Anda di halaman 1dari 25

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan pembahasan berdasarkan hasil penelitian dengan judul
“Melatihkan Keterampilan Komunikasi dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Number Head Together Pada Materi Larutan Asam Basa Untuk Sisswa Kelas XI MIPA”
yang dilaksanan dengan menggunakan desain penelitian one group pretest-postest desaign.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Krian Sidoarjo dengan kelas yang telah
ditentukan langsung oleh guru mata pelajaran kimia agar mendapatkan jadwal yang sesuai.
Jenis penelitian yang digunakan adalah merupakan penelitian pre-eksperimental yaitu peneliti
hanya menggunakan satu kelas untuk subjek peneletian tanpa menggunakan kelas kontrol.
Pengambilan data dilaksanakan pada kelas XI MIPA dengan jumlah peserta didik sebanyak
36 orang. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti bertindak sebagai guru dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Head Together) untuk
melatihkan keterampilan komunikasi peserta didik pada proses Kegiatan Belajar Mengahar
(KBM).
Pelaksanaan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatiftipe NHT
yang dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dengan alokasi waktu tiap pertemuannya 2x45
menit dan dilaksanakan pada tanggal................ Dalam pelaksaannya diberikan pretest
terlebih dahulu sebelum diterapkannya perlakuan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe
Number Head Together dan postest akan diberikan setelah diterapkannya model
pembelajaran Kooperatif tipe Number Head Together yang bertujuan untuk sebagai data
pendukung penelitian. Pada kegiatan pembelajaran berlangsung dengan 8 orang pengamat
yang difokuskan pada 8 kelompok yang dipilih secara heterogen, dimana 2 orang pengamat
yang terdiri dari satu orang guru kimia SMAN 1 Krian Sidoarjo dan satu orang mahapeserta
didik jurusan kimia UNESA yang bertugas untuk mengamati keterlaksanaan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Enam orang lainnya yang juga merupakan mahapeserta
didik UNESA memiliki tugas yang berbeda diantaranya satu orang mahapeserta didik
bertugas mengamati jalannya aktivitas yang dilakukan peserta didik selama pembelajaran
berlangsung. Empat orang pengamat bertugas mengamati keterampilan komunikasi peserta
didik dimana masing-masing pengamat memegang dua kelompok, sedangkan untuk satu
orang pengamat lainnya bertugas untuk merekam setiap ada peserta didik yang bertanya dan
berpendapat selama pembelajaran berlangsung. Berikut Tabel 4.1. mengenai rincian jadwal
pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan beserta data yang diperoleh.
Tabel 4.1. Rincian Pelaksanaan Penelitian
No Hari/Tanggal Kegiatan Data yang diperoleh Alokasi waktu
.
1. Pretest dan Kegiatan 1. Hasil Pre-tets peserta 2 JP
Belajar Mengajar didik
(KBM) materi asam 2. Keterlaksanaan
basa menggunakan model pembelajaran
model pembelajaran 3. Aktivitas peserta
kooperatif tipe NHT didik
4. Keterampilan
komunikasi peserta
didik.
2. 1. Keterlaksanaan 2 JP
model pembelajaran
2. Aktivitas peserta
KBM didik
3. Keterampilan
komunikasi peserta
didik.
3. 1. Keterlaksanaan 2 JP
model pembelajaran
2. Aktivitas peserta
KBM didik
3. Keterampilan
komunikasi peserta
didik.
4. 1. Hasil belajar peserta 1 JP
Post-test
didik

Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan telaah danvalidasi perangkat


pembelajaran dan instrumen penelitian.validasi perangkat dilakukan agar peneliti dapat
mengetahui layak atau tidaknya suatu perangkat pembelajaran maupun instrumen penelitian
yang akan digunakan. Adapunperangkat dan instrumen tersebut meliputi silabus, Rncan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta didik (LKS), lembar pengamatan
keterampilan komunikasi peserta didik, lembar pengamatan aktivitas peserta didik, lembar
kisi-kisisoal pre-test dan post-test. Hasil validasi tersaji dalam Tabel 4.2 berikut.
Penilaian Hasil
No Perangkat dan Skor yang Skor
Validasi Keterangan
. Instrumen Penelitian diperoleh maksimal
(%)
1. Silabus
2. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
3. Lembar Kerja Peserta
didik (LKS)
4. Lembar Pengamatan
Keterlaksanaan Sintaks
Model Pembelajaran
5. Lembar Pengamatan
Aktivitas Peserta Didik
6. Lembar Kisi-kisi Soal
Pre-test dan Post-test

Kategori kelayakan berdasarkan kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2009: 35) :


0% - 20% = Sangat tidak layak 61% - 80% = Layak
21% - 40% = Tidak layak 81% - 100% = Sangat layak
41% - 60% = Cukup layak

Telaah perangkat pembelajaran beserta instrumen penelitian dilakukan ileh satu dosen
kimia dan divalidasi oleh dua dosen kimia sehingga diperoleh data persentase hasil validasi
pada tabel 4.2. suatu perangkat pembelajaran dapat digunakan untuk kepentingan penelitian
apabila masukke dalam kategori minimal layak. Pada tabel tersebut menyatakan bahwa
perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian yang telah dibuat dapat digunakan untuk
kepentingan penelitian.
Adapun deskripsi hasil dari penilaian para validator pada Tabel 4.2, sebagai berikut:

a. Silabus
Diperoleh skor sebanyak ..... dengan persentase ......... sehingga perangkat silabus
masuk ke dalam kategori ........ . Saran yang diberikan oleh dua validator yaitu..................
. Penilaian validator secara umum mengenai silabus ini dapat digunakan dengan ......... .
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Secara umum isi dari RPP dapat dikatakan ............... dengan persentase .......... . skor
rata-rata yang diperoleh dari RPP sebanyak tiga kali pertemuan oleh dua validator
sebanya ........ dari ........ skor maksimum. Sehingga secara umum RPP dapat digumakam
dengan ........... .
c. Lembar Kerja Peserta didik (LKS)
Rata-rata penilaian/skor validator dari ketiga LKS adalah ...... dengan persentase
nilai .... sehingga masuk ke dalam kategori ................ . Deskripsi penilaian validator rata-
rata dapat digunakan dengan ............ .
d. Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Sintaks Model Pembelajaran
Persentase dari instrumen ini yaitu .......... dan masuk ke ddalam kategori .......... .
Masukan dari validator yaitu supaya memperbaiki rubrik agar menjadi lebih logis dan
jelas. Secara umum lembar pembelajaran dapat digunakan dengan revisi kecil.
e. Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik
Lembar pengamatan aktivitas peserta didik layak digunakan dengan penilaian .............
dengan persentase ............ dalam kategori layak. Sehingga secara umum mengenai
lembar pengamatan aktivitas peserta didik dapat digunakan dengan ............... .
f. Lembar kisi-kisi soal pre-test dan post-test
Untuk kisis-kisi soal pre-test dan post-test diperoleh persentase sebesar .... sehinggga
masuk ke dalam kategori ............. dan dapat digunakan dengan .......... .
Berdasarkan rincian Tabel 4.1, diperoleh data hasil penelitian danpembahasan yang
menunjang hasil penelitian. Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dijabarkan,
diperoleh hasil penelitian dan pembahasan sebagai berikut:

