tugas rasio manusia adalah
untuk memahami kebenaran yang disingkapkan melalui penyataan Allah. Munculh
sebuah moto yang berasal dari Anselmus tentang pencarian pengetahuan: “Saya
percaya supaya saya mengerti”. Sejalan dengan prinsip ini, rasio berusaha
membuktikan kebenaran penyataan Allah dan mengharmoniskan pengalaman pribadi
dengan pemahaman iman Kristen.Para tokoh pencerahan mengacu kepada rasio
manusia dan bukan penyataan Allah sebagai hakim kebenaran. Mereka mengacu
kepada rasio untuk untuk menentukan apa yang seharusnya mendasari penyataan
Allah. Kita menyebut pola pikir demikian sebagai kebalikan dai apa yang Anselmus
katakan : “Saya percaya apa yang saya dapat mengerti”. Para tokoh abad rasio
menegaskan bahwa manusia tidak boleh membabi-buta menerima “takhayul” yang
diajarkan Alkitab dan gereja. Sebaliknya, mereka harus sungguh-sungguh
menggunakan rasio untuk menyusun data pengalaman inderawi dan enuruti rasio
kemanapun rasio itu berjalan.
Pencerahan menekankan moralitas bukan dogma, dan para tokohnya menegaskan
bahwa kekuatan rasio manusia sanggup menyingkapkan hukum moral yang Allah
telah tuliskan dalam setiap hati manusia. Berdasarkan konsep Renaisans, mereka
menolak konsep abad pertengahan tentang manusia yang statis dan berupa jiwa yang
sunyi. Sebaliknya, mereka menyukai konsep manusia yang kreatif, dan tidak pernah
puas, dan selalu ingin mengubah lingkungannya. Karena meniggikan posisi manusia,
para tokoh pencerahanharus mebayar harga yang mahal. Cara pandang yang demikian
meninggikan sekaligus merendahkan manusia. Berbeda dengan Kosmologi Abad
Pertengahan dan Reformasi, kaum pencerahan tidak lagi melihat dunia sebagai
kosmos di mana manusia mendapatkan status khusus. Sebalnya, sains baru Abad
Rasio menggambarkan alam semesta sebagai mesin raksasa dimana manusia hanyalah
komponen kecil di dalamnya. Manusia tidak oleh meihat diri mereka sebagai ciptaan
yang takluk pada Allah sang pencipta, tetapi dengan begitu mereka sedang
menurunkan derajat dari posisi yang mulia sebagai puncak ciptaan, yang
melaksanakan otoritas penatalayanan atas seluruh ciptaan.

4
Dasar Pencerahan
Pencerahan besar yang terjadi pada era pencerahan tidak mendadak. Perubahan itu
adalah akibat perkembanga berbagai faktor sosial, politik dan intelektual yang
nantinya menghasalikan era traumatis dalam sejarah manusia. Bagi para cendekiwan,
perbedaan dan pedebatan doktrin teologis dianggap sebagai penyebab utama konflik
bersenjatayang melanda seluruh benua Eropa. Penolakan terhadapoktrin membuat para
cendekiawan ini mempertanyakan keadaan doktrin itu sendiri. Komitmen kepada
doktrin tertentu hanya memecah-belah masyarakat.
Selain permasalahan dalam bidang agama, arus intelektual terbuka kepada semangat
zaman yang kritis. Ini terjadi melalui dua revo;usi yang saling berhubungan. Satu
dalam bidang filsfat dan satu dalam bidang sains:
Revolusi dalam bidang ilmu Filsfat. Era Pencerahan adalah hasil revolusi dalam
bidang filsafat. Meskipun akarnya ada pada teolog-teolog abad pertengahan, revolusi
itu dimulai oleh Ren Descartes (1596-1650), yang sering dijulki bapak filsafat
moderen. Maksud Descartes adalah merancang sebuah metode sebuah metode
penelitan yang dapat mebantu penemuan kebenaran-kebenaran yang pasti dan mutlak.
Ia sangat dipengaruhi oleh semangat zaman yang mementingkan matematika.
Mencuaanya model matematika selama Renaisans merupakan akibat ditekankanya
dimensi kuantitatif, bukan dimensi kualitatif dan realitas. Decartes merintis munculnya
abad Rasio. Seperti tokoh-tokoh penting pada waktu itu, ia berusaha menrapkan
kepastian metode matematika dalam segala bidang pengetahuan. Alasanya tidak
sembarangan: menurutnya, karena kebenaran matematika muncul dari rasio, maka
kebenaran itu lebih akurat daripada pengetahuan yang muncul dan pengamatan
empiris (yang bisa keliru). Untukmengejar pengalaman ang pasti, Descartes tidak
ingin jatuh ke dalam skeptisisme. Ia meragukan segala sesuatu, tetapi ia
menyimpulkan, ada satu hal yang tidak mungkin diragukan, yakni eksistensi subjek itu
sendiri. Kesimpulan ini dituang dalam kalimatnya, Cogito ero sum- Saya berpikir,
maka saya ada.” Setelah meragukan segala sesuatu, Descartes mendapatkan kepuasan
dari kepastian ini. Kepastian inilah yang menjadi dasar bagi penyusunan sebuah
stuktur rasional.

