Anda di halaman 1dari 19

Journal reading

“Karakteristik radiologi lesi penebalan pleura :mesothelioma dibandingkan dengan penyaki


pleura lainnya”

Disusun Oleh :

Isnawati (013.06.0027)

Pembimbing
dr.A.A Dewi Adnyani Sp.Rad, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK SMF RADIOLOGI/RSUDBANGLI


FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan journal
readingini dengan judul “karakteristik radiologi lesi penebalan pleura :mesothelioma dibandingkan
dengan penyakit pleura lainnya ” dapat penulis selesaikan dengan sebagaimana mestinya.
Di dalam laporan ini penulis memaparkan hasil penelitian berdasarkan pustaka yang telah
dilakukan yakni pembelajaran berbasis pada masalah yang berkaitan dengan Kurikulum Berbasis
Kompetensi.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
serta bantuan hingga terselenggaranya laporan ini, penulis mohon maaf jika dalam laporan ini
terdapat banyak kekurangan dalam menggali semua aspek yang menyangkut segala hal yang
berhubungan dengan materi journal reading ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun sehingga dapat membantu penulis untuk dapat lebih baik lagi
kedepannya.

Bangli, 1September 2021

Penyusun
BAB 1
TRANSLATE JURNAL
1.1 Judul :
Karakteristik Radiologi Lesi Penebalan Pleura: Mesothelioma Dibandingkan dengan Penyakit
Pleura Lainnya.
1.2 Kata Kunci :
Penebalan Pleura; Karakteristik Lesi; Radiografi Toraks; CT Scan Toraks; Mesothelioma
1.3 Abstrak :
Abstrak:Mesothelioma adalah massa pleura maligna yang ditandai oleh penebalan pleura.
Penebalan pleura ini sulit dibedakan dengan penyakit yang menyebabkan penebalan pleura
lainnya, seperti yang disebabkan infeksi, asbestosis, efusipleura/empiema. Laporan kasus ini
menarik dan penting karena hasil radiografi toraks dan CT scan toraks menunjukkan
karakteristik lesi yang sesuai dengan Mesothelioma dan dapat dibedakan dengan karakteristik
lesi penebalan pleura pada kasus dengan penyebab yang lain. Dilaporkan seorang wanita 56
tahun dengan keluhan batuk, nyeri dada dan sesak napas sejak beberapa hari yang lalu, dan
semakin parah. Auskultasi dada terdengar suara vesikular melemah di kedua paru, terutama di
basal paru. Radiografi toraks tampak opasitas tipis pada kedua hemitoraks, sinus
costophrenicus kiri tumpul. Hasil CT scan toraks, terdapat penebalan pleura di posterobasal
dinding dada dan menyebar ke mediastinum termasuk paraaortic. Tampak osteodestruksi
costa 7.8 kiri posterolateral. Penebalan pleura bersifat circumferensial, lobulated, opasitas
nodular irreguler, kalsifikasi (+). Hasil pemeriksaan histopatologi ditemukan sel epiteloid
ganas membentuk sarang kohesif, struktur kelenjar dan banyak mikropapilla sesuai dengan
mesothelioma ganas. Radiografi toraks menunjukkan penebalan pleura ganas memiliki
karakteristik lesi “opasitas nodular irregular” pada dinding dada dengan atau tanpa efusi
pleura. Karakteristik mesothelioma pada CT scan dada menunjukkan lesi dapat bersifat
circumferensial, lobulated dan melingkupi paru.

