Anda di halaman 1dari 19

(Judul)

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Prasarana dan Sarana Olahraga

yang dibina oleh Ibu Dra. Desiana Merawati, M.S

Oleh

Amartya Rara Handika 180621637553

Arya Akmal Firdaus 180621637563

Maolana Abu Hasan Tamim 190621642406

Rosyida Oktaviani 190621642483

Siska Ervi Andini 190621642413

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN

APRIL 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,


karunia, dan hidayah-Nya Tak lupa shalawat serta salam kita curahkan
kepada Nabi besar Muhammad Saw beserta Keluarga dan Para
Sahabatnya.

Tak lupa kami ucapkan rasa terima kasih kepada Ibu Dra. Desiana
Merawati, M.S yang telah memberi ilmu dan kepercayaan kepada kami
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “judul”. Meskipun
makalah ini masih banyak kekurangan. Kami berharap supaya makalah ini
memberi banyak manfaat bagi para pembaca.

Akhir kata semoga makalah ini dapat dipahami oleh pembaca


dan bermanfaat untuk menambah pengetahuan. Sebelumnya kami sebagai
penyusun berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini, sehingga kami dapat meperbaiki makalah
menjadi lebih baik lagi.

Malang, 19 April 2020

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian besar manusia melakukan aktivitas pada lingkungan


yang “normal”, yaitu pada suhu sedang pada dataran yang tidak terlalu jauh
di atas permukaan laut. Dibandingkan dengan primata lain, manusia
mempunyai kemampuan yang jauh lebih besar untuk mentoleransi suhu
panas, karena banyaknya kelenjar keringat serta tubuh yang hanya berambut
halus. Di dalam tubuh energi panas dihasilkan oleh jaringan aktif terutama
dalam otot, kemudian juga dalam alat keringat, lemak, tulang, jaringan ikat,
serta saraf. Energi panas yang dihasilkan didistribusikan ke seluruh tubuh
melalui sirkulasi darah, namun suhu bagian-bagian tubuh tidak merata.
Terdapat perbedaan yang cukup besar (sekitar 4°C) antara suhu inti dan
suhu permukaan tubuh. 6,7 Sistem termoregulator tubuh harus dapat
mencapai dua gradient suhu yang sesuai

Suhu tubuh didefinisikan sebagai salah satu tanda vital yang


menggambarkan status kesehatan seseorang. Energi panas dihasilkan di
dalam tubuh kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi
darah, namun suhu bagian-bagian tubuh tidak merata.