5
Metode filsafat Descartes menghasilkan konsep baru tentang pribadi manusia.
Descartes sendiri menyimpulkan bahwa manusia adalah substansi yang berfikir, dan
pribadi manusia adalah subjek manusia yang otonom. Sumbangsih Descartes yang
terpenting adalah fokus pada pengalaan pribadi dan pengetahuan yang bersumbr pada
diri sendiri. Pengetahuan ini muncul dari sudut pandang individu yang unik. Dengan
menjalankan rasio manusia sebagai pusat segalanya, maka Descartes telahmenetapkan
agenda filsafat untuk 300 tahun berikutnya. Filsuf moderen menerima metode
Descartes yang di,ulai dengan keraguan. Mreka menegaskan bahwa segala
kepercayaan salah kecuali nanti dapat dibuktikan benar. Mra mencurahkan segenap
hidup mereka untuk menyelesaikan “pertanyaan tentang diri manusia” : bagaimana
kita bisa tahu sesuatu - dan bagimana kita tahu bahwa kita tahu – mengenai sebuah
dunia yang terletak di luar pengalaman kita.
Sepanjang era moderen, para ahli dalam berbagai biang telah menjadikan rasio
manusia (bukan penyataan Allah) untuk mencari pengetahuan dan penghayatan. Setiap
teolog moderen merasa harus membangun sebuah pemikiran di atas dasar filsafat
rasionalistik. Mereka percaya kepada keutamaan rasiao seperti Descartes. Dalam alam
Pencerahan, satu-satunyalawan rasionalisme adalah pandangan yang mengatakan
bahwa rasio tidak mampu mengetahui hal-hal yang kekal. Tetapi, pandangan ini harus
menghadapi gelombang intelektual baru yang melanda seluruh belahan barat yang
mempercayai suara rasio, dan bukan suara Allah. Akhirnya para teolog moderen pun
menyerah. Mereka mengikuti jejak Descartes dan tidak melawan arus rasionalisme
yang dilahirkan oleh abad rasio. Revolusi sains. Abad pencerahan adalah hasil
revolusi, tidak hanya dari filsafat,tetapi jua dari sains. Perubahan yang terpenting
adalah penemuan Copericus bahwa Bumi bukanlah pusar tatasurya. Penemuan
inimenyingkrkan penemuan kosmologi abad pertengahan yang menganggap adanya
tiga struktur dalam dunia ini: Surya di atas, Bumi di tengah, Neraka di bawah.
Faktor paling utama dalam revolusi sains menuju Abad Pertengahan adalah cara
berpikir dan berbicara mengenai alam semesta. Perubhan ini didasari dengan
pergeseran dari terminilogi kualitatif kepada terminologi kuantitatif. Sains Abad
Pertengahan mengikuti Aristotels, berfokus pada “prinsip-prinsip alamiah”. Setiap
benda dianggap mengikuti kecenderungan “alamiah” untuk mencapai tujuan yang ada

