Anda di halaman 1dari 9

1.

Tuliskan detail adab makan dan minum serta adab dikamar mandi,adab buang air kecil dan
besar.

2.Bagaimanakah adab mulia memuliakan Allah Detail beserta dasar hukumnya.

3.bagaimanakah anda memperlakukan orang tua dalam kehidupan sehari hari?bagaimanakan


adab kalian kepada keduanya?

4.sebutkan secara detail adab terhadap Guru, Ulama, kyai dan dosen beserta dalil ayat dan
hadisnya.

5. bagaimanakah adab anda terhadap lawan jenis?deskripkan kseharian anda dan bagaimana
islam mengarurnya?detail dg ayat dan hadisnya

6.bagaimanakan anda memperlakukan teman dan dan yang lebih muda? bagaimana islam
mengatur nya lengkap firman dalil alquran dan hadisnya sebagai landasan.

JAWABAN:
1).
Adab makan dan minum

1. Minum Sambil Duduk

Terlepas dari perbedaan pendapat yang sudah dijelaskan oleh para ulama tentang hukum
makan atau minum sambil berdiri, setidaknya secara medis sudah dijelaskan bahwa minum
sambil duduk itu dianggap lebih baik daripada minum sambil berdiri atau sambil tiduran.

2. Mengucapkan Basmalah

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah
Radhiyallahu'anha:
"Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka hendaknya ia mengucapkan Bismillah
(menyebut nama Allah Ta'ala). Jika ia lupa untuk menyebut nama Allah di awal, hendaknya ia
mengucapkan: "Bismillahi awwalahu wa aakhirotu (dengan nama Allah pada awal dan
akhirnya)". (HR. Tirmidzi).

3. Makan dan Minum dengan Tangan Kanan

Dari Umar bin Abi Salamah, ia berkata, "Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan
Rasulullah shallallhu'alaihi wa sallam, tanganku bersileweran di nampan saat makan. Maka
Rasulullah Saw bersabda,

"Wahai Ghulam, sebutlah nama Allah (bacalah "Bismillah"), makanlah dengan tangan kananmu
dan makanlah makanan yang ada dihadapanmu." Maka seperti itulah gaya makanku setelah itu,
(HR. Bukhari, dalam kitab Al-Ath'imah Bab At-Tasmiyyah 'ala Ath-Tha'am wa Al-Akhlu bi Al-
Yamin).

4. Tidak Meniup Makanan atau Minuman

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu'anhuma dijelaskan
tentang larangan meniup untuk mendinginkan makanan atau minuman yang masih panas:

"Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu'anhuma bahwa Nabi Muhammad Saw melarang pengembusan
nafas dan peniupan (makanan atau minuman) pada bejana," (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

5. Minum dengan Tiga Tegukan

Dalam sebuah kesempatan, Rasulullah Saw bersabda:

"Janganlah kalian minum seperti minumnya hewan. Tetapi minumlah kalian dengan dua atau
tiga kali, dan jika kalian minum sebutlah nama Allah (membaca basmallah), kemudian pujilah
Dia (membaca hamdalah), ketika kalian mengangkatkan (selesai minum)." (HR. At-Tirmidzi).

6. Menuangkan Air Ke Gelas Secukupnya

Hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu'anhuma:

"Rasulullah melarang minum langsung dari mulut qibrah (wadah air yang terbuat dari kulit) atau
wadah air minum yang lainnya." (HR Bukhari no. 5627).

7. Mengucapkan Hamdallah
Sebagaimana yang sudah dipraktikkan Rasulullah, ketika beliau selesai dari makan atau minum,
beliau membaca:

"Puji syukur kepada Allah yang telah memberi makan dan memberi minum kepada kami serta
menjadikan kami termasuk orang-orang Islam." (HR. Abu Dawud).