Tubuh akan melakukan proses penstabilan tubuh melalui


homeostasis dimana kondisi ini tubuh akan mempertahankan suhunya agar
tetap stabil (sridianti, 2013). Berolahraga pada lingkungan indoor tidak
lepas dari kualitas udara yang merupakan kombinasi dari berbagai macam
sumber. Selama melakukan aktivitas olahraga akan melakukan respirasi
lebih banyak menggunakan mulut akibatnya proses penyaringan polutan
untuk mendapatkan udara yang berkualitas menjadi sangat kurang
(Andrade, et al., 2017).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, pokok pembahasan dalam
makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa pengaruh suhu tubuh dalam sistem Circadian Rithem?
2. Mengapa mengkonsumsi cairan untuk tubuh itu sangat penting ?
3. Bagaimana akibat kekurangan cairan pada tubuh saat berolahraga ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aklimatisasi
Sebagai makhluk hidup yang diciptakan Tuhan sempurna dari makhuk
hidup lainnya, manusia diberi kemampuan berpikir dan menyesuaikan hidup
dilingkungan yang berbeda-beda. Aklimatisasi merupakan suatu upaya
penyesuaian fisiologis atau adaptasi dari suatu organisme terhadap
suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya. Hal ini didasarkan pada
kemampuan organisme untuk dapat mengatur morfologi, perilaku,dan
jalur metabolisme biokimia didalam tubuhnya untuk menyesuaikannya dengan
lingkungan (Pratama:2011).
Olahraga memerlukan adanya penyesuaian tubuh terhadap kondisi
lingkungan. Termasuk panas lingkungan. Aklimatisasi harus dipahami oleh
seseorang, dengan memahami aklimatisasi seseorang dapat menentukan porsi
sesuai dengan keadaan dan mempersiapkan diri secara maksimal. Aklimatisasi
pada atlet juga sangat diperlukan bahkan pelatih wajib memahami aklimatisasi
agar pelatih bisa mementukan porsi yang baik untuk atlet. Proses penyesuaian ini
berlangsung dalam waktu yang cukup bervariasi tergantung dari jauhnya
perbedaan kondisi antara lingkungan baru yang akan dihadapi, dapat berlangsung
selama beberapa hari hingga beberapa minggu. Aklimatisasi dalam fisiologi
berarti proses adaptasi terhadap iklim (ketinggian, bawah air, humidity, angin,
gravitasi, suhu, perbedaan waktu).
Metode aklimatisasi terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Aklimatisasi panas, Aklimatisasi panas kadang-kadang disebut secara
umum sebagai pelatihan panas, adalah teknik diarahkan untuk
meningkatkan kinerja atletik di iklim hangat. Proses aklimatisasi
berbeda dari aklimatisasi panas. Aklimatisasi panas adalah proses
dimana seorang atlet menjadi terbiasa dengan panas meningkat, selama
4 sampai 14 hari periode. Pelatihan Panas adalah teknik umum yang
digunakan dalam olahraga seperti lari maraton.
Kemampuan peningkatan atlet untuk memerangi panas dan
kelembaban yang menyertainya akan beruang hubungan yang vital
untuk kinerja. Sebagai contoh, di mana atlet sudah terbiasa untuk
hidup dan pelatihan di daerah beriklim sedang seperti Amerika Serikat
atau Inggris barat laut, aklimatisasi cuaca yang panas akan menjadi
penting jika atlet bersaing dalam lingkungan seperti ras September di
California Selatan. Pelatihan panas akan terikat erat dengan faktor
yang sesuai dari dehidrasi, dan kemampuan atlet untuk mengisi cairan.
2. Aklimatisasi ketinggian
Aklimatisasi ketinggian, atau pelatihan ketinggian, tidak untuk
mempersiapkan atlet berkompetisi di ketinggian, begitu banyak seperti
mengembangkan kemampuan seorang atlet untuk lebih memanfaatkan
oksigen, yang membuat atlet lebih efektif dalam kompetisi tingkat laut.
Ketinggian aklimatisasi, atau pelatihan ketinggian, membantu tubuh
atlet untuk lebih memanfaatkan oksigen. sebagai atlet dalam olahraga
dimana sistem anaerobik tubuh adalah fokus, termasuk pelari dan atlet
tim olahraga.

B. Pengertian Circadian Ryhthm

Circadian Rhythm adalah proses yang saling berhubungan yang


dialami tubuh untuk menyesuaikan dengan peribahan waktu selama 24 jam.
Circadian Rhythm merupakan jam biologis internal manusia normal. Jam ini
mengatur banyak hal terkait aktivitas dam fungsi diri, diantaranya pola
tidur, temperature tubuh, metabolisme, kewaspadaan, tekanana darah, detak
jantunng, tingkat hormone, dan sebagainya. Irama sirkadian adalah istilah
yang digunakanuntuk menggambarkanfisiologis dan perilaku yang dialami
kebanyakan organisme selama dua puluh empatjam. Irama ini bisa
digambarkan sebagai jam biologis internal yang mengatur fungsi tubuh kita,
berdasarkan siklus bangun/tidur kita. Irama inibukan hanya menentukan
siklus tidur/bangun, tetapi juga mencakup banyak hal lain, misalnya kadar
hormon, makan, dan minum. Adapula yang jelas dari aktivitas gelombang
otak, produksi hormon, regenerasi sel, dan kegiatan biologi lainnya terkait
dengan siklus ini setiap hari. Pada mamalia, termasuk manusia, irama
sirkadianadadi sebagian besarsel-seldalam tubuh.
Dalam hati, hal ini dipengaruhi oleh pola asupan makanan, tapi
di hampir semua selain,irama ini dipengaruhioleh suprachiasmatic nucleus
(SCN), yang terletak di hipotalamus anterior pada otak Inti ini menerima
informasi tentang siklus terang- gelap melalui jalur saraf khusus,yaitu
retinohypothalamic fiber yang melintas darioptic chiasm ke SCN. Serabut
saraf eferen dari SCN menginisiasi sinyal saraf dan humoral yang bekerja
pada berbagai irama sirkadian. Irama ini termasuk irama dalam sekresi
ACTH dan hormone hipofisis lain. SCN sering disebut sebagai master
circadian clock of the body karena perannya dalam mengatur semua fungsi
tubuh yang berhubungan dengan irama sirkadian termasuk core body
temperature, sekresi hormon, fungsi kardio-pulmoner, ginjal,
gastrointestinal, dan fungsi neurobehavioral. Mekanisme molekuler dasar
dimana neuron pada SCN mengatur dan mempertahankan iramanya adalah
melalui autoregulatory feedback loop yang mengatur produk gen sirkadian
melalui proses transkripsi, translasi, dan posttranslasi yang kompleks.
Penyesuaian antara irama sirkadian internal 24 jam dengan kondisi
lingkungan dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama cahaya, aktivitas
fisik, dan sekresi hormon melatonin oleh kelenjar pineal.

