Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL PENELITIAN

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI

Nama Mahasiswa : Iftita Anugraini Akasi

NIM : 17101104022

Jurusan : Fisika

Judul Penelitian : Investigasi Struktur Sesar Bawah Permukaan dengan Menggunakan


Metode Geolistrik Konfigurasi Dipol-Dipol di Kelurahan Airmadidi
Atas Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara

Pembimbing : 1. As’ari, S.Si., M.Sc Ketua

2. Seni H.J Tongkukut, S.Si., M.Si Anggota

Hari/Tanggal : Jumat, 19 Maret 2021

Waktu :

Tempat : Gedung Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

LEMBAR PENGESAHAN SEMINAR USUL PENELITIAN

Nama : Iftita Anugraini Akasi


NIM : 17101104022
Program Studi : Fisika
Judul : Investigasi Struktur Sesar Bawah Permukaan dengan Menggunakan
Metode Geolistrik Konfigurasi Dipol-Dipol di Kelurahan Airmadidi
Atas Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara

Yang bersangkutan telah layak untuk melaksanakan seminar usul pada tanggal 19
Maret 2021.

Menyetujui:
Komisi Pembimbing,

As’ari, S.Si., M.Sc. Seni H.J Tongkukut, S.Si., M.Si


Ketua Anggota
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi seismotektonik wilayah Sulawesi Utara
yang aktif dan rawan terhadap bencana gempabumi (Gambar 1.1). Wilayah Sulawesi Utara
sebagai daerah rawan gempabumi berada pada lokasi dengan ancaman yang bersumber dari
tiga sumber utama yaitu dari subduksi lempeng Laut Maluku, subduksi lempeng Laut
Sulawesi (North Sulawesi Trench) dan subduksi lempeng bagian selatan Pulau Mindanao
Filipina (Bird, 2003). Selain itu, terdapat beberapa sesar lokal atau sesar yang melintasi tepat
di daerah Sulawesi Utara yang belum teridentifikasi dengan baik namun perlu diwaspadai
suatu saat dapat aktif dan berpotensi menimbulkan gempabumi. Adapun, sesar-sesar tersebut
adalah Sesar Gorontalo, Sesar Amurang, Sesar Bolaang Mongondow dan Sesar Manado
(Mamonto, 2015; Efendi dan Bawono, 1997). Aktivitas tektonik regional tersebut sebagai
generator (penggerak) terjadinya berbagai bencana alam seperti fenomena gempabumi, erupsi
vulkanik, tsunami, dan longsoran tanah.

Gambar 1.1 Peta Seismistas wilayah Sulawesi Utara dan Sekitar


(BMKG, 2019)
As’ari dan Tongkukut (2019) mengatakan bahwa sesar adalah sumber gempa darat
yang termasuk langka dipetakan. Gempa yang bersumber di sesar akan memberikan dampak
kerusakan yang besar khususnya pada kawasan yang dilalui sesar. Bangunan dan konstruksi
yang didirikan persis di atas jalur sesar akan mendapat efek goncangan gempa paling keras
ketika gempa terjadi. Studi kasus mengenai sesar menjadi sangat penting dalam rangka
melakukan usaha mitigasi bencana pergerakan tanah, sehingga perlu dilakukan survey
penentuan letak sesar di lokasi penelitian. Selain karena lokasi sesar berada dekat dengan
pemukiman warga, penggunaan lahan sebagai lokasi pemukiman juga menjadi faktor penting
perlunya survey letak sesar di lokasi penelitian. Sesar bawah permukaan sulit untuk
diidentifikasi karena informasi yang terbatas dari peta geologi dan profil bawah permukaan.
Salah satu metode geofisika yang cukup baik untuk memetakan kondisi bawah permukaan
guna mengetahui struktur perlapisan dan sesarnya adalah metode geolistrik. Metode
geolistrik dari beberapa survey elektroda merupakan indikator yang baik untuk
mengidentifikasi struktur terkait sesar (Lutfinur et al., 2015).
Berdasarkan lembaran peta geologi yang bersumber dari Pusat Survei Geologi
Bandung tahun 2007, menunjukkan bahwa kawasan Kabupaten Minahasa Utara tepatnya di
daerah sekitar Kelurahan Airmadidi Atas merupakan daerah yang dilalui sesar utama yang
beroreintasi pada arah strike Barat Laut-Tenggara. Selain itu terdapat sesar penyerta disekitar
lokasi tersebut. Kurangnya informasi pengetahuan masyarakat mengenai keberadaan sesar -
sesar ini dan potensi bencana yang dimilikinya menjadi daerah rawan bencana yang justru
dijadikan tempat pemukiman sehingga meningkatkan resiko terjadinya bencana.

