Anda di halaman 1dari 5

Nama : Indah Dwi Jayanti

Nim : 1903101040
Kelas : 5C
Prodi : S1-Akuntansi

Resume Akuntansi Keuangan Lanjutan 1


Bab 6
A. Penjualan Angsuran
1. Pengertian Penjualan Angsuran

Penjualan angsuran (instalment sales) adalah penjualan yang dilakukan


dengan suatu perjanjian, dimana pembayarannya dilakukan secara bertahap,
yaitu :
 Saat barang diserahkan, pembeli membayar sebagian dari harganya
 Sisanya dibayar beberapa kali angsuran selama jangka waktu tertentu

Karakteristik dari penjualan angsuran adalah sebagai berikut:


 Pada saat perjanjian penjualan angsuran disetujui, pembeli harus
membayar suatu jumlah tertentu yang merupakan uang muka (down
payment) dari sisa harga jualn dibayar angsuran
 Kepada pembeli dibebankan bunga yang biasanya sudah dimasukkan
dalam perhitungan total pembayaran angsuran
 Hak milik atas barang tetap berada ditangan penjual sampai seluruh /
sebagian dari harga jual telah dibayar
 Dalam hal pembeli tidak mampu untuk melunasi semua kewajibannya,
penjual berhak untuk menarik kembali barang yang telah dijual tersebut

2. Prosedur Umum dan Bentuk Perjanjian dalam Penjualan Angsuran

Untuk melakukan penjualan angsuran, pembeli harus memenuhi syarat dan


ketentuan yang telah ditetapkan yaitu berupa surat permohonan penjualan,
dimana surat permohonan penjualan ini berisi tentang data yang besifat umum
yaitu berupa data kuantitatif termasuk indormasi keuangan, jumlah kredit yang
dibutuhkan, jangka waktu dan sebagainya. Adapun prosedur untuk
mendapatkan barang angsuran :
 Pengajuan berkas-berkas
 Penyelidikan berkas pinjaman
 Wawancara 1
 On The Spot
 Wawancara 2
 Keputusan kredit
 Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya
 Realisasi kredit
 Penyaluran / penarikan dana

3. Masalah Yang Timbul Dalam Penjualan Angsuran

Secara garis besar masalah yang timbul sehubungan dengan penjualan


angsuran dapat digolongkan menjadi, Hadori Yunus (1987,6)

 Masalah Non Akuntansi : bagaimana cara untuk menekan risiko terjadinya


kerugian karena adanya pembeli yang tidak sanggup memenuhi
kewajibannya dapat menjadi seminimal mungkin

 Masalah Akuntansi : Masalah akuntansi yang berhubungan dengan


penjualan angsuran pada perusahaan alat rumah tangga dapat
dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
1. Masalah yang berhubungan dengan laba kotor
2. Masalah yang berhubungan dengan cara perhitungan bunga dan
angsuran
3. Masalah yang berhubungan dengan pembatalan penjualan angsuran.
 Masalah yang berhubungan dengan pengakuan laba kotor

 Penyajian Laporan Keuangan Pada Metode Penjualan Angsuran : Dalam


melakukan penjualan angsuran mencakup tentang piutang angsuran, dan
saldo laba kotor yang belum direalisasi atas piutang penjualan angsuran.
Apabila aktiva lancar yang dipegang mencakup sumber daya yang layak
untuk direalisasi menjadi penerimaan kas, maka piutang penjualan
angsuran memenuhi syarat untuk dicantumkan sebagai piutang lancar.
Dalam melaporkan piutang penjualan angsuran akan memberikan
penilaian atau gambaran terhadap neraca mengenai posisi laporan
keuangan perusahaan.

B. Pengakuan Laba Kotor dalam Penjualan Angsuran


Pada dasarnya ada dua cara untuk mengetahui laba kotor dalam penjualan angsuran,
yaitu :
1. Laba kotor diakui pada saat terjadinya penjualan angsuran.
2. Laba kotor diakui sesuai dengan jumlah uang kas yang diterima atas penjualan
angsuran tersebut.

C. Penjualan Angsuran untuk Barang-barang Tak Bergerak


Perbedaan antara harga penjualan dengan harga pokoknya dicatat sebagai “Laba
Kotor yang Belum Direalisasi”. Diakui dengan memindahkan sebagian saldo rekening
“Laba Kotor yang Belum Direalisasi” ke dalam rekening “Realisasi Laba Kotor”.

D. Penjualan Angsuran untuk barang-barang (bergerak)


Prosedur akuntansi untuk penjualan barang dagangan dengan perjanjian angsuran,
pada dasarnya sama dengan cara yang berlaku bagi harta tetap (barang tak bergerak).
Dalam mencatat transaksi penjualan perlu untuk membedakan antara penjualan
regular (regular sales) dan penjualan angsuran (installment sales). Hal ini
sangat penting artinya untuk memberikan data bagi perhitungan laba kotor yang
diakui sebagai hasil penerimaan pembayaran piutang dari penjualan angsuran.

