Anda di halaman 1dari 26

PORTOFOLIO FAMILY HEALTH CARE PROJECT

KEPANITERAAN KLINIK MADYA KEDOKTERAN KELUARGA FKUB

Judul
Skizofrenia pada Laki-Laki Usia 30 Tahun dengan Faktor Predisposisi Kesulitan
dalam Bersosialisasi saat SMP dengan Faktor Presipitasi berupa Gangguan
Psikologis dan Gangguan Sosial

Dokter Muda Pembina


Ni Putu Frida Baskarani
170070201011074
Puskesmas Kendung Kandang
Periode 1 April 2019-28 April 2019

Pembimbing:
dr. Arief Alamsyah, MARS

Penguji :

dr. Alidha Nur Rakhmani,MSc

Laboratorium Ilmu Kedokteran Keluarga Program Studi Profesi Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Malang

2019
HALAMAN PERSETUJUAN

FAMILY HEALTH CARE PROJECT

Skizofrenia pada Laki-Laki Usia 30 Tahun dengan Faktor Predisposisi Kesulitan


dalam Bersosialisasi saat SMP dengan Faktor Presipitasi berupa Gangguan
Psikologis dan Gangguan Sosial

Untuk Memenuhi Persyaratan


Ujian Kedokteran Keluarga

Oleh:
Ni Putu Frida Baskarani
NIM. 170070201011074

Menyetujui untuk diuji


Ketua Tim Dokter Keluarga, Dosen Pembimbing,

dr. Arief Alamsyah, MARS dr. Arief Alamsyah, MARS


NIP. 197802192006041002 NIP. 197802192006041002
Tanggal kunjungan : 9 April 2019

Identitas Pasien:
Nama : Tn. Solehudin
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Alamat : Jl.KH Malik gg VI
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status perkawinan : Belum Menikah
Sistem : KMS
pembayaran

Anamnesis:
Auto-Anamnesis / Hetero-Anamnesis (coret salah satu yang sesuai)
Keluhan Utama / Alasan Kedatangan:
Sering berbicara ngelantur

Riwayat keluhan saat ini


(berisi informasi tentang onset, durasi, karakteristik, gejala, tingkat keparahan,
progresifitas gejala, faktor yang memperparah atau meringankan. Serta persepsi
pasien, harapan&kekhawatiran)
Pasien dikunjungi oleh petugas kesehatan dari puskesmas Kedung Kandang karena
dikeluhkan oleh keluarga sering berbicara ngelantur.
Pasien awalnya mengalami keluhan ini 7 tahun yang lalu. Menurut keluarga pasien,
pada 1 tahun pertama, pasien di keluhkan sering marah dan mengamuk, pasien sering
memukul mukul pintu dan sulit tidur saat malam hari. Kemudian pada tahun tahun
selanjutnya pasien sudah mulai tidak marah dan mengamuk, namun pasien mulai
berbicara ngelantur seakan akan ada yang mengajak pasien berbicara. Jika diajak
berinteraksi pasien hanya tertawa dan tidak menjawab pertanyaan. Menurut keluarga,
pasien seperti berinteraksi sendiri dengan orang yang tidak kasat mata. Pasien juga
dikeluhkan jika pergi dari rumah, pasien akan kesulitan pulang kembali ke rumah.
Sehingga saat ini pasien dibuatkan kamar terpisah dan pintunya di gembok oleh
kelurga pasien. Menurut keluarga pasien, pasien harus disuapi saat makan karena
pasien tidak bisa makan sendiri dan tidak ingat sudah makan atau belum. Pasien juga
tidak bisa mandi sendiri dan BAB disembarang tempat.
Pasien tidak pernah dibawa ke dokter spesialis jiwa sebelumnya, selama 7 tahun
gejala berlangsung, keluarga pasien membawa pasien ke orang pintar dan dikatakan
pasien di guna-guna oleh wanita.
Pasien memiliki kepribadian tertutup dan memiliki cukup banyak teman namun tidak
begitu deka karena pasien kesulitan dalam bersosialisasi.

