Anda di halaman 1dari 10

CERAI DAN JENIS-JENISNYA

Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam


Dosen Pengampu : Apipudin, S.TH.I., MA.HUM

Disusun Oleh:

Ananda Putri (10518693)


1PA24

UNIVERSITAS GUNADARMA
KAMPUS KARAWACI
PTA 2018/2019
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, dengan
ini kami panjatkan puji syukur ke hadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah pendidikan agama islam dengan judul
"CERAI DAN JENIS-JENISNYA” tepat pada waktunya.
Kami telah berusaha menyusun makalah secara maksimal agar bisa memuaskan pembaca
dan tentu dengan bantuan dari beberapa pihak sehingga proses pembuatannya bisa berjalan
lancar tanpa menjumpai banyak masalah. Untuk itu kami sampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi di dalamnya.
Atas dasar kesadaran akan kurangnya pengetahuan tentang cerai dan jenis-jenisnya itulah
yang akhirnya membuat kami tertarik untuk mengupas lebih dalam mengenai hal tersebut dan
menuangkannya dalam bentuk makalah ini. Di dalamnya terdapat banyak informasi yang
bermanfaat dalam kehidupan kita selaku umat manusia karena kami mencoba mengulik lebih
dalam mengenai cerai dan jenis-jenisnya dengan bahasa yang singkat, padat, dan jelas sehingga
mudah membantu pembaca untuk memahami materi ini.
Tidak ada yang sempurna kecuali kesempurnaan itu sendiri. Setiap orang memiliki
penilaian yang berbeda-beda terhadap sesuatu hal. Apabila terdapat pihak yang merasa makalah
ini memiliki kekurangan dalam aspek apapun, silahkan memberi kritik dan saran agar suatu hari
nanti makalah ini bisa diperbaiki kembali. Tak perlu ragu dan malu karena kami sangat terbuka
terhadap kritik dan juga saran yang membangun.
Demikian, besar harapan kami agar makalah ini mampu dipergunakan sebagaimana
mestinya dengan tetap mendatangkan manfaat yang nantinya akan menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai perceraian.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
BAB II 2
CERAI & JENIS-JENISNYA 2
1. Pengertian Cerai 2
2. Jenis-Jenis Cerai 3

BAB III 6
PENUTUP 6
Kesimpulan 6
DAFTAR PUSTAKA 7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perceraian atau bisa juga disebut talak adalah pemutusan hubungan suami istri dari
hubungan pernikahan yang sah menurut aturan agama Islam dan negara. Sedangkan menurut
syariat Islam, cerai adalah melepaskan ikatan perkawinan atau putusnya hubungan perkawinan
antara suami dan istri. dengan adanya perceraian ini, maka gugurlah hak dan kewajiban mereka
sebagai suami dan istri. artinya, mereka tidak lagi boleh berhubungan sebagai suami istri,
menyentuh atau berduaan, sama seperti ketika mereka belum menikah dulu.
Islam memang mengizinkan perceraian, tapi Allah membenci perceraian itu. Itu artinya,
bercerai adalah pilihan terakhir bagi pasangan suami istri ketika memang tidak ada lagi jalan
keluar lainnya. Dalam surat al Baqarah ayat 227 disebutkan, “Dan jika mereka berketetapan hati
hendak menceraikan, maka sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” Ayat tentang
hukum perceraian ini berlanjut pada surat al Baqarah ayat 228 hingga ayat 232.
Lalu apa saja jenis-jenis cerai tersebut? Makalah ini disusun guna menjawab pertanyaan
tersebut.

