Pada bab ini akan disajikan pembahasan berdasarkan hasil penelitian dengan judul
“Melatihkan Keterampilan Komunikasi dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Number Head Together Pada Materi Larutan Asam Basa Untuk Sisswa Kelas XI MIPA”
yang dilaksanan dengan menggunakan desain penelitian one group pretest-postest desaign.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Krian Sidoarjo dengan kelas yang telah
ditentukan langsung oleh guru mata pelajaran kimia agar mendapatkan jadwal yang sesuai.
Jenis penelitian yang digunakan adalah merupakan penelitian pre-eksperimental yaitu peneliti
hanya menggunakan satu kelas untuk subjek peneletian tanpa menggunakan kelas kontrol.
Pengambilan data dilaksanakan pada kelas XI MIPA dengan jumlah peserta didik sebanyak
36 orang. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti bertindak sebagai guru dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) untuk
melatihkan keterampilan komunikasi peserta didik pada proses Kegiatan Belajar Mengahar
(KBM).
Pelaksanaan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatiftipe NHT
yang dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuannya 2x45
menit dan dilaksanakan pada tanggal................ Dalam pelaksaannya diberikan pretest
terlebih dahulu sebelum diterapkannya perlakuan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe
Number Head Together dan postest akan diberikan setelah diterapkannya model
pembelajaran Kooperatif tipe Number Head Together yang bertujuan untuk sebagai data
pendukung penelitian. Pada kegiatan pembelajaran berlangsung dengan 8 orang pengamat
yang difokuskan pada 8 kelompok yang dipilih secara heterogen, dimana 2 orang pengamat
yang terdiri dari satu orang guru kimia SMAN 1 Krian Sidoarjo dan satu orang mahapeserta
didik jurusan kimia UNESA yang bertugas untuk mengamati keterlaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Enam orang lainnya yang juga merupakan mahapeserta
didik UNESA memiliki tugas yang berbeda diantaranya satu orang mahapeserta didik
bertugas mengamati jalannya aktivitas yang dilakukan peserta didik selama pembelajaran
berlangsung. Empat orang pengamat bertugas mengamati keterampilan komunikasi peserta
didik dimana masing-masing pengamat memegang dua kelompok, sedangkan untuk satu
orang pengamat lainnya bertugas untuk merekam setiap ada peserta didik yang bertanya dan
berpendapat selama pembelajaran berlangsung. Berikut Tabel 4.1. mengenai rincian jadwal
pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan beserta data yang diperoleh.
Tabel 4.1. Rincian Pelaksanaan Penelitian
No Hari/Tanggal Kegiatan Data yang diperoleh Alokasi waktu
.
1. Pretest dan Kegiatan 1. Hasil Pre-tets peserta 2 JP
Belajar Mengajar didik
(KBM) materi asam 2. Keterlaksanaan
basa menggunakan model pembelajaran
model pembelajaran 3. Aktivitas peserta
kooperatif tipe NHT didik
4. Keterampilan
komunikasi peserta
didik.
2. 1. Keterlaksanaan 2 JP
model pembelajaran
2. Aktivitas peserta
KBM didik
3. Keterampilan
komunikasi peserta
didik.
3. 1. Keterlaksanaan 2 JP
model pembelajaran
2. Aktivitas peserta
KBM didik
3. Keterampilan
komunikasi peserta
didik.
4. 1. Hasil belajar peserta 1 JP
Post-test
didik
Telaah perangkat pembelajaran beserta instrumen penelitian dilakukan ileh satu dosen
kimia dan divalidasi oleh dua dosen kimia sehingga diperoleh data persentase hasil validasi
pada tabel 4.2. suatu perangkat pembelajaran dapat digunakan untuk kepentingan penelitian
apabila masukke dalam kategori minimal layak. Pada tabel tersebut menyatakan bahwa
perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian yang telah dibuat dapat digunakan untuk
kepentingan penelitian.
Adapun deskripsi hasil dari penilaian para validator pada Tabel 4.2, sebagai berikut:
a. Silabus
Diperoleh skor sebanyak ..... dengan persentase ......... sehingga perangkat silabus
masuk ke dalam kategori ........ . Saran yang diberikan oleh dua validator yaitu..................