BAB II
ISI JURNAL
2.1 Pendahuluan
Kasus mesotelioma merupakan kasus yang cukup sering terjadi di lingkungan
pertambangan atau industri dan usia terbanyak adalah 40-50 tahun dengan usia puncak 70
tahun. Di Amerika Serikat, kejadian kasus mesotelioma banyak ditemukan pada pria
dibandingkan dengan wanita dengan kejadian 15 kasus per sejuta orang. Diagnosa
mesothelioma tidaklah mudah, karena perjalanan penyakitnya yang panjang sehingga
karakteristik lesi radiologis baik foto rontgen polos maupun CT scan toraks sangat penting
untuk mendiagnosis kasus ini secara dini.1,2

Mesothelioma adalah massa ganas pada pleura, ditandai dengan penebalan pleura yang
secara radiologis sulit dibedakan dengan penyakit pleura lainnya. Penebalan pleura dapat
bersifat fokal dan difus yang bersifat ganas atau jinak tergantung pada penyebabnya.
Mesothelioma adalah penebalan difus dari pleura yang menyebar di hemitoraks dan bersifat
ganas dan unilateral.1,3 Diagnosis banding mesothelioma adalah penebalan pleura jinak difus
yang disebabkan oleh infeksi yaitu empiema dan tuberkulosis.

Pada rontgen dada, pleura merupakan organ yang tidak tervisualisasi dan menjadi
tervisualisasi bila terjadi penebalan. Adanya penebalan pleura umumnya terjadi pada pleura
parietal atau pleura viseral yang dapat bersifat jinak atau ganas, dan dapat diklasifikasikan
berdasarkan morfologinya yaitu fokal, difus dan nodular. Mesothelioma adalah massa ganas di
pleura yang merupakan lapisan jaringan tipis yang menutupi paru-paru, dinding dada, jantung
dan testis.3,4 Kasus ini menarik dan penting karena memiliki rontgen dada dan temuan CT
dada yang jelas untuk kasus mesothelioma. Laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik lesi radiologis berdasarkan foto toraks dan CT Scan dada pada penebalan pleura
sesuai dengan penyebab dan jenis lesi yang menyebar. Oleh karena itu diagnosis dan
penempatan penebalan pleura dapat segera dilakukan untuk mengurangi komplikasi dan
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.

2.2 Laporan Kasus

Seorang wanita, 56 tahun dengan keluhan batuk, nyeri dada dan sesak nafas. Pasien
tinggal di dekat pabrik asbes dan suaminya bekerja di sana. Keluhan tersebut dirasakan pasien
sejak beberapa hari yang lalu, dan semakin memburuk. Pasien tampak lemah dan kurus,
menderita sesak napas dan retraksi dada. Pada auskultasi dada, suara vesikular melemah di
kedua paru, terutama di basal. Selanjutnya, jantung, perut dan sistem ekstremitas normal.
Pada rontgen thorax dapat terlihat opasitas tipis pada kedua hemitoraks. Penandaan

bronkovaskular pada kedua paru tampak samar/buram, terutama pada sisi kanan. Sinus
costophrenicus paru kiri tumpul, dan penebalan pleura bilateral terdapat pada sisi kedua
hemitoraks pada aspek laterobasal. Selain itu, ditemukan osteodestruksi tulang rusuk 7,8
posterolateral kiri. Mediastinum berada di tengah, dan ukuran jantung normal (Gambar 1. Dan
Gambar 2.). Pada CT scan dada, ada penebalan pleura di posterobasal dinding dada dan
menyebar ke mediastinum-paraaorta (Gambar 2).
Gambar 1. Foto Rontgen Dada Paru-Paru Kondisi: Terdapat Opasitas samar pada
Kedua Paru, Sinus Costo-phrenicus Paru Kiri Tumpul dan Terjadi Penebalan Pleura.

Gambar 2. CT Scan Aksial Thorax, Jendela Jaringan Lunak


Pada CT scan thoraks aksial didapatkan lesi isodense pada lobulus, klasifikasi (+) pada
posteromedial bilateral dinding dada terutama sisi kiri, yang menyebar dan menginfiltrasi
tulang iga ke posterior dan mengenai otot-otot di sekitar tulang vertebra torakalis. (m. erector
spinae), infiltrasi posterolateral kanan tulang rusuk ke bagian luar dinding dada. Lesi isodense
menyebar dari anterior ke mediastinum (retrokardium) dan peri-aorta desendens. Dapat dilihat
adanya osteodestruksi tulang iga 7,8 aspek posterior kanan dan kiri.