1
BAB II
CERAI DAN JENIS-JENISNYA

1. Pengertian Cerai
a) Arti kata cerai atau talak menurut bahasa adalah melepas. Kata ath-thalaq
secara makna bahasa adalah isim mashdar kata thallaqa, dan suatu isim
mashdar menyamai mashdhar dari sisi makna tetapi berbeda dari segi huruf-
hurufnya. Makna kata ini diambil dari kata al-ithlaq yang artinya melepas. Hal
itu karena pernikahan adalah ikatan (akad), apabila istri ditalak, lepaslah
ikatan (akad) tersebut.
b) Talak menurut istilah syariah adalah melepaskan ikatan perkawinan atau
putusnya hubungan perkawinan antara suami dan istri dalam waktu tertentu
atau selamanya.
Menurut Ulama Mazhab Hanafi dan Hambali mengatakan bahwa talak adalah
pelepasan ikatan perkawinan secara langsung untuk masa yang akan datang
dengan lafal yang khusus. Perceraian ini belum menghapuskan seluruh akibat
talak, kecuali iddah istrinya telah habis. Mereka berpendapat bahwa bila
suami jimak dengan istrinya dalam masa iddah, maka perbuatan itu dapat
dikatakan sebagai pertanda rujuknya suami.
Menurut Mazhab Syafi’i, talak adalah pelepasan akad nikah dengan lafal talak
atau yang semakna dengan itu. Ulama syafi’i mengatakan bahwa suami tidak
boleh jimak dengan istrinya yang sedang menjalani masa iddah, dan perbuatan
itu bukanlah pertanda rujuk. karena menurut mereka, rujuk harus dilakukan
dengan perkataan atau pernyataan dari suami secara jelas, bukan dengan
perbuatan.
Menurut Ulama Maliki, talak adalah suatu sifat hukum yang menyebabkan
gugurnya kehalalan hubungan suami istri. Perbedaan definisi diatas
menyebabkan perbedaan akibat hukum bila suami menjatuhkan talak Raj’i
pada istrinya. Ulama Maliki mengatakan bila perbuatan itu diawali dengan
niat, maka berarti rujuk.

2
2. Jenis-jenis perceraian/talak
1. Talak menurut lafalnya
a. Talak dengan lafal shorih (jelas)yaitu ucapan talak yang tidak harus
disertai niat. Contoh: suami berkata kepada isterinya; “kamu saya talak”
perkataan seperti ini adalah jelas. Maka tidak diperlukan niat. Ucapan
suami yang seperti ini baik bergurau, niat ataupun tidak ada niat tetap
dapat menjatuhkan talak.
b. Talak dengan lafal kinayah (sindiran)yaitu ucapan talak yang bisa jatuh
jika disertai niat. Contoh; suami berkata: “pulanglah engkau kerumah
orang tuamu.” Jika suami berkata dengan sindiran, dan disertai niat, maka
jatuhlah talaknya, tetapi jika tidak disertai niat maka tidak jatuh talak.
2. Talak menurut waktunya
a. Talak sunni yaitu talak yang dijatuhkan pada saat isteri dalam keadaan suci
(setelah selesai haid) dan belum di kumpuli (disetubuhi)
b. Talak bid’i yaitu talak yang dijatuhkan pada saat isteri sedang dalam
keadaan haid atau dalam keadaan suci tetapi sudah dicampuri (disetubuhi)
talak seperti ini hukumnya haram.
3. Talak menurut jenisnya
a. Talak mati yaitu talak yang disebakan karena suami meninggal dunia
b. Talak hidup yaitu yang dikarenakan oleh suatu sebab
c. Talak raj’i yaitu talak yang masih diperbolehkan rujuk kembali
d. Talak ba’in yaitu talak yang tidak diperbolehkan untuk rujuk kembali, jika
menginginkan untuk dikawini harus dengan jalan akad nikah baru.
 Talak ba’in sughra (kecil)yaitu talak ba’in yang jika ingin dikawini lagi,
harus dengan jalan akad nikah yang baru tanpa ada syarat yang berat
Contoh: talak satu atau dua yang sudah habis masa iddahnya.
 Talak ba’in kubra (besar)yaitu talak ba’in yang jika ingin kawin lagi,
harus dengan jalan akad nikah baru, dan dengan syarat yang
berat.Sudah jatuh talak ketiga, jika ingin kawin lagi tidak
diperbolehkan, kecuali bekas isteri sudah dinikahi oleh orang lain,