A. Kualitas Keterlakasanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT


Pengamatan keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini dilakukan
oleh dua orang pengamat selama tiga kali pertemuan dengan setiap pertemuannya yaitu
selama 2x45 menit. Pengamatan tersebut dilakukan dengan menggunakan lembar
keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan dua orang pengamat tersebut
terdiri dari satu orang guru kimia SMA Negeri 1 Krian Sidoarjo kelas XI MIPA 2 dengan
satu orang lagi mahapeserta didik kimia Universitas Negeri Surabaya. Pengamat
keterlaksanaan model pembelajaran ini memiliki tujuan untuk mengetahui kemampuan
peneliti yang berperan sebagai guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar sesuai
dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Number Head Toghether (NHT) yang telah dirancang oleh peneliti. Data
pengamatan keterlaksanaan oleh dua pengamat disajikan pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Data Pengamatan Keterlaksanaan Sintaks Model Pembelajaran
Keterlaksanaan
Kegiatan Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
P1 P2 P1 P2 P1 P2
Fase 1 :
Menyampaikan
Tujuan dan
Memotivasi Peserta
Didik
Persentase rata-
rata
Fase 2 : menyajikan
informasi
Persentase rata-
rata
Fase 3 :
Mengorganisasikan
peserta didik ke
dalam kelompok
belajar
Persentase rata-
rata
Fase 4 :
Membimbing
Kelompok Bekerja
dan Belajar
Persentase rata-
rata
Fase 5 : Evaluasi
Persentase rata-
rata
Fase 6 : Memberikan
penghargaan
Keterlaksanaan
Kegiatan Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
P1 P2 P1 P2 P1 P2
Persentase rata-
rata
Persentase rata-
rata model
pembelajaran
kooperatif tipe
NHT
Keterangan :
Pert : Pertemuan
P1 : Pengamat 1
P2 : Pengamat 2
Deskripsi kriteria keterlaksanaan setiap fase yaitusebagai berikut (Riduwan, 2013) :
0 : Tidak Terlaksana
0,5 - 1 : Buruk
1,1 - 2 : Cukup
2,1 - 3 : Baik
3,1 - 4 : Sangat Baik

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa kualitas keterlaksanaan model


pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi asam basa di kelas XI MIPA ... SMA Negeri 1
Krian Sidoarjo yang dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan masuk ke dalam
kategori ............. ditunjukkan dengan persentase di setiap pertemuan. Sesuai dengan pendapat
Amri (2013) bahwa fase pertama merupakan tahap pendahuluan yang bertujuan memberi
motivasi peserta didik agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif serta menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai kepada peserta didik. Pada fase ini berisi kegiatan
mengucapkan salam, mengecek kehadiran peserta didik, mempersilahkan ketua kelas untuk
memimpin doa sebelum pembelajaran dimulai, serta mengkondisikan suasana belajar yang
tenang dan menyenangkan. Guru harus dapat menciptakan seuasan kondusif dan menjaga
suasana kelas agar peserta didik terhindar dari konflik dan frustasi, sebab hal tersebut dapat
menyebabkan gairah belajar peserta didik menurun (Nursalim, 2008).
Selain itu pada fase ini guru memberikan apersepsi melalui tanya jawab dengan
peserta didik yaitu dengan cara membantu peserta didik untuk mengingat kembali informasi-
informasi yang berkaitan dan dapat digunakan untuk membantu dalam menyatukan
informasi-informasi baru yang akan dipelajari, karena metode apapun yang mengaktifkan
pengetahuan terdahulu atau bekal belajar awal dapat gagal jika pengetahuan sebelumnya itu
lemah atau kurang (Nur, 2008). Pada kegiatan apersepsi ini ini guru mulai melatihkan
keterampilan komunikasi peserta didik sesuai dengan salah satu strategi kurikulum 2013
menurut pendapat Reisman and Payne (1987:238) dalam (Mulyasa, 2017) yaitu guru harus
memiliki keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaam, dan
mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.
Selanjutnya yaitu kegiatan memotivasi peserta didik dengan tujuan untuk
mengaktifkan atau memberi dorongan kepada peserta didik agar lebih antusias dalam
mengikuti pembelajaran. Slavin menyatakan bahwa peserta didik yang termotivasi untuk
belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari suatu
materi, sehingga akan menyerap dan mengedepankan materi tersebut dengan lebih baik
(Arends, 2008). Peserta didik diberikan motivasi pada setiap pertemuan. Motivasi yang
diberikan pada pertemuan 1 berupa gambar cuka dan sabun sedangkan pada pertemuan 1
berupa fenomen pengaruh jenis larutan asam atau basa untuk membersihkan noda kunyit
pada baju. Pertemuan 3 diberikan fenomena tentang aplikasi HCl pada lambung dan
pembuatan acar.
Nilai rata-rata keterlaksanaan pembelajaran fase pertama pada pertemuan 1 adalah
sebesar..... Hal ini dikarenakan motivasi yang diberikan kurang dihubungkan dengan teori
perkembangan asam basa. Motivasi tersebut mampi menumbuhkan minat peserta didik untuk
berpendapat. Peserta didik berpendapat bahwa cuka termasuk asam sedangkan sabun
termasuk basa. Cuka mengandung ion H+ sedangkan basa mengandung OH-. Guru
menjelaskan bahawa adanya ion H+ dan OH- tersebut akan dijelaskan dengan teori apa saja
yang akan dipelajari.
Nilai rata-rata kualitas keterlaksanaan fase pertama pada pertemuan 2 sebesar........v.
hal ini disebabkan adanya kerusakan LCD, sehingga beberapa peserta didik yang menempati
kursi belakang menjadi kesulitan dalam membaca fenomena yang ditampilkan guru pada
power point. Akibatnya, hanya beberapa peserta didik yang vertanya atau berpendapat
mengenai fenomena tersebut. Kualitas keterlaksanaan pada setiap pertemuan mendapat
kategori sangat baik.
Nilai rata-rata kualitas keterlaksanaan fase pertama pada pertemuan 3 sebesar........v.
hal ini disebabkan adanya kerusakan LCD, sehingga beberapa peserta didik yang menempati
kursi belakang menjadi kesulitan dalam membaca fenomena yang ditampilkan guru pada
power point. Akibatnya, hanya beberapa peserta didik yang vertanya atau berpendapat
mengenai fenomena tersebut. Kualitas keterlaksanaan pada setiap pertemuan mendapat
kategori sangat baik.
Guru melatihkan keterampilan komunikasi peserta didik ketika memberikan motivasi
pada setiap pertemuan. Motivasi yang diberikan kepada peserta didilk pada fase pertama ini
diharapkan dapat menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga peserta didik berani
berpendapat atau bertanya. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip pengembangan kurikulum
2013 yang menekankan kesinambungan antara pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,
termasuk kehidupan bermayrakat. Kemampuan berkomuikasi merupakan salah satu
kemampuan yang perlu dikembangkan untuk membangun kehidupan bermasyarakat yang
lebih baik (Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014).
Peserta didik juga diberikan contoh percakapan yang termasuk kategori analitis dan
logis serta contoh pertanyaan yang sesuai dengan tingkatan Taksonomi Bloom pada setiap
pertemuan. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran kepada peserta didik cara
berkomunikasi dengan baik selama kegiatan pembelajaran. Contoh pendapat yang temasuk
kategori analitis yaitu, “Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang di dalam air dapat
menghasilkan ion H+”. Contoh pendapat yang termasuk dalam kategori logis yaitu, “HCl
merupakan salah satu zat yang bersifat asam karena HCl akan terionisasi menghasilkan ion
H+ jika dilarutkan dalam air”. contoh pertanyaan yang termasuk kategori C1 adalah
“Apakah definisi asam menurut Arrhenius?”.
Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti. Kegiatan inti ini terdiri atas fase 2 hingga 5.
Pada fase 2 yaitu menyajikan informasi, guru menyampaikan materu mengenai asam basa
secara singkat kemudian memberikan kesempatan pada peserta didik utnuk bertanya dan
berpendapat, hal tersebut melatih keterampilan komunikasi peserta didik. Disini guru
berperan sebagai fasilitator sehingga pembelajaran akan terpusat pada peserta didik
(Suprijono,2009). Untuk fase 3 yaitu mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-
kelompok belajar. Fase ini merupakanlangkah 1 dalam model pembelajaran kooperatif tipe
NHT yaitu penomoran (numbering). Sesuai dengan prinsip kelompok pada pembelajaran
kooperatif, pada fase ini guru mengorganisasikan peserta didik ke dalam beberapa kelompok
secara heterogen berdasarkan kemampuan akademik dan jenis kelamin (Nurdkk, 2011).
Jumlah peserta didik kelas XI MIPA .. sebanyak 32 orang sehingga dibagi menjadi ...
kelompok dengan jumlah anggota setiap kelompoknya dengan jumlah anggota setiap
kelompoknya sebanyak 5-6 peserta didik. Hal ini sebelum kegiatan penelitian berlangsung,
kelompok telah dibentuk oleh guru kimia kelas XI MIPA.. sehingga ketika proses
pembelajaran dilakukan, peserta didik sudah berkumpul dengan kelompoknya masing-
masing, guru memberikan nomor kepala 1-6 untuk ,asing-masing kelompok. Selanjutnya
guru menjelaskan bagaimana pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe NHT.
Kemudian fase 4, yaitu membimbing kelompok bekerja dan belajar. Fase ini masuk
ke dalam langkah 2 yaitu mengajukan pertanyaan (questioning). Guru memberikan Lembar
Kerja Peserta didik (LKS) kepada peserta didik. Setiap kelompoknya mendapatkan 2 LKS.
Pada pertemuan ketiga, perwakilan dari setiap kelompok dimintauntuk mengambil alat dan
bahan yang telah disediakan. Kemudian guru kembali memberikan kesempatan untuk
bertanya dan berpendapat mengenai LKS atau praktikum yang dilakukan. Menurut Arends
(2008), komunikasi dalam fase ini mampu membantu daya nalar peserta didik untuk
mengurangi kesalahan konsep atau miskonsepsi dalam tugas kelompok. Fase keempat juga
meliputi langkah 3 yaitu berfikir bersama (head together). Guru membimbing peserta didik
mengumpulkan data dan menyatukan pikiran bersama kelompok masing-masing serta
membimbing peserta didik mengolah data yang diperoleh dari percobaan yang telah
dilakukan. Dalam kegiatan ini peserta didik dituntut agar bekerja sama, berfikir bersama,
mengumpulkan data bersama serta mengolah datapun bersama. Sehingga dalam hal ini setiap
anggota di dalam kelompok sama-sama mengetahui dan paham mengenai materi dan
kegiatan yang telah dilakukan.
Untuk fase kelima adalah evaluasi dan merupakan langkah keempat yaitu menjawab
(answering). Setelah melakukan percobaan bersama-sama mengumpulkan data serta
berdiskusi bersama kelompok, setiap peserta didik harus siap siaga untuk angkat tangan dan
menjawab ketika nomor kepalanya dipanggil dan terpilih untuk mewakili kelompoknya
mempresentasikan jawaban hasil kesepakatan mereka. Kelompok lain yang memiliki jawaban
atau pendapat yang berbeda dapat mengajukan pendapatnya dan dapat bertanya apabila ada
yang kurang dipahami mengenai jawaban dari temannya. Dalam hal ini, mau tidak mau setiap
peserta didik harus siap dan harus paham dengan materi karena ciri khusus dari model
pembelajaran NHT ini adalah guru akan menunjuk atau memanggil seorang peserta didik
mewakili kelompok tersebut. Sehingga setiap peserta didik akan mewakili kelompok tersebut.
Sehinga setiap peserta didik akan memiliki tanggung jawab individual dalam diskusi
kelompok (Nur dkk, 2011).
Setiap peserta didik yang ditunjuk dan dapat menjawab dengan benar akan
mendapatkan skor untuk kelompoknya. Pada akhir pembelajaran skor tiap kelompok akan
ditotal dan kelompok yang mendapatkan skor tertinggi akan mendapat penghargaan.
Kegiatan pemberian penghargaan ini termasuk ke dalam fase 6, dimana guru membimbing
peserta didik agar berpendapat untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan serta
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bertanya mengenai materi yang telah
diajarkan serta memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bertanya mengenai materi
yang telah diberikan. Setelah dibimbing, peserta didik diminta utnuk menyimpulkan materi
yang telah dipelajari selama pembelajaran, guru menyampaikanmateri untuk pertemuan
selanjutnya agar dipelajari oleh peserta didik di rumah masing-masing. Kemudian guru
mengakhiri pembelajaran dengan doa dan salam.
Berdasarkan rincian kegiatan di atas, terjadi peningkatan rata-rata persentase kualitas
keterlaksanaan model pembelajaran di kelas oleh peneliti pada pertemuan kedua yaitu dari ....
menjadi ...... kemudian mengalami sedikit penurunan pada pertemuan ketiga yaitu dari .........
menjadi ......m. Kenaikan serta penurunan terjadi cukup sedikit tidak jauh dari persentase
awal, semua berkisar di atas 90% sehingga kualitas keterlaksanaan model pembelajaran
dikatakan sangat baik. Persentase keterlaksanaan pembelajaran disajikan dalam Gambar
grafik 4.1 berikut.
Grafik di atas menunjukkan bahwa persentase keterlaksanaan mengalami penurunan
pada pertemuan ketiga. Hal ini dikarenakan karena kurangnya waktu pembelajaran dan
kurangnya interaksi dengan peserta didik diakibatkan adanya aktivitas yang tidak relevan
seperti jalan-jalan, mengantuk, berguarau atau berbicara yang tidak sesuai dengan materi
pembelajaran, sehingga keterlaksanaan pada pertemuan ketiga kurang maksimal. Berdasarkan
hasil nilai rata-rata kualitas keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk
melatih keterampilan komunikasi peserta didik yang diperoleh setiap pertemuan
menunjukkan bahwa proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan telah sesuai dengan
sintaks model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk melatihkan keterampilan komunikasi
pada peserta didik.