. Penilaian validator secara umum mengenai silabus ini dapat digunakan dengan ......... .
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Secara umum isi dari RPP dapat dikatakan ............... dengan persentase .......... . skor
rata-rata yang diperoleh dari RPP sebanyak tiga kali pertemuan oleh dua validator
sebanya ........ dari ........ skor maksimum. Sehingga secara umum RPP dapat digumakam
dengan ........... .
c. Lembar Kerja Peserta didik (LKS)
Rata-rata penilaian/skor validator dari ketiga LKS adalah ...... dengan persentase
nilai .... sehingga masuk ke dalam kategori ................ . Deskripsi penilaian validator rata-
rata dapat digunakan dengan ............ .
d. Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Sintaks Model Pembelajaran
Persentase dari instrumen ini yaitu .......... dan masuk ke ddalam kategori .......... .
Masukan dari validator yaitu supaya memperbaiki rubrik agar menjadi lebih logis dan
jelas. Secara umum lembar pembelajaran dapat digunakan dengan revisi kecil.
e. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik
Lembar pengamatan aktivitas peserta didik layak digunakan dengan penilaian .............
dengan persentase ............ dalam kategori layak. Sehingga secara umum mengenai
lembar pengamatan aktivitas peserta didik dapat digunakan dengan ............... .
f. Lembar kisi-kisi soal pre-test dan post-test
Untuk kisis-kisi soal pre-test dan post-test diperoleh persentase sebesar .... sehinggga
masuk ke dalam kategori ............. dan dapat digunakan dengan .......... .
Berdasarkan rincian Tabel 4.1, diperoleh data hasil penelitian danpembahasan yang
menunjang hasil penelitian. Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dijabarkan,
diperoleh hasil penelitian dan pembahasan sebagai berikut:
Berdasarkan data pada Tabel 4.4 diketahui bahwa kegiatan pembelajaran telah
dilakukan sesuai dengan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk melatihkan
keterampilan komunikasi. Dimana prinsip pembelajaran kooperatif menurut Nur (2011) yaitu
peserta didik harus saling membantu untuk memahami konsep-konsep yang sulit
menumbuhkan kerja sama, berfikir kritis serta membantutemannya, memastikan bahwa
seluruh anggota mengetahuijawaban berdasarkan kesepakatan berkelompok. Persentase
waktu pada aspek mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru pada setiap pertemuan
berturut-turut sebesar ....,......,......% dari total waktu. Nilai tersebut merupakan hasil
akumulasi dari kegiatan yang peserta didik lakukan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Kegiatan yang termasuk dalam aspek memperhatikan penjelasan guru yaitu,
melakukan kerja kelompok sesuai dengan petunjuk guru, mendengarkan instruksi yang
diberikan guru, dan mengajukan pertanyaan atau pendapat berdasarkan penjelasan guru.
Guru dan peserta didik dapat berperan sebgai komunikator atau pemberi pesan. Guru
berperan sebagai komunikatir ketika memberikan motivasi, konsep dan instruksi kepada
peserta didik selama kegiatan pembelajaran. Peserta didik dapat berperan sebagai
komunikator ketika mengajukan pendapat atau pertanyaan berdasarkan jawaban kelompok
lain atau guru. komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling memengaruhi saru
sama lainnya (Cangara, 2012), kominikasi dalam kegiatan pembelajaean bertujuan untuk
memberi tahu dan mengubah sikap, pemdapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan,
maupun tak langsung melalui media (Effendy,1986).
Aktivitas peserta didik yang mencerminkan penerapan model pembelajaran kooperatif
yaitu, bertukar pendapat selama kegiatan diskusi kelompok, mengkomunikasikan hasil
diskusi kelompok, mengajukan pendapat atau pertanyaan berdasarkan jawaban kelompok lain
(Lie, 2002). Rata-rata persentase waktu yang digunakan peserta didik untuk melakukan
aktivitas yang mencerminkan model pembelajaran kooperatif bertururt-turut sebesar ....%,......