Adab dikamar mandi

1. Membaca Doa Sebelum Masuk

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa umat muslim dianjurkan untuk membaca doa
masuk kamar mandi. Dari Imam al-Tirmidzi dari Sayyidina Ali, dia berkata bahwa Nabi
bersabda;

َ ُ‫ت بَنِى آ َد َم إِ َذا َدخَ َل أَ َح ُدهُ ُم ْال َخالَ َء أَ ْن يَق‬


ِ ‫ول بِس ِْم هَّللا‬ ِ ‫َس ْت ُر َما بَ ْينَ أَ ْعي ُِن ْال ِجنِّ َوعَوْ َرا‬

Artinya: “Penghalang antara pandangan jin dan aurat manusia adalah jika salah seorang di
antara mereka memasuki kamar mandi, lalu dia mengucapkan “bismillah”.

2. Selalu Dahulukan Kaki Kiri

Saat akan memasuki kamar mandi, dianjurkan bagi Anda umat muslim untuk mendahulukan
kaki kiri. Dijelaskan alasannya bahwa karena kamar mandi adalah tempat yang kotor, manusia
masuk dalam keadaan kotor, sehingga karena kaki kiri melambangkan kekotoran tersebut maka
sebaiknya ia didahulukan. Saat keluar, barulah Anda mendahulukan kaki kanan.

3. Jangan Berlama-Lama

Salah satu hal yang seringkali tak disadari dan dilakukan oleh banyak umat muslim adalah,
berlama-lama di dalam kamar mandi. Dala Islam, kamar mandi sering diasosiasikan sebagai
tempat syaitan. Sehingga sebaiknya Anda menyelesaikan kepentingan di dalam kamar mandi
dengan segera. 

4. Jangan Menghadap atau Membelakangi Arah Kiblat

Susunan toilet atau jamban sebaiknya diletakkan dengan posisi yang berlawanan arah dengan
arah kiblat.

5. Tidak Melakukan Istinja dengan Tangan Kanan

Telah dianjurkan dalam agama Islam agar seluruh umatnya melakukan istinja dengan tangan kiri.
Tangan kanan adalah tangan yang dianjurkan digunakan untuk makan, menulis, dan kegiatan-
kegiatan dasar lainnya.
6. Tidak boleh membawa barang bertuliskan nama Allah

Beberapa benda, misalnya cincin atau Al-Qur’an, bisa saja memiliki nama Allah di atasnya.
Barang-barang tersebut tidak boleh dibawa apabila kita hendak memasuki kamar mandi.

7. Tidak Bersuara

Saat berada di dalam kamar mandi, sebaiknya Anda tidak bersuara terlebih lagi menyanyi.
Bahkan dianjurkan untuk tidak menjawab salam saat Anda masih atau sedang berada di dalam
kamar mandi.

8. Membaca Doa Saat Keluar

Sama halnya saat Anda membaca doa masuk kamar mandi, saat keluar pun Anda dianjurkan
untuk membaca doa.

Adab buang air kecil dan besar

1. Tidak buang air di tempat terbuka

Hal ini dilarang dalam Islam karena Rasulullah saw. telah memberikan contoh untuk selalu
menutup diri dan menjauh dari orang lain di saat kita buang air

2. Tidak buang air di jalan atau rumah orang

Bukan tanpa alasan Islam melarang kita untuk buang hajat sembarangan. Pastinya, kita merasa
jijik jika melihat kotoran di jalan yang setiap hari kita lalui.

Begitu juga di saat ada orang yang seenaknya kencing di dinding rumah kita; bisa membuat kita
geram dan jengkel.

3. Tidak boleh buang hajat di air yang tergenang

Apabila kita kencing dan buang air besar sembarangan di sana, air dari tempat-tempat tersebut
akan tercemar dan menjadi berbahaya bagi orang yang menggunakannya.