1.2 Rumusan Masalah

Studi literatur sebaran sesar dari kenampakan permukaan peta geologi menyatakan
bahwa kawasan Kelurahan Airmadidi Atas Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara
merupakan daerah yang dilalui sesar utama yang beroreintasi pada arah strike Barat Laut-
Tenggara. Dengan Kurangnya informasi dan pengetahuan masyarakat mengenai keberadaan
sesar - sesar ini menjadi potensi bencana dan menjadi daerah rawan bencana yang justru
dijadikan masyarakat sebagai tempat pemukiman sehingga meningkatkan resiko terjadinya
bencana. Maka untuk itu diperlukan investigasi untuk mengetahui persebaran nilai resistivitas
di sekitar jalur sesar utama di Kelurahan Airmadidi Atas Kecamatan Airmadidi Kabupaten
Minahasa Utara dan mengidentifikasi struktur Sesar serta menvalidasi keberadaan sesar di
lokasi penelitian dengan menggunakan metode geolistrik konfigurasi dipol-dipol.
1.3 Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada :


1. Lokasi penelitian terletak di jalur Sesar Utama Kelurahan Airmadidi Atas, Kecamatan
Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara dengan koordinat (1025’09.77”-1025’36.10”)
LU dan (124059’07.73”- 124059’37.24”) BT.
2. Penelitian menggunakan metode Geolistrik Tahanan Jenis konfigurasi Dipol-Dipol

1.4 Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi struktur bawah permukaan di sekitar jalur sesar utama di Kelurahan


Airmadidi Atas Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara dengan mengetahui
persebaran nilai resistivitas di sekitar jalur sesar utama di Kelurahan Airmadidi Atas
Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai salah satu bentuk edukasi
masyarakat supaya lebih waspada terhadap ancaman bencana gempabumi yang bersumber
dari sesar yang belum teridentifikasi dengan baik namun berpotensi untuk menjadi sesar yang
aktif dimasa yang akan datang.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian sebelumnya

Beberapa penelitian sebelumnya terkait investigasi struktur sesar di bawah permukaan


menggunakan metode geolistrik dilakukan oleh:

Hasil penelitian yang dilakukan Fuji-ta & Ikuta (2000) di daerah sesar aktif Yamasaki
(Yamasaki fault) barat daya Jepang, menunjukkan adanya pola sesar berarah barat laut-
tenggara berdasarkan analisis data resistivitas anomali. Struktur sesar ditandai dengan zona
yang sangat konduktif sepanjang bidang sesar.

Kiyoshi dan Osamu (2000) menggunakan pendekatan studied by the multiple


electrodes resistivity method yang hasilnya menunjukkan resistivitas struktur hingga
kedalaman sekitar 10 km dan menemukan bahwa zona sistivitas membentang di sepanjang
sesar yang dianggap sebagai zona sesar dengan kandungan air tinggi (Electromag- Netic
Research Group of the Active Fault, 1982) yang mengakibatkan gempa bumi. Dengan survei
parit dilakukan di seluruh pusat sesar Yasutomi pada tahun 1996, ini mengungkapkan
kejadian-kejadian setidaknya lima gempa bumi besar yang terjadi sampai kedalaman 10 m.

Utiya et al., 2015 Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi WennerSchlumberger


dan Konfigurasi Dipole-dipole untuk Identifikasi Sesar Manado di Kecamatan Paaldua Kota
Manado. Hasilnya menunjukkan bahwa Kelurahan Malendeng, menunjukan adanya bidang-
bidang lemah pada lintasan 2 dan lintasan 4 yang memotong perlapisan antara batuan yang
memiliki nilai resitivitas batuan berkisar antara (2.72-86) Ωm yang diperkirakan sebagai
rekahan sampai kedalaman (2,50-40) meter dari permukaan tanah.

Twiss dan Moores (1992) menggunakan pendekatan Electrical Resistivity


Tomography untuk mengidentifikasi bidang sesar Chuya 27 September 2003 (Gorny Altai)
yang hasilnya menunjukkan bahwa variasi resistivitas yang diperoleh, ditemukan kontras
nilai resistivitas secara lateral. Hal tersebut mengindikasikan adanya perbedaan litologi yang
dibatasi oleh suatu bidang di bawah permukaan yang merupakan kemenerusan bidang sesar.