B. Aktivitas Peserta Didik


Aktivitas peserta didik yang diamati selama kegiatan pembelajaran meliputi
mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, bertanya mengenai konsep yang belum
diketahui, mengajukan pendapat terkait pertanyaan yang disampaikan temannya,
mengerjakan LKS secara berkelompok, bertukar pendapat selama kegiatan diskusi kelompok,
menyajikan hasil belajar kelompok, mengajukan pendapat atau pertanyaan terhadap jawaban
dari kelompok lain, menyimpulkan materi, dan aktivitas yang tidak relevan seperti berguarau,
bermain handphone, dan mengantuk. Aktivitas peserta didik yang terdapat pada lampiran 6 di
halaman ...4.
Pengamatan aktivitas peserta didik ini diwujudkan dalam persentase rata-rata waktu
yang digunakan peserta didik untuk melakukan aktivitas tertentu sesuai dengan sintaks model
pembelajran kooperatif tipe NHT dan berlatih komunikasipada materi larutan asam basa
selama 3 kali pertemuan. Rekapitulasi pengamatan aktivitas peserta didik disajikan dalam
Tabel 4.4 berikut.

%Waktu Aktivitas Peserta didik


No. Aktivitas yang Diamati Pertemuan Pertemuan Pertemuan
1 2 3
1. Mendengarkan dan memperhatikan
penjelasan guru
2. Bertanya mengenai konsep yang belum
diketahui.
3. Mengajukan pendapat terkait pertanyaan
yang disampaikan temannya.
4. Mengerjakan LKS secara berkelompok
5. Bertukar pendapat dengan sesa,a amggota
kelompoknya.
6. Menyajikan hasil belajar kelompok
dengan melakukan presentasi
7. Mengajukan pendapat atau pertanyaan
berdasarkan jawaban yang diajukan
temannya.
8. Menyimpulkan materi yang dipelajari
9. Aktivitas yang tidak releva.
Jumlah Persentase

