Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN ANTARA IMAN, ILMU DAN AMAL

D
alam Islam, antara Iman, Ilmu dan Amal terdapat hubungan yang
terintegrasi kedalam agama Islam sebagai ajaran (paradigma)
Islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem
kehidupan. Dalam agama Islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu
Akidah, Syari’ah dan Akhlak. Sedangkan Iman, Ilmu dan Amal barada
didalam ruang lingkup tersebut. Iman berorientasi terhadap “Rukun Iman
yang enam”, sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada “Rukun Islam
yang lima” yaitu tentang tata cara ibadah dan pengamalanya yang
menghasilkan “Ihsan” - kebaikan dan kemanfaatan bagi manusia dan alam
lingkungannya.

Akidah merupakan landasan pokok dari setiap amal seorang muslim dan
sangat menentukan sekali terhadap nilai amal, karena akidah itu berurusan
dengan hati. Akidah sebagai kepercayaan yang melahirkan bentuk
keimanan terhadap rukun iman,  yaitu iman kepada Allah, Malaikat-
malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rosul-Rosul Allah, hari Qiamat, dan
Takdir.

Meskipun hal yang paling menentukan adalah akidah (iman), tetapi tanpa
integritas ilmu dan amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka
keislaman seorang muslim menjadi kurang utuh, bahkan akan
mengakibatkan penurunan keimanan pada diri muslim, sebab eksistensi
prilaku lahiriyah seseorang muslim melambangkan batinnya.

Hubungan Iman dan Ilmu


Beriman berarti meyakini kebenaran eksistensi dan ajaran Allah swt dan
Rasulullah saw. Serta dengan penuh ketaatan menjalankan ajaran tersebut.
Untuk dapat menjalankan perintah Allah swt dan Rasul saw kita harus
memahaminya terlebih dahulu sehingga tidak menyimpang dari yang
dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Cara memahaminya adalah dengan
selalu mempelajari ajaran agama (Islam).

Iman dan Ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak
adanya. Dengan ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya dengan
iman orang yang berilmu dapat terkontrol dari sifat egoisma pribadi
(kelompok, bangsa), sombong dan semena-mena yang berakhir menjadi
berakibat rusaknya tatanan hidup sosial kemasyarakatan dan meruntuhkan
peradaban yang telah susah payah dibangun manusia.

Hubungan Iman dan Amal Shaleh

Amal Sholeh merupakan wujud dari keimanan seseorang. Artinya orang


yang beriman kepada Allah swt harus menampakan keimanannya dalam
bentuk amal sholeh. sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya yang
artinya:

(4) Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya; (5) kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-
rendahnya. (6) kecuali orang-orang yang BERIMAN dan BERAMAL
SHOLEH (mengerjakan kebajikan) , maka mereka akan mendapat pahala
yang tidak ada putus-putusnya. [QS At-Tin 95:4-6]

Iman dan Amal Sholeh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat
dipisahkan. Mereka bersatu padu. Satu sisi ada dan satu sisi lainnya tidak
ada, begitu sebaliknya, maka dia tidak berharga sama sekali. Iman tanpa
Amal Sholeh juga dapat diibaratkan pohon tanpa buah.

Dengan demikian seseorang yang mengaku beriman harus menjalankan


keislamannya, begitu pula orang yang mengaku Islam harus menyatakan
keislamannya. Iman dan Islam seperti bangunan yang kokoh didalam jiwa
karena diwujudkan dalam bentuk amal sholeh yang menunjukkan nilai-
nilai keislaman.

Hubungan Amal dan Ilmu

Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama, ilmu
adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal yang lurus dan
berkembang bila didasari dengan ilmu. Dalam semua aspek kegiatan
manusia harus disertai dengan ilmu baik itu yang berupa amal ibadah atau
amal perbuatan lainnya, sebagai mana sebuah hadits Rasul saw yang
artinya:

“Barang siapa yang menghendaki kehidupan Dunia, maka wajib baginya


memiliki Ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akhirat,
maka wajib memiliki Ilmu. Dan barangsiapa menghendaki keduanya, maka
wajib baginya memiliki Ilmu”. [HR Turmudzi].