%,......% dari total waktu.
Aktivitas yang mencermikan melatihkan keterampilan komunikasi pada peserta didik
terdapat pada aspek mengajukan pertanyaan atau pendapatberdasarkan motivasi yang
diberikan, mengajukan pertanyaan mengenai konsep yang kurang dipahami, guru
memberikan motivasi pada setiap pertemuan. Motivasi ini diharapkan mampu meningkatkan
aktivitas peserta didikdalam berpendapat atau bertanya. Peserta didik yang termotivasi untuk
belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari suatu
materi, sehingga akan menyerap dan mengedepankan materi tersebut dengan lebih baik
(Arends, 2008).
Persentase yang diperoleh pada aspek kedua ini mengalami penurunan pada
pertemuan 2 dan 3. Hal ini dikarenakan peserta didik kurang terbiasa dalam membuat
rumusan masalah dan hipotesis berdasarkan motivasi yang diberikan pada pertemuan 2 dan 3.
Peserta didik kesulitan dalam membuat rumusan masalah dan hipotesis, sehingga guru
berupaya untuk membantu peserta didik dalam merumuskan masalah dan hipotesis.
Persentase yang diperoleh pada aspek mengajukan pertanyaan mengenai konsep yang
kurang dipahami dan mengajukan pendapat berdasarkan jawaban kelompok lain mengalami
penurunan pada pertemuan 2 dan 3. Penurunan tersebut dikarenakan meningkatnya aktivitas
peserta didik yang tidak relevan pada pertemuan 2 dan 3. Peserta didik banyak melakukan
aktivitas tidak relevan seperti, bermain handphone dan bergurau pada pertemuan 2 sedangkan
pada pertemuan 3 peserta didik melakukan aktivitas tidak relevan seperti, mengantuk dan
bergurau. Aktivitas tidak relevan yang paling mencolok pada pertemuan 2 dan 3 yaitu,
peserta didik membuat gaduh ketika gruru menunjuk salah satu peserta didik untuk mewakili
kelompoknya dalam menjawab pertanyaan pada LKS. Peserta didik berebut untuk menjawab
pertanyaan pada LKS, sehingga suasana kelas menjadi tidak kondusif, guru telah
memberikan instruksi kepada peserta didik untuk tidak berebut menjawab pertanyaan dan
menjaga ketenangan kelas namun, peserta didik kurang memperhatikan dan mematuhi
instruksi tersebut, sehingga suasana kegiatan pembelajaran menjadi tidak kondusif.
Model pembelajaran kooperatif secara tidak langsung dapat melatihkan keterampilan
komunikasi peserta didik dalam kelompoknya. Hal ini ditunjukkan dengan persentase selama
kegiatan diskusi kelompok pada setiap pertemuan yang mengalami peningkatan. Persentase
aktivitas peserta didik berturut-turut sebesar 28,99%; 29,00%; 29,15%. Persentase ini
menunjukkan bahwa peserta didik berdiskusi dan berkomunikasi dengan baik dalam
mengerjakan soal-soal pada LKS. Hal ini sesuai dengan prinsip model pembelajaran
kooperatif. Model pembelajaran kooperatif mengharuskan peserta didik untuk terlibat secara
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru dalam kegiatan pembelajaran adalah
membantu peserta didik menemukan pengetahuannya. Peserta didik dapat memperoleh
pengetahuan tersebut dengan cara kerja kelompok untuk memahami konsep yang sulit (NUR,
2011). Kerja kelompok akan mencapai hasil yang maksimal jika terjadi komunikasi yang
baik dan peserta didik mampu bertanggung jawab dalam kelompok tersebut (Lie, 2002).
Aktivitas lain yang merupakan indikator melatihkan keterampilan komunikasi ketika
peserta didik mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok. Guru memanggil salah satu nomor
kepala untuk mewakilli kemlompoknya dalam menjawab pertanyaan pada LKS. Kemudian,
peserta didik dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor tersenut mengangkat
tangannya dan memberikan jawaban di hadapan peserta didik lain. Peserta didik yang
memiliki jawaban yang berbeda dapat berpendapat sehingga tertjadi diskusi antar kelompok.
