ISI JURNAL
1.1 JUDUL
1.2 ABSTRAK
1
Apakah hipotiroidisme subklinis penting secara klinis dan harus diobati
masih kontroversial. Studi yang berbeda telah ditemukan dalam temuan mereka,
dan meskipun sebagian besar telah menemukan kondisi ini terkait dengan
berbagai hasil yang merugikan, uji coba terkontrol acak besar diperlukan untuk
secara jelas menunjukkan dampak klinisnya pada berbagai kelompok umur dan
manfaat terapi levothyroxine. Saat ini, pendekatan praktis terbaik adalah
mendasarkan keputusan pengobatan berdasarkan besarnya peningkatan hormon
perangsang tiroid (TSH) dan apakah pasien memiliki autoantibodi tiroid dan
kondisi komorbiditas terkait.
TSH Tinggi, Kadar Normal T4 Bebas
Hipotiroidisme subklinis didefinisikan sebagai adanya peningkatan TSH
bersama dengan tiroksin normal (T4) bebas. Hipotalamus-hipofisis-tiroid adalah
sistem homeostatis yang seimbang, kadar TSH dan hormon tiroid memiliki
hubungan log-linear terbalik: jika kadar T4 dan triiodotironine (T3) bebas turun,
walaupun sedikit, kadar TSH naik secara berlebihan. Sekresi TSH bersifat
pulsatil dan memiliki ritme sirkadian: kadar TSH serum 50% lebih tinggi pada
malam hari dan pagi hari dibandingkan selama sisa hari tersebut. Dengan
demikian, pengukuran berulang pada pasien yang sama dapat bervariasi
sebanyak setengah dari kisaran referensi.
BERAPA BATAS NORMAL MAKSIMAL UNTUK KADAR TSH?
Batas atas normal untuk TSH, yang didefinisikan sebagai persentil ke-
97,5, adalah sekitar 4 atau 5 mIU/L tergantung pada hasil laboratorium dan
populasi, tetapi beberapa ahli percaya kadar TSH itu harus lebih rendah.
Untuk menjadikan kadar TSH yang tinggi menjadi lebih rendah:
distribusi kadar TSH serum pada populasi umum yang sehat tampaknya tidak
menjadi khas pada kurva Gaussian yang berbentuk lonceng, melainkan memiliki
ekor di ujung atas kurva. Beberapa berpendapat bahwa beberapa individu
dengan nilai-nilai maksimal dari kisaran normal sebenarnya telah terdiganosis
hipotiroidisme dan dengan kadar TSH maksimal 97,5 akan menjadi 2,5 mIU/L.
Kadar TSH yang lebih tinggi dari 2,5 mIU/L telah dikaitkan dengan prevalensi
yang lebih tinggi dari antibodi antitiroid dan risiko yang lebih tinggi dari
hipotiroidisme klinis.
2
Di sisi lain, menurunkan batas atas normal menjadi 2,5 mIU/L akan
menghasilkan 4 kali lebih banyak orang yang terdiagnosis hipotiroidisme
subklinis, atau 22 hingga 28 juta orang di Amerika Serikat. Dengan demikian,
menurunkan batas dapat menyebabkan terapi yang tidak perlu dan bahkan dapat
membahayakan dari perawatan yang berlebihan.
BERBAGAI PENYEBAB
Penyebab paling umum dari hipotiroidisme subklinis, terhitung 60%
hingga 80% kasus, adalah Tiroiditis Hashimoto (autoimun), di mana biasanya
terdapat antibodi peroksidase tiroid. Penyebab lain termasuk pengobatan
hipotiroidisme, tiroidektomi, pengobatan yodium radioaktif, radiasi eksternal,
penyakit infiltratif (misalnya, amiloidosis, sarkoidosis, hemochromatosis), dan
4
obat-obatan (misalnya, kontras iodinasi, amiodaron, litium, penghambat tirosin
kinase) (Tabel 1).
Peningkatan positif palsu kadar TSH perlu disingkirkan karena terdapat
zat yang dapat mengganggu kadar TSH. Hal tersebut berpengaruh dengan
dilakukannya tes TSH (misalnya, antibodi heterofil, faktor rheumatoid, biotin,
makro-TSH); penyebab reversibel seperti fase pemulihan sindrom sakit eutiroid;
tiroiditis subakut, tidak nyeri, atau postpartum; hipotiroidisme sentral atau
hipertiroidisme; dan resistensi hormon tiroid.
HIPOTIROIDISME SUBKLINIS
5
lanjut. Risiko menjadi penyakit klinis lebih tinggi pada pasien dengan antibodi
peroksidase tiroid, yang dilaporkan sebagai 4,3% per tahun dibandingkan
dengan 2,6% pertahun pada mereka yang tidak memiliki antibodi ini. Dalam
satu studi, risiko hipotiroidisme klinis pada mereka dengan hipotiroidisme
subklinis meningkat dari 1% menjadi 4% dengan penggandaan TSH. Faktor
risiko lain untuk pengembangan menjadi hipotiroidisme termasuk jenis kelamin
perempuan, usia yang lebih tua, gondok, iradiasi leher atau paparan yodium
radioaktif, dan asupan yodium yang tinggi.
The US Preventive Services Task Force pada tahun 2014 menemukan bukti
yang tidak cukup pada manfaat dan bahaya skrining.
6
Gambar : Efek samping dari hipotiroidisme subklinis dan peran
untuk levothroxine
7
Merekomendasikan skrining pasien yang berusia di atas 60 tahun.
The American College of Physicians
Merekomendasikan skrining pasien yang berusia di atas 50 tahun yang
memiliki gejala.
Menurut peneliti, meskipun bukti kurang untuk merekomendasikan
skrining rutin pada orang dewasa, penemuan kasus dan pengobatan agresif pada
pasien yang berisiko penyakit tiroid, dapat mengimbangi risiko yang terkait
dengan hipotiroidisme subklinis.
PRESENTASI KLINIS
Sekitar 70% pasien dengan hipotiroidisme subklinis tidak memiliki
gejala. Kelelahan lebih umum terjadi pada pasien hipotiroidisme subklinis
dengan tingkat TSH lebih rendah dari 10 mIU/ L dibandingkan dengan kontrol
euthyroid dalam 1 penelitian, tetapi penelitian lain tidak dapat mereplikasi
temuan ini. Gejala lain yang sering dilaporkan termasuk kulit kering, fungsi
kognitif menurun, memori buruk, kelemahan otot, intoleransi dingin, sembelit,
mata bengkak, dan suara serak.
Bukti yang mendukung terapi levothyroxine untuk memperbaiki gejala
hipoiroidisme subklinis bervariasi, dengan beberapa studi menunjukkan
peningkatan skor gejala dibandingkan dengan plasebo, sementara yang lain
belum menunjukkan manfaat apapun.
8
Gambar : Faktor-faktor yang mendukung terapi levothyroxine pada
hipotiroidisme subklinis
10
Gambar : Algoritma terapi hipotiroidisme subklinis pada pasien
tidak hamil
12
BAB II
TELAAH JURNAL
13
1) Penulisan
Penulisan jurnal sudah baik, tertera sumber jurnal yang berasal dari
Cleveland Clinic Journal Of Medicine Volume 8 Number 2 2019, penulisan
judul jurnal terdiri dari 4 kata serta terdapat nomor doi yaitu
doi:10.3949/ccjm.86a.17053
a. Sumber Jurnal : Cleveland Clinic Journal Of Medicine Volume 8 Number 2
b. Tahun terbit : 2019
c. Penulisan judul jurnal : “Subclinical hypothyroidism: When to treat” Pada
penelitian ini judul jurnah sudah spesifik, ringkas, dan jelas.
d. Nomor doi:10.3949/ccjm.86a.17053
e. Penulis : Sidra Azim, MD dan Christian Nasr, MD
2) Abstrak
Abstrak pada jurnal ini baik, karena pada abstrak tidak terdapat latar
belakang, tujuan, metode, hasil, dan kesimpulan. Jurnal ini juga tidak
mencantumkan kata kunci. sementara untuk jumlah kata pada abstrak kurang
dari 250 kata yaitu 49 kata dalam bahasa Inggris dan 41 kata dalam bahasa
Indonesia.
3) Pendahuluan
14
4) Metode
Tidak dijelaskan
5) Hasil
Tidak dijelaskan.
6) Kesimpulan
7) Daftar Pustaka
15
Teknik penulisan daftar pustaka ini adalah menggunakan Vancouver Style
dengan jumlah sitasi sebanyak 122.
Problem
Intervention
krining rutin pada orang dewasa, penemuan kasus dan pengobatan agresif
pada pasien yang berisiko penyakit tiroid, dapat mengimbangi risiko yang terkait
dengan hipotiroidisme subklinis
16
Comparison
Outcome
Tidak di jelaskan
17
BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL
18
19