Dengan begitu maka tujuan amal yang dikehendaki seseorang mesti dicapai
dengan ilmu. Amal ini akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu.
Begitu juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna jika diiringi
dengan amal. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam perilaku manusia.
Sebuah perpaduan yang saling melengkapi dalam kehidupan manusia yaitu
setelah berilmu lalu beramal.
Ajaran Islam sebagai mana tercermin dari Al-Qur'an sangat kental
dengan nuansa - nuansa yang berkaitan dengan ilmu, ilmu menempati
kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam. Keimanan yang
dimiliki oleh seseorang akan jadi pendorong untuk menuntut  ilmu,
sehingga posisi orang yang beriman dan berilmu berada pada posisi yang
tinggi dihadapan Allah yang berarti juga rasa takut kepada Allah
akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk
beramal shaleh.

Dengan demikian nampak jelas bahwa keimanan yang dibarengi


dengan ilmu akan membuahkan amal yang amal shaleh.  Maka
dapat disimpulkan bahwa keimanan dan amal perbuatan beserta
ilmu membentuk segi tiga pola hidup yang kokoh. Ilmu, Iman dan Amal
Shaleh merupakan faktor menggapai kehidupan bahagia.

Tentang hubungan antara Iman dan Amal, diterankan sebagaimana sabda


Rasulullah saw yang artinya: “Allah tidak menerima iman tanpa amal
perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman”.  [HR
Ath-Thabrani]. Kemudian dijelaskannya pula bahwa: “Menuntut ilmu itu
wajib atas setiap muslim”, [HR Ibnu Majah dari Anas, dan HR Al Baihaqi].
Selanjutnya, suatu ketika seorang sahabatnya, Imran, berkata bahwasanya
ia pernah bertanya kepada Rasulullah saw: "Wahai Rasulullah, amalan-
amalan apakah yang seharusnya dilakukan orang-orang?"
Beliau saw menjawab: “Masing-masing dimudahkan kepada suatu yang
diciptakan untuknya”, [HR Bukhari] “Barangsiapa mengamalkan apa yang
diketahuinya, niscaya Allah mewariskan kepadanya ilmu yang belum
diketahuinya”, [HR. Abu Na’im]. “Ilmu itu ada dua, yaitu ilmu lisan, itulah
hujjah Allah Ta’ala atas makhluk-Nya, dan ilmu yang di dalam qalb (qalbu,
hati, kesadaran), itulah ilmu yang bermanfaat”, [HR At-Tirmidzi].
“Seseorang itu tidak menjadi ‘alim (ber-ilmu) sehingga ia mengamalkan
ilmunya”, [HR Ibnu Hibban].

Suatu ketika datanglah seorang sahabat kepada Nabi saw dengan


mengajukan pertanyaan: “Wahai Rasulullah, apakah amalan yang lebih
utama?” Jawab Rasulullah saw: “Ilmu Pengetahuan tentang Allah!”
Sahabat itu bertanya pula “Ilmu apa yang Nabi maksudkan?” Jawab
Nabi saw: “Ilmu Pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala!”
Sahabat itu rupanya menyangka Rasulullah saw salah tangkap, ditegaskan
lagi “Wahai Rasulullah, kami bertanya tentang amalan, sedang Engkau
menjawab tentang Ilmu!” Jawab Nabi saw pula “Sesungguhnya sedikit
amalan akan berfaedah (berguna) bila disertai dengan ilmu tentang Allah,
dan banyak amalan tidak akan bermanfaat bila disertai kejahilan tentang
Allah”, [HR Ibnu Abdil Birr dari Anas]. Kejahilan adalah kebodohan yang
terjadi karena ketiadaan ilmu pengetahuan.

Dengan demikian, banyak amal setiap orang menjadi sangat berkaitan


dengan keimanan dan ilmu pengetahuan karena “Sesungguhnya orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, niscaya mereka
diberi petunjuk oleh Rabb (Tuhan) kerana keimanannya”, [QS Yūnus 10:9].

