a. Latar Belakang
ekstra keras dan membutuhkan kemauan politik yang sangat besar dan serius dari
pemerintah yang berkuasa. Politik pemberantasan korupsi itu sendiri tercermin dari
kejahatan luar biasa (extra ordinary crime), secara umum memiliki ciri-ciri sebagai
berikut, yaitu :
2) korbannya bisa siapa saja karena tidak memilih target atau korban (random
b. Sejarah
zaman Multatuli, yaitu pada saat penyalahgunaan jabatan masih marak terjadi. Saat
yang dilakukan oleh Bupati Lebak dan Wedana Parangkujang (Banten Selatan) kepada
atasannya dan meminta supaya ter-hadap mereka ini dilakukan pengusutan. Menurut
1
Multatuli, Bupati tersebut telah menggunakan kekuasaannya melebihi apa yang
Kejahatan yang timbul adalah suatu bentuk onderdanigheid, yaitu sikap tunduk dari
penduduk yang semasa itu sedang dilingkupi penindasan dan sikap semena-mena oleh
Peperpu/013/1950
e. TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
f. UU No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara negara yang Bersih dan Bebas
h. UU No.20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No.31 Tahun 1999 tentang
l. PP No. 71 Tahun 2000 tentang Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan
Manusia sebagai subjek hukum memiliki arti bahwa manusia memiliki hak dan
kewajiban baik yang sudah ada sejak lahir hingga mati ataupun yang timbul sewaktu-
Badan hukum adalah organisasi atau kelompok manusia yang mempunyai tujuan
tertentu yang dapat menyandang hak dan kewajiban. Negara dan perseroan terbatas
misalnya, adalah organisasi atau kelompok manusia yang merupakan badan hukum
Menilik pada sejarahnya, suatu tindak pidana biasanya hanya dapat dilakukan oleh
subjek hukum manusia saja. Fenomena ini selaras dengan ketentuan yang termuat
dalam KUHP bahwa hanya manusia saja (yang tercermin dalam kata-kata “barang
siapa”) yang dapat dijatuhi pidana, baik dalam bentuk penjara, kurungan,maupun
denda atau jenis-jenis pidana lainnya. Namun seiring dengan perkembangan zaman,
ternyata mulai didapati pula tindak pidanayang dilakukan oleh korporasi sebagai
badan hukum.
Pasal 20 ayat (2) UU No. 31 Tahun 1999 menyatakan bahwa “Tindak pidana korupsi
dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh orang-orang
Dalam perkembangannya tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat banyak pasal dari UU
No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 yang secara mutlak diambil dari KUHP.
3
5. Delik-Delik Tindak Pidana Korupsi
Terdapat 13 pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 yang
mengatur mengenai tindak pidana korupsi, yang mana dapat dikerucutkan menjadi 7
b. Suap.
e. Perbuatan curang.
g. Gratifikasi.
Selain delik korupsi utama yang diatur dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 15, undang-
undang juga mengatur tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi
Pada dasarnya KPK menganut bahwa sifat melawan hukum dalam tindak pidana
korupsi ada dua, materiil dan formil. Tidak bisa hanya salah satu saja misalnya sifat
masyarakat. Perlu ditegaskan juga aturan hukum formil yang dilanggar, sehingga ala-
san yuridis untuk memidanakan seseorang menjadi kuat dan tidak sewenang-wenang.
4
B. TINDAK PIDANA KORUPSI FORMIL
Istilah Sistem Peradilan Pidana, atau Criminal Justice Sistem pertama kali digagas oleh
Frank Remington pada tahun 1958 sebagai suatu “rekayasa” administrasi peradilan
Korupsi
Dalam rangka menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam mengungkap suatu tindak pidana,
maka diperlukan suatu mekanisme yang mampu membuat suasana aman dan kondusif bagi para
pelapor yang hendak menyampaikan suatu fakta. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan
sebuah perlindungan hukum dan keamanan kepada setiap orang yang mengetahui atau
menemukan suatu hal yang dapat membantu mengungkap tindak pidana yang telah terjadi agar
Sebagai tindak lanjut atas TAP MPR tersebut, maka diterbitkanlah Undang-Undang No.
28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme pada tanggal 19 Mei 1999. Selain itu, Undang-Undang No. 3
5
Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dinilai memiliki
KPK adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. KPK memiliki
beberapa tugas dan wewenang yang diatur dalam Pasal 6-14 UU No. 30 Tahun 2002
Lebih lanjut, berdasarkan Pasal 21 UU No.30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberan-
tasan Tindak Pidana Korupsi, KPK terdiri atas Pimpinan KPK yang terdiri atas 5
anggota KPK, Tim Penasihat yang terdiri dari 4 anggota dan Pegawai KPK sebagai
pelaksana tugas.
Pemberantasan korupsi adalah upaya yang mengusik zona nyaman. Maka dari itu dalam
kurun waktu 15 tahun sejak KPK didirikan, sering kali upaya pemberantasan korupsi
Berikut adalah beberapa hambatan dan tantangan pemberantasan korupsi oleh KPK.
a. Bidang dan Subbidang Organisasi KPK yang Diatur Rigid dalam UU KPK