CT scan dada sagital menunjukkan isodense yang tidak homogen dengan permukaan yang
tidak teratur, dan klasifikasi (+) lebih lebar ke arah sistem tulang infiltrasi posterior vertebra
toraks. Tulang vertebra toraks menunjukkan osteodestruksi minimum. CT Scan thoraks
koronal menunjukkan lesi isodense berupa amorf, tepi ireguler semakin melebar pada aspek
posteromedial dinding dada. Lesi semakin melebar hingga medial ke arah toraks per vertebrata.
Kesimpulan CT Scan dada: lesi mengarah ke mesothelioma (massa pleura cenderung ganas)
dengan osteodestruksi costa dan corpus vertebra torakalis 7-10. Pengambilan sampel lesi
dilakukan dengan menggunakan pemandu CT scan dada. Kemudian dilakukan preparasi dan
pemeriksaan histopatologi. Hasilnya sel epiteloid maligna membentuk sarang yang kohesif,
struktur kelenjar dan banyak mikropapil sesuai dengan mesothelioma maligna (Epiteloid
Mesothelioma).

Gambar 3. A) CT scan aksial, penebalan pleura nodular (panah putih), b) CT scan dada sagital
jaringan lunak. Terlihat ketidakteraturan pada diafragma (panah putih)
Gambar 4. CT scan dada koronal dengan kondisi jaringan lunak

Gambar 5. Histopatologi (Hematoxylin-eosin, 200x) : Sel Epitel Ganas


Membentuk Sarang Kohesif, Struktur Kelenjar dan Banyak Mikropapil
Sesuai Mesothelioma Ganas (Epitheloid Mesothelioma).
Gambar 6. A) Penebalan Pleura Nodular (Panah Putih). B) Perikardial, Penebalan Pleura,
Siluet Jantung “Shaggy” (Panah Putih) dan Ketidakteraturan Diafragma “Kontur
Diafragma Tidak Jelas” (Panah Hitam) (Grafik Radio 2014; 34:1692–1706)

2.3 Diskusi

Bagaimana gambaran gambaran radiologi pada foto toraks dan CT scan pada mesothelioma
dibandingkan dengan kelainan pleura lainnya (tuberkulosis dan infeksi jamur)? Beberapa
kelainan pleura pada rontgen dada memiliki beberapa karakteristik jinak atau ganas dan
disebabkan oleh infeksi atau tidak. Karakteristik lesi pleura pada rontgen dada didasarkan pada
penyebabnya. Yaitu mesothelioma maligna yang ditandai dengan gambaran nodular ireguler
yang terlihat pada bagian perifer dinding dada dengan atau tanpa efusi pleura. Efusi pleura
pada mesothelioma biasanya unilateral, penebalan pleura masif dan semakin melebar melalui
fisura interlobar.4,5,6 Mesothelioma yang membungkus permukaan paru (lung encasement)
menyebabkan volume paru menurun “loss of lung volume”, elevasi diafragma, mediastinum
dan retraksi hemitoraks dan spasial interkostal di daerah lesi.

Penebalan pleura berupa nodular (penebalan pleura nodular), melingkar dan penebalan
dinding pleura lebih dari 1 cm. Perikardial, penebalan Pleura yang tampak tidak beraturan
disebut dengan Cardiac Silhouette “shaggy”, dan permukaan diafragma yang tampak tidak
beraturan dan tepinya tidak licin disebut dengan “Ill-Defined Diaphragmatic Contours”.
Penebalan pleura pada mesothelioma terkadang disertai dengan plak/klasifikasi yang terlihat
berjajar. Lokasi penebalan pleura pada mesothelioma biasanya di bagian basal paru atau
hemitoraks medio basalis.3,6,7,8,9,10