Berdasarkan data pada Tabel 4.4 diketahui bahwa kegiatan pembelajaran telah
dilakukan sesuai dengan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk melatihkan
keterampilan komunikasi. Dimana prinsip pembelajaran kooperatif menurut Nur (2011) yaitu
peserta didik harus saling membantu untuk memahami konsep-konsep yang sulit
menumbuhkan kerja sama, berfikir kritis serta membantutemannya, memastikan bahwa
seluruh anggota mengetahuijawaban berdasarkan kesepakatan berkelompok. Persentase
waktu pada aspek mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru pada setiap pertemuan
berturut-turut sebesar ....,......,......% dari total waktu. Nilai tersebut merupakan hasil
akumulasi dari kegiatan yang peserta didik lakukan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Kegiatan yang termasuk dalam aspek memperhatikan penjelasan guru yaitu,
melakukan kerja kelompok sesuai dengan petunjuk guru, mendengarkan instruksi yang
diberikan guru, dan mengajukan pertanyaan atau pendapat berdasarkan penjelasan guru.
Guru dan peserta didik dapat berperan sebgai komunikator atau pemberi pesan. Guru
berperan sebagai komunikatir ketika memberikan motivasi, konsep dan instruksi kepada
peserta didik selama kegiatan pembelajaran. Peserta didik dapat berperan sebagai
komunikator ketika mengajukan pendapat atau pertanyaan berdasarkan jawaban kelompok
lain atau guru. komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling memengaruhi saru
sama lainnya (Cangara, 2012), kominikasi dalam kegiatan pembelajaean bertujuan untuk
memberi tahu dan mengubah sikap, pemdapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan,
maupun tak langsung melalui media (Effendy,1986).
Aktivitas peserta didik yang mencerminkan penerapan model pembelajaran kooperatif
yaitu, bertukar pendapat selama kegiatan diskusi kelompok, mengkomunikasikan hasil
diskusi kelompok, mengajukan pendapat atau pertanyaan berdasarkan jawaban kelompok lain
(Lie, 2002). Rata-rata persentase waktu yang digunakan peserta didik untuk melakukan
aktivitas yang mencerminkan model pembelajaran kooperatif bertururt-turut sebesar ....%,......
%,......% dari total waktu.
Aktivitas yang mencermikan melatihkan keterampilan komunikasi pada peserta didik
terdapat pada aspek mengajukan pertanyaan atau pendapatberdasarkan motivasi yang
diberikan, mengajukan pertanyaan mengenai konsep yang kurang dipahami, guru
memberikan motivasi pada setiap pertemuan. Motivasi ini diharapkan mampu meningkatkan
aktivitas peserta didikdalam berpendapat atau bertanya. Peserta didik yang termotivasi untuk
belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari suatu
materi, sehingga akan menyerap dan mengedepankan materi tersebut dengan lebih baik
(Arends, 2008).
Persentase yang diperoleh pada aspek kedua ini mengalami penurunan pada
pertemuan 2 dan 3. Hal ini dikarenakan peserta didik kurang terbiasa dalam membuat
rumusan masalah dan hipotesis berdasarkan motivasi yang diberikan pada pertemuan 2 dan 3.
Peserta didik kesulitan dalam membuat rumusan masalah dan hipotesis, sehingga guru
berupaya untuk membantu peserta didik dalam merumuskan masalah dan hipotesis.
Persentase yang diperoleh pada aspek mengajukan pertanyaan mengenai konsep yang
kurang dipahami dan mengajukan pendapat berdasarkan jawaban kelompok lain mengalami
penurunan pada pertemuan 2 dan 3. Penurunan tersebut dikarenakan meningkatnya aktivitas
peserta didik yang tidak relevan pada pertemuan 2 dan 3. Peserta didik banyak melakukan
aktivitas tidak relevan seperti, bermain handphone dan bergurau pada pertemuan 2 sedangkan
pada pertemuan 3 peserta didik melakukan aktivitas tidak relevan seperti, mengantuk dan
bergurau. Aktivitas tidak relevan yang paling mencolok pada pertemuan 2 dan 3 yaitu,
peserta didik membuat gaduh ketika gruru menunjuk salah satu peserta didik untuk mewakili
kelompoknya dalam menjawab pertanyaan pada LKS. Peserta didik berebut untuk menjawab
pertanyaan pada LKS, sehingga suasana kelas menjadi tidak kondusif, guru telah
memberikan instruksi kepada peserta didik untuk tidak berebut menjawab pertanyaan dan
menjaga ketenangan kelas namun, peserta didik kurang memperhatikan dan mematuhi
instruksi tersebut, sehingga suasana kegiatan pembelajaran menjadi tidak kondusif.
Model pembelajaran kooperatif secara tidak langsung dapat melatihkan keterampilan
komunikasi peserta didik dalam kelompoknya. Hal ini ditunjukkan dengan persentase selama
kegiatan diskusi kelompok pada setiap pertemuan yang mengalami peningkatan. Persentase
aktivitas peserta didik berturut-turut sebesar 28,99%; 29,00%; 29,15%. Persentase ini
menunjukkan bahwa peserta didik berdiskusi dan berkomunikasi dengan baik dalam
mengerjakan soal-soal pada LKS. Hal ini sesuai dengan prinsip model pembelajaran
kooperatif. Model pembelajaran kooperatif mengharuskan peserta didik untuk terlibat secara
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Peran guru dalam kegiatan pembelajaran adalah
membantu peserta didik menemukan pengetahuannya. Peserta didik dapat memperoleh
pengetahuan tersebut dengan cara kerja kelompok untuk memahami konsep yang sulit (NUR,
2011). Kerja kelompok akan mencapai hasil yang maksimal jika terjadi komunikasi yang
baik dan peserta didik mampu bertanggung jawab dalam kelompok tersebut (Lie, 2002).
Aktivitas lain yang merupakan indikator melatihkan keterampilan komunikasi ketika
peserta didik mengkomunikasikan hasil diskusi kelompok. Guru memanggil salah satu nomor
kepala untuk mewakilli kemlompoknya dalam menjawab pertanyaan pada LKS. Kemudian,
peserta didik dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor tersenut mengangkat
tangannya dan memberikan jawaban di hadapan peserta didik lain. Peserta didik yang
memiliki jawaban yang berbeda dapat berpendapat sehingga tertjadi diskusi antar kelompok.
Diskusi tersebut dapat digunakan untuk melatih keterampilan komunikasi pada peserta didik.
Hal tersebut sesuai dengan tujuan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dapat
digunakan untuk melatih keterampilan komunikasi pada peserta didik (Arend, 2088).
Persentase waktu yang diperoleh berturut-turut sebesar ....%;....%;.....%.
Peserta didik juga dilatih keterampilan komunikasi pada aspek mengajukan pendapat
atau pertanyaan berdasarkan jawaban kelompok lain. Persentase waktu yang diperoleh
berturut-turut sebesar ....%;....%;.........%.
Aktivitas yang mendominasi pada pertemuan 1,2 dan 3 adalah aktivitas yang
mencerminkan pembelajaran kooperatif tipe NHT serta aktivitas yang melatihkan
keterampilan komunikasi peserta didik. Persentase waktu yang mencerminkan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk melatihkan keterampilan komunikasi peserta didik
berturut-turut sebesar ......%;....%;.....%. Haail ini menunjukkan bahwa modl pembelajaran
kooperatif tipe NHT mampu menfasilitasi peserta didik untuk bekerja secara berkelompok
dengan baik dan dapat digunakan untuk melatihkan keterampilan komunikasi pada peserta
didik. Model pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat
digunakan guru untuk membantu peserta didik belajar setiap mata pelajaran, mulai dari
keterampilan dasar sampai pemecahan masalh yang kompleks (Nur, 2011). Salah satu
keterampilan sosial yang bisa dialtihakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
adalah keterampilan komunikasi (Arend, 2008).
Aktivitas yang dilakukan peserta didik selama kegaiatan pembelajaran juga
mempengaruhi keterampilan bertanya dan berpendapat peserta didik. Aktivitas tidak relevan
yang dilakukan peserta didik merupakan salah satu faktor yang menentukan proses
pembelajaran. Aktivitas tidak relevan siswa menunjukkan kurangnya tanggung jawab peserta
didik selama kegaiatan pembelajaran. Aktivitas tidak relevan yang dilakukan siswa selama
kegiatan pembelajaran antara lain, berebutnya siswaketika guru akan menunjukkan salah satu
nomor kepala, bermain handphone ketika kegiatan pembelajaran, dan lain-lain.padahal unutk
mewujudkan komunikasi yang efektif adalah tanggung jawab antara komunikator dan
komunikan. Tanggung jawab adalah salah satu syarat keberhasilan komunikasi (Effendy,
2000).
Keterampilan komunikasi memiliki pengaruh pada hasil belajar siswa. Siswa yang
aktif berpendapat atau bertanya berarti berlatih mangasah daya nalar untuk mengekspresikan
ide-ide kreatif. Semain sering siswa melakukan kegiatan komunikasi maka, daya nalar siswa
akan semakin terasah. Kegiatan komunikasi membutuhkan proses berpikir untuk menyatakan
gagasan dan ide-ide kreatif (Wendra, 2006). Komunikasi merupakan salah satu unsur
terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu pembelajaran(Yusuf, 1990). Hal ini
dikarenakan terjadinya tranfer atau pemindahan ilmu dari pemberi pesan (komunikator)
dalam hal iniguru ke peseerta didik yang berperan sebagai penerima pesan (komunikan). Jika
kemampuan berkomunikasi siswa rendah maka, kegiatan belajar tidak akan belajar dengan
lancar. Hal ini tentunya akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Keterampilan komunikasi
turut berperan dalam memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa yang awalnya tidak tahu
menjadi tahu karena berkomunikasi. Siswa mendapatkan hubungan timbal balikdari interaksi
yan dilakukan dengan individu lain (Pratikto, 1982). Keterampilan komunikasi berhubungan
erat denganproses-proses berfikir. Semakin terampil seseorang berkomunikasi, semakin cerah
dan jelas pula jalan pikirannya (Tarigan, 1981). Jadi, semakin sering siswa berlatih
komunikasi (bertanya atau berpendapat) maka, siswa akan memiliki pemahaman yang lebih
baik terhadap materi yang telah dipelajari.
Aktivitas yang dilakukan siswa juga berperan besar dalam menentukan hasil belajar
siswa. Hasil belajar yang diperoleh dalam penelitian ini berfokus pada dua hal yaitu,
keterampilan komunikasi (keterampilan bertanya dan keterampilan berpendapat) dan
kecakapan intelektual yang dilihat dari perolehan nilai pada pretest dan posttest. Gagne
mengungkapkan ada limi kategori hasil belajar, yaitu informasi verbal, kecakapan intelektual,
strategi kognitif, sikap dan keterampilan (Sudjana, 1990). Berdasarkan pendapat Gagne, hasil
belajar tidak hanya bertumpu pada kecakapan intelektual namun, juga bertumpu pada
keterampilan yang diperoleh siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal. Hasil
belajar dapat diperoleh melalui proses belajar mengajar yang optimal (Sudjana, 1990).
C. Keterampilan Komunikasi Peserta Didik
Komunikasi merupakan keterampilan yang penting untuk dilatihkan pada peserta
didik, karena agar kegiatan pembelajaran terdapat timbal balik antara guru dengan peserta
didik sehingga tercipta suasana pembelajaran yang aktif. Menurut Muhari (2008),
mengatakan bahwa terdapat dua jenis cara penyampaian dalam berkomunikasi yaitu secara l
erbal (lisan) dan non-verbal (tertulis). Komunikasi verbal (lisan) sangat penting dalam
keterampilan komunikasi, terutama saat bertanya dan menyampaikan pendapat. Oleh sebab
itu dalam penelitian ini yang diamati adalah keterampilan komunikasi secara lisan meliputi
keterampilan bertanya dan berpendapat.
Pengamatan keterampilan komunikasi ini dilakukan dengan tujuan sebagai
representasi bahwa siswa telah dilatihkan keterampilan komunikasi menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi larutan asam basa di kelas XI MIPA ... SMA
Negeri 1 Krian Sidoarjo, pembelajaran yang dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dengan
alokasi waktu selam 2 x 45 menit di setiap pertemuannya. Pengamatan keterampilan
komunikasi peserta didik terdiri dari 4 orang pengamat, setiap pengamat mengamati 2
kelompok yang terdiri dari 5-6 peserta didik. Instrumen yang digunakan dalam pengamatan
ini berupa lembar pengamatan keterampilan komunikasi peserta didik (terlampir) dengan
jumlah peserta didik yang diamati sebanyak 32 peserta didik. Pengamatan dilakukan baik dari
segi kuantitas maupun kualitas setuap pertanyaan dan pendapat peserta didik. Selain itu,
peneliti memberikan inisisal pada seluruh nama peserta didik kelas XI MIPA untuk
mempermudah pengamat dalam melakukan tugasnya. Misalkan untuk peserta didik yang
bernama Imam Rizki Fasikhin disingkat menjadi IRF. Berikut uraian dari kuantitas dan
kualitas keterampilan komunikasi peserta didik.
1. Kuantitas Keterampilan Komunikasi Peserta Didik
Kuantitas keterampilan komunikasi yang diamati dalam penelitian ini meliputi
kuantitas keterampilan bertanya dan berpendapat peserta didik. Pengamatan terhadap
kuantitas komunikasi peserta didik tersebut diamati dari jumlah peserta didik yang
berkomunikasi selam pembelajran berlangsung, bukan dinilai dari banyaknya pertanyaan
atau pendapat yang diajukan oleh peserta didik.
a. Kuantitas Keterampilan Bertanya Peserta Didik
Diperoleh data pengamatan kuantitas keterampilan bertanya peserta didik
selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT pada materi larutan asam basa di kelas XI MIPA tersaji dalam tabel 4.5
berikut.
Tabel 4.5 Data kuantitas keterampilan bertanya peserta didik
Nama Peserta Frekuansi Bertanya
Kelompok
Didik Pertemuan 1 Pertamuan 2 Pertemuan 3