6
di dalamya. Sedangkan para tokoh abad rasoi menolak istilah “kecenderungan
alamiah” dan “tujuanyang ada di dalamnya” sebagaispekulasi belaka. Dulu faktor-
faktor penyebab final (tujuan yang ada di dalam setiap ojek atau telos) sangat penting.
Pada abad Pencerahan semuanya digese pda pandangan matematis dan kuantitatif
dalam bidang sains yang dirintis oleh Galileo seabad sebelumnya. Studi
terhadapgejala-gejala alam menggunakan teknik analisis untuk menghasilkan hasil-
hasil yang dapat dihitung. Alat-alat untuk study mencakup metode pengukuran yang
teliti dan umus-rumus matematika. Dalam menggunakan metode ini, para tokoh
pencerahan semakin mempersempit penelitian mereka. Mereka menganggap hanya
yang dapat dihitung itulah yang nyata.
Revolusi semakin mencapai pada puncaknya dalamkarya Isaak Newton ( 1642-
1727). Newton menganggap alam semesta ini sebagai mesin raksasa yang teratur.
Gerakan-gerakannya dapat dibaca karena bergerak menurut hukum –hukum yang
pasti. Tujuan Newton aalah menjelaskan hukum-hukum yang menggerakan alam
semesta ini. Ia menunjukan bagaimana sifat dan perilaku dari setip partikel dapat
ditentukan melalui beberapa hukum dasar. Tujuan Newton tidak hanya brsifat
akademis. Ia percaya, kalau sains dapat meneukan keteraturan alam semesta, maka
membawa kita untuk semakin memuji Allah. Sebagai seorang Kristen, ia percaya
bahwa “Langit mencritakan kemulian Allah”. Tetapi juga, ia ingin tahu bagaimana
langit memulakan Allah. Sehingga proyek sain Newton mempunyai tujuanakhir
teologis.
Baik Descartes maupun Newton berusaha menggunakan kekuatan rasio untuk
mengembangkan agenda teologi. Namun, revolusi dalam filsafat dan sains yang
mereka rintis ternyata menghasilkan cara pandang yang baru terhadap dunia dan
kehidupan kita. Cara pandang ini tidak selalu simpatik terhdap iman Kristen. Dunia
moderen adalah dunia menurut konsep mekanistik Newton dan dihuni olehorang-
orang rasional seperti konsep Descartes. Dalam dunia smacam itu teologi harus
mengalah pada ilmu alam. Posisi istimewah yang dulu dinikmati oleh para teolog kini
menjadi milik para ilmuan.

7
Prinsip-prinsip Perpecahan
Zaman pencerahan disebut abad rasio karena Revolusi dalam filsafat dan sains
berusaha meninggikan rasio untuk melawan “takhayul”. Rasio menggantikan
penyataan Allah sebagai standar kebenaran. Bersama dengan prinsip-prinsip lain, rasio
membentuk kesatuan yang menjadi pusat pemikiran Pencerahan. Beberapa prinsip
yang penting adalah : “otonomi”, “hakikat”, “harmoni” dan “kemajuan”. Dari semua
ini yang menjadi nomor satu bagi Pencerahan adalah rasio.
Abad rasio menekankan kemampuan rasio manusia, tetapi bagi abad Pencerahan,
rasio lebih dari sekedar organ tubuh manusia. Para ahli Abad Pencerahan menganggap
ada hubungan antara struktur dunia dan struktur otak manusia. Inilah yang menjadikan
otak manusia menemukan struktur yang ada dalm dunia ini. Mereka percaya pada
rasionalitas yang objektif sehingga mereka yakin hokum-hukum alam dapat dipahami
dan dunia dapat diubah dan ditaklukan oleh perbuatan manusia. Karena adanya
hubungan antara dunia yang rasional dan cara kerja otak manusia, maka penggunaan
rasiom secara kritis sangan penting bagi kaum pencerahan.
Prinsip yang berkaitan erat dengan prinsip rasio adalah prinsip hakikat (nature).
Kaum pencerahan menekankan “hakikat/inti” sebagai dasar dari suatu objek atau
benda. Bagi mereka, alam semesta adalah dunia yang diatur oleh hukum-hukum alam.
Bagi kaum intelektual saat itu yang menjadi istilah kunci adalah Nature dan Natural
Law. Tujuan kaum pencerahan adalah membawa seluruh hidup manusia agar sesuai
dengan hukum alam yang disingkapkan rasio manusia.
Prinsip yang ketiga adalah Otonomi. Selama Abad Rasio, rasio manusia yang
otonom menurunkan segala otoritas yang dulu menjadi standar kebenaran. Dalam
banyak hal, kutipan Alkitab, ajaran gereja atau dogma Kristen, tidak lagi cukup untuk
menjadi otoritas yang mengatur hidup. Prinsip otonomi tidak mengizinkan keliaran.
Prinsip ini mencerminkan adanya hukum alam semesta yang dapat dipahami manusia
melalui rasio. Otonomi mengharuskan setiap orang menemukan dan menaati hukum
alam semesta. Penggunaan rasio pribadi menjadi inti otonomi yang ditekankan oleh
Kaum Pencerahan. Setiap orang harus berjalan untuk menemukan hokum alam dengan