CT scan dada di mesothelioma menunjukkan lebih jelas daripada rontgen dada. Penebalan
pleura serta efusi pleura dan klasifikasi pleura serta limfonodi di sekitar hillus atau
mediastinum terlihat lebih jelas dan dapat dibedakan. Penyebaran lesi di mesothelioma baik
intratoraks dan ekstratorakal, dan keterlibatan tulang dan jaringan lunak di sekitar lesi dapat
dinilai dengan lebih baik.3,8 CT scan dada dapat menilai mesothelioma lebih detail, penebalan
pleura sirkumferensial (sensitivitas 41%, spesifisitas 100%), penebalan pleura parietal > 1
cm (sensitivitas 36%, spesifisitas 94%), nodularitas (sensitivitas 51%, spesifisitas 94%) dan
keterlibatan mediastinum pleura (sensitivitas 56%, spesifisitas 88%).3

Penebalan pleura difus yang bersifat jinak disebabkan oleh asbestosis, efek samping
radioterapi dan infeksi (yang paling sering adalah tuberkulosis dan empiema). Asbes
merupakan partikel yang sangat kecil (berbeda dengan partikel debu pada umumnya). Itu bisa
melalui sistem filtrasi paru-paru dan masuk ke paru- paru, tertanam di pleura dan area lain
seperti interstitium. Dengan demikian, menyebabkan peradangan dan pembentukan plak pleura
atau “jaringan parut”. Penebalan pleura pada tuberkulosis biasanya terjadi pada apeks paru dan
disertai fibrosis jaringan pada parenkim paru. Klasifikasi biasanya pada penebalan pleura, dan
dapat terjadi pada parenkim paru berupa nodul kalsifikasi.5,6,7,8,9,10

2.4 Kesimpulan

Penebalan pleura yang mengarah ke lesi ganas dan jinak pada rontgen dada dan CT scan
memiliki karakteristik yang berbeda. Mesothelioma maligna (penebalan pleura maligna)
memiliki karakteristik lesi “iregular nodular opacities” yang dapat terlihat pada perifer dengan
atau tanpa efusi pleura. Ciri-ciri mesothelioma pada CT scan thoraks menunjukkan lesi berupa
sirkumferensial, lobulasi, membungkus parenkim paru. Massa jaringan lunak sering terjadi
pada fisura interlobar klasifikasi pleura, terutama pada dinding toraks aspek basal.

Penebalan pleura yang mengarah ke kondisi jinak memiliki karakteristik yang tergantung
pada penyebabnya. Penebalan pleura yang disebabkan oleh infiltrasi asbes ke paru-paru dan
pleura memiliki gambaran sebagai bekas luka di dinding hemitoraks dengan lokasi spesifiknya
bisa di mana saja di dinding ini. Asbestosis adalah klasifikasi pleura bilateral dan penebalan
pleura difus. Penebalan pleura akibat infeksi tuberkulosis memiliki ciri jaringan fibrosis
dengan klasifikasi dan lokasi biasanya di apeks paru. Penebalan pleura jinak ini biasanya
melibatkan lesi pada parenkim paru disertai konsolidasi dengan fibroinfiltrat dan kalsifikasi.
Daftar Pustaka

