Nama Kelompok :
FAKULTAS EKONOMI
PRODI SARJANA AKUNTANSI
UNIVERSITAS PAMULANG
TAHUN 2021
1. Komprehensif Sustanibility Accounting
Isu tentang akuntansi berkelanjutan merupakan bahan mutlak untuk dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan dalam dunia bisnis, untuk ikut berpartisipasi dalam melestarikan alam.
Untuk mendukung pelaporan ini akuntansi memiliki pelaporan penting, karena diperlukan kerja
keras dan peranan perusahaan beserta kantor akuntan untuk menyertakan penilaian unsure
penyelamatan lingkungan dalam pekerjaannya demi keberlanjutan profesinya. Akuntansi
Keberlanjutan (Sustainability Accounting) merupakan alat yang digunakan oleh organisasi untuk
menjadi lebih berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan didefinisikan oleh Komisi Brundtland
Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1987.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi di bidang akuntansi keberlanjutan, yang dimulai
dengan berkurangnya memahami definisi dari pembangunan bekerlanjutan (Sustainable
Development). Tantangan lain adalah terkadang sulit untuk menghubungkan antara keberlanjutan
dan bisnis sebagai tujuan akhir, karena selama ini, umumnya secara tradisional bisnis harus
mendapatkan maksimalisasi profit, agar bisa dilihat layak sebagai pertumbuhan modal untuk
kepentingan pemegang saham. Meskipun dalam beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa
praktek-praktek bisnis yang berkelanjutan dapat mengejar untuk mempromosikan keuntungan
jangka panjang yang lebih besar, tetapi hubungan ini ternyata tidak selalu jelas, dan ada tanda
tanya besar, sejauh mana organisasi harus memepertimbangkan faktor – faktor yang tidak
meningkatkan keuntungan.
Akuntansi berkelanjutans endiri membutihkan suatu alat pengukuan. Pengukuran yang paling
banyak digunakan adalah Corporate Sustainability Reporting (CSR) dan Akuntansi Triple
Bottom Line (TBL atau 3BL). Konsep ini adalah kerangka kerja akuntansi dengan tiga bagian:
sosial, lingkungan (atau ekologis) dan keuangan. Akuntansi Triple Bottom Line (TBL)
memperluas kerangka pelaporan tradisional untuk memperhitungkan kinerja sosial dan
lingkungan di samping kinerja keuangan. Beberapa organisasi telah mengadopsi kerangka
kerja TBL untuk mengevaluasi kinerja mereka dalam perspektif yang lebih luas untuk
menciptakan nilai bisnis yang lebih besar. Triple Bottom Line (TBL) diciptakan oleh John
Elkington pada tahun 1994 dan dirancang untuk berpikiran bisnis waspada dari perlunya faktor
valuasi non-pasar, yakni mengintegrasikan modal alam untuk modal bisnis mereka.
Untuk melaporkan upaya mereka, perusahaan dapat menunjukkan komitmen mereka terhadap
tanggung jawab social perusahaan (CSR) melalui hal berikut:
Investasi kebijakan
Program