Diskusi tersebut dapat digunakan untuk melatih keterampilan komunikasi pada peserta didik.
Hal tersebut sesuai dengan tujuan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dapat
digunakan untuk melatih keterampilan komunikasi pada peserta didik (Arend, 2088).
Persentase waktu yang diperoleh berturut-turut sebesar ....%;....%;.....%.
Peserta didik juga dilatih keterampilan komunikasi pada aspek mengajukan pendapat
atau pertanyaan berdasarkan jawaban kelompok lain. Persentase waktu yang diperoleh
berturut-turut sebesar ....%;....%;.........%.
Aktivitas yang mendominasi pada pertemuan 1,2 dan 3 adalah aktivitas yang
mencerminkan pembelajaran kooperatif tipe NHT serta aktivitas yang melatihkan
keterampilan komunikasi peserta didik. Persentase waktu yang mencerminkan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk melatihkan keterampilan komunikasi peserta didik
berturut-turut sebesar ......%;....%;.....%. Haail ini menunjukkan bahwa modl pembelajaran
kooperatif tipe NHT mampu menfasilitasi peserta didik untuk bekerja secara berkelompok
dengan baik dan dapat digunakan untuk melatihkan keterampilan komunikasi pada peserta
didik. Model pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat
digunakan guru untuk membantu peserta didik belajar setiap mata pelajaran, mulai dari
keterampilan dasar sampai pemecahan masalh yang kompleks (Nur, 2011). Salah satu
keterampilan sosial yang bisa dialtihakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
adalah keterampilan komunikasi (Arend, 2008).
Aktivitas yang dilakukan peserta didik selama kegaiatan pembelajaran juga
mempengaruhi keterampilan bertanya dan berpendapat peserta didik. Aktivitas tidak relevan
yang dilakukan peserta didik merupakan salah satu faktor yang menentukan proses
pembelajaran. Aktivitas tidak relevan siswa menunjukkan kurangnya tanggung jawab peserta
didik selama kegaiatan pembelajaran. Aktivitas tidak relevan yang dilakukan siswa selama
kegiatan pembelajaran antara lain, berebutnya siswaketika guru akan menunjukkan salah satu
nomor kepala, bermain handphone ketika kegiatan pembelajaran, dan lain-lain.padahal unutk
mewujudkan komunikasi yang efektif adalah tanggung jawab antara komunikator dan
komunikan. Tanggung jawab adalah salah satu syarat keberhasilan komunikasi (Effendy,
2000).
Keterampilan komunikasi memiliki pengaruh pada hasil belajar siswa. Siswa yang
aktif berpendapat atau bertanya berarti berlatih mangasah daya nalar untuk mengekspresikan
ide-ide kreatif. Semain sering siswa melakukan kegiatan komunikasi maka, daya nalar siswa
akan semakin terasah. Kegiatan komunikasi membutuhkan proses berpikir untuk menyatakan
gagasan dan ide-ide kreatif (Wendra, 2006). Komunikasi merupakan salah satu unsur
terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu pembelajaran(Yusuf, 1990). Hal ini
dikarenakan terjadinya tranfer atau pemindahan ilmu dari pemberi pesan (komunikator)
dalam hal iniguru ke peseerta didik yang berperan sebagai penerima pesan (komunikan). Jika
kemampuan berkomunikasi siswa rendah maka, kegiatan belajar tidak akan belajar dengan
lancar. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Keterampilan komunikasi
turut berperan dalam memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa yang awalnya tidak tahu
menjadi tahu karena berkomunikasi. Siswa mendapatkan hubungan timbal balikdari interaksi
yan dilakukan dengan individu lain (Pratikto, 1982). Keterampilan komunikasi berhubungan
erat denganproses-proses berfikir. Semakin terampil seseorang berkomunikasi, semakin cerah
dan jelas pula jalan pikirannya (Tarigan, 1981). Jadi, semakin sering siswa berlatih
komunikasi (bertanya atau berpendapat) maka, siswa akan memiliki pemahaman yang lebih
baik terhadap materi yang telah dipelajari.