2). Adab memuliakan ALLAH SWT


1. Iman Dan Tidak Kufur..
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk beriman kepada-
Nya dan kepada perkara-perkara yang wajib diimani. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
‫ب الَّ ِذي أَ ْنزَ َل ِم ْن قَ ْب ُل ۚ َو َم ْن يَ ْكفُرْ بِاهَّلل ِ َو َماَل ئِ َكتِ ِه‬ ِ ‫ب الَّ ِذي نَ َّز َل َعلَ ٰى َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا‬
ِ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا آ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا‬
‫ضاَل بَ ِعيدًا‬‫اًل‬ َ ‫ض َّل‬ ‫آْل‬ ْ
َ ‫َوكتبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َواليَوْ ِم ا ِخ ِر فَقَ ْد‬ ُ ُ
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada
kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.
Barangsiapa yang kafir kepada Allah , malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
dan hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. [an-Nisâ’/4:136]

2. Syukur Dan Tidak Kufur Nikmat.


Nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hambanya sangat banyak, oleh karena itu kewajiban
seorang hamba untuk mensyukurinya adalah dengan mengakui bahwa nikmat itu datang dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala , memuji-Nya dengan lidah, dan mempergunakan nikmat-nikmat
tersebut untuk keridhaan-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ِ ‫فَ ْاذ ُكرُونِي أَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوا لِي َواَل تَ ْكفُر‬
‫ُون‬
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. [al-Baqarah/2:152]

3. Mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’ala Dan Tidak Melupakan-Nya.


Manusia hendaklah selalu mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak melupakan-Nya.
Karena kewajiban hamba adalah mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan kecintaan yang
paling tinggi. Seseorang yang mencintai sesuatu, dia akan selalu mengingat dan menyebutnya
serta tidak melupakannya. Orang yang melupakan Allah Azza wa Jalla , Allah Subhanahu wa
Ta’ala pun akan melupakannya; Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membiarkannya dalam
kesusahan. Allah Azza wa Jalla berfirman:

ِ َ‫َواَل تَ ُكونُوا َكالَّ ِذينَ نَسُوا هَّللا َ فَأ َ ْن َساهُ ْم أَ ْنفُ َسهُ ْم ۚ أُو ٰلَئِكَ هُ ُم ْالف‬
َ‫اسقُون‬
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka
lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. [al-Hasyr/59:19]

4. Taat Dan Tidak Bermaksiat


Yaitu selalu berusaha mentaati Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, dan mengembalikan
segala perkara yang diperselisihkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ِ ‫يَاأَيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا أَ ِطيعُوا هللاَ َوأَ ِطيعُوا ال َّرسُو َل َوأُوْ لِى ْاألَ ْم ِر ِمن ُك ْم فَإِن تَنَا َز ْعتُ ْم فِي َش ْى ٍء فَ ُر ُّدوهُ إِلَى هللاِ َوال َّرس‬
‫ُول إِن ُكنتُ ْم‬
ْ
ً‫ك َخ ْي ُُر َوأَحْ َسنُ تَأ ِويال‬
َ ِ‫تُ ْؤ ِمنُونَ بِاهللِ َو ْاليَوْ ِم ْاألَ ِخ ِر َذل‬
Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri (ulama
dam umarâ’) di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’ân) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya. [an-Nisâ’ / 4:59]

5. Tidak Mendahului Allah Subhanahu Wa Ta’ala Dan Rasul-Nya.


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ِ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تُقَ ِّد ُموا بَ ْينَ يَد‬
‫َي هَّللا ِ َو َرسُولِ ِه ۖ َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ إِ َّن هَّللا َ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan
bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [al-
Hujurât /49:1]

6. Takut Terhadap Siksa-Nya


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
‫اخ َشوْ ِن َواَل تَ ْشتَرُوا بِآيَاتِي ثَ َمنًا قَلِياًل‬
ْ ‫اس َو‬
َ َّ‫فَاَل ت َْخ َش ُوا الن‬
Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. dan janganlah
kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. [al-Mâidah/5: 44

7. Malu Kepada-Nya
Seorang muslim akan selalu menyadari bahwa ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
pengawasan-Nya itu meliputi segala sesuatu, termasuk semua keadaannya. Oleh karena itu
hatinya penuh dengan rasa hormat dan pengagungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala . Dia
malu berbuat maksiat dan menyelisihi keridhaan-Nya. Karena bukanlah merupakan adab, ketika
seorang hamba menampakkan perbuatan maksiatnya kepada tuannya atau membalas
kebaikannya dengan keburukan-keburukan, padahal tuannya selalu mengawasinya.

