Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENDARAHAN


POS PARTUM DI VK IGD RSUP NTB

Oleh :

LULUK YUNIANI
057STYJ21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS ILMU KEPERAWATAN
MATARAM
2021
BAB I
TINJUAN PUSTAKA
1. Konsep Perdarahan Post Partum
A. Definisi Perdarahan Postpartum
Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau
lebih setelah kala III selesai setelah plasenta lahir). Fase dalam persalinan
dimulai dari kala I yaitu serviks membuka kurang dari 4 cm sampai
penurunan kepala dimulai, kemudian kala II dimana serviks sudah
membuka lengkap sampai 10 cm atau kepala janin sudah tampak, kemudian
dilanjutkan dengan kala III persalinan yang dimulai dengan lahirnya bayi
dan berakhir dengan pengeluaran plasenta.
Perdarahan postpartum terjadi setelah kala III persalinan selesai
(Saifuddin, 2014). Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan
perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat
wanita jatuh ke dalam syok, ataupun merupakan perdarahan yang menetes
perlahan-lahan tetapi terus menerus dan ini juga berbahaya karena akhirnya
jumlah perdarahan menjadi banyak yang mengakibatkan wanita menjadi
lemas dan juga jatuh dalam syok (Saifuddin, 2014).
B. Etiologi Perdarahan Postpartum
1. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya
miometrium untuk berkontraksi setelah plasenta lahir. Perdarahan
postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi serat-serat
miometrium terutama yang berada di sekitar pembuluh darah yang
mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta (Wiknjosastro,
2006).Kegagalan kontraksi dan retraksi dari serat miometrium dapat
menyebabkan perdarahan yang cepat dan parah serta syok 9
hipovolemik. Kontraksi miometrium yang lemah dapat diakibatkan oleh
kelelahan karena persalinan lama atau persalinan yang terlalu cepat,
terutama jika dirangsang. Selain itu, obat-obatan seperti obat anti-
inflamasi nonsteroid, magnesium sulfat, beta-simpatomimetik, dan
nifedipin juga dapat menghambat kontraksi miometrium.
Penyebab lain adalah situs implantasi plasenta di segmen bawah
rahim, korioamnionitis, endomiometritis, septikemia, hipoksia pada
solusio plasenta, dan hipotermia karena resusitasi masif (Rueda et al.,
2013). Atonia uteri merupakan penyebab paling banyak PPP, hingga
sekitar 70% kasus. Atonia dapat terjadi setelah persalinan vaginal,
persalinan operatif ataupun persalinan abdominal. Penelitian sejauh ini
membuktikan bahwa atonia uteri lebih tinggi pada persalinan abdominal
dibandingkan vaginal.
2. Laserasi jalan lahir
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan
trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif dan traumatik
akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan
memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap.
Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan
perineum, trauma forsep atau vakum ekstraksi, atau karena versi
ekstraksi (Prawirohardjo, 2010).
Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan yaitu
(Rohani, Saswita dan Marisah, 2011):
a. Derajat satu Robekan mengenai mukosa vagina dan kulit perineum.
b. Derajat dua Robekan mengenai mukosa vagina, kulit, dan otot
perineum
c. Derajat tiga Robekan mengenai mukosa vagina, kulit perineum, otot
perineum, dan otot sfingter ani eksternal.
d. Derajat empat Robekan mengenai mukosa vagina, kulit perineum,
otot perineum, otot sfingter ani eksternal, dan mukosa rektum.
3. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah plasenta belum lahir hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal ini disebabkan karena
plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi
belum dilahirkan. Retensio plasenta merupakan etiologi tersering kedua
dari perdarahan postpartum (20% - 30% kasus). Kejadian ini harus
didiagnosis secara dini karena retensio plasenta sering dikaitkan dengan
atonia uteri untuk diagnosis utama sehingga dapat membuat kesalahan
diagnosis. Pada retensio 11 plasenta, resiko untuk mengalami PPP 6 kali
lipat pada persalinan normal (Ramadhani, 2011).
Terdapat jenis retensio plasenta antara lain (Saifuddin, 2002) :
a. Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot
korion plasenta sehingga menyebabkan mekanisme separasi
fisiologis.
b. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
memasuki sebagian lapisan miometrium.
c. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan serosa dinding uterus.
d. Plasenta perkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta
yang menembus serosa dinding uterus.
e. Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam
kavum uteri, disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.