Riwayat Penyakit Dahulu:


A. ORGANIK : -
B. NON ORGANIK: gangguan menilai realita

RIWAYAT PREMORBID

Riwayat Pribadi
1. RIWAYAT KELAHIRAN:
Pasien lahir normal
2. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG:
Tidak ada kelainan atau keterlambatan tumbuh kembang pada pasien.
3. RIWAYAT PENDIDIKAN:
Pendidikan terakhir pasien adalah SMP kelas 2
4. RIWAYAT KEAGAMAAN:
Pasien beragama Islam, dan tidak pernah sholat semenjak keluhan
dirasakan

Riwayat psikososial
Pasien merupakan anak yang pendiam. Pasien memiliki riwayat berganti ganti sekolah
karena merasa tidak nyaman dengan lingkungan sekolahnya sehingga pasien tidak memiliki
teman dekat. Semenjak pasien menderita keluhan ini, pasien jarang berinteraksi dengan
lingkungan sekitar karena keluarga khawatir dengan keadaan pasien. Pasien memiliki riwayat
tidak bisa pulang kerumah jika sudah pergi dari rumah dan menurut keluarga pasien, jika
pasien diminta untuk merokok atau melakukan hal hal berbahaya, pasien akan melakukannya.
Sehingga keluarga menempatkan pasien pada kamar dan pintunya di gembok.

Riwayat keturunan

Pasien merupakan anak ke 3 dari lima bersaudara, Kakak kedua pasien meninggal

di usia 30 hari karena kejang, dan adik terakhir pasien meninggal di usia 20 tahun

karena kejang dan infeksi otak. Namun tidak ada keluarga yang memiliki keluhan

serupa dengan pasien.

Riwayat Kepribadian Premorbid

Menurut keluarga, pasien merupakan pribadi yang diam dan tertutup. Pasien
cenderung sulit berkomunikasi dengan orang lain dan susah untuk mengungkapkan

perasaan. Jika ada masalah, pasien cenderung kurang terbuka. Sehingga pasien

cenderung memendam masalahnya sendiri dan tidak ada yang mengetahui masalah

pasien.

Faktor Pencetus

Faktor pencetus dari pasien tidak diketahui dengan jelas. Menurut keluarga

pasien, pasien mulai mengalami gejala setelah pasien berhenti sekolah.

Riwayat Pengobatan
Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat obatan untuk keluhan yang dialaminya

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum dan Tanda Vital dan Status Gizi
Kesadaran : Compos mentis
Status gizi : Kesan cukup
BB : 50 kg
TB : 170 cm
BMI : 17.3 kg/m2
TD : 110/70 mmHg
N :90x/menit,regular,kuat
RR : 18 x/menit, regular, spontan
Tax : 36.7°C

Status Generalis

KEPALA
Inspeksi Konjungtiva anemis (-); Sklera ikterik (-);
pupil bulat isokor (3 mm/3 mm), reflek
cahaya (+)/(+), mukosa mulut kering (-)
LEHER
Inspeksi Simetris, Edema (-), Massa (-), Inflamasi (-)
Palpasi Pembesaran kelenjar limfe (-)/(-)
THORAX
a. Pulmo
Inspeksi : Gerakan statis & dinamis D=S
Palpasi: Stem Fremitus D=S

Perkusi : sonor sonor


sonor sonor
Auskultasi : sonor sonor
V V Rh - - Wh - -
V V - - - -
V V - - - -
b. Jantung
Inspeksi Iktus tidak terlihat
Palpasi Iktus teraba di ICS V MCL S
Perkusi LHM ~ Ictus, RHM ~ sternal line D
Auskultasi S1 S2 normal, regular, gallop (-), murmur (-)
ABDOMEN
Inspeksi Flat, jar. parut (-), radang umbilikus (-), rash
(-), massa (-)
Auskultasi BU (+) Normal
Perkusi Liver span 8 cm, traube’s space timpani
Palpasi Soefl, nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan
lien tidak teraba
EKSTREMITAS
Superior Akral hangat, Anemis (-)/(-), Ikterik (-)/(-),
Edema (-)/(-), Sianosis (-)/(-)
Inferior Akral hangt, Anemis (-)/(-), Ikterik (-)/(-),
Edema (-)/(-), Sianosis (-)/(-),

Status Psikiatri

Keadaan Umum Laki laki, 30 tahun, hygiene buruk, pakaian rapi, kurang kooperative
Kontak Verbal (-), non verbal (-)
Mood Hipothym
Afek Menyempit
Kesesuaian afek Sesuai
Proses berpikir Otistik, logorea
Persepsi Halusinasi auditorik (+) halusinasi visual (+)
Kesadaran Compos mentis, GCS 456
Orientasi Tempat : tidak bisa mendeskripsikan tempat
waktu : tidak bisa mendeskripsikan waktu,
orang : tidak bias mendeskripsikan orang
Daya ingat Kurang
Intelegensi Kurang
Kemauan Sangat Kurang
Pengendalian Impuls Kurang
Tilikan Tilikan derajat 1
Psikomotor Kurang
Konsentrasi Kurang
Perhatian Kurang
Baca tulis Sangat Kurang
Visuospasial Kurang
Pikiran abstrak Kurang
Analisis yang mendasari penegakan diagnosis aksis 2
(berisi analisis dari temuan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang pasien yang dirujukkan pada dasar teori sehingga anda menegakkan
diagnosis klinisnya. Bukan copy paste dari referensi atau guideline!)
Untuk menegakkan diagnosis skizofrenia, harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini
yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam
atau kurang jelas):
a.Thought echo, thought insertion or withdrawal, thought broadcasting
b.Delusion of control, delusion of influence, delusion of passivity, delusion perception
c. Halusional Auditorik ;
d. Waham-waham menetap jenis lainnya
Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation)
g. Perilaku katatonik
h. Gejala negatif
Untuk mendiagnosis Paranoid :
1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
2. Sebagai tambahan :
 Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a) Suara – suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),
mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain –
lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion
of control), dipengaruhi (deusion of influence), atau “passivity” (delusion of
passivity), dan keyakinan dikejar – kejar beraneka ragam, adalah yang paling
khas;
 Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.

Untuk mendiagnosis skizofrenia herbefernik :

1. Didiagnosis herbefernik biasanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa


muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun)
2. Untuk diagnosis herbefernik yang meyakinkan umumnya diperlukan
pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan
bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan:

Untuk mediagnosis skizofrenia simpleks :

Untuk mendiagnosis skizofrenia katatonik :

Untuk mendiagnosis skizofrenia residual :

Pada pasien ini terjadi halusinasi auditorik, dimana pasien mendengar suara
suara yang seakan akan mengajak pasien berkomunikasi. Pasien juga mengalami
halusinasi visual dimana pasien terkadang melihat bayangan bayangan yang tidak
dilihat oleh anggota keluarga lain. Pasien memiliki gangguan pada proses pikirnya,
dimana pasien cenderung melamun dan berada dalam pikirannya sendiri, pasien tidak
bisa berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Pasien tidak memperdulikan lingkungan
sekitarnya, ditandai dengan pasien tidak akan makan jika tidak disuapi, pasien tidak
akan mandi jika tidak dimandikan dana pasien sering BAB disembarang tempat.
Pasien hanya terfokus pada suara suara dan bayangan bayangan yang ada didalam
pikirannya sendiri. Jika berkomunikasi, pasien hanya mengucapkan kata kata yang
tidak ada artinya dan tidak dipahami oleh orang lain, kadang pasien hanya merespon
dengan tertawa dan masuk dalam keadaan logorea.
Pasien juga mengalami gangguan orientasi, dimana pasien sama sekali tidak
bisa mendeskripsikan tempat, waktu maupun orang. Jika pasien pergi dari rumah,
maka pasien tidak akan bisa kembali pulang, hal ini masuk dalam gangguan orientasi
tempat. Pasien tidak dapat mendeskripsikan namanya sendiri maupun siapa keluarga
yang ada didepannya, ini masuk dalam gangguan orientasi orang.
Pada kasus ini, skizofrenia yang diderita pasien masih belum bisa diidentifikasi
karena gejala pasien tidak masuk dalam kriteria skizofrenia paranoid, skizofrenia
herbefernik, skizofrenia simpleks, skizofrenia katatonik maupun skizofrenia residual
Karena gejala pasien tidak spesifik pada satu jenis skizofrenia.

Diagnosis Holistik
Aksis 1 - Aspek Personal :

 Alasan Kedatangan : Pasien sering berbicara ngelantur


 Persepsi : Pasien tidak memiliki persepsi apapun terkait penyakit

yang dideritanya saat ini

 Harapan : Pasien tidak memiliki harapan apapun untuk

keadaannya saat ini

 Kekhawatiran : Pasien tidak memiliki kekhawatiran apapun untuk

keadaanya saat ini

 Upaya : Pasien tidak melakukan upaya apapun untuk

meringankan atau memperbaiki keadaannya saat ini

Aksis 2 - Aspek Biomedis : Skizofrenia

Aksis 3 - Aspek Risiko Internal :

 Kurangnya aktifitas pasien sehingga pasien memiliki banyak waktu untuk

berdiam diri

 Kepribadian premorbid pasien yaitu ciri kepribadian skizoid

 Pasien tidak pernah ada keinginan untuk memeriksakan dirinya ke dokter

spesialis kejiwaan.

Aksis 4 - Aspek Risiko Eksternal :

 Stigma masyarakat tentang penyakit pasien saat ini, sehingga keluarga

membawa pasien ke orang pintar (Dukun)

 Keluarga pasien tidak memiliki pengetahuan terhadap keadaan pasien

sehingga pasien tidak mendapatkan pengobatan.

 Orang tua pasien sudah tidak bekerja dan ayah pasien mengalami stroke,

sehingga pasien ada kendala biaya untuk pengobatan.

Aksis 5 - Derajat Fungsional :

 Derajat 5

Intervensi Komprehensif

Diagnosis Intervensi Komprehensif


Holistik
Aksis 1 Masalah : Mendengar sara-suara dan bayangan- bayangan
Intervensi : Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien
bahwa suara dan bayangan yang dilihat pasien saat ini muncul
dari pikiran pasien sendiri. Sehingga sesungguhnya dapat
dihilangkan dengan cara mengalihkan pikiran pasien ke hal lain
seperti melakukan kegiatan yang disukai oleh pasien atau
membuat kerajinan tangan agar pikiran pasien berfokus pada
pekerjaan dan tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal diluar
itu.
Aksis 2 Masalah : Skizofrenia

Intervensi : Mengedukasi pasien dan keluarga pasien untuk


segera melakukan pengobatan ke rumah sakit. Memberikan
pemahaman kepada keluarga bahwa keadaan pasien saat ini
dapat disembuhkan dengan melakukan pengobatan ke dokter
spesialis jiwa.
Terapi farmakologis yang dapat diberikan pada pasien ini antara
lain :
Haloperidol 0,5mg 3x1 tablet
Trihexyphenidyl 2 mg 3x1 tablet
Chlorpromazine HCl 100 mg 3x1 tablet
Aksis 3 Masalah : Pasien merupakan seseorang dengan ciri kepribadian
skizoid, jarang bercerita mengenai masalahnya.

Intervensi : Menyarankan pasien dan keluarga pasien


khususnya untuk terus mengajak pasien berkomunikasi, agar
pasien merasa bahwa keluarga dekatnya memberikan perhatian
sehingga pasien lama kelamaan bisa menjadi lebih terbuka dan
keluarga bisa mengetahui hal yang mendasari pasien
mengalami keluhan seperti sekarang ini.
Aksis 4 Masalah : Stigma masyarakat tentang penyakit pasien saat ini,
sehingga keluarga membawa pasien ke orang pintar. Keluarga
pasien tidak memiliki pengetahuan terhadap keadaan pasien
sehingga pasien tidak mendapatkan pengobatan. Orang tua
pasien sudah tidak bekerja dan ayah pasien mengalami stroke,
sehingga pasien ada kendala biaya untuk pengobatan.
Intervensi : Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa
keadaan yang pasien alami saat ini adalah masalah kesehatan
yang dapat disembuhkan dengan mealakukan pengobatan dan
terapi secara rutin. Serta mengedukasi keluarga pasien untuk
melakukan pengobatan sesegera mungkin ke rumah sakit.
Memberikan penjelasan ke pasien bahwa pasien bisa
mendapatkan pengobatan secara gratis jika mengurus KMS
atau BPJS.

Alasan pembinaan keluarga pada kasus ini:


Alasan pembinaan dilakukan pada pasien ini adalah pasien ini seorang laki laki usia
30 tahun yang merupakan usia produktif. Dimana pada keadaan ini pasien
mendapatkan stigma buruk dari masyarakat sehingga pasien kesulitan untuk
mendapatkan solusi pengobatan, pasien merupakan anak dari 3 bersaudara yang
orang tua nya sudah tidak bekerja lagi dan saudara saudaranya sudah hidup mandiri,
sehingga untuk mendapatkan pengobatan, pasien ada kendala di biaya.

Overview Kunjungan Rumah:


A. Pre-conference
- Membuat jadwal pertemuan dengan keluarga pasien
- Membuat genogram sementara
- Membuat hipotesis awal yaitu pasien memiliki keluhan tersebut karena
ada masalah dengan teman atau lingkungan sekolahnya dahulu.
B. Conference task
- Mengedukasi pasien dan keluarga pasien mengenai skizofrenia
paranoid yang dialami pasien, faktor resiko, prognosis.
- Mengedukasi pasien dan keluarga pasien untuk segera melakukan
pengobatan ke rumah sakit agar keadaan pasien dapat membaik
- Mengedukasi keluarga pasien untuk mendapatkan kartu jaminan
kesehatan agar pengobatan pasien tidak terlalu mengeluarkan banyak
biaya.
C. Post Conference
- Menarik beberapa kesimpulan antara lain
1. Pasien mengalami skizofrenia paranoid karena kemungkinan adanya
masalah saat masa sekolah dahulu yang tidak diceritakan oleh
pasien kepada keluarganya, sehingga pasien memendam
masalahnya sendiran dan menjadi beban bagi diri pasien sendiri.
2. Keluarga pasien kurang mengerti bahwa keadaan pasien ini dapat
disembuhkan dengan terapi dari dokter,sehingga sebenarnya
keadaan pasien dapat membaik jika keluarga lebih mengerti.
Kunjungan Rumah
Selasa, 9 April 2019
Family Genogram

Keluarga Bapak Y

Tn. Y Ny. S
67 thn 50 thn
Stroke

Ny. F Px
An. S
34 thn 30 thn
30bln
Kejang Ny. Y Sdr B
27 thn 20 thn
Radang
Otak

An. M An. S
An. T An. L
9 thn 5 thn
7 thn 14 bln
Keterangan :

: Laki-Laki : Pasien

: Perempuan : Tinggal Serumah

: Keluarga Meninggal : Keluarga sakit


Family SCREEM
Social -
Cultural Masyarakat sekitar masih menstigma bahwa gangguan jiwa merupakan
sebuah gangguan yang disebabkan oleh guna guna atau ada
hubungannya dengan makhluk halus sehingga keluarga pasien
membawa pasien ke orang pintar untuk mendapatkan penanganan.
Religion -
Economic Tingkat ekonomi yang kurang, dengan ibu dan ayah pasien sudah tidak
bekerja lagi
Education Keluarga pasien kurang memahami akan pentingnya keterbukaan dan
pengobatan mengenai gangguan jiwa
Medical Keluarga belum pernah memabawa pasien untuk melakukan
pemeriksaan ke rumah sakit
 Bentuk Keluarga: Keluarga inti
 Tahapan Keluarga (sesuai DUVAL) : Tahap VI: Family as Launching Centre
Mandala of Health

Life Style
- Pasien sulit tidur
- Pasien BAB tidak di toilet

Family

- Pasien anak ke 3 dari 5 bersaudara,


Psycho-socio-economic
Personal Behaviour memiliki 2 orang kakak dan 2 orang
- Ekonomi kelas menengah ke
- Pasien hanya berdiam diri di adik. Kakak kedua meninggal usia
bawah
rumah 30bl, adik kedua meninggal usia 20 th
- Ayah dan ibu pasien sudah tidak
- Cenderung tertutup dengan keluarga
bekerja

Pasien - Pasien tidak merasa dirinya sakit


Sick care system
- Pria, 30 tahun Work
- Jarak rumah dengan
- Pasien sering berbicara - Pasien tidak bekerja
puskesmas + 2 km
sendiri, melantur, tertawa
- Edukasi penyakit jiwa yg
sendiri, halusinasi
kurang dari tenaga medis
Human biology
ke masyarakat
- Pasien pria, usia remaja Physical environment
- Higienitas dan kerapian rumah yang terkesan
kurang
Intervensi yang telah dilakukan pada kunjungan rumah (Selasa, 9 April 2019)
Dx Subyektif Obyektif Planning / Intervensi
Holistik

Aksis 1  Pasien masih  Memberikan edukasi ke


sering melihat pasien dan keluarga pasien
bayangan dan bahwa suara-suara dan
merasakan ada bayangan bayangan itu
yang mengajaknya berasal dari pikiran pasien
berinteraksi sendiri
 Pasien kesulitan  Meminta keluarga pasien
tidur untuk membantu pasien
mencari kegiatan yang
mampu mengalihkan fokus
pasien dari bayangan dan
suara suara tersebut, seperti
memebuat prakarya yang
membutuhkan konsentrasi.
Aksis 2  Skizofrenia  Mengedukasi pasien dan
 KU : Laki-laki 30
keluarga pasien untuk segera
tahun, hygiene baik,
melakukan pemeriksaan ke
pakaian rapi,
rumah sakit untuk
kooperatif
mendapatkan pengobatan dan
 Kontak : verbal (-),
terapi.
non verbal (-)
 Memberikan pemahaman
 Mood:hypothym
kepada keluarga pasien
 Afek: menyempit bahwa pengobatan dan terapi
 Kesesuaian afek : di rumah sakit dapat
sesuai memperbaiki keadaan pasien.
 Proses berfikir
Otistik, logorea
 Persepsi : halusinasi
auditorik (+),
halusinasi visual (+)
 Kesadaran : compos
mentis, GCS 456
 Orientasi , tempat :
tidak bisa
mendeskripsikan
tempat ; waktu :
tidak bisa
mendeskripsikan
waktu ; orang tidak
bisa
mendiskripsikan
tempat.
 Daya ingat : kurang
 Kemauan : kurang
 Intelegensi : kurang
 Pengendalian
impuls : kurang
 Psikomotor : kurang
 Tilikan : Derajat 1
 Konsentrasi :
Kurang
 Perhatian : Kurang
 Visuospasial :
kurang
 Baca tulis : Kurang
 Pikiran Abstrak :
Kurang
Aksis 3  Pasien merupakan  Menyarankan pasien dan
seseorang dengan keluarga pasien khususnya
ciri kepribadian untuk terus mengajak pasien
skizoid berkomunikasi, agar pasien
merasa bahwa keluarga
dekatnya memberikan
perhatian sehingga pasien
lama kelamaan bisa menjadi
lebih terbuka dan keluarga
bisa mengetahui hal yang
mendasari pasien mengalami
keluhan seperti sekarang ini.

Aksis 4  Stigma masyarakat  Selama ini ibu  Memberikan pemahaman pada


bahwa penyakit pasien hanya keluarga pasien untuk segera
jiwa adalah membawa pasien memeriksakan pasien
penyakit yang ke orang pintar  Memberikan saran untuk
disebabkan oleh segera mengurus jaminan

guna-guna kesehatan agar biaya berobat

 Pasien belum pasien dapat berkurang


sehingga tidak membebani
pernah melakukan
keluarga
pemeriksaan ke
 Mengedukasi bahwa penyakit
rumah sakit
jiwa bukanlah penyakit yang
sebelumnya
berhubungan dengan hal hal di
 Ayah dan ibu
luar nalar, namun dapat
pasien sudah tidak
disembuhkan dengan
bekerja lagi
pengobatan secara teratur.

Aksis 5  Skala 5 Pasien tidak bisa Diharapkan dengan memperbaiki


melakukan kondisi pasien maka derajat
pekerjaan secara fungsional pasien akan membaik
mandiri dan sangat
bergantung pada
asuhan orang tua.

Intervensi yang telah dilakukan pada kunjungan rumah kedua (Kamis,18 April
2019)
Dx Subyektif Obyektif Planning / Intervensi
Holistik

Aksis 1  Pasien sudah  Memberikan motivasi ke


mulai bisa tidur keluarga pasien untuk
nyenyak dimalam membantu pasien mencari
hari kegiatan yang dapat
 Pasien masih mengalihkan perhatian
mendengar suara- pasien dari suara suara dan
suara dan melihat bayangan yang selama ini
bayangan dilihat pasien.
Aksis 2  Skizofrenia  Mengedukasi pasien dan
 KU : Laki-laki 30
keluarga pasien untuk segera
tahun, hygiene baik,
melakukan pemeriksaan ke
pakaian rapi,
rumah sakit untuk
kooperatif
mendapatkan pengobatan dan
 Kontak : verbal (-),
terapi.
non verbal (-)
 Memberikan pemahaman
 Mood:hypothym kepada keluarga pasien
 Afek: menyempit bahwa pengobatan dan terapi
 Kesesuaian afek : di rumah sakit dapat
sesuai memperbaiki keadaan pasien.
 Proses berfikir :  Menjelaskan kepada pasien
Otistik, logorea, kemungkinan efek samping
 Persepsi : halusinasi obat yang akan diberikan
auditorik (+), yakni sindroma yang dapat
halusinasi visual (+) menyebabkan pasien seperti
 Kesadaran : compos tremor, susah berkemih,
mentis, GCS 456 ataupun buang air besar, dsb.
 Orientasi , tempat : Namun pasien harus tetap
tidak bisa meneruskan pengobatan
mendeskripsikan hingga gejala berkurang dan
tempat ; waktu : dosis diturunkan
tidak bisa
mendeskripsikan
waktu ; orang tidak
bisa
mendiskripsikan
tempat.
 Daya ingat : kurang
 Kemauan : kurang
 Intelegensi : kurang
 Pengendalian
impuls : kurang
 Psikomotor : kurang
 Tilikan : Derajat 1
 Konsentrasi :
Kurang
 Perhatian : Kurang
 Visuospasial :
kurang
 Baca tulis : Kurang
 Pikiran Abstrak :
Kurang
Aksis 3  Pasien merupakan  Menyarankan pasien dan
seseorang dengan keluarga pasien khususnya
ciri kepribadian untuk terus mengajak pasien
skizoid berkomunikasi, agar pasien
merasa bahwa keluarga
dekatnya memberikan
perhatian sehingga pasien
lama kelamaan bisa menjadi
lebih terbuka dan keluarga
bisa mengetahui hal yang
mendasari pasien mengalami
keluhan seperti sekarang ini.
Aksis 4  Stigma masyarakat  Selama ini ibu  Memberikan pemahaman pada
bahwa penyakit pasien hanya keluarga pasien untuk segera
jiwa adalah membawa pasien memeriksakan pasien
penyakit yang ke orang pintar  Memberikan saran untuk
disebabkan oleh segera mengurus jaminan

guna-guna kesehatan agar biaya berobat

 Pasien belum pasien dapat berkurang


sehingga tidak membebani
pernah melakukan
keluarga
pemeriksaan ke
 Mengedukasi bahwa penyakit
rumah sakit
jiwa bukanlah penyakit yang
sebelumnya
berhubungan dengan hal hal di
 Ayah dan ibu
luar nalar, namun dapat
pasien sudah tidak
disembuhkan dengan
bekerja lagi
pengobatan secara teratur.
Aksis 5  Skala 5 Pasien tidak bisa Diharapkan dengan memperbaiki
melakukan kondisi pasien maka derajat
pekerjaan secara fungsional pasien akan membaik
mandiri dan sangat
bergantung pada
asuhan orang tua
Lampiran

Karakteristik Tempat Tinggal

Luas bangunan rumah: 150 m2

Jumlah orang dalam satu rumah: 3 orang

Luas halaman rumah: 2x6 m

Dengan 1 lantai

Lantai rumah dari: keramik di ruang tamu, sisa nya semen

Dinding rumah dari: tembok

Penerangan di dalam rumah


Jendela: ada; Jumlah: 2 buah di kamar; 4 buah di ruang tamu
Listrik: ada

Ventilasi
Kelembapan rumah: lembab
Bantuan ventilasi di dalam rumah: jendela jarang dibuka sehingga ventilasi cukup,

Kebersihan di dalam rumah: kotor

Tata letak Barang dalam rumah: Tata letak tidak tersusun rapi

Sumber air
air minum dari: air yang direbus sendiri
air cuci dan masak dari: PDAM
Jarak sumber air dari septic tank: 5 m

Kamar Mandi Keluarga: ada dalam rumah jumlah 1 buah, ukuran 1,5x2 m2

Jamban: Ada
Bentuk jamban: jongkok

Tempat sampah: ada tempat sampah di luar rumah


Kesan kebersihan lingkungan pemukiman: baik

Kendaraan: -
Denah Rumah Pasien

Kamar Keterangan :
Pasien
: Pintu
Dapur Luar
: Jendela
Ruang
Kamar 3 Tengah Dapur + KM

Kamar 2 Gudang

Kamar 1
Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA

Maslim, R. 2013. Buku saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-

III,Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Atma Jaya

Anda mungkin juga menyukai