Anda di halaman 1dari 4

Study Case Financial Technology

Era super smart society (society 5.0) diperkenalkan oleh Pemerintah Jepang pada 2019 lalu, yang

dibuat sebagai antisipasi dari gejolak disrupsi akibat revolusi industri 4.0, hal ini menyebabkan

ketidakpastian yang kompleks dan ambigu. Pada era Society 5.0, sering disebut juga masa dimana

teknologi-teknologi ini menjadi bagian dari manusia. Apalagi dengan hadirnya smartphone di

tengah-tengah masyarakat, berbagai kegiatan seperti, memesan makanan, mengirim uang dan

mengajukan pinjaman dapat dilakukan dengan mengandalkan kecanggihan smartphone serta

jaringan internet. Aktivitas di sektor keuangan yang semakin meningkat, juga mau tidak mau harus

melibatkan penggunaan teknologi. Itulah mengapa istilah fintech keberadaannya semakin

menjamur di era milenial saat ini.

Dikutip dari Fintech Weekly, financial technology (fintech) adalah suatu bentuk usaha yang

menyediakan layanan finansial dengan menggabungkan perangkat lunak serta teknologi modern.

Tujuannya adalah memudahkan masyarakat dalam mengakses produk keuangan serta

menyederhanakan proses transaksi. Karena kemudahan dan kecepatannya, fintech menjadi sangat

populer di kalangan generasi millennial dan dapat diprediksi akan terus berkembang kedepannya.

Jokowi juga menjelaskan selama ini industri fintech telah memberikan kontribusi positif bagi

perekonomian Indonesia. Pada tahun 2020, kontribusi fintech pada penyaluran pinjaman nasional
mencapai Rp 128,7 triliun, meningkat 113% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun

lalu. Berdasarkan data tersebut timbul beberapa pertanyaan yang muncul yaitu, apakah kita sudah

memahami definisi dan manfaat dari fintech itu sendiri? apakah masyarakat Indonesia sudah

menggunakan fintech dalam kehidupan sehari-harinya? bagaimana dampak yang mereka rasakan?

Dikutip dari Katadata.co.id, Jokowi mengatakan bahwa literasi keuangan digital masyarakat RI

baru mencapai 35,5%. Selain itu, jumlah masyarakat yang menggunakan layanan digital masih

sedikit, hanya 31,26% dari total masyarakat di Indonesia. Di sisi lain, indeks inklusi keuangan

Indonesia masih sangat tertinggal jika dibandingkan dengan negara tetangga lainnya. Contohnya,

Pada 2019, indeks inklusi keuangan di Indonesia mencapai 76%, hal ini lebih rendah jika

dibandingkan dengan Singapura yang mana sebesar 86%, lalu Malaysia 85%, dan disusul dengan

Thailand 82%.

"Masih banyak masyarakat yang pakai layanan keuangan informal," kata Jokowi saat menghadiri

pembukaan Indonesia Fintech Summit 2020

Oleh sebab itu Presiden berharap, agar perusahaan financial technology (fintech) bukan hanya

berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan pembayaran online saja, namun juga menjadi penggerak

utama dalam meningkatkan literasi keuangan digital di masyarakat. Harapannya, mereka dapat
menjadi pendamping keuangan di masyarakat serta memperluas peran usaha mikro, kecil, dan

menengah (UMKM) dalam akses pemasaran e-commerce.

Sumber :

https://katadata.co.id/ameidyonasution/berita/5fac4a1893be8/literasi-keuangan-digital-rendah-

jokowi-minta-fintech-perluas-peran

http://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/menyiapkan-pendidik-profesional-di-era-society-50

https://blog.investree.id/marketplace-lending/fintech-menurut-bank-indonesia-kenali-jenis-dan-

manfaatnya/

https://www.modalrakyat.id/blog/inilah-5-manfaat-fintech-bagi-masyarakat-di-era-modern

Pertanyaan :

Sebagai anak muda bangsa Indonesia menurut kalian langkah apa yang paling tepat yang bisa

kalian lakukan guna meningkatkan literasi keuangan digital untuk merealisasikan era society 5.0
di masa depan (dikaitkan dengan penggunaan financial technology pada kehidupan sehari-hari dan

kehidupan bermasyarakat)?

Anda mungkin juga menyukai