C. Patofisiologi Perdarahan Post Partum


Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah, didalam
uterus masih terbuka. Pelepasan plasenta memutuskan pembuluh darah
dalam stratum spongiosum, sehingga sinus-sinus maternalis, ditempat
insersinya plasenta terbuka. Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh
darah yang terbuka tersebut akan menutup, kemudian pembuluh darah
tersumbat oleh bekuan darah sehingga perdarahan akan terhenti. Adanya
gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus, akan menghambat penutupan
pembuluh darah dan menyebabkan perdarahan yang banyak. Keadaan
demikian menjadi faktor utama penyebab perdarahan paska persalinan.
Perlukaan yang luas akan menambah perdarahan seperti robekan servix,
vagina dan perinium.
D. pathway

DIC/gg.koagulasi
Atoni uterus Laserasi jalan lahir

Uterus tidak Robekan jalan Robekan Plasma beku


berkontraksi dan lahir dinding vagina
lembek

perdarahan trombositopenia
histrektomi nyeri

500-600 cc/24jam Luka insisi Gg. Rasa


nyaman nyeri Transfuse
trombosit
Suply darah HB & Fe
Resti infeksi

Syok hipovolemia anemia


psikologis

Defisit volume kelemhan trauma


cairan

Intoleransi takut
aktivitas

ansietas
Ekstremitas
dingin,
TD, HR mualmuntah

Gg. Perfusi Gg. Nutriis


jaringan kurang dari
kebutuhan tubuh
E. Klasifikasi Perdarahan Postpartum
Klasifikasi klinis perdarahan postpartum yaitu (Manuaba, 2008)
1. Perdarahan Postpartum Primer yaitu perdarahan postpartum yang terjadi
dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utama perdarahan
postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta,
robekan jalan lahir dan inversio uteri.
2. Perdarahan Postpartum Sekunder yaitu perdarahan postpartum yang
terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran. Perdarahan postpartum 13
sekunder disebabkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak baik,
atau sisa plasenta yang tertinggal.

F. Faktor Risiko Perdarahan Postpartum


Faktor risiko PPP dapat ada saat sebelum kehamilan, saat kehamilan,
dan saat. Faktor risiko selama kehamilan meliputi usia, indeks massa tubuh,
riwayat perdarahan postpartum, kehamilan ganda, plasenta previa,
preeklampsia, dan penggunaan antibiotik. Sedangkan untuk faktor risiko
saat persalinan meliputi plasenta previa anterior, plasenta previa mayor,
peningkatan suhu tubuh >37⁰C, korioamnionitis, dan retensio plasenta
(Briley etal., 2014).
Meningkatnya usia ibu merupakan faktor independen terjadinya PPP.
Pada usia lebih tua jumlah perdarahan lebih besar pada persalinan sesar
dibanding persalinan vaginal. Secara konsisten penelitian menunjukkan
bahwa ibu yang hamil kembar memiliki 3-4 kali kemungkinan untuk
mengalami PPP (Anderson, 2008). Perdarahan postpartum juga
berhubungan dengan obesitas. Risiko perdarahan akan meningkat dengan
meningkatnya indeks massa tubuh. Pada wanita dengan indeks massa tubuh
lebih dari 40 memiliki resiko sebesar 5,2% dengan persalinan normal.
G. Gejala Klinik Perdarahan Postpartum
Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah sebelum
hamil, derajat hipervolemia-terinduksi kehamilan, dan derajat anemia saat
persalinan. Gambaran PPP yang dapat mengecohkan adalah kegagalan nadi
dan tekanan darah untuk mengalami perubahan besar sampai terjadi
kehilangan darah sangat banyak. Kehilangan banyak darah tersebut
menimbulkan tandatanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain (Wiknjosastro,
2012).
Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah sebelum
hamil, derajat hipervolemia-terinduksi kehamilan, dan derajat anemia saat
persalinan. Gambaran PPP yang dapat mengecohkan adalah kegagalan nadi
dan tekanan darah untuk mengalami perubahan besar sampai terjadi
kehilangan darah sangat banyak. Kehilangan banyak darah tersebut
menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain (Wiknjosastro,
2006; Cunningham, 2005).