3
sudah ditalak dan telah habis masa iddahnya dan sudah pernah
berhubungan layaknya suami isteri.
4. Talak menurut pelaku perceraian
a. Talak yang dijatuhkan suami kepada istri
b. Talak yang dijatuhkan Istri Kepada Suami / GUGAT CERAI Yaitu
perceraian yang dilakukan oleh istri kepada suami. Cerai model ini
dilakukan dengan cara mengajukan permintaan perceraian kepada
Pengadilan Agama. Dan perceraian tidak dapat terjadi sebelum Pengadilan
Agama memutuskan secara resmi. Ada dua istilah yang dipergunakan pada
kasus gugat cerai oleh istri, yaitu fasakh dan khulu’:
 Fasakh
Fasakh adalah pengajuan cerai oleh istri tanpa adanya kompensasi yang
diberikan istri kepada suami, dalam kondisi di mana:
- Suami tidak memberikan nafkah lahir dan batin selama enam bulan
berturut-turut; Suami meninggalkan istrinya selama empat tahun
berturut-turut tanpa ada kabar berita (meskipun terdapat kontroversi
tentang batas waktunya);
- Suami tidak melunasi mahar (mas kawin) yang telah disebutkan dalam
akad nikah, baik sebagian ataupun seluruhnya (sebelum terjadinya
hubungan suamii istri); atau
- adanya perlakuan buruk oleh suami seperti penganiayaan, penghinaan,
dan tindakan-tindakan lain yang membahayakan keselamatan dan
keamanan istri.Jika gugatan tersebut dikabulkan oleh Hakim
berdasarkan bukti-bukti dari pihak istri, maka Hakim berhak
memutuskan (tafriq) hubungan perkawinan antara keduanya.
 Khulu’
Khulu’ adalah kesepakatan penceraian antara suami istri atas
permintaan istri dengan imbalan sejumlah uang (harta) yang diserahkan
kepada suami. Khulu’ disebut dalam QS Al-Baqarah 2:229.
Efek Hukum dari gugat cerai oleh istri baik Fasakh maupun Khulu’
adalah talak ba’in shughra (talak ba’in kecil).

4
Adapula jenis-jenis perceraian menurut undang-undang di Indonesia. Dalam UU
Nomor 7 Tahun 1989. UU Nomor 3 Tahun 2006, dan UU Nomor 50 Tahun 2009
serta Kompilasi Hukum Islam, antara lain dikemukakan bahwa perceraian yang
dilakukan melalui sidang pengadilan ada lima macam, kelima perceraian tersebut
sebagai berikut:
1. Cerai Talak
Cerai talak yang di jatuhkan oleh pihak suami yang Pentitumnya memohon
untuk diizinkan menjatuhkan talak terhadap istrinya.
2. Cerai gugat
Cerai gugat yang diajukan oleh istri yang pentitumnya memohon agar
Pengadilan Agama memutuskan perkawinan Penggugat dan Tergugat.
3. Talak khuluk
Talak khuluk ialah gugatan dari istri untuk bercerai dengan suaminya. Proses
penyelesaian gugatan tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur cerai gugat.
4. Syiqaq
Syiqaq adalah gugatan cerai atas dasar alasan cekcok terus menerus. Harus
dilakukan pembuktian saksi kemudian didengar keterangan keluarga atau
orang terdekat suami istri tersebut. Keterangan keluarga atau orang dekat dari
suami istri bila difungsikan sebagai bukti, dan harus di sumpah.
5. Li’an
Li’an adalah gugatan cerai yang diajukan istri atas dasar alasan suami zina,
dilakukan berdasarkan hukum acara yang berlaku pada gugat cerai biasa, yaitu
dilakukan pembuktian dengan saksi atau sumpah pemutus, atau atas dasar
putusan pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap bahwa
suaminya melakukan tindak pidana zina.

5
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari makalah yang kami buat, kami dapat menyimpulkan bahwa cerai atau talak menurut
bahasa diambil dari kata ithlaq yang artinya melepas. Sedangkan menurut istilah syariah talak
adalah melepaskan ikatan perkawinan hubungan suami dan isteri dalam waktu tertentu dan
selamanya, dan menimbulkan banyak perbedaan pikiran dari beberapa ulama yaitu; Ulama
Mazhab Hanafi dan Hanbali, Mazhab Syafi’I, dan Ulama Maliki serta dalil sebagai penjelasnya
yang terdapat pada QS Al-Baqarah 2:229 dan QS At-Talaq 65:1-7.
Sedangkan jenis-jenis dari cerai yaitu Talak terbagi menjadi 5 yaitu ada talak menurut
lafaznya (sharih dan kinayah), talak menurut waktunya (sunni dan bid’i), talak menurut jenisnya
(mati, hidup, raj’I, ba’in), dan talak menurut pelaku perceraian (suami kepada istri dan istri
kepada suami).

6
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, Muh.Suyono H.S, Slamet abidin. Tahun. Pendidikan Agama Islam SMA
Kelas XII. Jakarta: PT Bumi Aksara.
https://mtf-online.com/iddah-dan-dalil-disyariatkannya-2/
https://www.islampos.com/iddah-dan-macam-macamnya-89281/
http://www.masuk-islam.com/pembahasan-lengkap-mengenai-perceraiantalak-dalam-
islam-pengertian-cerai-hukum-cerai-syarat-rukun-dalil-tentang-ceraimasa-iddah-macam-
macam-cerai-dll.html

Anda mungkin juga menyukai