8
menggunakan rasio dan hati nurani, dan jika orang mau melakukannya, kehidupannya
akan baik.
Prinsip berikutnya adalah harmoni. Parah tokoh pencerahan menganggap alam
semesta memiliki sebuah struktur yang tertata rapi dan masuk akal. Segala kebenaran
adalah bagian dari keseluruhan yang harmonis. Kaum Pencerahan menggunakan
metode filsafat untuk menemukan kebenaran. Mereka percaya bahwa penerapan
metode yang tepat akan membebaskan kita dari irasionalitas dan menjadi sebuah
pengetahuan yang utuh dan total. Harmoni bukan hanya ada dalam alam semesta tapi
harus menjadi prinsip etika yang mengatur tingkah laku manusia. Antropologi
pencerahan mengharmoniskan manusia dengan alam. Mereka menyimpulkan bahwa
penggunaan rasio dapat membawa hidup manusia harmonis dengan struktur alam
semesta.
Pencerahan adalah zaman yang percaya adanya kemajuan. Berdasarkan pemikiran
Descartes dan yang lainnya, orang-orang pada Abad Rasio yakin, karena alam semesta
teratur dan dapat dipahami bahwa penggunaan metode yang benar akan menghasilkan
pengetahuan yang benar. Menurut pola pikir Pencerahan, pengetahuan akan hukum-
hukum ini menjanjikan kebahagiaan, rasionalitas dan kebebasan manusia. Kemajuan
yang terjadi pada zaman mereka, membuat Kaum Pencerahan optimis dengan masa
depan mereka. Abad rasio adalah salah satu abad yang memberikan pengharapan
dalam sejarah manusia.

Agama Pencerahan
Abad pencerahan menentang pandangan tradisional dan mereka menyusun kembali
pemikiran-pemikiran baru untuk masyarakat Barat,termasuk tentang agama. Abad
rasio menandai berakhirnya dominasi gereja dalam kebudayaan Barat. Pengaruhnya
bagi iman dan teologi Kristen sangat terasa.Sikap mental yang mengutamakan metode
ilmiah menghasilkan perubahan pemahaman mengenai hakikat agama.Para ilmuwan
dan teolog membedakan dua macam agama: yang alamiah(natural) dan yang
diwahyukan(revealed). Agama yang alamiah mencakup beberapa kebenaran dasar
(khususnya kepercayaan akan eksistensi Allah dan hukum-hukum moral yang
universal) yang dapat di pahami manusia dengan menggunakan rasionya.