Ilmu pengetahuan tentang Allāh Subhanāhu wa Ta’āla adalah


penyambung antara keimanannya dengan amalan-amalan manusia di
muka bumi ini. Sebagaimana kaedah pengaliran iman yang diajarkan oleh
Rasulullah saw, bahwasanya iman adalah sebuah tashdiq bil-qalbi (dari
hati) yang di ikrarkan bil-lisan (dengan ucapan) dan di amalkan bil-
arkan (berdasar rukun, prinsip dan dasar keislaman). Dengan itu di
simpulkan bahawa kita jangan memisah ketiga komponen menjadi
“berjalin berkelindan” yang telah kita perhatikan tadi (iman, ilmu dan
amal) karena pemisahan setiap komponen menjadikan Islam itu janggal.

Kaitan Antara Iman, Ilmu dan Amal

D
alam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan
kehidupan yang sejahtera, bahagia, dan damai kepada semua
orang yang mau melakukan amal kebaikan yang diiringi dengan
iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt semata, lihat surat  Ath-
Thalāq, surat ke-64, ayat 2 dan 3: “Barang siapa bertakwa kepada Allah,
niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya…Dan barang siapa
bertawakkal kepada Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah
mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu”.

Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan amal
sholeh jika perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai iman dan takwa,
sehingga dalam pemikiran Islam perbuatan manusia harus berlandaskan
iman dan pengetahuan tentang pelaksanaan perbuatan.

Sumber Ilmu Menurut Ajaran Islam

Sumber-sumber menurut ajaran (paradigma) Islam sebagai berikut:

● Wahyu, yaitu sesuatu yang dibisikkan dan diilhamkan ke dalam sukma


(jiwa, qalb, kalbu, hati) serta isyarat cepat yang lebih cenderung dalam
bentuk rahasia atau tanda-tanda yang disebut ayat (ayat-ayat, firman-Nya
dalam Kitab Suci Al-Qur’an) Allah swt - “Qur’aniyah”.

● Akal (‘aql), yaitu suatu kesempurnaan manusia yang diberikan oleh


Allah swt untuk berpikir dan menganalisa semua yang ada dan wujud
diatas dunia yang disebut ayat (ayat-ayat, tanda-tanda yang ada di alam
semesta) Allah swt - “Kauniyah”.

Allah swt akan mengangkat harkat dan martabat manusia yang beriman


kepada Allah swt dan berilmu pengetahuan luas, yang diterangkan dalam
surat Al-Mujadālah, surat ke-58 ayat 11. Yang isinya bahwa: Allah akan
mengangkat tinggi-tinggi kedudukan orang yang berilmu pengetahuan dan
beriman kepada Allah swt, orang yang beriman diangkat kedudukannya
karena selalu taat melaksanakan perintah Allah swt  dan Rasul-Nya,
sedangkan orang yang berilmu diangkat kedudukannya karena dapat
memberi banyak manfaat kepada orang lain.

Islam tidak menghendaki orang ‘alim (berilmu) yang digambarkan seperti


lilin, mampu menerangi orang lain sedang dirinya sendiri hancur. Ini besar
sekali dosanya, karena dapat memberitahu orang lain, sementara dirinya
sendiri tidak mengerjakannya, [QS Ash-Shaff 61:3]. Padahal dan
semestinya orang ‘alim (pandai, berilmu)  hendaknya menjadi contoh dan
teladan bagi orang lain, dan dibawah naungan dan lindungan Allah swt,
[QS Al-Mujādalah 58:11].

Iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh yang telah
berjalin berkelindan - tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya.
Hubungan Antara Iman, Ilmu dan Amal Dalam Kehidupan

Sumber pokok ilmu pengetahuan menurut Islam adalah wahyu dan akal
yang keduanya tidak boleh dipertentangkan karena manusia diberi
kebebasan dengan mengembangkan akalnya dengan catatan dalam
pengembangan tersebut tetap, terikat dengan wahyu dan tidak akan
bertentangan dengan syariat Islam. Sehingga ilmu pengetahuan dibagi
menjadi 2 bagian besar yaitu ilmu yang bersifat abadi yang tingkat
kebenarannya bersifat mutlak dan ilmu yang bersifat perolehan yang
tingkat kebenarannya bersifat nisbi.

Menuntut ilmu pengetahuan dan mendalami ilmu agama bertujuan untuk


mencerdaskan umat dan mengembangkan agama Islam agar dapat
disebarluaskan dan dipahami oleh  masyarakat. Tiga macam kewajiban
ilmu pengetahuan bagi orang mukmin:

● Menuntut ilmu (belajar), mulai dari buaian sampai liang lahat,


● Mengamalkan ilmunya yang telah dipelajarinya,
● Bagi yang berilmu, mengajarkan kepada orang lain tanpa pilih kasih.

Kewajiban menuntut ilmu fardhu ‘ain - dalam bidang agama, karena


agama merupakan sistem hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan
manusia. Allah juga memberikan tuntunan agar motivasi dan niat belajar
serta menuntut ilmu itu hanya semata-mata karena Allah swt, seperti yang
disebutkan firman-Nya dalam Kitab Suci Al-Qur’anyang artinya:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan,


2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmu lah yang Maha Mulia,
4. Yang mengajar (manusia) dengan pena,
5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. [QS Al-‘Alaq
96:1-5]

Dalam ayat lain Allah swt menyuruh manusia untuk memperdalam ilmu


pengetahuan, yang terdapat dalam Firman Allah swt yang artinya:

Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang


laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada
orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. [QS An-
Nahl 16: 43].

Rasulullah saw bersabda yang artinya: “Mencari ilmu itu wajib bagi


muslim laki-laki dan muslim perempuan”. [HR Ibnu Majah]

Adapun kewajiban menuntut ilmu ada dua macam, yaitu:

Fardhu ‘Ain, yaitu kewajiban menuntut ilmu yang terkait dengan individu
muslim tentang pokok-pokok ajaran agama yang termasuk dalam rukun
Islam (ibadah mahdhah) atau ibadah khusus lainnya seperti rukun iman.

Fardhu Kifayah, yaitu kewajiban menuntut ilmu yang keberadaannya


terkait dengan kepentingan masyarakat muslim dan masyarakat umum.
Kewajiban ini tidak mutlak seluruh ilmu mesti dikuasai (melainkan bidang
yang ia ingin kuasai saja sehubungan dengan pekerjaan atau minatnya).
Dalam pengertian khusus, apabila ilmu yang diperlukan sudah terpenuhi,
ditekuni oleh sejumlah ilmuan sehingga kebutuhan masyarakat tercukupi,
maka terlepaslah kewajiban menuntut ilmu tersebut. Akan tetapi apabila
masih kekurangan sehingga jalannya pembangunan masyarakat akan
terganggu, maka kewajiban tersebut masih ada dan menjadi tanggung
jawab keseluruhan untuk mencukupinya.

Menuntut ilmu adalah hal yang wajib yang dilakukan manusia untuk
memperluas wawasan sehingga derajat kita pun bisa terangkat. Ilmu juga
membantu memecahkan kebutuhan dan persoalan hidupnya. Menuntut
ilmu merupakan ibadah sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw yang
artinya: Menuntut ilmu diwajibkan diatas orang Islam laki-laki maupun
perempuan”.

Menurut Hadits Riwayat Al-Baihaqi, “Betapa wajib dan pentingnya


hubungan sinerji antara iman, ilmu, dan amal perbuatan, sehingga mencari
ilmu dalam kondisi apapun dalam orang mukmin merupakan suatu
kewajiban yang tidak bisa diabaikan serta dalam mengamalkannya yang
dilandasi iman karena Allah swt. Karena itu ilmu fardhu ‘ain dan fardhu
kifayah yang dicari itu bermanfaat baik di dunia maupun di akhirat.

Dengan itu ada kesungguhan bagi yang menuntutnya karena dorongannya


hanya satu yaitu perintah Allah swt.

Anda mungkin juga menyukai