Syamsuddin et al., 2012 mengidentifikasi sesar bawah permukaan dengan


menggunakan metoda geolistrik konfigurasi Wenner Schlumberger di sekitar Das
Jene’berang, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa adanya struktur sesar minor yang telah tertimbun oleh produk-
produk muda hasil longsoran gunung Bawakareng. Sesar minor tersebut dicirikan oleh
adanya rekahan dan kekar-kekar di sekitar DAS Jeneberang dan penyebaran batuan ubahan di
sekitar lokasi penelitian.
Mamonto et al., 2015 mengidentifikasi Sesar Manado dengan menggunakan metode
geolistrik resistivitas konfigurasi Wenner-Schlumberger di Desa Watutumou II Kecamatan
Kalawat Kabupaten Minahasa Utara. Hasilnya menunjukan bahwa bahwa pada semua
lintasan rekahan teridentifikasi pada jarak 20 meter dari jalur Sesar Manado, dengan
kedalaman 0 – 3 meter dari permukaan tanah, dan harga resistivitas sebesar 0 – 80 Ωm.

Berdasarkan uraian mengenai penelitian menggunakan metode geolistrik yang telah


dilakukan oleh peneliti - peneliti sebelumnya di Indonesia, tentunya penulis akan mencoba
melakukan penelitian yang sama mengenai investigasi sesar dibawah permukan di wilayah
Kelurahan Airmadidi Atas, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara mengunakan
metode geolistrik konfigurasi dipol– dipol.

2.2 Distribusi Seismisitas Regional

Wilayah lengan utara Sulawesi merupakan salah satu wilayah yang mempunyai
tingkat seismisitas yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya di
Pulau Sulawesi. Gempa terbesar terakhir di Sulawesi Utara terjadi pada tanggal 15
November 2014 pukul 10.31 WITA dengan magnitudo 7,3. Gempa yang terletak di bagian
tengah Laut Maluku sekitar 132 km barat laut Halmahera Barat ini dirasakan kuat hampir di
seluruh wilayah Sulawesi Utara dan menyebabkan tsunami di Teluk Manado setinggi 0.03
meter.
Sumber-sumber gempa di wilayah Sulawesi Utara berasal dari beberapa
penunjaman seperti subduksi Laut Sulawesi, tumbukan ganda laut Maluku, penunjaman
lempeng laut Filipina, dan beberapa sesar aktif di daratan lengan utara Sulawesi. Oleh
karena itu wilayah ini termasuk wilayah yang sangat rawan terhadap bencana gempa-
gempa tektonik (Harmsen, 2007).
Gambar 2.1 Peta seismisitas wilayah Sulawesi Utara (BMKG, 2018)

Gambar 2.2 Penampang melintang seismisitas


Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1, dapat diketahui bahwa gempa di Sulawesi
Utara didominasi oleh gempa bumi kedalaman dangkal di bagian tengah Laut Maluku
memanjang ke utara hingga ke Kepulauan Talaud. Gempa-gempa kedalaman dangkal juga
tercatat di utara wilayah Gorontalo yang merupakan bagian dari sistem subduksi Laut
Sulawesi. Selain itu, terjadi pula beberapa gempa dangkal di darat yang diduga akibat sesar-
sesar lokal.

Sejumlah gempa bumi dengan kedalaman menengah juga banyak terjadi di wilayah
Sulawesi Utara akibat sistem subduksi ganda Laut Maluku, subduksi Laut Sulawesi, dan
subduksi Lempeng Filipina di bawah Halmahera. Untuk gempa-gempa dengan kategori
dalam dengan kedalaman lebih dari 300 km tersebar di Laut Sulawesi. Pola sebaran gempa-
gempa dalam ini membentuk garis memanjang dari selatan ke utara yang dapat diasosiasikan
dengan tunjaman lempeng Laut Maluku ke arah barat ke bawah busur Sangihe. Pola
tunjaman lempeng Laut Maluku dapat dilihat pada Gambar 2.1 yang memperlihatkan
penampang melintang sepanjang garis A-B dan garis C-D.