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi peserta didik dalam


hal bertanya sudah cukup bagus. Dapat diamati dari persentase dari peserta didik di
setiap pertemuannya. Dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT ini menjadikan peserta didik yang awalnya hanya beberapa saja yang berani
bertanya setelahnya 50% dari total peserta didik jadi berani mengajukan pertanyaan.
Jadi terdapat sekitar 21 peserta didik yang mengajukan pertanyaan. Pada pertemuan
kedua terjadi peningkatan yang cukup baik dari .....% menjadi ....% yaitu sebanyak
28 peserta didik yang bertanya pada saat proses pembelajaran dan 13 peserta didik
lainnya masih belum bisa dan belum berani bertanya. Penurunan kuantitas peserta
didik yang bertanya terjadi pada pertemuan ketiga, dimanaterdapat 12 peserta didik
yang bertanya. Penurunan ini dikarenakan waktu yang diberikan untuk bertanya dan
berpendapat sedikit karena lebih padatnya kegiatan dalam pembelajaran di
pertemuan ketiga.
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pembelajaran model kooperatif
tipe NHT dapat menjadikan sebagian banyak peserta didik di kelas XI MIPA lebih
berani untuk bertanya, dengan kata lain pembelajaran tersebut dapat melatihkan
keterampilan komunikasi peserta didik yang awal mulanya mungkin hanya 3 orang
saja setiap pembelajaran kimia.
Penurunan kuatitas bertanya peserta didik pada pertemuan ketiga dikarenakan
tingkat kesulitan materi yang diberikan pada pertemuan ketiga lebih tinggi. Pada
dasarnya keterampilan bertanya memang lebih sulit dibandingkan dengan
keterampilan berpendapat. Selain itu dimungkinkan pada pertemuan ketiga, peserta
didik lebih banyak melakukan aktivitas yang tidak relevan sehingga kurang
maksimal ketika pembelajaran dilaksanakan sehingga peserta didik tidak dapat
bertanya karena kurang memahami materi yang disampaikan.
b. Kuantitas Keterampilan Berpendapat Peserta Ddik
Diperoleh data pengamatan kuantitas keterampilan berpendapat peserta
didik selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT pada materi larutan asam basa di kelas XI MIPA tersaji
dalam tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6 Data kuantitas keterampilan bertanya peserta didik
Kelompo Nama Frekuensi Berpendapat
k Peserta Didik Pertemuan 1 Pertamuan 2 Pertemuan 3

Berbeda dengan kuantitas bertanya peserta didik, kuantitas berpendapat


peserta didik mengalami kenaikan yang signifikan. Dapat diamati dalam tabel
4.6, yaitu pada pertemuan pertama diketahui ada ....% peserta didik yang
berpendapat atau sebanya 18 peserta didik yang berpendapat dari 32 peserta
didik, pada pertemuan kedua sebanyak ...% peserta didik yang berpendapat atau
sebanyak 28 peserta didik yang berpendapat, dan pada pertemuan ketiga
sebanyak ....% peserta didik yang berpendapat atau sebanyak 32 peserta didik
dari kelas XI MIPA yang berani berpendapat. Hal ini dikarenakan pada setiap
pertemuannya peserta didik lebih antusias dalam berpendapat karena akan ada
tambahan nilai dan penghargaan yang akan diberikan oleh guru. Peserta didik
diijinkan untuk berpendapat sesuai dengan pengetahuan mereka dan adanya
motivasi oenghargaan yang akan diberikan dalam setiap pertemuannya.
Pada pertemuan pertama, ketika pembelajaran dengan model kooperatif tipe
NHT diterapkan pada peserta didik jadi lebih aktif dalam pembelajaran dengan
cara mengungkapkan pendapatnya meskipun masih sebagian dari 32 siswa.
Peningkatan kuantitas keterampilan berpendapat peserta didik dapat
menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat melatihkan
komunikasi peserta didik terutam dalam hal berpendapat.
2. Kualitas Keterampilan Bertanya dan Berpendapat Peserta Didik
Kualitas bertanya dan berpendapat diamati menggunakan lembar pengamatan
kualitas keterampilan bertanya peserta didik (Lampiran 16) dan lembar pengamatan
kualitas keterampilan bertanya ini pada proses pembelajaran dibantu dengan alat audio
recorder guna merekam suara setiap ada peserta didik yang bertanya maupun
mengajukan pendapatnya, sehingga peneliti dapat menganalisis kualitas pertanyaan dan
pendapat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik dikatakan dapat berkomunikasi
dengan baik apabila memiliki kualitas bertanya dan berpendapat dengan predikat
minimal baik. Berikut diuraikan mengenai kualitas keterampilan bertanya maupun
berpendapat peserta didik.
a. Kualitas Keterampilan Bertanya Peserta Didik
Kualitas pertanyaan dari setiap peserta didik akan dianalisis berdasarkan
tingkatan bertanya Taksonomi Bloom yang terdiri atas 6 kategori, C1 sampai C6.
Kategori C1 merupakan kategori mengingat (remember) yang meliputi mengenali
serta mengingat kembali, kategori C2 merupakan kategori memahami (understand)
meliputi menginterprestasikan, memberi contoh, menyimpulkan, mengklarifikasi serta
merangkum. C3 merupakan kategori menerapkan (apply) meliputi melaksanakan dan
mengimplementasikan. C4 merupakan kategori menganalisis (analyze) yang meliputi
mengorganisasikan dan mendiferensiasikan. C5 merupakan kategori mengevaluasi
(evaluate) diantaranya mengecek serta mengkritik. Kemudian C6 merupakan kategori
menciptakan (create) yaitu merancang dan merencanakan (Arends, 2008)
Kualitas keterampilan bertanya peserts didik kelas XI MIPA selama proses
pembelajaran kooperatif tipe NHT dari pertemuan pertama hingga ketiga tersaji secara
ringkas dalam Tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7 Data rekapan penilaian kualitas keterampilan bertanya peserta
didik pertemuan 1 sampai 3.
Predikat
Pertemuan
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
1
2
3

