Anda di halaman 1dari 3

Anggita Tirta Ardani

X MIPA 1 (8)

Aku
Karya: Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang


Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari

Hingga hilang pedih peri


Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Struktur Fisik:
1. Tipografi
Menurut analisis, dalam sajak ‘Aku’ karya Chairil Anwar ini tidak menggunakan
tipografi karena dalam tipografi puisi ini tidak menentu ada yang menggunakan rata kiri
ada yang menggunakan rata kanan, tetapi yang sudah tertera contoh puisi aku di atas
menggunakan rata tengah, karena semua tulisannaya di tengahkan semua.
2. Diksi
 “Kalau sampai waktuku”
Pemilihan kata pada kata “kalau sampai waktuku” ini berarti penyair
mengungkapkan bahwa kalau hari ajalnya tiba atau arti lainnya jikalau aku ini mati.
 “Ku mau tak seorang ’kan merayu”
Dari bait ini penulis bisa menganalisis bahwa pemilihan kata si penyair sangat tepat,
karena kata “Ku mau tak seorang ’kan merayu” Merupakan pengganti dari kata “ku
tahu”. Penyair tahu bahwa tidak ada satu orangpun yang bisa merayu.
 “Tidak juga kau”
Pada kata ini penyair mengartikan kata ini bahwa aku ini menganggap bahwa
kesedihan itu tidak ada gunannya dan “Kau”  kekasihku, temanku dan lain
sebagainya.
3. Imaji
 “Kalau sampai waktuku”
Pada kata kalau sampai waktuku ini penyair itu seakan-akan merasakan bahwa umur
aku ini tidak akan panjang dan akan menghadap sang khalik.
 “Biar peluru menembus kulitku”
 Di dalam kata ini penyair merasakan bahwa peluru yang ditembakkan ke tubuhnya itu
seakan-akan sudah tertancap.
4. Kata konkret
Puisi “Aku” ini tidak menggunakan kata-kata yang terlalu sulit untuk dimaknai, bukan
berarti dengan kata-kata tersebut lantas menurunkan kualitas dari puisi ini. Sesuai dengan
judulnya, puisi tersebut menggambarkan tentang semangat dan tak mau mengalahnya
seorang penyair. Sebagai gambaran saja seandainya puisi ini diberi judul dengan kata
“Saya” betapa tidak enaknya pembaca dalam mengungkapkannya, dalam puisi ini bahasa
keakuan ini sangat menonjol sekali, tetapi tidak tahu bahwa keakuan siapakah yang
dituangkan oleh penyair.
5. Bahasa figuratif
“Aku mau hidup seribu tahun lagi”
Pada kata ini jika pembaca membacanya seakan-akan memancarkan makna yang sangat
mendalam tidak akan mungkin kalau umur Aku pada puisi ini bisa bertahun hidup sampai
seribu tahun lagi, pada era sekarang ini umur seseorang paling maksimal yaitu 70an
tahun, tetapi penyair mengungkapkan pada puisi ini, dia ingin hidup seribu tahun lagi
sangat-sangat tidak mungkin dan sangat mustahil sekali jika Aku ini bisa bertahan hidup
sampai seribu tahun lagi, jika si Aku ini hidup di zaman sekarang.
6. Versifikasi
 Pengulangan vocal “U”
Kalau sampai waktuku.
Ku mau tak seorang’kan merayu.
Tidak juga kau
 Pengulangan vokal “I”:
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih perih
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Struktur Batin:
1. Tema: Di dalam puisi Aku ini bertemakan tentang perjuangan seorang
2. Perasaan: Pada puisi di atas merupakan ekspresi jiwa penyair yang menginginkan
kebebasan dari semua ikatan. Sikap jiwa “jika sampai waktunya”, ia tidak mau terikat
oleh siapa saja, apapun yang terjadi, ia ingin bebas sebebas-bebasnya sebagai “aku”.
Bahkan jika ia terluka, akan di bawa lari sehingga perih lukanya itu hilang. Ia
memandang bahwa dengan luka itu, ia akan lebih jalang, lebih dinamis, lebih vital, lebih
bergairah hidup. Oleh sebab itu “Aku” ingin hidup seribu tahun lagi. Semuanya itulah
ekspresi jiwa seorang pengarang yaitu Chairil Anwar.
3. Nada: Dalam Puisi ‘Aku’ pada kata ‘Tidak juga kau’, Kau yang dimaksud dalam kutipan
adalah pembaca atau penyimak dari puisi ini. Ini menunjukkan betapa tidak pedulinya
Chairil dengan semua orang yang pernah mendengar atau pun membaca puisi tersebut,
entah itu baik, atau pun buruk.
4. Amanat: Manusia harus tegar, kokoh, terus berjuang, pantang mundur meskipun
rintangan menghadang. Manusia harus berani mengakui keburukan dirinya, tidak hanya
menonjolkan kelebihannya saja. Manusia harus mempunyai semangat untuk maju dalam
berkarya agar pikiran dan semangatnya itu dapat hidup selama-lamanya.

Anda mungkin juga menyukai