Pengertian Suhu Tubuh dan Produksi Panas

Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang


dproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan
luar.adapun tempat pengukuran suhu tubuh:suhu inti yaitu suhu jaringan
dalam relatif konstan seperti rektum, membran timpani, esofagus, arteri
pulmoner, kandung kemiih dan suhu permukaan seperti kulit, aksila, oral.
Rasa suhu mempunyai dua submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas.
Reseptor dingin/panas berfungsi mengindrai rasa panas dan refleks
pengaturan suhu tubuh. Reseptor ini dibantu oleh reseptor yang terdapat di
dalam system syaraf pusat. Dengan pengukuran waktju reaksi, dapat
dinyatakan bahwa kecepatan hantar untuk rasa dingin lebih cepat
dibandingkan dengan kecepatan hantaran rasa panas.
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk
mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan
regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan
balik (feed back) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di
hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh
yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik.
Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas
toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set
point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada
37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan
merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk
mempertahankan suhu dengan cara menurunkan produksi panas dan
meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap.
Dengan anestesi blok rasa dingin/panas dapat diblok sehingga
objektif maupun subjektif rasa dingin dan panas dapat dipisah yaitu:
1.    Rasa suhu kulit yang tetap ( rasa suhu static )
Bila seseorang berendam di air hangat maka mula-mula rasa hangat
akan dialami oleh orang tersebut. Lama-kelamaan rasa hangat tidak lagi
dirasakan dan kalau ia keluar dari air dan masuk kembali maka ia akan
merasakan hangat kembali. Hal ini terjadi karena suhu tubuh
beradaptasi secara penuh terhadap suhu kulit yang baru. Adaptasi penuh
ini terjadi pada uhu netral (suhu nyaman). Rasa hangat yang mantap
akan dirasakan bila suhu berada di atas 36C dan rasa dingin dirasakan
pada suhu 17C.
2.    Rasa suhu kulit yang berubah ( rasa suhu dinamik )
Pada pengindraan suhu kulit yang berubah tiga parameter tertentu. Suhu
awal kulit, kecepatan perubahan suhu dan luas kulit yang terpapar
tehadap rangsangan suhu. Pada suhu kulit yang rendah, ambang rasa
hangat tinggi sedangkan untuk rasa dingin rendah. Bila suhu meninkat
ambang rasa hangat menurun dan ambang rasa dingin meningkat.
Kecepatan perubahan suhu berpengaruh terhadap timbulnya rasa
panas/dingin. Luasnya daerah kulit yang terpapar juga berpengaruh
pada rasa timbulnya panas/dingin.
3.    Titik rasa dingin dan panas
Pada permukaan kulit bagian-bagian yang peka terhadap rangsangan
dingin dan panas terlokasi pada titik-titik tertentu. Kepadatan titik-titik
rasa suhu lebih rendah dibandingkan dengan titik rasa raba/tekan.
Titik rasa dingin lebih banyak dibandingkan dengan titik rasa panas.
Kulit wajah daerah yang paling peka terhadap rasa suhu. Kepadatan
titik-titik rasa dingin paling tinggi.