9
Sebaliknya,agama yang di wahyukan mencakup doktrin-doktrin Kristen yang
bersumber dari Alkitab dan diajarkan oleh gereja sepanjang masa.
Bagi kaum Pencerahan,agama yang alamiah menggeser dogma dan doktrin yang
mendominasi selama abad Pertengahan dan Zaman Reformasi.Tokoh empirisisme
inggris - Jhon Locke-meluruskan jalan bagi perkembangan agama alamiah yang
menggeser agama yang diwahyukan. Ia melontarkan sebuah konsep
revolusioner,yakni jika kekristenan dipisahkan dari doktrin-doktrinya,maka agama
Kristen adalah agama yang paling raional (masuk akal). Atas dasar pemikiran
Locke,kaum Pencerahan memperkenalkan sebuah agama baru,yakni deisme sebagai
alternatif melawan kepercayaan ortodoks.
Karena agama alamiah itu masuk akal,agama in lebih benar daripda agama-agama
yang percaya pada hal-hal supernatural,termasuk agama Kristen. Mereka menolak
berbagai dogma yang di anggap sebagai wahyu Allah untuk menjadi standar
kebenaran. Sebaliknya,mereka menilai dogma-dogma tersebut dengan standar agama
rasio.Bagimereka, agama bukanlah sebuah sistem untuk mengatur tingkah laku etis.
Peran utama agama adalah membukakan otoritas Allah bagi moralitas.Kaum
Pencerahan meyakini kemampuan manusia dalam menemukan kebenaran agama.
Konsep mereka telah menyingkirkan agama yang diwahyukan. Mereka merasa puas
dengan konsep seorang Pencipta yang murah hati,yang telah menuliskan kebenaran-
kebenaran religus dalam buku alam semesta sehingga dapat di lihat semua orang.
Bagaimanapun mereka memandang agama Kristen,mereka telah menjadikan agama
rasio sebagai standar.mereka menekankan “alam” dan mengorbankan Allah yang
dinyatakan Alkitab. Mereka percaya kepada alam sehingga mereka mengaitkan erat-
erat Allah dan alam serta rasio manusia. Akibatnya yang supernatural kini hanya
menjadi yang natural. Pandangan ini membuka jalan untuk sikap menolak Allah yang
muncul pada era modern akhir.

MODERNISME DAN REVOLUSI IMMANUEL KANT


Ketika tahun 1700-an akan berkahir, pencerahan tampak surut khususnya di Inggris.
Agama rasio yang dulu diagungkan untuk menggantikan agama kristen kini digantikan
oleh skeptisisme dan relativisme. Para pengikut agama rasio menyimpulkan bahwa

10
rasio saja tidak cukup untuk menjawab pertanyaan dasar tentang Allah, moralitas, dan
arti hidup.
Meskipun pencerahan hampir berakhir, masyarakat barat tetap menganut nilai-
nilainya. Tidak ada arus intelektual yang dapat melepaskan diri dari pencerahan. Tidak
ada jalan kembali ke zaman tradisional sebelum adanya pencerahan. Ketika David
Hume dan yang lainnya menguburkan abad rasio, pusat pemikiran barat kini
berpindah ke Jerman. Tulisan Hume membangunkan seorang pemikir kreatif dan
jenius yang menjadi filsuf terbesar pada era modern, Immanuel Kant (1724-1804).
Kehidupan Kant tidak ditandai dengan sesuatu yang luar biasa. Ia dilahirkan,
bersekolah, mengajar, dan meninggal di tempat yang sama – Prussia Timur, kota
pelabuhan Konigsberg (Sekarang Kalingard, Russia). Ia tidak pernah menikah atau
bepergian. Belum mencapai usia 57 tahun, Kant telah menghasilkan sebuah karya
yang besar. Buku yang diterbitkan tahun itu, The Critique of Pure Reason,
mengguncangkan dunia filsafat. Buku ini menimbulkan sebuah gelombang intelektual
yang dampaknya terasa sampai sekarang. Secara kronologis dan intelektual, Kant
berada pada akhir abad rasio. Namun, ketajamannya dalam menyusun konsep-konsep
dari abad rasio memberikan angin segar bagi program pencerahan, dan ini yang
menjadikan ciri era modern nantinya.

Filsafat Kant
Kant melakukan “revolusi Copernicus” dalam filsafat. Ahli astronomi Polandia,
Nicolas Copernicus (1473-1543) menentang anggapan zamannya. Zaman itu
menganggap bumi sebagai pusat tata surya. Sebaliknya, Coperncius mengatakan
bahwa planet-planet mengelilingi matahari. Dalam cara yang sama kuat, Kant
menjadikan rasio sebagai pusat proses pengetahuan manusia (epistemologi).
Menurutnya, kita dapat merasakan pengalaman dengan dunia di sekitar kita karena
rasio berpartisipasi secara aktif di dalamnya. Latar belakang revolusi Kant terletak
dalam epistemologi yang di lontarkan oleh empirisisme, sebuah harus filsafat yang
menandai Abad Rasio di Inggris. Pemahaman kaum empiris tentang proses
mengetahui disebut “pikiran yang pasif”.

11
Tampaknya, teori empirisisme ini benar. Teori ini tampak cocok dengan pengalaman
kita sehari-hari. Namun, teori pengetahuan ini menghasilkan skeptisisme David
Hume, yang menganggap penjelasan tersebut tidak memadai. Metode empiris ini tidak
dapat memberi kita pengetahuan tentang realitas sifat-sifat tertentu yang biasa kita
ketahui. Semua yang kita tahu hanyalah persepsikita, kata Hume. Ini tidak dapat
menjadi dasar yang kuat untuk konsep-konsep kita pada umumnya.
Menurut Hume, salah satu konsep yang tidak memadai adalah kausalitas. Kita terus
menangkap persepsi-persepsi dan kejadian-kejadian yang kebetulan. Dari persepsi ini,
kita membuat hubungan sebab-akibat (kausalitas). Padahal kita sendiri tidak
mengalami sebab-akibat itu. Misalnya selama pertandingan billiard, kita melihat bola
putih menabrak bola warna, lalu bola warna masuk kedalam lubang. Dari persepsi ini,
kita menyimpulkan bahwa bola putih menyebabkan bola warna bergulir. Tetapi, kita
tidak mempunyai persepsi langsung mengenai hubungan sebab-akibat itu sendiri.
Hume menyebutkan substansi sebagai konsep berikutnya yang tidak memadai.
Menurutnya, kita mengalami kesan-kesan tertentu (ukuran, warna, dsb), tetapi kita
tidak mengalami substansi yang sebenarnya. Imanjinasi kitalah yang menciptakan
kesan-kesan bagi objek-objek tersebut. Kita sendiri tidak mempunyai pengetahuan
mengenai substansi yang ada di dunia ini. Identitas objek itu sendiri tidak ada “
disana” (dalam objek itu). Identitas tersebut hanyalah hasil kebiasaan manusia
berpikir.
Kant menegaskan bahwa kita tidak mempunyai pengalaman atau yang pengetahuan
langsung mengenai noumena. Semua yang kita “ketahui” hanyalah fenomena, yakni
hal-hal yang ada hanya dalam pengalaman kita. Kita tidak mungkin mendapatkan
pengalaman dengan objek dalam dirinya sendiri, sekalipun menggunakan pengalaman
inderawi atau metode ilmiah.
Menurut Kant, manusia bukan hanya ciptaan yang mempunyai pengalaman secara
inderawi. Manusia adalah makhluk moral juga. Hubungan kita dengan dunia tidak
hanya terbatas dengan pengetahuan ilmiah. Hidup adalah sebuah panggung tempat
manusia berkarya di atasnya hidup adalah tempat bagi nilai moral. Manusia selalu
memiliki hakikat moral dalam dirinya, ini tampak dari pengalaman moral manusia
pada umumnya, yakni :pengalaman adanya “tuntunan” atau “keharusan”. Inilah dasar

12
Kant untuk menegaskan teorinya. Manusia bertanggung jawab atas “tuntutan-tuntutan
dalam diri mereka untuk memutuskan pilihan-pilihan yang adalah pilihan moral.
Seperti aspek teoretis, aspek praktis atau dimensi moral manusia pada dasarnya
bersifat rasional. Ada prinsip-prinsip rasional tertentu yang menjadi standar penilaian
moral. Tujuan moral manusia adalah menjadi serasionalmungkin.
Kant menyebut cara hidup bermoral ini sebagai “tugas’ (duty). Ia menegaskan bahwa
tugas mencapai puncaknya pada sebuah prinsip utama moralitas,yakni: kategori
imperatif. Menurut Kant, hidup bermoral adalah hidup dan berkelakuan sesuai dengan
prinsip-prinsip yang kita ingin semua orang mengikutinya. Kategori imperative
menuntut kita memperhatikan dasar-dasar pertimbangan (motivasi) tindakan kita
sebagai seorang makhluk rasional. Kita harus menguji apakah Tindakan kita ini patut
di berlakukan secara universal. Teori etika Kant tidak berfokus pada tingkah laku
tertentu, tetapi lebih berfokus pada dasar-dasar pertimbangan (motivasi) yang
mendasari Tindakan kita.