Aktivitas yang dilakukan siswa juga berperan besar dalam menentukan hasil belajar
siswa. Hasil belajar yang diperoleh dalam penelitian ini berfokus pada dua hal yaitu,
keterampilan komunikasi (keterampilan bertanya dan keterampilan berpendapat) dan
kecakapan intelektual yang dilihat dari perolehan nilai pada pretest dan posttest. Gagne
mengungkapkan ada limi kategori hasil belajar, yaitu informasi verbal, kecakapan intelektual,
strategi kognitif, sikap dan keterampilan (Sudjana, 1990). Berdasarkan pendapat Gagne, hasil
belajar tidak hanya bertumpu pada kecakapan intelektual namun, juga bertumpu pada
keterampilan yang diperoleh siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal. Hasil
belajar dapat diperoleh melalui proses belajar mengajar yang optimal (Sudjana, 1990).
C. Keterampilan Komunikasi Peserta Didik
Komunikasi merupakan keterampilan yang penting untuk dilatihkan pada peserta
didik, karena agar kegiatan pembelajaran terdapat timbal balik antara guru dengan peserta
didik sehingga tercipta suasana pembelajaran yang aktif. Menurut Muhari (2008),
mengatakan bahwa terdapat dua jenis cara penyampaian dalam berkomunikasi yaitu secara l
erbal (lisan) dan non-verbal (tertulis). Komunikasi verbal (lisan) sangat penting dalam
keterampilan komunikasi, terutama saat bertanya dan menyampaikan pendapat. Oleh sebab
itu dalam penelitian ini yang diamati adalah keterampilan komunikasi secara lisan meliputi
keterampilan bertanya dan berpendapat.
Pengamatan keterampilan komunikasi ini dilakukan dengan tujuan sebagai
representasi bahwa siswa telah dilatihkan keterampilan komunikasi menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi larutan asam basa di kelas XI MIPA ... SMA
Negeri 1 Krian Sidoarjo, pembelajaran yang dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dengan
alokasi waktu selam 2 x 45 menit di setiap pertemuannya. Pengamatan keterampilan
komunikasi peserta didik terdiri dari 4 orang pengamat, setiap pengamat mengamati 2
kelompok yang terdiri dari 5-6 peserta didik. Instrumen yang digunakan dalam pengamatan
ini berupa lembar pengamatan keterampilan komunikasi peserta didik (terlampir) dengan
jumlah peserta didik yang diamati sebanyak 32 peserta didik. Pengamatan dilakukan baik dari
segi kuantitas maupun kualitas setuap pertanyaan dan pendapat peserta didik. Selain itu,
peneliti memberikan inisisal pada seluruh nama peserta didik kelas XI MIPA untuk
mempermudah pengamat dalam melakukan tugasnya. Misalkan untuk peserta didik yang
bernama Imam Rizki Fasikhin disingkat menjadi IRF. Berikut uraian dari kuantitas dan
kualitas keterampilan komunikasi peserta didik.
1. Kuantitas Keterampilan Komunikasi Peserta Didik
Kuantitas keterampilan komunikasi yang diamati dalam penelitian ini meliputi
kuantitas keterampilan bertanya dan berpendapat peserta didik. Pengamatan terhadap
kuantitas komunikasi peserta didik tersebut diamati dari jumlah peserta didik yang
berkomunikasi selam pembelajran berlangsung, bukan dinilai dari banyaknya pertanyaan
atau pendapat yang diajukan oleh peserta didik.
a. Kuantitas Keterampilan Bertanya Peserta Didik
Diperoleh data pengamatan kuantitas keterampilan bertanya peserta didik
selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT pada materi larutan asam basa di kelas XI MIPA tersaji dalam tabel 4.5
berikut.