H. Penatalaksanaan Perdarahan Post Partum


Penanganan pasien dengan PPP memiliki dua komponen utama yaitu
resusitasi dan pengelolaan perdarahan obstetri yang mungkin disertai syok
hipovolemik dan identifikasi serta pengelolaan penyebab dari perdarahan.
Keberhasilan pengelolaan perdarahan postpartum mengharuskan kedua
komponen secara simultan dan sistematis ditangani (Edhi, 2013).
Penggunaan uterotonika (oksitosin saja sebagai pilihan pertama)
memainkan peran sentral dalam penatalaksanaan perdarahan postpartum.
Pijat rahim disarankan segera setelah diagnosis dan resusitasi cairan
kristaloid isotonik juga dianjurkan. Penggunaan asam traneksamat
disarankan pada kasus perdarahan yang sulit diatasi atau perdarahan tetap
terkait trauma. Jika terdapat perdarahan yang terusmenerus dan sumber
perdarahan diketahui, embolisasi arteri uterus harus dipertimbangkan.
Jika kala tiga berlangsung lebih dari 30 menit, peregangan tali pusat
terkendali dan pemberian oksitosin (10 IU) IV/IM dapat digunakan untuk
menangani retensio plasenta. Jika perdarahan berlanjut, meskipun 17
penanganan dengan uterotonika dan intervensi konservatif lainnya telah
dilakukan, intervensi bedah harus dilakukan tanpa penundaan lebih lanjut
(WHO, 2012).

I. Pencegahan Perdarahan Post Partum


Klasifikasi kehamilan risiko rendah dan risiko tinggi akan
memudahkan penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk menata strategi
pelayanan ibu hamil saat perawatan antenatal dan melahirkan. Akan tetapi,
pada saat proses persalinan, semua kehamilan mempunyai risiko untuk
terjadinya patologi persalinan, salah satunya adalah PPP (Prawirohardjo,
2014).
Pencegahan PPP dapat dilakukan dengan manajemen aktif kala III.
Manajemen aktif kala III adalah kombinasi dari pemberian uterotonika
segera setelah bayi lahir, peregangan tali pusat terkendali, dan melahirkan
plasenta. Setiap komponen dalam manajemen aktif kala III mempunyai
peran dalam pencegahan perdarahan postpartum (Edhi, 2013).
Semua wanita melahirkan harus diberikan uterotonika selama kala
III persalinan untuk mencegah perdarahan postpartum. Oksitosin (IM/IV 10
IU) direkomendasikan sebagai uterotonika pilihan. Uterotonika injeksi
lainnya dan misoprostol direkomendasikan sebagai alternatif untuk
pencegahan perdarahan postpartum ketika oksitosin tidak tersedia.
Peregangan tali pusat terkendali harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang terlatih 18 dalam menangani persalinan. Penarikan tali pusat lebih
awal yaitu kurang dari satu menit setelah bayi lahir tidak disarankan (WHO,
2012).
BAB II
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Data Fokus Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses
keperawatan secara keseluruhan. Tahap pengkajian keperawatan pada klien
dengan kelainan pendarahan pos partum sama seperti pada kasus keperawatan
lainnya yaitu terdiri dari dua tahap : 

a. Pengumpulan Data
1) Identitas klien 
Identitas klien terdiri dari :
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Diagnosa medis :
Tanggal masuk rumah sakit :
Tanggal pengkajian. :
2) Penanggung jawab
Identitas penanggung jawab terdiri dari :
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hubungan dengan klien :
Alamat :
b. Riwayat Kesehatan Klien.
1) Alasan Masuk Perawatan.
2) Keluhan Utama : Keluhan utama diambil dari data subjektif atau
objektif yang paling menonjol yang dialami oleh klien. Keluhan utama
pada klien peritonitis ialah nyeri di daerah abdomen, mual, muntah,
demam (Brunner & Suddarth, 2012).
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
P (Paliatif) : Faktor pencetus /penyebab yang dapat memperingan
dan memperberat keluhan klien
Q (Qualitas) : Menggambarkan seperti apa keluhan dirasakan.
R (Region) : Mengetahui lokasi dari keluhan yang dirasakan,
apakah keluhan itu menyebar atau mempengaruhi area
lain.
S (Severity) : Merupakan skala/intensitas keluhan.
T (Time) : Waktu dimana keluhan itu dirasakan.
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Perlu dikaji apakah pasien pernah menderita penyakit yang sama, riwayat
ketergantungan  terhadap makanan/minuman, zat dan obat-obatan.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan pasien.
f. Pola Aktivitas Harian
1) Pola Nutrisi
2) Pola Eliminasi
3) Pola Istirahat dan Tidur
4) Pola Personal Hygiene
5) Pola Aktivitas 
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
2) Pemeriksaan Fisik Persistem
a) Sistem Pernafasan : Kepatenan jalan nafas, kedalaman, frekuensi
dan karakter pernafasan, sifat dan bunyi nafas merupakan hal yang
harus dikaji pada klien dengan post operasi (Brunner & Suddarth,
2012).
b) Sistem Kardiovaskuler : Pada klien post perasi biasanya ditemukan
tanda-tanda syok seperti takikardi, berkeringat, pucat, ipotensi, dan
penurunan suhu tubuh
c) Sistem Gastrointestinal : Ditemukan distensi abdomen, kembung
(penumpukan gas), mukosa bibir kering, penurunan peristaltik usus
juga biasanya ditemukan muntah dan konstipasi akibat
pembedahan. 
d) Sistem Perkemihan : Terjadi penurunan haluaran urine dan warna
urine menjadi pekat/gelap, terdapat distensi kandung kemih dan
retensi urine.
e) Sistem Muskuloskeletal
f) Sistem Neurologi
3) Aspek Psikologis
a) Status Emosional
b) Konsep Diri
c) Body Image / Gambaran Diri
d) Peran
e) Aspek Spiritual
4) Data Penunjang
Data penunjang ini terdiri dari farmakotherapi/obat-obatan yang
diberikan kepada klien, serta prosedur diagnostik yang dilakukan
kepada klien seperti pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan
Rontgen.
B. Analisa data
Symptom Etiologi Masalah
keperawatan
Ds : atonia uterus Intoleransi aktivitas
Pasien mengeluh lelah,
merasa kurang tenaga uterus tidak
Do : berkontraksi dan
1. Tidak mampu lembek
pempertahankan pendarahan
diri 500-600 cc/24 jam
2. Tampak lesu Supply darah
HP & Fe2+
Anemia
Kelemahan