8. Bertaubat Kepada-Nya
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa di antara sifat manusia adalah
banyak berbuat dosa dan kesalahan. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ‫ُكلُّ ا ْب ِن آ َد َم َخطَّا ٌء َوخَ ْي ُر ْالخَ طَّائِينَ التَّوَّابُون‬
Semua anak Adam banyak berbuat kesalahan, dan sebaik-baik orang-orang yang banyak berbuat
kesalahan adalah orang-orang yang banyak bertaubat. [HR. Tirmidzi, no. 2499; Ibnu Mâjah;
Ahmad; ad-Dârimi. Dihasankan oleh Syaikh al-Albâni]

9. Husnuzhan (Berbaik Sangka) Kepada-Nya.


Termasuk adab kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah berbaik sangka kepada-Nya. Karena
merupakan adab dan prasangka yang buruk, ketika seseorang bermaksiat kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan dia menyangka bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak
mengawasinya dan tidak akan membalasnya.

3). TAULAH JAWABANNYA


4). Adab terhadap guru dan dosen

1. Mendoakan kebaikan untuk guru/dosen

Balaslah kebaikan dengan kebaikan pula. Salah satu hal yang dapat kita lakukan untuk membalas
kebaikan guru adalah dengan mendoakannya. Jika bukan karena ilmu yang disampaikan oleh
guru, mungkin kita masih dalam keadaan bodoh dan tidak tahu banyak hal. Rasulullah bersabda:
“Apabila ada yang berbuat baik kepadamu maka balaslah dengan balasan yang setimpal. Apabila
kamu tidak bisa membalasnya, maka doakanlah dia hingga engkau memandang telah mencukupi
untuk membalas dengan balasan yang setimpal.” (HR Bukhari)

2. Tidak menggaduh di hadapan guru/dosen

Bagaimana rasanya ketika kita sedang berdiri menyampaikan sesuatu namun orang yang kita
ajak berbicara malah mengobrol sendiri? Tidak enak bukan? Pun begitu dengan guru. Ketika
mereka sedang menyampaikan sesuatu, maka dengarkanlah dengan seksama. “Saat kami sedang
duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian
duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun
dari kami yang berbicara” (HR. Bukhari).

3. Menghormati hak guru/dosen

Guru juga memiliki hak-hak dalam mengajar, maka hargailah hak guru tersebut. “Bukanlah
termasuk golongan kami, orang yang tidak menghormati orang yang tua, tidak menyayangi yang
muda, dan tidak mengerti hak ulama kami.” (HR. Al-Bazzar 2718, Ahmad 5/323, lafadz milik
Al-Bazzar. Dishahihkan oleh al-Albani dalam Shohih Targhib 1/117)

4.Merendahkan diri di hadapan guru/dosen

Rendah dirilah di hadapan guru, sebab orang yang sombong biasanya akan sulit menerima apa
yang disampaikan oleh orang lain. Ibnu Jama’ah rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang
murid mengetahui bahwa rendah dirinya kepada seorang guru adalah kemuliaan, dan tunduknya
adalah kebanggaan.” (Tadzkirah Sami’ hal. 88)

5. Duduk, bertanya, dan mendengarkan dengan baik

Di dalam majlis ilmu, lakukan segala sesuatunya dengan baik. Misalkan ingin bertanya, maka
memohonlah ijin dengan sopan dan tidak menyelanya ketika berbicara. Syaikh Bakr Abu Zaid
Rahimahullah di dalam kitabnya Hilyah Tolibil Ilm mengatakan, “Pakailah adab yang terbaik
pada saat kau duduk bersama syaikhmu, pakailah cara yang baik dalam bertanya dan
mendengarkannya.”