Pembentukan panas (heat production) dalam tubuh manusia


bergantung pada tingkat metabolisme yang terjadi dalam jaringan tubuh
tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh:
1. BMR, terutama terkait dengan sekresi hormon tiroid.
2. Aktivitas otot, terjadi penggunaan energi menjadi kerja dan
menghasilkan panas.
3. Termogenesis menggigil (shivering thermogenesis); aktivitas otot
yang merupakan upaya
4. Termogenesis tak-menggigil (non-shivering thermogenesis) Hal ini
terjadi pada bayi baru lahir.
Sumber energi pembentukan panas ini ialah brown fat. Pada
bayi baru lahir, brown fat ditemukan pada skapula, aksila, dan area ginjal.
Brown fat berbeda dengan lemak biasa, ukurannya lebih kecil, mengandung
lebih banyak mitokondria, banyak dipersarafi saraf simpatis, dan kaya
dengan suplai darah. Stimulasi saraf simpatis oleh suhu dingin akan
meningkatkan konsentrasi cAMP di sel brown fat, yang kemudian akan
mengativasi fosforilasi oksidatif di mitokondria melalui lipolisis. Hasil dari
fosforilasi oksidatif ialah terbentuknya panas yang kemudian akan dibawa
dengan cepat oleh vena yang juga banyak terdapat di sel brown fat. Brown
fat ini merupakan sumber utama diet-induced thermogenesis. Pengeluaran
panas (heat loss) dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya berlangsung
secara fisika. Permukaan tubuh dapat kehilangan panas melalui pertukaran
panas secara radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi air. Radiasi ialah
emisi energi panas dari permukaan tubuh dalam bentuk gelombang
elektromagnetik melalui suatu ruang. Konduksi ialah perpindahan panas
antara obyek yang berbeda suhunya melalui kontak langsung obyek
tersebut. Konveksi ialah perpindahan panas melalui aliran udara/ air.
Evaporasi ialah perpindahan panas melalui ekskresi air dari permukaan kulit
dan saluran pernapasan saat bernapas.
Proses Pembuangan Panas

Mekanisme pembuangan panas, tubuh mempunyai beberapa


cara, yaitu:

1. Pembuangan panas secara radiasi (pancaran) panas dipindahkan dengan


cara dipancarkan. Hal ini contohnya padawaktu seseorang berdiri di dekat
api, maka orang itu akan merasa hangat bahkan semakin lama akan merasa
panas, hal ini terjadinya karena pancaran panas dari api ke sekitarnya
termasuk kepada tubuh orang tersebut. Radiasi diartikan sebagai
kehilangan panas dalam bentuk gelombang panas infra merah
(gelombang elektromagnetik). Tubuh manusia menyebarkan gelombang
panas kesegala jurusan.
2. Pembuangan panas secara radiasi ini dapat bersifat positif dan negatif.
Pada suhu lingkungan sekitar 21℃ pembuangan panas tubuh secara
radiasimeliputi jumlah 60% dari seluruh pembuangan panas tubuh. Pada
suhulingkungan 24-33℃ pembuangan panas tubuh secara radiasi menjadi
lebihsulit, sehingga peranannya menurun menjadi 20-35% dari seluruh
pembuangan panas tubuh. Bila suhu lingkungan menjadi lebih tinggi dari
suhu tubuh, maka tubuh tidak dapat membuang panas dari lingkungan
melalui radiasi seperti halnya bila seseorang berdiri di dekat api.
3. Pembuangan panas secara konveksi adalah kehilangan panas dengan cara
pergerakan udara atau cairan.Pergerakan sesuai aliran udara/air yang
menerpa kulit (angin, kipas angin).Bila seseorang telanjang maka
kehilangan 15% dari kehilangan panas total 4. pembuangan panas secara
evaporasi (penguapan) kulit dilengkapi dengan kelenjar keringat dengan
jumlah sekitar 2,5 jutadan tersebar di seluruh permukaan tubuh, terutama
di telapak tangan,telapak kaki dan leher. Bilamana diperlukan maka
kelenjar keringat akanmembentuk keringat yang akan dicurahkan ke
permukaan kulit, kemudiandiuapkan. Besar pembuangan panas secara
evaporasi ditentukan oleh banyaknya keringat yang berhasil diuapkan,
bukan oleh banyaknya keringatyang dihasilkan.Jumlah keringat yang
diproduksi tergantung beberapa faktor danmeningkat seiring dengan
peningkatan intensitas, aktivitas, temperatur dankelembaban udara.
Latihan yang lama menimbulkan hilangnya cairan danelektrolit dari tubuh
melalui keringat

Proses Pembuangan Panas saat Olahraga


Saat berolahraga hanya sekitar 20-25 % dari energi yangdilepaskan oleh
metabolisme otot, 75-80 % sisanya muncul sebagai panas. Seorang atlit
harus memiliki kemampuan seseorangmenyeimbangkan antara produksi
panas tubuh akibat proses metabolism dalam tubuh ketika berolahraga dan
suhu lingkungan, dengan jumlah panas yang dilepaskan.Keberfungsian dari
sistem pengaturan suhu tubuh pada saatistirahat, aktivitas keseharian,
maupun pada saat latihan, memilikikomponen sebagai berikut.

1. Pusat pengaturan suhu (thermoregulatory center), terdapat dihypotalamus


berfungsi sebagai koordinator informasi yang masukmelalui sensor (afektor)
untuk kemudian memberikan reaksilanjutan
2. Reseptor suhu (thermoreseptor) merupakan reseptor sensoris terbagimenjadi
dua bagian, reseptor pusat (central reseptor) padahypotalamus dan reseptor
tepi (peripheral reseptor) yang terdapat pada kulit sangat sensitif pada
stimulus sushu panas dan dingin dan memberikan input pada pusat
pengaturan suhu yang terletak disistem saraf pusat.
3. Efektor suhu yang diperintah oleh pusat koordinasi melaksanakan proses
pengaturan suhu, diantaranya kelenjar keringat, otot polos pada ateriola, otot
rangka, dan kelenjar endokrin

C. MENJELASKAN OLAHRAGA PADA KETINGGIAN


Olahraga tidak hanya dipandang sebagai kebutuhan fisik untuk
tetap sehat. Lebih dari itu, telah berabad-abad lamanya olahraga menjadi
ajang pertandingan di seluruh dunia. Ada satu rahasia yang mungkin jarang
terungkap. Bagaimana beberapa negara dominan di salah satu cabang
olahraga tertentu. Nah, salah satu rahasia itu adalah metode HAT atau High
Altitude Training.

High Altitude training atau Altitude Training adalah praktik


latihan yang dilakukan oleh atlet di atas ketinggian tertentu, biasanya diatas
2.400 meter atau 8.000 kaki di atas permukaan laut. Latihan seperti ini
memberikan efek doping yang legal, dikarenakan akan meningkatkan massa
sel darah merah dan hemoglobin, dan juga mengubah metabolisme otot.

Awal mula ditemukannya metode HAT adalah peristiwa yang


terjadi pada Olimpiade 1968 yang berlangsung di Mexico City, Meksiko.
Ketinggian Mexico City adalah 2.240 meter (7.349 kaki) dari permukaan
laut. Pada saat itu banyak atlet dari cabang olahraga yang mengandalkan
endurance seperti cabang olahraga lari mengalami penurunan stamina dan
bahkan tidak bisa mencapai target catatan waktu seperti dalam latihan
mereka.

Hal ini dikarenakan mereka kekurangan oksigen yang


mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Lalu akhirnya diadakanlah penelitian
dan munculah metode HAT yang digunakan sampai sekarang.

Berlatih di ketinggian dapat memicu manfaat fisik dan mental


yang akan bertahan selama beberapa minggu setelah kita kembali ke dataran
permukaan laut. Ini dikarenakan tingkat EPO (erythropoietin), hormon yang
menstimulasi produksi sel darah merah, melonjak ke batas maksimum
dalam kurun waktu 24 sampai 48 jam sejak kita tiba di dataran tinggi.

Studi terhadap atlet elit menunjukan level hemoglobin dapat


meningkat sekitar 1% per minggu saat mereka berada di dataran tinggi.
Penemuan terbaik yaitu ketika atlet non-elit, yang memiliki level
hemoglobin rendah sejak awal, akan mengalami peningkatan yang lebih
besar dan cepat dibanding atlit elit.

Ketika atlet tersebut bertanding di dataran rendah, tubuhnya


masih memiliki jumlah hemoglobin yang tinggi. Dengan kata lain tubuhnya
dengan mudah mengikat oksigen. Hal ini mengakibatkan endurance sang
atlet meningkat. Tidak hanya itu aja, menurut penelitian lanjutan, metode
HAT juga merangsang penggunaan oksigen lebih efisien pada otot. dengan
kata lain, strenght atau kekuatan sang atlet juga meningkat.

Bagaimana guys? Tertarik untuk mencoba metode HAT? Para


prakitisi menyarankan jika ingin menggunakan metode ini, para pemula
disarankan menggunakan personal trainer yang paham tentang metode ini.

D. Pentingnya Cairan Pada Tubuh Dan Metabolisme Dalam Tubuh

Air adalah zat yang paling penting bagi organisme manusia


dan jumlah pengaruh fluida fungsi yang benar dari semua sel tubuh.
Metabolisme air tubuh dikendalikan melalui air asupan dan keluaran air.
Output yang paling signifikan adalah buang air kecil, oleh karena itu
harus dipantau dengan baik dan digunakan untuk perhitungan jumlah
kehilangan air. Selama gerakan harian manusia, kegiatan olahraga dan
kebugaran, sejumlah besar cairan dikeluarkan melalui kulit dalam bentuk
keringat dan dengan bernapas. Itu organisme manusia dapat
menghasilkan sekitar 600 mL keringat per hari dalam kondisi biasa
selama kehidupan standar aktivitas.

Konsumsi cairan yang diukur adalah konsumsi cairan sehari


dan konsumsi cairan pada periode latihan. Konsumsi cairan sehari adalah
jumlah total cairan yang dikonsumsi baik dari minuman maupun
makanan yang diukur 24 jam sebelum latihan selesai. Konsumsi cairan
selama periode latihan merupakan jumlah total konsumsi cairan sebelum,
konsumsi cairan selama dan konsumsi cairan setelah latihan. Konsumsi
cairan sebelum latihan adalah jumlah total cairan yang dikonsumsi baik
dari minuman maupun makanan yang diukur 4 jam sebelum latihan
dimulai. Konsumsi cairan 4 jam sebelum latihan dikatakan cukup jika
mengonsumsi cairan minimal 600-900 ml (Ramadhan, 2016)

Pada umumnya tubuh manusia terdiri dari 70% cairan, oleh


sebab itu menjaga kadar cairan dalam tubuh agar tetap stabil menjadi hal
yang sangat penting (Aji, 2019). Mengkonsumsi air yang cukup dapat
membantu memperlancar proses pengeluaran panas tubuh melalui
perpindahan panas yang dilakukan oleh kelenjar kulit melalui keringat.
Keringat akan keluar dari dalam tubuh melalui kulit dan akan menguap,
pada saat itu terjadi suhu tubuh akan ikut menurun dan memberikan efek
pendinginan yang lebih cepat (Ismarofi, 2019). Cairan memiliki peran
penting dalam tubuh manusia, apabila seseorang kehilangan terlalu
banyak cairan akibat melakukan aktivitas yang menguras tenaga maka
dapat meningkatkan resiko terpaparnya dehidrasi apabila tidak di
imbangi dengan mengkonsumsi cairan yang cukup.

Remaja lebih sering mengalami dehidrasi karena banyaknya aktivitas


fisik remaja yang dapat menguras tenaga dan cairan tubuh sehingga
menyebabkan kurangnya konsumsi cairan. Menurut hasil penelitian The
Indonesian Regional Hydration Study mengenai asupan air dilakukan di
Indonesia mengungkapkan bahwa kejadian dehidrasi ringan pada remaja
sebesar 49,5% ternyata lebih tinggi dibandingkan orang dewasa sebesar
42,5%. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya konsumsi air pada
remaja di Indonesia (Kusuma, 2019).

Manusia dapat bertahan hidup selama 8 minggu tanpa makanan,


namun tanpa air manusia hanya dapat bertahan selama 3-5 hari saja.
Manusia sangat membutuhkan air untuk bisa bertahan hidup, karena setiap
hari orang kehilangan cairan melalui keringat, urin, feses bahkan saat
bernapas hingga 1,5 liter per hari. Air berfungsi untuk mentransportasi
mineral, vitamin, protein dan zat gizi lainnya ke seluruh tubuh.
Keseimbangan suhu tubuh akan sangat tergantung pada air, karena air
merupakan pelumas jaringan tubuh sekaligus bantalan sendi-sendi, tulang,
dan otot. Begitu pentingnya air bagi kelangsungan hidup manusia sehingga
ketersediaan dan keberlangsungan air bagi makhluk hidup harus tetap dijaga
(Terang, 2017).

Pada saat melakukan aktivitas olahraga metabolisme tubuh


meningkat hingga 20 kali lipat dari aktivitas normal hal ini merupakan
respon fisiologis tubuh untuk mempercepat denyut jantung sehingga
pendistribusian bahan pembuat energi menjadi lebih cepat (Ashadi, 2019)
Cairan selama olahraga. Sehubungan dengan orang dewasa,
volume minum sukarela pada usia muda sehubungan dengan ukuran
tubuh mereka sebanding. Manusia muda lebih sadar akan air yang
dikonsumsi selama olahraga. Oleh karena itu, kehausan dapat menjadi
mekanisme yang efisien untuk perlindungan terhadap yang signifikan
dehidrasi (Wahyuni, 2018). Hasil Ucor menunjukkan bahwa haus adalah
mekanisme yang efisien untuk perlindungan saat berolahraga mudah,
berkontribusi terhadap regulasi termal.

E. Gangguan Tubuh Akibat Kekurangan Cairan Saat Olahraga


Negara Indonesia terletak di wilayah khatulistiwa yang beriklim
tropis mengakibatkat Indonesia memiliki dua musim yaitu musim panas dan
musim penghujan. Dengan memperhatikan kondisi geografis lingkungan di
Indonesia, maka Negara Indonesiamemiliki tingkat suhu dan kelembaban
udara yang tinggi. Bila dikaitkan dengan olahraga maka olahraga yang
dilakukan pada lingkungan dengan suhu dan kelembaban udara yang tinggi
maka rentan terjadi cedera panas pada olahragawan. Hal tersebut dapat
terjadi karena sang oalahragawan mengalami gejalaa dahidrasi atau
peristiwa kekuragan airan pada tubuh olahragawan tersebut.
Dehidrasi merupakan suatu kondisi tubuh kehilangan cairan
berlebih karena ketidakseimbangan asupan cairan. Dehidrasi bisa terjadi
karena olahraga, cuaca panas, kurang asupan cairan. Kondisi dehidrasi
bisa menimbulkan berbagai efek pada tubuh mulai dari kelelahan panas,
pingsan panas, kejang panas . Latihan fisik adalah salah satu aktivitas yang
dapat menyebabkan seseorang kehilangan lebih banyak cairan tubuh.
Kondisi ini jika tidak diimbangi dengan asupan cairan yang cukup
dapat menyebabkan dehidrasi. Latihan dengan intensitas sedang hingga
tinggi yang dilakukan oleh atlet tanpa asupan cairan yang baik dan benar
sering merupakan faktor dehidrasi yang berkontribusi pada atlet.
Banyak atlet tidak mengerti indikator ketika tubuh mengalami
dehidrasi. Tanda-tanda tubuh mengalami dehidrasi adalah tenggorokan
kering, berkeringat, dan kelelahan mendadak. Dehidrasi pada atlet
umumnya dapat menurunkan kinerja atlet selama pelatihan dan selama
pertandingan.
Heat cramps atau kejang panas
Heat cramps atau kejang panas yaitu keadaan cedera dengan
level paling ringan serta banyak terjadi pada lingkungan yang panas akibat
suhu lingkungan dan kelembaban udara yang tinggi. Kejang panas
seringkali terjadi pada kelompok otot besar seperti quadriceps dan
hamstring. Hal ini ditandai dengan rasa kaku dan sulit untuk digerakkan
pada kelompok besar yang aktif. Pada umumnya kejang panas disebabkan
karena kekurangan garam yang hilang bersama banyaknya keringat yang
dikeluarkan oleh tubuh. Selain karena kekurangan garam, kejang otot sering
terjadi akibat kadar kalium yang rendah dalam tubuh. Kejang panas dapat
disembuhkan dengan mengistirahatkan atlet pada tempat yang teduh serta
memberikannya asupan garam, baik melalui minuman atau makanan.
Pingsan panas (Heat syncope)
Tingkat cedera yang lebih berat dari pada kejang Panas yaitu
pingsan panas. Heat syncope merupakan kejadian peristiwa seseorang
kehilangan kesadaran untuk sementara waktu akibat stress lingkungan panas
yang berat. Hal ini terjadi karena banyaknya penimbunan darah di venavena
yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi. Penanggulangan pingsan
akibat lingkungan panas yaitu dengan membaringkan atlet pada ruangan
yang sejuk dan dingin, meninggikan kakinya dengan ketinggian lebih tinggi
dari posisi kepala serta memberikannya minum saat atlet tersebut siuman.
Kelelahan panas (Heat exhaustion)

Heat exhaustion merupakan tingkat cedera panas yang lebih


tinggi dari pada pingsan panas. Pada tahap ini seorang atlet akan mengalami
gangguan fisik diantaranya seperti sakit kepala, mual, suhu tubuh meningkat
dan denyut nadi berdetak lebih cepat. Keadaan kelelahan panas apabila
diabaikan maka dapat meningkat pada tahap yang paling berat, yaitu
kegawatan panas. Untuk mencegah terjadinya kejadian kegawatan panas
tersebut maka atlet perlu diberikan cairan intravena dan kompres dingin
pada seluruh tubuhnya.
Daftar Rujukan

Aji, B. P., & Ashadi, K. (2019). Perbandingan Rasio Keringat


Pada Remaja Putra dan Putri Pada Dua Lingkungan Yang
Berbeda. Multilateral Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga, 18(1).

Ashadi, K. (2014). Implementasi fisiologi olahraga pada


olahraga prestasi. Pertemuan ilmiah ilmu keolahragaan nasional Univeritas
Negeri Malang. Malang.

Ismarofi, D. K. (2019). ASUHAN KEBIDANAN CONTINUITY


OF CARE PADA NY. S MASA HAMIL SAMPAI DENGAN KELUARGA
BERENCANA DI PRAKTIK BIDAN MANDIRI NY. IR
PONOROGO (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Ponorogo).

Ramdhan, R. I., & Rismayanthi, C. (2016). Hubungan Antara


Status Hidrasi Serta Konsumsi Cairan Pada Atlet Bola
Basket. MEDIKORA, 15(1), 53-67.

Samudera, I. P. P., & Ashadi, K. (2019). PERBANDINGAN


BERAGAM JENIS AIR MINUM TERHADAP STATUS HIDRASI
MELALUI AKTIVITAS FISIK 5000 METER. Multilateral Jurnal
Pendidikan Jasmani dan Olahraga, 18(1).

Sandi, N. (2014). Pengaruh Suhu dan Kelembaban Relatif Udara


Terhadap Penampilan Fisik dalam Olahraga. In Naskah Lengkap Seminar
Nasional Integrasi Keanekaragaman Hayati dan Kebudayaan dalam
Pembangunan Berkelanjutan. Denpasar (Vol. 27).

Ulvie, Y. N. S., Kusuma, H. S., & Agusty, R. (2017).


Identifikasi Tingkat Konsumsi Air dan Status Dehidrasi Atlet Pencak Silat
Tapak Suci Putra Muhammadiyah Semarang. Media Ilmu Keolahragaan
Indonesia, 7(2), 48-51.
Wahyuni, T., Dieny, F. F., & Kusumastuti, A. C.
(2018). Pengaruh Cairan Rehidrasi Dengan Variasi Temperatur Terhadap
Status Hidrasi pada Atlet Sepak Bola (Doctoral dissertation, Diponegoro
University).

https://www.brilio.net/news/metode-hat-metode-latihan-fisik-di-ketinggian-
yang-bisa-kamu-coba-160108g.html

https://www.slideshare.net/xroedy1992/circadian-rhythm

http://sariindah891.blogspot.com/2012/12/suhu-tubuh.html

https://www.academia.edu/6736854/BAB_II_Makalah_Ilmu_Kesehatan_Ol
ahraga_Aklimatisasi

Anda mungkin juga menyukai