Intoleransi aktivitas
Ds : Laserasi jalan lahir ansietas
Pasien meras bingung
dengan kondisinya saat ini, Robekan dinding
merasa khwatir dengan vagina
akibat dari kondisi yang
dihadapi. Psikologis
Do :
1. Pasien merasa trauma
pusing
2. Merasa tidak takut
berdaya

ansietas

C. Diagnose keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan yang di tandai
dengan pasien mengeluh lelah, merasa kurang tenaga
2. Ansietas berhubungan dengan takut yang ditandai dengan pasien merasa
binggung dengan kondisinya saat ini

D. Intervensi keperawatan
Dx Tujuan dan kreteria hasil Intervensi
1 Luaran 1. Dukungan ambulasi
1. Toleransi aktivitas 2. Dukungan perawatan diri
Kreteria hasil 3. Dukungan tidur
1. Kemudahan dalam melakukan 4. Pemberian obat
aktivitas sehari hari menurun 5. Pemberianobat oral
2. Kecepatan berjalan menurun 6. Promosi dukungan keluarga
3. Kekuatan tubuh bagian bawah
sedang
4. Perasaanlemah meningkat
5. Tekanana darah membaik
6. Frekuensi nafas membaik
2 Luaran 1. Identifikasi saat tingkat
1. ansietas ansietas berubah
Kreteria hasil 2. Identifikasi kemampuan
1. Verbalisasi kebinggungan mengambilkeputusan
menurun 3. Monitor tanda - tanda
2. Verbalisasi yang khwatir akibat ansietas
kondisinya yang dihadapi 4. Ciptakan suasanan terapeutik
menurun untukmenumbuhkankeperca
3. Perilaku gelisah menurun yaan
4. Perilaku tegang menurun 5. Temanin pasien untuk
5. Frekuensi pernapasan menuurn mengurangi kecemasan
6. Frekuensi nadi menuurn 6. Dengarkan dengan penuh
7. Tekanan darah menuurn perhatian
7. Gunakan pendekatann yang
tenang dan menyakinkan
8. motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
9. anjurkan keluarga untuk
tetap bersamapasien
10. latih tehnik relaksasi

E. Impelementasi
Implementasi merupakan tahap pelaksanaan dari intervensi yang sudah
di tentukan sebelumnya. Setelah melakukan intervensi keperawatan, tahap
selanjutnya adalah mencatat intervensi yang telah dilakukan dan evaluasi
respon klien ( Suhardi Mardiyanto, 2013).
F. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan langkah terakhir dalam proses
keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus-menerus
dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan
lainnya (Suhardi Mardiyanto, 2010).

DAFTAR PUSTAKA
Saifudi, Aziz., 2014. Senyawa Alam Metabolit Sekunder (Teori, Konsep Dan
Teknik Permunian), Deepunlish.

Ruda et al. Severe postpartum hemorrhage from uterineantony : A multicentric


study. Journal of pregnancy;2013
Prawiroharjdo, sarwono. 2010, Buku Acuannasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonanal. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Hamdani. 2011. Strategi Belaar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : DefinisI dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1, Jakarta DPP PPNI

PPNI (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : DefinisI dan Indikator


Diagnostik Edisi 1, Jakarta DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai