Perlindungan sosial pada pasal 28 PP 39/2012 dimaksudkan untuk mencegah dan menangani resiko dari
guncangan dan kerentanan sosial seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat agar
kelangsungan hidupnya dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal. BPS (t.t) menuliskan
bahwa kebutuhan dasar manusia dapat dibagi menjadi makanan dan non makanan. Pendidikan
merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dalam kategori non makanan yang harus dipenuhi oleh
negara sebagaimana fungsi kesejahteraan negara. Demikian juga dengan amanat pasal 31 UUD 1945
bahwa pemerintah memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan sistem pendidikan serta
membiayainya. Dengan demikian, suatu keharusan jika pemerintah menganggarkan dana untuk bidang
pendidikan dalam kerangka kesejahteraaan sosial.
Tujuan Program BOS menurut Buku Panduan 2006: Program Bantuan Operasional sekolah (BOS)
bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa
yang lain, agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam
rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun.
Program pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dimaksudkan sebagai bantuan kepada
sekolah/madrasah/salafiyah dalam rangka membebaskan iuran siswa namun sekolah tetap dapat
mempertahankan mutu pelayanan pendidikan kepada masyarakat. Pemberian program BKM
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat keluarga kurang/tidak mampu akan layanan
pendidikan jenjang Sekolah Lanjutan Atas dan yang sederajat (SLA dan sederajat).
Dana BOS dikeluarkan sesuai dengan jumlah siswa
Jika jumlah muridnya kecil jadi jumlah sarana yang bisa mereka berikan, kualitas yang bisa memberikan
itu sangat kecil.
Kita harus tahu komposisi harus adil antara kebutuhan operasional sekolah dengan pembiayaan gaji
guru honorer. Jangan sampai keteteran. Kebijakan terbaru, BOS bisa digunakan untuk membayar
honorer maksimal 50%
Padahal dana bos diterima oleh kepala sekolah itu jumlah siswa di kalikan 900.00 (sudah ditetapkan oleh
pemerintah untuk anak SD)
Contoh : Terdapat sekolah SD Inpres jalan Lestari,siswa nya kelas 1 hanya 10 orang, dan mempunyai 6
kelas saja sampe kelas 6.
Memang sekolah ini bersaing dengan sekolah swasta,MTs yang ada dekat di sekolah tersebut
Nah, padahal sekolah ini memiliki guru honorer dan penggunaan BOS digunakan bukan hanya untuk
honorer saja
Tetapi keperluan lain, seperti untuk buku pelajaran apalagi sekarang buku ada Tema 4,5,6
Dari pemahaman kita juga jumlah peserta didik yang rendah merupakan penanda bahwa para orang tua
menganggap kualitas layanan dari sekolah-sekolah tersebut tidak sesuai harapan. Kondisi ini juga
menyebabkan inefisiensi dalam pengalokasian sumber daya termasuk dalam hal ini guru dan tenaga
kependidikan
Kita tahu penggunaan Kuota Internet di berikan kepada siswa untuk melakukan Pembelajaran Jarak Jauh
dan itu digunakan BOS
Kuota saja sudah berapa, buat saja 35.000 kepada 1 siswa,siswa 50 orang
Padahal kepala sekolah menggaji guru honorer,buku Tema, bayar uang air dan listrik,kebutuhan alat
kantor, dll
2.
Penyaluran anggaran pendidikan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, termasuk bantuan
operasional sekolah (BOS), sering terlambat. Karena itu, pemerintah diminta tetap mengawasi dan
memberikan sanksi kepada daerah yang telat menyalurkannya.
Waktu penyaluran dana BOS harus tepat waktu, karena keterlambatan dana BOS mempengaruhi
operasional sekolah, dana BOS yang diberikan kepada sekolah harus ditingkatkan jumlahnya, mengigat
kegiatan operasional sekolah sangat banyak, dan diadakanya penguatan kepada komite sekolah
terutama yang menyangkut tugas dan fungsi komite
Sekarang
Nadiem memberikan kebijakan terhadap penggunaan dana BOS. Dimana terdapat empat perbaikan
kebijakan dalam penyaluran dana bantuan operasional sekolah (BOS) pada 2020.
Perbaikan ini merupakan episode ketiga dari rangkaian kebijakan merdeka belajar. Perbaikan pertama
yaitu penyaluran dana BOS yang diberikan langsung dari pemerintah pusat ke rekening sekolah, tidak
lagi melalui pemerintah daerah. Penyalurannya juga dilakukan secara bertahap, yaitu tiga kali dalam
setahun
Proses verifikasi data yang sebelumnya dilakukan dua kali setahun dan SK ditetapkan pemerintah
provinsi, kini dipermudah dengan penetapan SK oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud). Itu dengan verifikasi data dari pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
Batas akhir pengambilan data sekali per tahun setiap 31 Agustus, untuk mencegah keterlambatan APBD-
P.
Mempercepat proses penerimaan. Harapan ke depannya tidak telat lagi diterimanya. Harapannya juga
mengurangi beban administrasi sekolah, karena sekarang transfernya semakin sedikit. Proses
verifikasinya hanya sekali dalam setahun.
Perbaikan kedua, pemerintah memberikan kebebasan kepada kepala sekolah untuk menggunakan dana
BOS sesuai kebutuhan sekolah. Menurut Nadiem, langkah ini dilakukan karena setiap sekolah memiliki
kebutuhan yang berbeda-beda.
Adapun peraturan baru dari skema penggunaan dana BOS di sekolah, yaitu sekolah diizinkan untuk
menggunakan maksimal 50% dari dana BOS untuk pembiayaan guru honorer dan tenaga didik lainnya.
Kemendikbud melakukan langkah ini untuk membantu menyejahterakan guru honorer, yang memang
layak mendapatkan upah yang lebih layak. Satu-satunya orang yang mengetahui adalah kepala sekolah,
jadi kita berikan kewenangan bagi kepala sekolah untuk menentukan.
Perbaikan ketiga, yaitu pemerintah menaikkan nilai satuan dana BOS bagi setiap peserta didik per tahun.
Untuk tingkat SD dari Rp 800 ribu menjadi Rp 900 ribu, tingkat SMP dari Rp 1 juta menjadi Rp 1,1 juta,
tingkat SMA dari Rp 1,4 juta menjadi Rp 1,5 juta, dan tingkat SMK dari Rp 1,4 juta menjadi Rp 1,6 juta.
Nadiem menegaskan dengan semakin besarnya dana BOS yang diterima dan kebebasan yang diberikan
pemerintah kepada pihak sekolah untuk mengelola dana tersebut, maka arus transparansi dan
akuntabilitas harus semakin meningkat. Pada 2019, lanjut dia, hanya 53% sekolah yang melaporkan
penggunaan dana BOSnya pada pemerintah. Oleh sebab itu, Mendikbud memberlakukan peraturan
baru. Pihak sekolah wajib mengirimkan pelaporan penggunaan dana BOS secara daring melalui laman
https://bos.kemdikbud.go.id/.
Keempat
Apabila pihak sekolah tidak menyelesaikan laporan penggunaan dana tahap pertama dan kedua, maka
pemerintah tidak akan memberikan sisa 30% dari dana BOS yang seharusnya disalurkan pada tahap
ketiga. Misalnya setelah Kemendikbud tidak menerima laporan via online pada tahap pertama dan
kedua, maka yang ketiga tidak akan kita transfer dana BOS-nya. Jadi, kita harus ada 100% dari semua
sekolah pelaporan lewat online untuk bisa menerima biaya BOS yang terakhir.
Selama ini, pemerintah telah memberikan dana untuk menunjang kegiatan operasional dalam bentuk
Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Sedangkan biaya personal siswa tetap ditanggung orang tua. Biaya
ini yang kemudian menjadi cakupan Program Indonesia Pintar (PIP). PIP merupakan program lanjutan
dari Bantuan Siswa Miskin (BSM) yang pernah dimulai pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
PIP masuk dalam kerangka kebijakan penanggulangan kemiskinan sesuai amanat Perpres 166 tahun
2014 tentang Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Aktivitas program ini adalah penyaluran
bantuan dana kepada siswa yang memiliki hambatan ekonomi dalam mengakses pendidikan
Program Indonesia Pintar bahwa tujuannya antara lain; 1) meningkatkan akses bagi anak usia 6 sampai
21 tahun untuk mendapatkan layanan pendidikan sampai tamat satuan pendidikan menengah untuk
mendukung pelaksanaan Pendidikan Menengah Universal/ Rintisan Wajib Belajar 12 tahun, 2)
mencegah peserta didik dari kemungkinan putus sekolah (drop out) atau tidak melanjutkan pendidikan
akibat kesulitan ekonomi, 3) menarik anak usia sekolah yang tidak bersekolah dan/atau peserta didik
putus sekolah (drop out) atau tidak melanjutkan agar kembali mendapatkan layanan pendidikan di
sekolah/Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)/Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)/Lembaga Kursus dan
Pelatihan (LKP) atau satuan pendidikan nonformal lainnya.Besaran dan Peruntukan Bantuan PIP
Dikdasmen
Bantuan PIP Dikdasmen diberikan kepada Peserta Didik penerima sebanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun anggaran dengan rincian besaran sebagai berikut:
1. Sebesar Rp225.000,00 (dua ratus dua puluh lima ribu rupiah) untuk kelas 6.
2. Sebesar Rp450.000,00 (empat ratus lima puluh ribu rupiah) untuk kelas 1, 2, 3, 4, dan 5J
1. Sebesar Rp225.000,00 (dua ratus dua puluh lima ribu rupiah) untuk
kelas 1.
2. Sebesar Rp450.000,00 (empat ratus lima puluh ribu rupiah) untuk kelas 2, 3, 4, 5, dan 6.
1.Sebesar Rp375.000,00 (tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) untuk kelas 9.
2. Sebesar Rp750.000,00 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) untuk kelas 8 dan 9.
Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB)/ Paket C
Gasal
Gasal
2. Sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) kelas 11, 12, dan 13.
b.membeli pakaian seragam sekolah/praktik dan perlengkapan sekolah (sepatu, tas, atau sejenisnya);
c.membiayai transportasi Peserta Didik ke sekolah;
Masih mewabahnya pandemi Covid-19 membuat pendidikan di Indonesia terkena imbas, mulai dari
minimnya akses pendidikan, fasilitas belajar yang tak memadai, hingga kurangnya dana pendidikan.
Namun dalam pelaksanaan pembelajaran secara daring, kendala yang sering kali dihadapi oleh anak-
anak adalah sulitnya sinyal internet atau kuota internet yang tidak memadai.
Adanya pandemi ini juga membuat banyak orangtua yang terkendala secara ekonomi, hal ini yang
menjadi salah satu pemicu penghambat kegiatan belajar mengajar bagi para peserta didik yang tidak
memiliki kuota internet maupun fasilitas yang memumpuni.
Untuk mengatasinya, pemerintah kemudian memberikan beberapa bantuan dana yang bisa dinikmati
para peserta didik. Salah satunya adalah bantuan kuota internet yang diperuntukan bagi para pelajar
serta pengajar untuk menunjang proses pembelajaran selama pandemi.
Selain memberikan bantuan dana pendidikan berupa kuota internet gratis, masih ada beberapa bantuan
dana yang diberikan pemerintah agar pendidikan di Indonesia tetap terus berjalan sebagaimana
mestinya.
Bantuan dana pendidikan yang diberikan pemerintah selama pandemi ini, selain PIP dan DANA BOS,
terdapat
Program bantuan dana pendidikan yang pertama dan tentu sudah tak asing didengar adalah KIP atau
Kartu Indonesia Pintar. Program ini dilakukan dengan memberikan bantuan tunai pendidikan kepada
anak usia sekolah mulai dari 6-12 tahun.
Adapun para peserta didik yang berhak mendapatkannya adalah mereka yang berasal dari keluarga
miskin, rentan miskin: pemilik Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), peserta Program Keluarga Harapan (PKH),
yatim piatu, penyandang disabilitas, serta korban bencana alam/musibah.
Untuk mendapatkan bantuan dana pendidikan berikut, peserta didik bisa menyiapkan berkas yang
dibutuhkan berupa Kartu Keluarga (KK), akta kelahiran, Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) atau SKTM
apabila tidak memiliki KKS, rapor hasil belajar, dan surat pemberitahuan penerima BSM dari Kepala
Sekolah/Madrasah.
Bantuan dana pendidikan dari pemerintah yang juga sudah tak asing bagi masyarakat adalah BLT atau
Bantuan Langsung Tunai. Di tahun 2021 ini, BLT bagi anak sekolah kembali diluncurkan pemerintah.
BLT anak sekolah tahun ini merupakan bagian dari Program Keluarga Harapan (PKH), yang mana
bantuan dana ini mulai diberikan kepada anak-anak di jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah
Menegah Atas (SMA) pada bulan Juli 2021.
Satu keluarga yang menerima BLT anak sekolah nantinya akan mendapat bantuan sebesar Rp4,4 juta
dengan rincian sebagai berikut:
Berikut syarat dan kriteria yang bisa diperhatikan bagi anak-anak mama yang ingin mendapatkan
bantuan dana pendidikan satu ini. Di antaranya adalah:
Pemilik KIP harus terdaftar di Data Pokok Pendidikan (Dapodik) lembaga pendidikan.
Bagi keluarga yang tidak memiliki KIP, pendaftaran BLT bagi anak sekolah dapat dilakukan dengan cara
melakukan pendaftaran ke lembaga dinas pendidikan terdekat dengan membawa Kartu Keluarga
Sejahtera (KKS).
Bagi siswa yang tidak memiliki KKS, maka orang tua dapat meminta Surat Keterangan Tidak Mampu
(SKTM) dari RT/RW hingga kelurahan sebagai syarat mendaftarkan ke dinas pendidikan.
Sesuai dengan namanya, dana bantuan ini akan diberikan kepada para pekerja atau buruh termasuk
kepada pendidik dan tenaga kependidikan berstatus non-PNS, meliputi dosen, tenaga perpustakaan,
tenaga laboratorium dan tenaga administrasi perguruan tinggi negeri maupun swasta.
Jika melihat laman resmi BSU, bantuan ini bertujuan untuk melindungi, mempertahankan dan
meningkatkan kemampuan ekonomi pekerja/buruh dalam penanganan dampak Covid-19.
Penyaluran bantuan subsidi tahun ini diberikan kepada para pekerja termasuk pengajar dengan jumlah
sebesar Rp 500.000,-/bulan selama dua bulan, yang akan diberikan sekaligus sebesar Rp 1.000.000,-
Bagi keluarga Mama yang memiliki syarat untuk mendapatkan dana bantuan pendidikan satu ini, berikut
syarat yang bisa diperhatikan:
Peserta aktif program jaminan sosial ketenagakerjaan BPJS Ketenagakerjaan s/d Juni 2021.
Mempunyai Gaji/Upah paling banyak sebesar Rp 3,5 juta. Pekerja/Buruh bekerja di wilayah dengan upah
minimum provinsi atau kabupaten/kota lebih besar dari Rp 3.500.000 (tiga juta lima ratus ribu rupiah)
maka persyaratan Gaji/Upah tersebut menjadi paling banyak sebesar upah minimum kabupaten/kota
dibulatkan ke atas hingga ratus ribuan penuh. Sebagai contoh: Upah minimum Kabupaten Karawang
sebesar Rp 4.798.312 dibulatkan menjadi Rp 4.800.000.
Bekerja di wilayah PPKM Level 3 dan Level 4 yang ditetapkan pemerintah.
Diutamakan yang bekerja pada sektor industri barang konsumsi, transportasi, aneka industri, properti
dan real estate, perdagangan & jasa kecuali Pendidikan dan Kesehatan (sesuai klasifikasi data sektoral
BPJSTK).
Itulah daftar bantuan dana pendidikan yang disalurkan pemerintah kepada para peserta didik maupun
pengajar selama pandemi Covid-19. Adapun tujuan darai pemberian dana bantuan ini adalah agar
sistem pendidikan Indonesia tetap berjalan optimal seperti sedia kala.