Tabel 4.5 Data kuantitas keterampilan bertanya peserta didik
Nama Peserta Frekuansi Bertanya
Kelompok
Didik Pertemuan 1 Pertamuan 2 Pertemuan 3
Jumlah
Rata-rata
Keterangan :
KKM : 75
Pred. : Predikat
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa pada saat pre-test masih terdapat
banyak siswa yang belum mencapai bahkan bisa dikatakan jauh dari nilai KKM yang
diberikan oleh sekolah yaitu sebesar 75. Sedangkan tujuan dari pemberian pre-test adalah
untuk mengetahui pengetahuan kognitif awal peserta didik pada materi asam basa
sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Dari tabel di atas
terlihat bahwa dari 32 siswa kelas XI MIPA yang mendapatkan nilai ≥75 hanya
terdapat ... siswa. Hal tersebut dimungkinkan karena rata-rata keseluruhan siswa dari
kelas XI MIPA belum belajar mengenai materi yang akan disampaikan sehingga belum
memahami maksud dari materi tersebut. Sedangkan untuk pemberian soal post-test
setelah diberikan dan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada
materi asam basa bertujuan untuk mengetahui pengetahuan kognitif akhir siswa
mengenai asam basa. Dari tabel 4.9. dapat dilihat bahwa peserta didik banyak yang telah
mencapai nilai KKM bahkan melampaui nilai KKM. Hasil post-test menunjukkan bahwa
dari 32 peserta didik terdapat ..... peserta didik yang mendapatkan nilai ≥75 dan hanya
ada ... peserta didik yang belum mencapai nilai KKM.
Dalam suatu penelitian , siswa dikatakan tuntas secara klasikal apabila terdapat 80%
siswa dalam kelas XI MIPA yang berjumlah 32 peserta didik mendapat nilai ≥75.
Berdasarkan tabel 4.9 diketahui sebanyak ... peserta didik mendapatkan nilai ≥75, maka
terdapat .......% peserta didik yang tuntas berdasarkan perhitungan sebagai berikut :
Sehingga dapat dikatakan bahwa penerpan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dapat meningkatkan hasil belajar pesera didik karena terdapat .....% peserta didik di kelas
XI MIPA yang tuntas dalam hasil belajarnya.
2. Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik (N-gain)
Peningkatan hasil belajar peserta didik kelas XI MIPA pada materi larutan asam basa
dapat diukur menggunakan analisis N-gain, yaitu selisih yang diperoleh dai
penguranngan nilai post-test dan pre-test. Menurut Hake (2002) menyatakan bahwa
hasil selisih tersebut menunjukkan peningkatan penguasaan atau pemahaman konsep
peserta didik setelah pembelajaran yang telah dilakukanoleh guru. Perolehan N-gain
setiap individu berbeda-beda. Dari perolehan N-gain tersebut, dapat dikelompokkan
menjadi tida kelompok yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan tabel 4.9
diperoleh persentase dari keriga kategori N-gain tersebut dan dikategorikan seperti
pada tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10 Persentase peningkatan hasil belajar peserta didik (N-gain)
berdasarkan Tabel 4.9
Kategori Persentase
Rendah
Sedang
Tinggi
Data tersebut menunjukkan setiap peserta didik mengalami suatu peningkatan hasil
belajar meskipun skor N-gain yang mereka peroleh berbeda-beda. Peserta didik
dikatakan terlatih dalam keterampilan komunikasi jika mendapatkan skor N-gain
dengen kriteria minimal sedang dengan rentang skor 0,30 ≤ g ˂ 0,70. Berdasarkan
tabel 4.9 diketahui bahwa N-gain klasikal sebesar 0,54 dan termasuk ke dalam kriteria
sedang sehingga dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHY
selain dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik juga dapat melatihkan
keterampilan komunikasi (bertanya dan berpendapat) peserta didik. Penelitian ini
tidak dapat disimpulkan secara nyata bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT
serta keterampilan komunikasi peserta didik dapat berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa seperti pada gambar 4.7. peserta didik dengan hasil belajar yang rendah
memiliki keterampilan komunikasi yang rendah juga, namun terdapat juga peserta
didik yang hasil belajarnya tinggi tetapi keterampilan komunikasinya rendah.