Kant dan “Kemampuan Transenden”


Kant percaya bahwa revolusinya memberikan jalan bagi Pencerahan. Ia berhasil
memecahkan masalah skeptic yang ditimbulkan oleh Hume, dan ini merupakan
puncak Pencerahan dalam menyusun pribadi manusia modern. Kant menjadikan
pikiran manusia sebagai subjek utama dalam proses mengetahui dan kehidupan moral.
Diri manusia dijadikan pusat segala sesuatu. Ini menjadi dasar bagi program
Pencerahan, bahkan menjadi cirri khas era modern.
Kant memberikan dasar bagi modrnisme untuk menjadi sebuah fenomena cultural.
Tulisannya menandai munculnya modernism dengan segala kepenuhannya, sebuah era
yang ditandai dengan focus pada refleksi diri manusia. Kant adalah filsuf pertama
yang meneliti dengan saksama hakikat rasio dan keterbatasannya.
Revolusi Kant harus membayar harga mahal. Dengan menjadikan manusia sebagai
agenda utama filsafat lahirlah “kemampuan transenden” modernism. Mulai dengan
filsafat Kant, pola pikir Barat telah meninggikan dan menyebarluaskan diri manusia
yang berpikir. Fokus baru ini membuka jalan untuk menuntaskan program Pencerahan
di Barat.

13
Fokus pada diri manusia disebabkan oleh perubahan yang dilakukan Kant terhadap
teori Descrates. Dalam sistem Kant, diri manusia bukan hanya menjadi focus perhatian
filsafat, melainkan menjadi seluruh materi filsafat. Diri manusia tidak dianggap
sebagai salah satu dari sekian banyak entitas dalam dunia ini. Kant menjadikan diri
manusia sebagai satu-satunya entitas dan mampu “menciptakan” dunia, yakni dunia
pengetahuannya sendiri. Kini filsafat berfokus pada manusia yang mampu
menciptakan dunia ini.
“Kemampuan Transenden” dalam filsafat Kant membantu menghasilkan “tugas
filsuf kulit putih”. Anggapan Kant bahwa semua orang sama membuat para filsuf
lainya menyimpulkan bahwa mereka harus mampu menyusun sebuah konsep manusia
universal. Mereka harus mampu mengevaluasi tingkah laku dan kebiasaan masyarakat
di seluruh bumi, lalu menentukan mana yang “beradab” dan mana yang “biadab”
(barbar).
Kaum modern beranggapan bahwa pikiran dan budaya mereka mencerminkan apa
yang rasional dan apa yang manusiawi di seluruh bumi. Para kritikus menyimpulkan
bahwa sikap demikian tidak benar dan dapat menjadi arogansi dan tindakan agresif
demi membuktikan anggapannya.
Filsafat Khan merupakan dasar intelektual bagi dimensi modernisme lainnya, yakni:
pergeseran menuju individualism radikal. Rumusan epistemologinya merupakan versi
yang rumit dari Pencerahan yang meninggikan rasio. Kant yakin, melalui pengamatan,
eksperimen dan penelitian bahwa manusia dapat menemukan kebenaran dalam dunia
ini.
Dunia Kant hanya terdiri atas seorang individu dan sebuah dunia universal
ciptaannya. Filsafatnya menggambarkan seorang individu yang mengetahui dan
menetapkan yang universal,
Pikiran orang modern beranggapan bahwa pengetahuan bersifat pasti, objektif dan
baik. Mereka beranggapan bahwa diri manusia yang rasional dan tidak terpengaruh
apa pun dapat memperoleh pengetahuan itu.
Program pencerahan menolong manusia yang mengenal dirinya sendiri dan alam
semesta melalui metode ilmiah.

14
Pemcerahan ini menghasilkan masyarakat teknologi modern untuk mengatur hidup
secara rasional pada abad ke 20. Inti masyarakat modern adalah keinginan hidup
secara rasional, dengan anggapan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan sarana untuk memajukan kualitas hidup bersama.
Apa pun bentuknya, postmodernisme menolak program Pencerahan, cita-cita
teknologi modern, dan asumsi filsafat yang ada di balik modernisme.

15

Anda mungkin juga menyukai