2.3 Kondisi Geologi Dan Sesar Setempat

Tatanan tektonik di bagian utara pulau Sulawesi dan kawasan Laut Maluku
merupakan salah satu tatanan tektonik yang cukup kompleks dan rumit karena adanya
penunjaman dan pertemuan antara beberapa lempeng. Wilayah ini merupakan pusat
pertemuan tiga lempeng konvergen, karena interaksi tiga kerak bumi utama (lempeng) di
masa Neogen (Simandjuntak, 1992). Konvergensi ini menimbulkan pengembangan semua
jenis struktur di semua skala, termasuk subduksi dan zona tumbukan, sesar dan thrust. Saat
ini sebagian besar struktur Neogen dan beberapa struktur pra-Neogen masih tetap aktif atau
aktif kembali (Pasau dan Tanauma, 2011). Struktur utama termasuk Subduksi Laut Sulawesi,
Sesar Gorontalo, Sulu Thrust, dan tumbukan ganda laut Maluku (Molluca sea collition).
Tumbukan (subduksi) ganda tersebut diakibatkan oleh penunjaman lempeng Pasifik terhadap
lempeng Eurasia sehingga menimbulkan dua busur melengkung yang arahnya berbeda, yaitu
busur Halmahera dan busur Sangihe. Busur Sangihe menunjam ke arah timur Laut Maluku,
sedangkan busur Halmahera menunjam ke barat mengarah ke Filipina dan perairan Maluku,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Penampang tiga dimensi subduksi ganda Lempeng Laut Maluku
(Hall dan Wilson, 2000)

Berdasarkan data GPS (Global Positioning System), secara umum wilayah


semenanjung Sulawesi bagian utara terbagi menjadi 2 blok yaitu North Sula Block dan
Manado Block dengan Sesar Gorontalo sebagai garis batas antar blok. Blok North Sula ini
meliputi daerah Gorontalo hingga sesar Gorontalo dan beberapa wilayah Sulawesi Tengah
yang ada di daerah semenanjung bagian utara Sulawesi. Sementara itu, Blok Manado dari
sesar Gorontalo hingga ujung daratan wilayah Sulawesi Utara, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.4. Blok North Sula dan Manado bergerak secara dekstral (sesar menganan)
terhadap Sesar Gorontalo dengan kecepatan pergerakan +11 mm/tahun (Socquet et al., 2006).

Gambar 2.4 Kecepatan pergerakan lempeng yang diukur dengan GPS dalam mm/tahun

Struktur geologi yang berkembang pada lembar Manado (Gambar 2.4) berupa sesar.


Sesar normal pada lembar ini dominan berarah barat laut–tenggara dan sebagian kecil
mempunyai arah timur laut–barat daya. Daerah pemetaan terletak dibagian timur dari lengan
utara Sulawesi yang merupakan busur gunung api yang terbentuk karena adanya tunjaman
ganda, yaitu lajur tunjaman Sulawesi Utara di sebelah utara lengan utara Sulawesi dan lajur
tunjaman Sangihe timur di sebelah timur dan selatan lengan utara (Simandjuntak, 1986).
Penunjaman tersebut mengakibatkan terjadinya kegiatan magmatisme dan kegunungapian
yang menghasilkan batuan plutonik dan gunung api yang tersebar luas. Tunjaman Sulawesi
Utara diduga aktif sejak awal Tersier dan menghasilkan busur gunung api Tersier yang
terbentang dari sekitar Toli-Toli sampai dekat Manado.

2.4 Sesar

Sesar (fault) adalah suatu rekahan pada batuan yang mengalami pergeseran sehingga
terjadi perpindahan antara bagian – bagian yang berhadapan dengan arah yang sejajar dengan
bidang Sesar (Asikin, 1979 dalam Syamsuddin, 2012). Menurut Lutfinur (2015) Sesar juga
merupakan suatu bentuk rekahan pada lapisan batuan bumi yang menyebabkan satu blok
batuan bergerak relatif terhadap blok yang lain. Pergerakan bisa relatif turun, relatif naik,
ataupun bergerak relatif mendatar terhadap blok yang lain. Pergerakan yang tiba-tiba dari
suatu sesar bisa mengakibatkan gempa bumi. Dari kedua pengertian diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa sesar adalah rekahan pada batuan yang memperlihatkan gejala
pergeseran. Secara umum, sesar diklasifikasikan berdasarkan atas dip bidang sesar dan arah
gerak relatifnya yaitu :

2.4.1 Sesar Normal (Normal Fault)


Secara umum, sesar normal terjadi sebagai akibat dari hilangnya pengaruh gaya
sehingga batuan menuju ke posisi seimbang (isostasi). Sesar normal dapat terjadi dari kekar
tension, release maupun kekar gerus. Pola pergerakan sesar turun dapat dilihat pada gambar
berikut:

Gambar 2.5 Sesar Normal


2.4.2 Sesar Mendatar (Strike-slip Fault)

Sesar mendatar adalah sesar yang pergerakannya sejajar, blok bagian kiri relatif
bergeser kearah yang berlawanan dengan blok bagian kanannya. Berdasarkan arah
pergerakan sesarnya, sesar mendatar dapat dibagi menjadi 2 jenis sesar yaitu Sesar Mendatar
Dextral (sesar mendatar menganan) dan Sesar Mendatar Sinistral (sesar mendatar mengiri).
Pada Gambar 2.6 dapat dilihat bahwa pergeseran pada sesar mendatar dapat sejajar dengan
permukaan sesar atau pergeseran sesarnya dapat membentuk sudut (dip-slip/oblique).
Sedangkan bidang sesarnya sendiri dapat tegak lurus maupun menyudut dengan bidang
horizontal.