Berdasarkan Tabel 4.7. di atas dapat dilihat kualitas keterampilan bertanya


peserta didik pada pertemuan pertama hingga ketiga sebanya .....% peserta didik
memperoleh predikat kurang baik, .......% peserta didik memperoleh predikat cukup
baik, untuk predikat baik dan sangat baik sebanyak ....% pada pertemuan pertama.
Kemudian pada pertemuan kedua sebanyak ....% peserta didik memperoleh predikat
kurang baik, ....% predikat cukup baik, ......% predikat baik, dan .....% predikat sangat
baik. Sedangkan pada pertemuan ketiga sebanyak .....% peserta didik memperoleh
predikat kurang baik, ....% predikat cukup baik, ......% predikat baik, dan ......%
predikat sangat baik. Peserta didik selama pembelajaran berlangsung terlibat aktif
dalam mengajukan pertanyaan baik dalam forum klasikal maupun dalam diskusi kecil.
Keterlaksanaan sintaks pembelajaran koperatif tipe NHT dari pertemuan pertama
hingga pertemuan ketiga merupakan pendukung keterampilan bertanya pseserta didik,
dan keterlaksaan sintaks tersebut memperoleh kategori sangat baik. Fase-fase yang
terdapat di dalam keterlaksanaan sintaks model pembelajarandapat melatihkan
keterampilan komunikasi peserta didik. Pada fase pertama terdapat langkah
memotivasi peserta didik sehingga mereka dapat tertarik dalam belajar materi yang
akan diajarkan serta timbul rasa ingin tahupeserta didik sehingga menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan.
Berikut deskripsi hasil dari pengamatan keterampilan bertanya peserta didik
setiap kelompok pada materi larutan asam basa di SMA Negeri 1 Krian Sidoarjo yang
dilakukan selama tiga kali pertemuan dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT.
a. Kelompok 1
Dilakukan pengamatan keterampilan bertanya pada kelompok 1 yang
beranggotakan 6 peserta didik kelompok 1 yang beranggotakan 6 peserta
didik yang berinisial ..,...,....,...,....,.....,.. . seluruh anggota dari kelompok ini
tidak mengajukanpertanyaan sama sekali baik di dalam forum diskusi klasikal
maupun di dalam forum diskusi kecil.

b. Kualitas Keterampilan Berpendapat Peserta Didik


Kualitas keterampilan berpendapat peserta didik dianalisis dari dua kategori yaitu
logis dan analitis. Menurut Cangara (2007), pendapatpeserta didik dikatakan logis
apabila informasi yang disampaikan dilandasi dengan fakta-fakta dan pendapat yang
bisa mendukung materi yang disajikan. Dan pendapat peserta didik dikatakan analitis
apabila pesan tersusun secara sistematik dan teratur, penyampaian pesan secara
langsung serta tidak berbelit-belit, dan setiap masalah dianalisis secara terperinci satu
persatu.
Kualitas keterampilan berpendapat peserta didik selama pembelajaran kooperatif
tipe NHT dari pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga tersaji secara ringkas pada
Tabel 4.8. sebagai berikut.
Tabel 4.8. Rekapitulasi data penilaian kualitas keterampilan berpendapat
peserta didik
Predikat
Pertemuan
Kurang Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik
1
2
3

Berdasarkan Tabel 4.8, diperoleh data kualitas keterampilan berpendapat peserta


didik kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Krian Sidoarjo selama tiga kali pertemuan. Tabel
tersebut menunjukkan peningkatan maupun penurunan dari data kualitas berpendapat
peserta didik. Untuk predikat “kurang baik” terjadi penurunan dari pertemuan pertama
hingga pertemuan ketiga, berturut-turut persentase penurunan predikat “kurang
baik”.....%,.....%, dan .....%. Sedangkan persentase predikat “cukup baik” mengalami
peningkatan di setiap pertemuannya, ........% di pertemuan pertama, ....% di pertemuan
kedua, dan ....% pertemuan ketiga. Kemudian predikat “baik” diketahui penurunan
yang terjadi dari pertemuan awal ke pertemuan kedua, kemudian meningkat pada
pertemuan ketiga. Persentase dari pertemuan pertama, kedua, dan ketiga berturut-turut
....%, .....%, dan .....%. Untuk predikat “sangat baik” diketahui terjadi peningkatan
pada pertemuan kedua yaitu adri .....% menjadi .....% dan kemudian mengalami
penurunan di pertemuan ketiga sebesar ....%. Hasil data yang diperoleh menunjukkan
bahwa keterampilan berpendapat peserta didik telah dilatihkan melalui model
pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Untuk mengetahui lebih jelas peningkatan maupun penurunan persentase hasil
kualitas keterampilan berpendapat peserta didik selama tiga kali pertemuan dengan
predikat tertentu dapat dilihat dalam Gambar 4.4 sebagai berikut.

Berikut hasil deskripsi dari pengamatan keterampilan berpendapat peserta didik


setiap kelompok pada materi larutan asam basa dengan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT di kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Krian Sidoarjo.
a. Kelompok 1
Dilakukan pengamatan pada kelompok 1 terhadap 6 peserta didik yang
berisial AMA, AMAR, DDYP, DK, MRHA dan YUNA. Beberapa peserta
didik dari anggota kelompok 1 telah mengemukakan pendapat dengan
kualitas berpendapat yang berbeda-beda pada pertemuan pertama hingga
pertemuan ketiga. Pada pertemuan pertama peserta didik yang berinisial
DDYPP, DK, dan YUNA memperoleh predikat “kurang baik” dikarenakan
masing-masing dari peserta didik tersebut tidak mengemukakan pendapatnya
sama sekali selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk peserta didik
berinisial AMA dan AMAR mendapatkan predikat “cukup baik” karena
masing-masing dari peserta didik telah berpendapat sebanyak dua kali, akan
tetapi pendapat kedua peserta didik tersebut belum mencapai aspek logis
maupun analitisnya. Kemudian untuk peserta didik berinisial MRHA pada
pertemuan pertama telah mengemukakan pendapat, aspek logis, tidak tercapai
akan tetapi telah mencapai aspek analitis sehingga MRHA mendapatkan
predikat “baik”. Berikut pendapat MRHA yang masuk ke dalam kategori
analitis “Boron memiliki elektron valensi tiga, yang berikatan dengan tiga
atom flour yang memiliki elektron valensi tujuh dan membentuk tiga
pasangan elektron ikatan. Sedangkan Nitrogen memiliki elektron valensi lima,
yang berikatan dengan tiga atom hidrogen yang memiliki e,emtron valwnsi
satu dan membentuk tiga pasangan elektron ikatan serta sepasang pasangan
elektron bebas. Jadi, NH3 memiliki kemampuan untuk mendonorkan
pasangan elektron bebasnya untuk membentuk ikatan kovalen koordinasi
dengan BF3, sehingga NH3 bertindak sebagai donor pasangan elektron (basa)
dan BF3 bertindak sebagai akseptor pasangan elektron”.
Pada pertemuan kedua masih ada peserta didik yang tidak
mengungkapkan pendapat sam sekali selama proses pembelajaran
berlangsung sehingga mendapatkan predikat “kurang baik”, peserta didik
tersebut berinisial AMAR dan DDYP. Untuk empat peserta didik lainnya di
kelompok 1 ini yang berinisial AMA, DK, MRHA, dan YUNA mendapatkan
predikat “cukup baik” karena masing-masing dari mereka telah
mengemukakan pendapatnya masing-masing selama proses pembelajaran
berlangsung.
Pada pertemuan ketiga terjadi penurunan predikat oleh MRHA menjadi
"kurang baik” dimungkinkan karena kurang fokus pada saat mengikuti proses
pembelajaran atau karena faktor lainnya. Untuk peserta didik lain yang
berinisial AMAR, DK, dan YUNA memperoleh predikat “cukup baik” karena
masing-masing dari mereka telah mengemukakan pendapatmya akan tetapi
aspek logis dan analitis masih belum tercapai. Sementara itu DDYP telah
berpendapat sebanyak satu kali dan terlah mencapai aspek logis, namun
belum mencapai aspek analitis sehingga DDYP memperoleh predikat “baik”.
Sedangkan AMA selama proses pembelajaran berlangsung telah
mengemukakan pendapatnya sebanyak dua kali, dimana 1 pendapatmya
menacapai aspek analitis akan tetapi belum mencapai aspek logis ,dan
pendapat lainnya telah mencapai kedua aspek yaitu aspek logis dan analitis.
Sehinga dalam pertemuan ketiga ini, AMA memperoleh predikat “sangat
baik”.

D. Hasil Belajar Peserta Didik Sebagai Data Pendukung


Untuk memperoleh data peningkatan hasil belajar peserta didik, dilakukan pre-test
sebelum pembelajran dan post-test sesuadah pembelajaran dengan menerapkan model
pembelaran koperatif tipe NHT pada materi larutan asam-basa. Sola pre-test maupun post-
test berupa soal obyektif pilihan ganda yang berjumlah 20 butir soal. Hasil belajar peserta
didik digunakan oleh peneliti sebagai data pendukung bahwa keterampilam komunikasi
peserta didik yang telah dilatihkan dapat meningkatkan hasil belajar mereka.
1. Ketuntasan Hasil Belajar Peserta Didik
Ketuntasan hasil belajar peserta didik kelas XI MIPA dalam materi asam basa
diperoleh dari hasil pre-test dan post-test yang telah dikerjakan oleh peserta didik. Data
hasil belajar yang diperoleh ditunjukkan dalam Tabel 4.9. berikut.
Tabel 4.9. Hasil Nilai N-gain Peserta Didik Kelas XI MIPA
Nama Nilai Nilai N-
No. Peserta Pre- Pred. T/TT Post- Pred. T/TT gain Kategori
Didik test test score

Jumlah
Rata-rata

Keterangan :
KKM : 75
Pred. : Predikat
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa pada saat pre-test masih terdapat
banyak siswa yang belum mencapai bahkan bisa dikatakan jauh dari nilai KKM yang
diberikan oleh sekolah yaitu sebesar 75. Sedangkan tujuan dari pemberian pre-test adalah
untuk mengetahui pengetahuan kognitif awal peserta didik pada materi asam basa
sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Dari tabel di atas
terlihat bahwa dari 32 siswa kelas XI MIPA yang mendapatkan nilai ≥75 hanya
terdapat ... siswa. Hal tersebut dimungkinkan karena rata-rata keseluruhan siswa dari
kelas XI MIPA belum belajar mengenai materi yang akan disampaikan sehingga belum
memahami maksud dari materi tersebut. Sedangkan untuk pemberian soal post-test
setelah diberikan dan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada
materi asam basa bertujuan untuk mengetahui pengetahuan kognitif akhir siswa
mengenai asam basa. Dari tabel 4.9. dapat dilihat bahwa peserta didik banyak yang telah
mencapai nilai KKM bahkan melampaui nilai KKM. Hasil post-test menunjukkan bahwa
dari 32 peserta didik terdapat ..... peserta didik yang mendapatkan nilai ≥75 dan hanya
ada ... peserta didik yang belum mencapai nilai KKM.
Dalam suatu penelitian , siswa dikatakan tuntas secara klasikal apabila terdapat 80%
siswa dalam kelas XI MIPA yang berjumlah 32 peserta didik mendapat nilai ≥75.
Berdasarkan tabel 4.9 diketahui sebanyak ... peserta didik mendapatkan nilai ≥75, maka
terdapat .......% peserta didik yang tuntas berdasarkan perhitungan sebagai berikut :

jumlah siswa yang tuntas


%ketuntasan klasikal = x 100%
jumlah seluruh siswa

Sehingga dapat dikatakan bahwa penerpan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dapat meningkatkan hasil belajar pesera didik karena terdapat .....% peserta didik di kelas
XI MIPA yang tuntas dalam hasil belajarnya.
2. Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik (N-gain)
Peningkatan hasil belajar peserta didik kelas XI MIPA pada materi larutan asam basa
dapat diukur menggunakan analisis N-gain, yaitu selisih yang diperoleh dai
penguranngan nilai post-test dan pre-test. Menurut Hake (2002) menyatakan bahwa
hasil selisih tersebut menunjukkan peningkatan penguasaan atau pemahaman konsep
peserta didik setelah pembelajaran yang telah dilakukanoleh guru. Perolehan N-gain
setiap individu berbeda-beda. Dari perolehan N-gain tersebut, dapat dikelompokkan
menjadi tida kelompok yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan tabel 4.9
diperoleh persentase dari keriga kategori N-gain tersebut dan dikategorikan seperti
pada tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10 Persentase peningkatan hasil belajar peserta didik (N-gain)
berdasarkan Tabel 4.9
Kategori Persentase
Rendah
Sedang
Tinggi

Data tersebut menunjukkan setiap peserta didik mengalami suatu peningkatan hasil
belajar meskipun skor N-gain yang mereka peroleh berbeda-beda. Peserta didik
dikatakan terlatih dalam keterampilan komunikasi jika mendapatkan skor N-gain
dengen kriteria minimal sedang dengan rentang skor 0,30 ≤ g ˂ 0,70. Berdasarkan
tabel 4.9 diketahui bahwa N-gain klasikal sebesar 0,54 dan termasuk ke dalam kriteria
sedang sehingga dapat dinyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHY
selain dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik juga dapat melatihkan
keterampilan komunikasi (bertanya dan berpendapat) peserta didik. Penelitian ini
tidak dapat disimpulkan secara nyata bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT
serta keterampilan komunikasi peserta didik dapat berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa seperti pada gambar 4.7. peserta didik dengan hasil belajar yang rendah
memiliki keterampilan komunikasi yang rendah juga, namun terdapat juga peserta
didik yang hasil belajarnya tinggi tetapi keterampilan komunikasinya rendah.

Anda mungkin juga menyukai