E. Penyajian Laporan Keuangan pada Metode Angsuran


Didalam neraca akan terdapat rekening “Piutang Penjualan Angsuran” dan “Laba
Kotor yang belum direalisasi” yang hubungannya dengan pelaksanaan penjualan
angsuran tertentu. Apabila Piutang Penjualan Angsuran dicatat sebagai aktiva lancar,
maka posisinya sama dengan piutang biasa sehingga dapat diinterpretasikan sebagai
aktiva yang dapat dikonversikan menjadi uang kas dalam siklus operasi normal
perusahaan. Untuk “Laba Kotor yang Belum Direalisasi” didalam neraca dengan
dicantumkan kedalam salah satu dari Kelompok tersebut dibawah ini:
a. Sebagai hutang (liability) dan dilaporkan dibawah kelompok “Pendapatan
Yang Masih Akan Diterima”(deferred revenue).
b. Sebagai rekening penilaian (valuation account) dan mengurangi rekening piutang 
c. Sebagai rekening modal dan dicatat sebagai bagian dari “Laba Yang Ditahan”
(retained earnings).

F. Masalah Pembatalan Kontrak dan Pemilikan Kembali


Apabila si pembeli gagal untuk memenuhi kewajibannya seperti yang tercantum di
dalam surat perjanjian penjualan angsuran, maka barang-barang yang bersangkutan
ditarik dan dimiliki oleh si penjual.Dalam hal ini pencatatan, yang harus dilakukan
dalam buku-buku si penjual, akan menyangkut:
 Pencatatan pemilikan kembali barang dagangan
 Menghapuskan saldo Piutang Penjualan Angsuran atas barang-barang tersebut
 Menghapuskan saldo Laba Kotor Yang Belum Direalisasikan atas penjualan
angsuranyang bersangkutan dan,
 Pencatatan keuntungan atau kerugian karena pemilikan kembali barang-
barangtersebutSebagaimana halnya dengan persoalan pertukaran seperti
diterangkan di muka, makadalam pemilikan kembali barang dagangan juga
diperlukan penilaian kembali harga barangyang bersangkutan. Penilaian kembali
harga barang tersebut, harus mempertimbangkan jugasejumlah keuntungan
normal yang dapat diharapkan apabila barang itu dijual kembali.

G. Trade In dalam Penjualan Angsuran

Apabila dalam penjualan angsuran tersebut tersebut uang muka yang diterima
berupa barang bekas, maka hal ini disebut dengan istilah trade in (tukar tambah).
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam trade in adalah sebagai berikut :
1. Selisih antara harga penilaian (estimated cost) dengan harga pertukaran harus
dicatat dalam rekening cadangan perbedaan harga pertukaran.
2. Harga penilaian (estimated cost) merupakan harga jual barang yang diterima
sebagai uang muka setelah diperbaiki dikurangi beban perbaikan dan taksiran
laba yang diinginkan.
3. Harga pertukaran merupakan harag dari barang yang diterima sebagai uang
muka, dimana harga tersebut merupakan harga yang disepakati dalam
perjanjian trade in.

H. Pembatalan Kontrak dan Pemilikan Kembali

Apabila pembeli tidak bisa memenuhi hutangnya seperti yang tercantum dalam
perjanjian penjualan angsuran, maka pihak penjual berhak memiliki kembali
barang tersebut. Pencatatan yang harus dilakukan oleh penjual sebagai berikut:
1. Mencatatat pemilikan kembali barang tersebut.
2. Menghapuskan saldo piutang penjualan angsuran atas barang tersebut.
3. Menghapuskan saldo laba kotor yang belum direalisir atas barang tersebut.
4. Pencatatat keuntungan/kerugian karena pemilikan kembali barang tersebut.

I. Penghitungan Bunga Dalam Penjualan Angsuran

Kebijakan perhitungan bunga dalam penjualan angsuran pada umumnya


ditetapkan dengan salah satu cara berikut ini:
1. Bunga dihitung dari sisa hutang pada setiap awal periode
2. Bunga dihitung sejak awal perjanjian sampai dengan saat pembayaran
angsuran dikalikan dengan pokok angsurannya.
3. Bunga dihitung dari sisa hutang awal periode angsuran, dimana setiap
angsuran jumlahnya sama (di dalamnya sudah termasuk bunga dan pokok
angsuran)
4. Bunga dihitung dari sisa hutang mula-mula, sehingga jumlah bunganya
sama sejak awal sampai akhir angsur.

Anda mungkin juga menyukai