Gambar 2.6 Sesar Mendatar

2.4.3 Sesar Naik (Thrust Fault)


Sesar naik adalah sesar dimana salah satu blok batuan bergeser ke arah atas dan blok
bagian lainnya bergeser ke arah bawah disepanjang bidang sesarnya. Pada umumnya bidang
sesar naik mempunyai kemiringan lebih kecil dari 450, Pada Gambar 2.7 dapat dilihat bahwa
salah satu bagian yang patah naik, dan bagian lainya tetap. Hal ini mengakibatkan
penyempitan dari keadaan luas sebelumnya. Sesar jenis ini biasanya terjadi pada daerah
tertekan, yakni di daerah pertemuan lempeng yang salah satu lempeng ditekan oleh lempeng
lainya.
2.5 Metode Geolistrik
Metode geofisika yang digunakan
Gambardalam penelitian
2.7 Sesar Naik ini adalah geolistrik. Geolistrik
pada dasarnya adalah suatu metode eksplorasi untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan
dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan, antara lain tahanan jenis atau resistivitas.
Namun perlu diingat bahwa nilai resistivitas yang diperoleh dari pengukuran geolistrik bukan
nilai resistivitas sebenarnya, melainkan nilai resistivitas semu atau apparent resistivity yang
telah mendapat pengaruh dari batuan lain di sekitarnya. Kedalaman yang diperoleh
tergantung bentangan kabel di lapangan, sehingga besar arus yang dipantulkan akan semakin
dalam sejalan dengan semakin panjang bentangan (Mamonto, 2015 dalam Waluyo dan
Utama, 2009).
Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger pada tahun
1912. Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui perubahan
tahanan jenis lapisan batuan bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus DC yang
mempunyai tegangan tinggi kedalam tanah. Metode geolistrik resistivitas ini terdapat 2
macam metode dalam pengambilan datanya, yaitu metode geolistrik resistivitas mapping dan
metode geolistrik resistivitas sounding. Metode resistivitas mapping merupakan metode
resistivitas yang bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas lapisan tanah bawah
permukaan secara horizontal. Sedangkan metode geolistrik resistivitas sounding bertujuan
untuk mempelajari variasi resistivitas batuan di dalam permukaan bumi secara vertikal.
Resistivitas ditentukan dari suatu tahanan jenis semu yang dihitung dari pengukuran
beda potensial antar elektroda yang ditempatkan dibawah permukaan tanah. Pengukuran beda
potensial antara dua elektroda dapat dilihat seperti pada Gambar 2.8 dimana beda potensial
yang terukur adalah hasil dari dua buah elektroda arus C yang merambat melalui medium
tanah dengan nilai resistivitas tertentu dan akhirnya sampai dan terekam pada elektroda
potensial P. (Todd, 1959)
Gambar 2.8 Garis arus listrik dan medan potensial yang timbul
karena adanya dua sumber arus listrik (Todd, 1959)
2.6 Konfigurasi Dipol-Dipol

Metode geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, salah satunya adalah konfigurasi
dipole-dipole. Konfigurasi dipole-dipole sering digunakan dalam eksplorasi geolistrik dengan
susunan jarak antar elektroda sama panjang seperti terlihat pada Gambar 2.9. Pada prinsipnya
konfigurasi dipole-dipole menggunakan 4 buah elektroda, yaitu pasangan elektroda arus yang
disebut current dipole C1C2 dan pasangan elektroda potensial yang disebut potential dipole
P1P2. Pada konfigurasi dipole-dipole, elektroda arus dan elektroda potensial bisa terletak
tidak segaris dan tidak simetris

Gambar 2.9 Bagan Pemasangan Elektroda Konfigurasi Dipol-Dipol


(Nabiada, 2016)
Untuk menambah kedalaman penetrasi maka jarak elektroda arus dan potensial
diperpanjang. Hal ini merupakan keunggulan konfigurasi dipol-dipol dibandingkan dengan
konfigurasi Wenner atau Schlumberger, karena tanpa memperpanjang kabel bisa mendeteksi
batuan yang lebih dalam. Konfigurasi dipol-dipol lebih banyak digunakan dalam eksplorasi
mineral-mineral sulfida dan bahan-bahan tambang dengan kedalaman yang relatif dangkal.
Hasil akhir dipole-dipole berupa penampang, baik secara horizontal maupun vertikal
(Saputro, 2010).

Untuk tiap konfigurasi dalam metode resistivitas memiliki faktor geometri dan tiap
konfigurasi memiliki faktor geometri yang berbeda. Merujuk pada persamaan (1) dan (2),
faktor geometri konfigurasi dipole-dipole adalah:
1 1 1 1 −1
k =2 π ⌊ ( )(
− − −
r1 r2 r3 r4 )
⌋ … … … … .(1)

atau

k d=2 π=nan ( n+ 2 )( n+1 ) … … … … … … ( 2 )

Dengan nilai a adalah besar spasi antar elektroda dan n adalah bilangan pengali.

2.7 Sifat Kelistrikan Batuan

Batuan tersusun dari berbagai mineral dan mempunyai sifat kelistrikan. Beberapa
batuan tersusun dari satu jenis mineral saja, sebagian kecil lagi dibentuk oleh gabungan
mineral, dan bahan organik serta bahan-bahan vulkanik. Sifat kelistrikan batuan adalah
karakteristik dari batuan dalam menghantarkan arus listrik. Batuan dapat dianggap sebagai
medium listrik seperti pada kawat penghantar listrik, sehingga mempunyai tahanan jenis
(resistivitas). Resistivitas batuan adalah hambatan dari batuan terhadap aliran listrik.
Resistivitas batuan dipengaruhi oleh porositas, kadar air, dan mineral. Menurut Telford
(1982) aliran arus listrik di dalam batuan dan mineral dapat digolongkan menjadi tiga macam,
yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara elektrolitik, dan konduksi secara dielektrik.

2.7.1 Konduksi Secara Elektronik (Ohmik)


Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak elektron bebas
sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan atau mineral oleh elektronelektron bebas
tersebut.

a. Konduksi Secara Elektrolitik


Sebagian besar batuan merupakan penghantar yang buruk dan memiliki resistivitas
yang sangat tinggi. Batuan biasanya bersifat porus dan memilik pori-pori yang terisi oleh
fluida, terutama air. Batuan-batuan tersebut menjadi penghantar elektrolitik, di mana
konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik dalam air. Konduktivitas dan resistivitas
batuan porus bergantung pada volume dan susunan pori-porinya. Konduktivitas akan semakin
besar jika kandungan air dalam batuan bertambah banyak, dan sebaliknya resistivitas akan
semakin besar jika kandungan air dalam batuan berkurang.

b. Konduksi Secara Dielektrik


Konduksi pada batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap aliran listrik artinya
batuan atau mineral tersebut mempunyai elektron bebas sedikit, bahkan tidak ada sama
sekali, tetapi karena adanya pengaruh medan listrik dari luar maka elektron dalam bahan
berpindah dan berkumpul terpisah dari inti, sehingga terjadi polarisasi.

Tabel 2.1 Nilai Resistivitas Batuan (Telford, 1990)

Material Resistivitas (Ωm)


Udara ( Air) ~
Pirit ( Pyrite) 0.01-100
Kwarsa ( Quartz) 500-800000
Kalsit ( Calcite) 1×1012-1×1013
Garam Batu ( Rock salt) 30-1×1013
Granit ( Granite) 200-10000
Andesit (Andesite) 1.7×102-45×104
Basal ( Basalt) 200-10.0000
Gamping ( Limestone) 500-10000
Batu pasir ( Sandstone) 200-8000
Batu tulis ( Shales) 20-2000
Pasir ( Sand) 1-1000
Lempung ( Clay) 1-100
Air tanah ( Ground water) 0.5-300
Air asin ( Sea water) 0.2
Magnetit ( Magnetite) 0.01-1000
Kerikil kering ( Dry gravel) 600-10000
Aluvium ( Alluvium) 10-800
Kerikil ( Gravel) 100-600

Berdasarkan nilai resistivitasnya, maka batuan ataupun mineral di alam dibedakan


menjadi 3 yaitu konduktor baik, konduktor sedang, dan isolator. Konduktor baik terjadi jika
nilai resistivitasnya sangat kecil, berkisar antara 10-8-1 Ωm, contohnya metal (logam-logam),
grafit, dan sulfida. Konduktor sedang terjadi jika nilai resistivitasnya 1-107 Ωm, contohnya
beberapa oksida, ore, dan batuan porus yang mengandung air. Isolator terjadi jika tidak dapat
mengalirkan arus listrik dan harga resistivitasnya sangat tinggi, lebih besar dari 107 Ωm.
Batuan ini terdiri dari mineral silikat, fosfat, karbonat, dll. Nilai resistivitas dari batuan
ditunjukkan pada Tabel 2.1.
III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


3.1.1 Tempat
Lokasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah di Kelurahan Airmadidi Atas,
Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara. Secara geografis lokasi penelitian berada
pada koordinat 1025’09.77”-1025’36.10” LU dan 124059’07.73”- 124059’37.24” BT. Adapun
peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

(a)
(b)
Gambar 3.1 (a) Peta lokasi penelitian dalam skala besar. (b) Peta lokasi penelitian Kelurahan
Airmadidi Atas, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara

3.1.2 Waktu

Waktu penelitian dilaksanakan pada Januari - Mei 2021

3.2 Alat Geolistrik

 1 Unit Multichennel & Multielectrode Resistivity and IP meter MAE X612-EM


 1 Unit Power Supply
 4 Roll kabel
 48 buah elektroda
 48 buah jumper
 1 buah GPS Garmin ctrex10
 1 buah GPS MAE X612-EM
 4 buah hammer
 4 buah handy talkie icom
 2 buah terpal
 Tali
 Sarung tangan
 Roll meter

3.3 Metode Penelitian

Secara umum penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan diantaranya sebagai
berikut: Studi pendahuluan, Perencanaan, Akuisisi data, Pengolahan data dan Interpretasi.

3.3.1 Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi umum
objek penelitian. Tahapan ini meliputi penggalian informasi mengenai keberadaan sesar
seperti kondisi geologi dan singkapan batuan dipermukaan, serta mencari rencana lokasi
penelitian. Pada penelitian ini, studi pendahuluan dilakukan melalui studi literatur dan survei
lapangan. Studi Literatur menggunakan lembaran peta sebaran sesar yang dikelurkan oleh
Badan Survey geologi pada tahun 2007.

Gambar 3.2 Peta Sebaran Sesar di lokasi peneltian (Badan Geologi Indonesia ,2007)
Garis kotak hitam merupakan daerah penelitian

3.3.2 Perencanaan

Perencanaan dilakukan agar penelitian berjalan dengan efektif, efisien, dan tepat
sasaran. Perencanaan diawali dengan menentukan metode geofisika yang tepat untuk
memperoleh objek target sesuai dengan hasil studi pendahuluan. Berdasarkan target yang
diinginkan, yaitu bidang sesar yang kemungkinan dicirikan dengan batas perbedaan litologi
secara lateral sehingga mengakibatkan kontras nilai parameter fisis pada kedalaman tertentu,
maka pengukuran metode geolistrik cocok untuk dilakukan.

Untuk mendeteksi bidang sesar perlu dilakukan pengukuran secara mapping dan
sounding. Metode tersebut dikenal juga dengan Geolistrik Konfigurasi dipol -dipol.
3.3.3 Akuisisi data

Akuisisi data adalah tahap pengambilan data di lapangan. Akuisisi data dilakukan
sesuai dengan desain survei yang telah direncanakan sebelumnya. Pada penelitian ini
pengukuran dilakukan dengan menggunakan desain survei seperti pada gambar 3.3

Gambar 3.3 Desain Survei Penelitian

3.3.4 Pengolahan Data

Setelah diperoleh data nilai resistivitas hasil pengukuran di lapangan, selanjutnya data
diolah agar kemudian dapat diinterpretasi data pengukuran mapping (2D) diolah
menggunakan software Res2Dinv.

3.3.5 Interpretasi

Interpretasi dilakukan untuk membaca mendefinisikan arti dari hasil data yang
diperoleh dari hasil akuisisi dan pengolahan ke dalam ke dalam bahasa geologi. Interpretasi
dari hasil penelitian ini akan dibahas lebih lengkap pada bagian selanjutnya.
3.4 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi
Pendahuluan

Akuisisi data
lapangan

Pemodelan RES2DINV

Penampang Resisitivitas
Lintasan

Interpretasi hasil

Analisis hasil
pengolahan data

Kesimpulan

Selesai
DAFTAR PUSTAKA

As’ari., Seni H.J Tongkukut., 2016. Metode Geolistrik Konfigurasi Dipol-dipol untuk
Identifikasi Daerah Sesar Manado di Keamatan Singkil Kota Manado. Jurnal Ilmiah
Sains. 5(2) 99–102

Bird, P. (2003), An update digital model plate boundaries, Geocchem, Geophys.


Geosyst.,4(3)doi:10.1029/2001GC000252.

BMKG, 2018 Peta seismisitas wilayah Sulawesi Utara, Stasun Geofisika Manado

Effendi,A.C., dan S.S. Bawono. 1997. Peta Geologi Lembar Manado Sulawesi utara, Edisi
ke-2 pusat penelitian dan pengembangan Geologi, Bandung

Fuji-ta, Ikuta, 2000. Resistivity structure of the central part of the Yamasaki fault studied by
the multiple electrodes resistivity method, Japan

Hall, R. & Wilson, M. E. J., 2000, Neogene sutures in eastern Indonesia. Journal of Asian
Earth Sciences,18, 781–808

https://www.bappenas.go.id/id/data-dan-informasi-utama/dokumen-perencanaan-dan-
pelaksanaan/dokumen-rencana-pembangunan-nasional/rpjp-2005-2025/rpjmn-2015-
2019.

Ismi Lutfinur., Khumaedi., dan Hadi Susanto., 2015. Identifikasi Sesar Bawah Permukaan
Menggunakan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger (Studi Kasus Sungai Opak
Yogyakarta), Jurnal Sains dan Teknologi. Vol.5 No.2 Oktober 2015. Halaman 10.
Universitas Negeri Semarang

Mamonto , dkk (2015) Identifikasi Sesar Manado Dengan Menggunakan Metode Geolistrik
Resistivitas Konfigurasi Wenner-Schlumberger Di Desa Watutumou Kecamatan
Kalawat Kabupaten Minahasa Utara. Univesitas Samratulangi Manado.

Pasau, Tanauma. 2011. Pemodelan Sumber Gempa Di Wilayah Sulawesi Utara Sebagai
Upaya Mitigasi Bencana Gempa Bumi.

Pusat Survei Geologi Bandung, (2007) Peta Seismotektonik daerah Manado dan Sekitarnya

Saputro, Bayu dkk. 2010. Panduan Praktikum Geolistrik. Yogyakarta: UPN


Simandjuntak, T.O., 1986. Sedimentology and Tectonics of the Collision Complex in the
East Arm of Sulawesi, Indonesia. Unpubl. PhD Thesis RHBNC University of London,
UK.

Simandjuntak, T.O. 1992. An Outline of Tectonics of the Indonesian Region. Geological


News Letter, 252(3), 4-6. Geological Research and Development Center, Bandung-
Indonesia.

Socquet, A., W. Simons, C. Vigny, R. McCaffrey, C. Subarya, D. Sarsito, B. Ambrosius, and


W. Spakman (2006), Microblock rotations and fault coupling in SE Asia triple junction
(Sulawesi, Indonesia) from GPS and earthquake slip vector data, J. Geophys. Res.,
111, B08409, doi:10.1029/2005JB003963.

Syamsuddin, dkk, (2012) .Identifikasi Sesar Bawah Permukaan Dengan Menggunakan


Metoda Geolistrik Konfigurasi Wenner Di Sekitar Das Jene’berang, Kecamatan
Parangloe, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. OSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal.
33-39

Telford, L.P. Geldart, R.E. Sheriff. 1990. Applied Geophysics 2nd ed. Cambridge Universiti
Press.

Telford, W.M., Geldart, L.P., Sheriff, R.E., Keys, D.A. (1982). Applied Geophysics.
Cambridge: Cambridge University Press

Todd, D.K, 1959, Groundwater Hydrology, Associate Professor of Civil Engineering


California University, John Wiley & Sons, New York.

Utiya, J., As’ari, Seni HJ T., 2015. Metode Geolistrik Resistivitas Konfigurasi
WennerSchlumberger dan Konfigurasi Dipole-dipole untuk Identifikasi Sesar Manado
di Kecamatan Paaldua Kota Manado, Manado
Biaya Penelitian

No. Jenis Pengeluaran Total (Rp)


1. Perjalanan (Transportasi 4.300.000
Lapangan)
2. Keperluan Administrasi 200.000
3. Pemeliharaan Laptop 300.000
4. Konsumsi 1.050.000
5. Lain-lain 200.000
Jumlah 6.050.000

Jadwal Penelitian

februari Maret April Mei


No. Kegiatan
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1. Studi Pendahuluan
2. Seminar Proposal
3. Pengumpulan data
4. Pengolahan data
5. Penyusunan Hasil
6. Pelaporan hasil :
7. a. Seminar hasil
8. b. Ujian skripsi
LAMPIRAN

Tampak permukaan lokasi penelitian sesuai dengan desain survey

Anda mungkin juga menyukai