6. Bersabar terhadap kesalahan guru/dosen


Guru juga memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang dengan lemah lembut, juga ada guru
yang memiliki cara mengajar yang keras. Ketika sudah berniat untuk menuntut ilmu, maka sudah
seharusnya kita bersabar dalam berjuang di dalamnya, termasuk bersabar terhadap guru kita.
Jangan malah marah atau malas karena tidak ingin bertemu dengan guru yang tidak sesuai
dengan yang kita harapkan. Al Imam As Syafi Rahimahullah mengatakan, “Bersabarlah terhadap
kerasnya sikap seorang guru Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya”
Kewajiban menuntut ilmu tidak akan berhenti sampai kita mati. Maka pahamilah bagaimana
adab yang seharusnya dilakukan terhadap guru. Agar ilmu yang kita peroleh menjadi berkah dan
bermanfaat. (SH/RI)

5). Adab terhadap lawan jenis


1. Menjaga sopan santun.
Sopan santun diperlukan dalam bertindak dan berucap. Hal ini dilakukan demi menghargai
orang lain atau antar sesama remaja
. 2. Mengerti dan memahami.
Dua sifat ini bisa menimbulkan dampak positif. Yakni dapat terjalinnya persahabatan antar
remaja hingga waktu yang cukup lama.
3. Selalu mengajak ke arah kebaikan.
Mengajak ke arah kebaikan dapat meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Seorang
remaja diharapkan selalu dapat menjadi rekan bagi temannya untuk selalu mengajak ke jalan
kebaikan.
4. Saling membantu.
Dalam pergaulan, dibutuhkan sikap saling membantu. Selain itu, juga diiringi sifat lapang dada.
Apabila ada teman yang membutuhkan pertolongan, maka selayaknya dibantu. Namun demikian,
andai ada yang kurang berkenan, setidaknya lapang dada dalam menyikapinya juga diperlukan.
5. Jujur dan Adil.
Dua sifat yang penting dimiliki remaja. Dengan menanamkan perilaku jujur, maka tidak akan
menimbulkan masalah bagi orang lain. Demikian pula perilaku adil atau tidak pilih kasih
terhadap sesama.
6. Berjuang mencari ilmu. Sebagai seorang remaja, mencari ilmu merupakan hal terpenting
sebelum memasuki masa dewasa. Dalam salah satu riwayat, Nabi SAW pernah bersabda:
"Barangsiapa keluar dalam rangka menuntut ilmu maka dia berada di jalan Allah sampai dia
kembali," (HR At-Tirmidzi No. 2571).

Para ulama ini menyandarkan pandangannya dengan beberapa hadits Nabi,


salah satunya yang diriwayatkan Imam At-Thabrani dari sahabat Ma’qal bin
Yasar. Nabi SAW bersabda: 

  ‫س أَ َح ِد ُك ْم بِ ِم ْخيَ ٍط ِم ْن َح ِدي ٍد‬ ْ ْ ‫ أَ ْن ي‬:‫عن معقل بن يسار رضي هللا عنه أن رسول هللا وسلم قال‬
ِ ‫ُط َعنَ فِي َرأ‬
ُ‫َخ ْي ٌر لَهُ ِم ْن أَ ْن يَ َمسَّ ا ْم َرأَةً ال ت َِحلُّ لَه‬
“La-an yuth’ana fi ra’si ahadikum bimihyathin min hadidin khairun lahu min
an yamassa imra-atan laa tahillu lahu.”

“Menusuk kepala dengan jarum dari besi, itu jauh lebih baik buat seorang
Muslim di antara kalian dibandingkan jika ia bersentuhan dengan wanita yang
bukan halal baginya,”.

Anda mungkin juga menyukai