1. Luciano C, Francesco A, Dario G, Nicola S, Edoardo P and Andrea V. Diagnostic imaging


and workup of malignant pleural mesothelioma. Acta Biomed 2017; Vol. 88, N. 2: 134-142
DOI: 10.23750
2. Frank EM. Mesothelioma: A Review. Ochsner J. 2012 Spring; 12(1): 70–79.
3. Downer NJ, Ali NJ, Au-Yong ITH. Investigating Pleural Thickening. BMJ, 2013; 346 (jan03
1): e8376–e8376.
4. Wang ZJ, Reddy GP, Gotway MB, Higgins CB, Jablons DM, Ramaswamy M, et al.
Malignant Pleural Mesothelioma: Evaluation with CT, MR Imaging, and PET. RadioGraphics
2004; 24:105– 119
5. Alfudhili KM, Lynch DA, Laurent F, Ferretti GR, Dunet V, Beigelman-Aubry C. Focal
Pleural Thickening Mimicking Pleural Plaques on Chest Computed Tomography: Tips and
Tricks. Br J Radiol, 2016; 89 (1057): 20150792.
6. Nickell LT, Lichtenberger JP, Khorashadi L, Abbott GF, Carter BW. Multimodality Imaging
for Characterization, Classification and Staging of Malignant Pleural Mesothelioma. RadioGraphics,
2014; 34 (6): 1692–706.
7. Aziz F. Radiological Findings in a Case of Advance Staged Mesothelioma. J Thorac Dis,
2009; 1 (1): 46-7.
8. Great Britain, Department for Work and Pensions. Diffuse pleural thickening. 2016. at:
https://www.gov.uk/government/ publications/diffuse-pleural-thickening-iiac-report.
9. Kim YK, Kim JS, Lee KW, Yi CA, Koo JM, Jung SH. Multidetector CT Findings and
Differential Diagnoses of Malignant Pleural Mesothelioma and Metastatic Pleural Diseases in
Korea. Korean J Radiol 2016;17(4):545-553
10. Ilsen B, Vandenbroucke F, -Aubry CB, Brussaard C and Mey JD. Review Article Comparative
Interpretation of CT and Standard Radiography of the Pleura. Journal of the Belgian Society of
Radiology, 100(1): 106, pp. 1–10, DOI: http://dx.doi.org/10.5334/jbr-btr.1229
BAB III

TELAAH JURNAL

2.1 Kredibilitas Jurnal

2.1.1 Penulisan : Penulisan jurnal sudah baik tertera sumber jurnal yang berasal dari
Departemen Radiologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Juli 2018, penulisan judul
jurnal terdiri dari 11 kata.

2.1.2 Sumber Jurnal : Department of Radiology, Faculty of Medicine and Health Science,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Vol 18 No 2 Hal 71-76 Juli
2018;DOI:10.18196/mm.180219.
2.1.3 Penulis : Ana Madjawati
2.1.4 Tahun terbit : Juli, 2019
2.1.5 Judul Jurnal : Karakteristik Radiologi Lesi Penebalan Pleura: Mesothelioma
Dibandingkan dengan Penyakit Pleura Lainnya

2.1.6 Kata Kunci : Kata kunci terdiri dari 10 kata, kata kunci yang baik maksimal terdiri
dari 5 kata.

2.1.7 Abstrak :Dalam jurnal ini abstrak dibuat secara singkat dan jelas dalam bahasa
inggris. Abstrak tersebut memuat garis besar review tentang penyakit
yang akan di bahas. pada abstrak jumlah kata tidak lebih dari 250
kata yaitu terdapat 246 kata.
2.1.8 Pendahuluan : Pendahuluan pada penelitian ini disajikan cukup baik, menyajikan
gambaran umum mengenai topik yang dibahas dan menggambarkan
isi jurnal dengan jelas jumlah kata terdiridari 13 kata, idealnya
jurnal dalam bahasa Inggris tidak lebih dari 12 kata.

2.1.9 Jenis Jurnal : Jurnal ini merupakan jurnal Laporan Kasus yang membahas penyakit
disuatu negara.
2.10 Hasil : Hasil penelitian di paparkan pada hamper disetiap akhir pembahasan
terkait perbandingan suatu penelitian. Interpretasi data penelitian
disajikan secara tepat, jelas, singkat, dan informatif.

2.11 Kesimpulan : Kesimpulan pada jurnal ini dijelaskan dengan baik, dan memberikan
poin poin penitng di akhir jurnal serta kekurangan penelitian.

2.12 Daftar Pustaka : Daftar pustaka yang baik menyajikan kriteria Referensi relevan
(minimal 20 buah, minimal 30% dari jurnal ilmiah). Dalam jurnal ini
referensi yang diberikan sangat kurang dari berbagai jurnal dengan
metode penelitian yang berbeda-beda dengan jumlah 10 Pustaka.
Teknik dalam penulisan daftar pustaka ini adalah menggunakan
Vancouver style. .

2.2 Mengkaji PICO Jurnal

P : Terdiri dari 15 per juta kasus .

I : Dilakukan CT Scan Thoraxdan radiograpi polos

C : Dibandingkan dengan hasil penelitian dari jurnal lainnya

O : Menemukan dan membandingkan hasil dari penelitian jurnal lainnya


kemudian menemukan hasil yang tepat yang dapat dijadikan pedoman.

2.3 Analisi VIA

2.3.1 Validity

A. Apakah rancangan penelitian yang dipilih sesuai dengan pertanyaan


penelitian?

Ya, pada penelitian ini digunakan Laporan kasus dan sesuai dengan pertanyaan
penelitian

B. Apakah dijelaskan cara menentukan sampel ?


Tidak , pada penelitian ini tidak dijelaskan cara menentukan sampel yang sesuai
dengan yang diinginkan peneliti.

C. Apakah dijelaskan mengenai kriteria inklusi dan eksklusi?

Tidak , pada penelitian ini tidak dijelaskan kriteria inklusi dan eksklusi.

D. Apakah dalam pemilihan sampel dilakukan randomisasi?

Tidak, dijelaskan bahwa dalam jurnal ini tidak ada sampel dengan kriteria inklusi

E. Apakah dijelaskan jenis uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian?

Tidak , dijelaskan,bahwa jurnal ini merupakan Laporan Kasus

2.3.2 Importance

A. Subjek penelitian

Ya, berasal dari pasien yang didiagnosis memiliki Mesothelomia

B. Drop Out

Tidak dijelaskan

C. Analisis

Tidak dijelaskan

D. Nilai P

Tidak dijelaskan

E. Interval Kepercayaan

Tidak dijelaskan.

2.3.3 Aplikabilitas

A. Apakah subjek penelitian sesuai dengan karakteristik penelitian yang akan


dihadapi?
Ya, karena subjek penelitian yang digunakan adalah pasien yang sudah didiagnosis
Mesothelioma.

Iya, dapat diaplikasikan di situasi kita.

C. Apakah hasil penelitian dapat diaplikasikan pada pasien di institusi kita?

Ya,harusnya bisa diaplikasikan dipasien kita namun ketersediaan alat dan sumberdaya
manusia harus dipastikan.

D. Apakah terdapat kemiripan pasien ditempat praktek/institusi dengan hasil


penelitian?

Ya, karena subjek yang digunakan dari penelitian hampir sama dengan Indonesia.

B. Apakah setting lokasi penelitian dapat diaplikasikan disituasi kita?

2.4. Kelebihan jurnal

 Penelitian ini tergolong penelitian terbaru


 Penelitian ini menjelaskan secara rinci kasus disetiap manifestasinya.
 Penelitian ini sangat bermanfaat untuk diaplikasikan sebagai acuan atau refrensi
karena tergolong dalam acuan subjek yang terpercaya.
 Penelitian ini dapat menjadi acuan dalam dilakukannya penelitian-penelitan lebih
lanjut untuk meneliti faktor-faktor lain yang belum diteliti dalam penelitian ini.

2.5. Kekurangan jurnal

 Ukuran sampel relatif kecil dan jenis patologi terbatas, yang dapat diharapkan
karena Laporan kasus pasien kami diperoleh dari satu institusi.
 Peformatan ulang dan rekonstruksi bagian yang lebih tipis tidak ditinjau; ini bisa
meningkatkan pendeteksian.
BAB IV

KESIMPULAN

Dalam pembahasan mengenai journal reading ini penulis dapat mensipulkan bahwa
penebalan pleura yang mengarah ke lesi ganas dan jinak pada rontgen dada dan CT scan
memiliki karakteristik . mesothelioma ganas ( Malignant pleural thickening ) memiliki
karakteristik lesi opak nodular tidak teratur yang dapat dilihat dipinggiran dengan atau tanpa
efusi pleura . karakteristik mesothelioma pada CT scan dada menunjukan lesi berupa
sirkumferensial ,lobulasi membungkus parenkim paru.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai