PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama Paisen : MN
Tanggal Lahir : 15-05-1947
Usia : 74 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Hindu
Pekerjaan : Buruh
Tanggal MRS :
Alamat : Koripan Kangin Kec. Bajarangkan Kab. Klungkung
2.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama :
Penurunan pendengaran sejak 2 tahun yang lalu.
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang pasien laki – laki usia 74 tahun datang ke poliklinik THT-KL RSUD
Klungkung dengan keluhan penurunan pendengaran dan telinga berdenging secara
tiba – tiba sejak 2 tahun yang lalu pada kedua telinganya tetapi keluhan dirasakan
lebih berat pada telinga sebelah kanan. Dimana suara berdenging yang dirasakan
pada telinganya terus – menerus hingga menganggu aktivitas sehari – hari seperti
tidur dan bersitirahat. Paisen mengatakan bahwa keluhan yang dirasakan terjadi
secara tiba – tiba 2 tahun yang lalu, dan pendengaran sedikit berkurang, tetapi
memberat sejak 4 bulan terakhir ini, sehingga pasien di antar oleh anaknya untuk
berobat ke poli THT – KL RSUD Klungkung, dimana keluhan yang dirasakan tidak
disertai nyeri telinga, keluar air, darah, batuk dan filek.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menderita keluhan yang sama seperti ini sejak 2 tahun yang lalu. Pasien
mengatakan memiliki riwayat hipertensi dan rutin kontrol ke puskesmas. Di
puskesmas pasien diberikan obat catopril dan pasien rutin meminumnya. Riwayat
trauma dan penyakit kronis lainnya seperti diabetes mellitus,, keganasan disangkal.
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluhan serupa yang dialami oleh keluarganya. Riwayat hipertensi
ada didalam keluarga pasien yaitu ayah pasien dulu perna memiliki riwayat penyakit
hipertensi dan riwayat penyakit kronis lainnya seperti diabetes mellitus
disangkal. Keluhan terkait tumor atau kanker di keluarganyapun disangkal.
e. Riwayat Sosial
Pasien sekarang sudah tidak bekerja. Sebelumnya pasien bekerja sebagai buru
di pasar. Paisen memilik 4 orang anak laki – laki tetapi tidak tinggal bersama
pasien, pasien tinggal sendiri dengan jarak rumah berdekatan dengan anaknya.
Aktifitas sehari – hari pasien hanya beraktifitas di rumah.
f. Riwayat alergi :
Riwayat penyakit alergi seperti asma, rhinitis alergi, alergi terhadap makanan,
dan pengobatan disangkal.
g. Riwayat pengobatan :
Pasien rutin berobat ke puskesmas setiap 1 bulan sekali. Dari puskesmas pasien
diberikan obat catopril untuk mengatasi hipertensinya. Dan pasien rutin
mengkonsumsi obatnya sesuai anjuran yang diberikan dari puskesmas.
o Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis kuat angkat cukup
Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS 4 line parasternal dextra
Batas jantung kiri pada ICS 5 mid klavikula sinistra
Batas pinggang jantung, ICS 3 line parasternal sinistra
Batas artas ajntung pada ICS 2 line parasternal sinistra
Auskultasi : S1 S2 tunggal regular, murmur (-)
o Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Distensi tidak ada
Auskultasi : Bising usus (+) normal selama 12-16 x/menit
Perkusi : Timpani pada 4 kuadran
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Pemeriksaan Ekstermitas
Akral hangat :
+ +
+ +
Edema : - -
- -
Status Lokalis
Telinga
Sekresi - -
Tuli + +
Tumor - -
Tinnitus + +
Sakit - -
Vertigo - -
Status THT
Tes Pendengaran
Bagian Dextra Sinistra
Tes Bisik Normal Normal
Tes Rinne Tidak dapat dievaluasi Tidak dapat dievaluasi
Tes Weber Tidak dapat dievaluasi Tidak dapat dievaluasi
Tes swabach Tidak dapat dievaluasi Tidak dapat dievaluasi
Hidung
Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe leher.
2.6 Terapi
Mecobalamin 500 mg 1x1 tab
Alat Bantu Dengar
2.7 Prognosis
Dubia at malam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Anatomi
A. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari aurikula (pinna) dan kanalis auditorius eksternus,
yang berfungsi sebagai resonator dan meningkatkan transmisi suara. Aurikula
tersusun sebagian besar kartilago yang tertutup oleh kulit. Lobulus adalah bagian
yang tidak mengandung kartilago. Kartilago dan kulit telinga akan berkurang
elastisitasnya sesuai dengan pertambahan usia. Saluran auditorius pada dewasa
berbentuk S panjangnya ± 2,5 cm dari aurikula sampai membran timpani.
Serumen disekresi oleh kelenjar-kelenjar yang berada di sepertiga lateral kanalis
auditorius eksternus. Saluran menjadi dangkal pada proses penuaan akibat lipatan
kedalam, pada dinding kanalis menjadi lebih kasar, lebih kaku dan produksi
serumen agak berkurang serta lebih kering (Mills et al., 2014).
Gambar 2.1. Anatomi telinga
B. Telinga tengah
Ruangan berisi udara terletak dalam tulang temporal yang terdiri dari 3 tulang
artikulasi: maleus, inkus dan stapes yang dihubungkan ke dinding ruang timpani oleh
ligamen. Membran timpani memisahkan telinga tengah dari kanalis auditorius
eksternus. Vibrasi membran menyebabkan tulang tulang bergerak dan
mentransmisikan gelombang bunyi melewati ruang timpanum ke foramen oval.
Vibrasi kemudian bergerak melalui cairan dalam telinga dalam dan merangsang
reseptor pendengaran. Bagian membran yang tegang yaitu pars tensa sedangkan
sedikit tegang adalah pars flaksida. Perubahan atrofi pada membran karena proses
penuaan mengakibatkan membran lebih dangkal dan retraksi/teregang (Mills et al.,
2014).
C. Telinga Dalam
Terdiri dari koklea, koklea berbentuk dua setengah lingkaran. Ujung atau puncak
koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala vestibuli dan skala
timpani. Diantara skala vestibuli dan skala timpani terdapat skala media (Sherwood
L, 2001). Skala vestibuli dan skala timpani yang mengandung perilimfe dan unsure
potasium dengan konsentrasi 4 mEq/L dan unsur sodium dengan konsentrasi sebesar
139mEq/L. Skala media yang berisi endolimfe dibatasi oleh membran Reisner,
membran basilar dan lamina spiralis oseus serta dinding lateral. Skala media ini
mengandung unsur potasium sebesar 144 mEq/L dan sodium sebesar 13 mEq/L. Arus
listrik potensial saat istirahat didalam skala media sebesar 80-90 mV dan potensial
endokoklear yang dihasilkan oleh stria vaskularis pada dinding lateral mengandung
Na+K+ATPase. Perilimfe pada skala vestibuli berhubungan dengan perilimfe pada
skala timpani didaerah apeks koklea yang disebut helikotrema. Komponen sebagian
besar organ corti adalah sel sensori, sel-sel penunjang (Deiters, Hensen, Claudius),
membran tektorial, dan lamina retikular- kutikular. Saraf pendengaran mengandung
30.000 neuron yang menghubungkan sel sensori ke saraf ke otak. Badan sel saraf
pendengaran terletak di sentral yang masing-masing memiliki 10-20 dendrit koneksi.
Tipe fiber saraf pendengaran mempunyai 2 tipe, yaitu tipe serabut yang lebih besar,
bermielin, neuron bipolar yang menginervasi sel rambut dalam sebanyak 90-95%.
Tipe fiber yang kedua lebih kecil, tidak bermielin, menghubungkan dengan sel
rambut luar sebanyak 5- 10% (Mills et al., 2014).
Telinga memiliki fungsi sebagai organ pendengaran dan keseimbangan yang terdiri
dari memiliki struktur yang dikenal sebagai daun telinga atau auricula, memiliki fungsi
mengarahkan gelombang suara untuk memasuki meatus auditorius eksternal, pada
ujung dari meatus auditorius eksternal terdapat gendang telinga atau membran timpani
akibat gelombang suara yang masuk menggetarkan membran timpani. Kemudian
getaran suara tadi akan ditransduksi menjadi sinyal saraf. 6
Telinga tengah terdapat tulang-tulang kecil yaitu malleus, incus dan stapes yang
mengamplifikasi suara dan memperkuat getaran dari membran timpani memasuki
telinga bagian dalam melewati jendela oval yang mengakibatkan adanya tekanan dalam
cairan skala vestibuli dan skala timpani. Tekanan tersebut menyebabkan membran
basilar bergerak pada posisi tertentu dan sesuai frekuensi gelombang. Diatas membran
basilar terdapat organ corti yang juga ikut bergetar, sehingga mengubah gerakan
gelombang menjadi sinyal saraf dan pada telinga tengah juga terdapat tuba eustachius
yang akan menghubungkan ke nasofaring, tuba biasanya tertutup, dan akan terbuka saat
otot-otot pada faring berkontraksi pada saat menelan dan menguap dan memiliki fungsi
untuk mengatur ventilasi, proteksi dan drainase pada telinga tengah. 6
Pada organ corti memiliki stereosilia yang merupakan sel-sel rambut yang apabila
ada getaran gelombang yang datang akan merespon. Ketika stereosilia menekuk kearah
rambut yang lebih tinggi, maka akan terjadi depolarisasi. Saluran ion terbuka dan akan
memicu impuls saraf ke serabut saraf aferen yang berada pada sel rambut. Dan
sebaliknya, apabila stereosilia menekuk kearah rambut yang lebih pendek akan
menyebabkan saluran ion menutup. 6
Sinyal saraf berjalan pada saraf vestibulokoklearis. Dan proses pendengaran akan
berlanjut ke nukleus dibagian otak tengah, akan membawa ke dua lokasi yaitu ke
thalamus dan colliculus superior. Kemudian inti genikulatum medial dari thalamus
yang menerima informasi pendengaran dan memproyeksikannya ke bagian korteks
pendengaran di lobus temporal korteks serebral, sedangkan colliculus superior yang
menerima informasi masuk atau input yang berasal dari sistem visual dan
somatosensori serta telinga untuk menstimulasi otot-otot bagian kepala dan leher agar
bergerak menuju sumber pendengaran. 6
Proses Pendengaran
Akibat mikroangiopati organ koklea akan terjadi atrofi dan berkurangnya sel
rambut. Neuropati terjadi akibat mikroangiopati pada vasa nervosum nervus VIII,
ligamentum dan ganglion spiral ditandai kerusakan sel Schwann, degenerasi
myelin, dan kerusakan axon. Akibat proses ini dapat menimbulkan penurunan
pendengaran. Abdulbarri, Thiago melaporkan bahwa terdapat hubungan antara
penderita DM dengan terjadinya penurunan pendengaran.10,11
E. Merokok
Rokok mengandung nikotin yaitu suatu alkaloid golongan tanaman
tembakau (Solanaceae) yang mengandung 3-[(2S)-1-methylpyrrolidin-2-
yl]pyridine.(gambar 6.)31
Nikotin saat memasuki tubuh dan mengikuti aliran darah mampu melewati
sawar otak. Sekitar 7 detik zat nikotin sampai ke otak, sedangkan waktu paruh
membutuhkan 2,5 jam. Nikotin dimetabolisme di hepar dengan enzim sitokrom
P450 (CYP2A6 dan CYP2B6). Nikotin bekerja pada reseptor asetilkolin nikotin,
terutama pada reseptor nikotinik tipe ganglion dan reseptor nikotin CNS. Nikotin
juga mempunyai efek pada beberapa neurotransmiter lainnya.31
Rokok mengandung nikotin dan karbonmonoksida, mempunyai efek
mengganggu peredaran darah manusia, bersifat ototoksik secara langsung, serta
merusak sel saraf organ koklea. Karbonmonoksida, menyebabkan iskemia melalui
produksi karboksi-hemoglobin (ikatan antara CO dan haemoglobin), dimana
hemoglobin menjadi tidak efisien mengikat oksigen. Ikatan antara hemoglobin
dengan CO2 jauh lebih kuat ratusan kali dibanding dengan oksigen. (Gambar 7.)
Akibatnya terjadi gangguan suplai oksigen ke organ korti di koklea, dan
menimbulkan efek iskemia. Selain itu, efek lainnya adalah spasme pembuluh
darah, kekentalan darah, dan arteriosklerotik.32
Insufisiensi sistem sirkulasi darah koklea yang diakibatkan oleh merokok,
menjadi penyebab gangguan pendengaran pada frekuensi tinggi yang progresif,
yang paling sering timbul pada usia tua (presbycusis). Gangguan awal adalah pada
frekuensi tinggi, yaitu pada 4000 Hz ke atas. Anatomis pembuluh darah yang
menyuplai darah ke koklea, yaitu arteri auditiva atau arteri labirintin yang tidak
mempunyai kolateral, sehingga tidak memberikan alternatif suplai darah melalui
jalur lain.32
Meskipun dosis yang dihisap per harinya masih di bawah dosis toksik
(0,5 1,0 mg/kg BB atau sekitar 30 60 mg), bila ini berlangsung dalam waktu
yang lama maka akan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Toksisitas suatu
zat pada dasarnya ditentukan oleh besarnya paparan (dosis), dan lamanya
pemaparan. Penelitian hewan dengan identifikasi reseptor nicotinic-like pada sel-
sel rambut koklea menunjukkan bahwa merokok mempunyai efek ototoksis
langsung pada fungsi sel rambut yang berpotensi pada neurotransmiter stimulus
auditori.33,34
Karen, menyatakan bahwa kebiasaan merokok mempunyai risiko 1,69 kali
dibandingkan tidak merokok. Siegelaub, Weiss menyatakan terdapat hubungan
antara kebiasaan merokok dengan penurunan pendengaran pada usia lanjut.13,35,36
F. Riwayat bising
Gangguan pendengaran akibat bising adalah penurunan pendengaran tipe
sensorineural, yang awalnya tidak disadari, karena belum mengganggu
percakapan sehari-hari. Sifatnya tuli sensorineural tipe koklea dan umumnya
terjadi pada ke dua telinga. Faktor risiko yang berpengaruh pada derajat
parahnya ketulian ialah intensitas bising, frekuensi, lama pajanan perhari, lama
masa kerja, kepekaan individu, umur dan faktor lain yang dapat berpengaruh.
Berdasarkan hal tersebut dapat dimengerti bahwa jumlah pajanan energi bising
yang diterima akan sebanding dengan kerusakan yang didapat.17
bekerja di tempat bising, tempat rekreasi yang bising, dan penembak (tentara)
akan mengalami kehilangan pendengaran pada frekuensi tinggi. Penggunaan obat-
obatan antibiotik golongan aminoglikosid, cisplatin, diuretik, atau anti inflamasi
dapat berpengaruh terhadap terjadinya presbikusis.6,17
Variasi nilai ambang audiogram antara telinga satu dengan lainnya pada
presbikusis ini dapat terjadi sekitar 5-10 dB. Manusia sebenarnya sudah
mempunyai strain DNA yang menyandi terjadinya presbikusis. Sehingga dengan
adanya penyebab multifaktor risiko akan memperberat atau mempercepat
presbikusis terjadi lebih awal.24
Pemeriksaan audiometri tutur pada kasus presbikusis sentral didapatkan
pemahaman bicara normal sampai tingkat phonetically balanced words dan akan
memburuk seiring dengan terjadinya overstimulasi pada koklea ditandai dengan
adanya roll over. Penderita presbikusis sentral pada intensitas tinggi menunjukkan
penurunan dalam nilai ambang tutur sebesar 20% atau lebih.17
Penatalaksanaan
Manejemen atau tata laksana gangguan pendengaran, akibat hilangnya sel-sel rambut dan
gangguan pada saraf koklea. Karena tidak dapat regenerasi, maka pilihan utamanya
rehabilitasi dengan alat bantu dengar. Alat bantu dengar digital membantu ketajaman
pendengaran ke tingkat normal dengan frekuensi mencapai 3000 Hz. Alat tersebut
dirancang untuk memberikan kemampuan pendengaran pada lansia.Adakalanya
pemasangan alat bantu dengar perlu kombinasi dengan latihan membaca ujaran (speech
reading) dan latihan mendengar (audiotory training); prosedur pelatihan tersebut
dilakukan bersama ahli terapi wicara speech therapist). Akan tetapi, jika gangguan
pendengaran yang dialami sudah melebihi dari korektif alat bantu dengar yang dibuat,
maka akan disarankan melakukan implan atau penanaman koklea, terutama pada lansia
yang mengalami gangguan penglihatan bilateral dan memiliki masalah tentang
pengenalan kata sekitar ≥ 50% . 12, 13
Progonosis