Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/351333468

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIKA PESERTA DIDIK PADA


MATERI PROGRAM LINEAR DALAM PEMBELAJARAN DARING

Article  in  ANARGYA Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika · May 2021


DOI: 10.24176/anargya.v4i1.5656

CITATIONS READS

0 25

2 authors, including:

Subanji Subanji
State University of Malang
172 PUBLICATIONS   499 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Defragmentation Structure of Thinking In Solving Problem of Mathematics View project

Metacognitive View project

All content following this page was uploaded by Subanji Subanji on 12 May 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANARGYA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
Vol.4 No.1 April 2021
p-ISSN: 2615-4196 e-ISSN: 2615-4072
http://jurnal.umk.ac.id/index.php/anargya

Analisis Kemampuan Literasi Matematika Peserta Didik pada Materi Program


Linear dalam Pembelajaran Daring

Risa Utaminingsih1dan Subanji2

1
SMA Negeri 1 Gresik
2
Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Malang

Info Artikel Abstract


The purpose of this study is to describe achievement of mathematics literacy skills in terms of aspects
of the mathematical process in subject linear programming in online learning. This research is
Sejarah Artikel: qualitative research with a descriptive approach. The data was collected by means of tests of
Diterima 14 Des 2020 mathematical literacy skills and interviews. The research subjects were 16 students of class XI MIPA
Direvisi 6 Apr 2021 2 SMA Negeri 1 Gresik in the academic year 2020/2021. The results of this study in “Jajanan
Disetujui 17 Apr 2021 Tradisional” problem obtained an average score of formulate, employ, and interpret & evaluate are
________________
89%, 68%, and 48%; whereas in “Gizi” Problem the average formulate’s score was 73%, employ’s
Keywords:
score was 51%, and interpret & evaluate’s score was 21%. The achievement of students
Mathematical literacy,
mathematical literacy test scores in “Jajanan Tradisional” problem was higher than students
linear programming,
mathematical literacy test scores in “Gizi” Problem. Most of the students had not used diagrams,
online learning
graphs and mathematical constructs, and took mathematical information from them. Most students
________________
only interpret mathematical results back to the real-world context without analyzing mathematical
Paper type:
conclusions that make sense or not to the context of the problem, do not check the boundaries of
Research paper
mathematical concepts and mathematical solutions, and do not identify the limitations of the models
________________
used to solve problems.

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi capaian kemampuan literasi
matematika ditinjau dari aspek proses matematis pada materi program linear dalam pembelajaran
daring. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Pengumpulan data dilakukan dengan tes kemampuan literasi matematika dan wawancara. Subjek
penelitian adalah peserta didik kelas XI MIPA 2 SMA Negeri 1 Gresik Tahun Pelajaran 2020/2021
berjumlah 16 orang. Hasil penelitian ini pada masalah “Jajanan Tradisional” didapatkan skor rata-
rata formulate 89%, employ 68%, dan interpret & evaluate 48%; sedangkan pada masalah “Gizi”
didapatkan skor rata-rata formulate 73%, employ 51%, dan interpret & evaluate 21%. Pencapaian
skor nilai tes kemampuan literasi matematika peserta didik pada masalah “Jajanan Tradisional” lebih
tinggi daripada skor nilai tes kemampuan literasi matematika peserta didik pada masalah “Gizi”.
Sebagian besar peserta didik belum menggunakan diagram, grafik dan konstruksi matematika, serta
mengambil informasi matematika darinya. Sebagian besar peserta didik hanya menafsirkan hasil
matematika kembali ke konteks dunia nyata tanpa melakukan analisis kesimpulan matematis masuk
akal atau tidak terhadap konteks masalah, tidak mengecek batasan konsep matematika dan solusi
matematika, serta tidak mengidentifikasi batasan model yang digunakan untuk memecahkan
masalah.

© 2021 Universitas Muria Kudus



Alamat korespondensi: p-ISSN 2615-4196
Program Studi Pendidikan Matematika
e-ISSN 2615-4072
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus
Kampus UMK Gondangmanis, Bae Kudus Gd. L. lt I PO. BOX 53 Kudus
Tlp (0291) 438229 ex.147 Fax. (0291) 437198
E-mail: risautaminingsih@gmail.com
Risa Utaminingsih dan Subanji
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 4 No.1, April 2021
https://dx.doi.org/10.24176/anargya.v4i1.5656

PENDAHULUAN Numerasi merupakan suatu kompetensi


Pembelajaran matematika SMA di yang mencakup pengetahuan, keterampilan,
Indonesia berorientasi pada tercapainya tujuan perilaku, dan disposisi yang dibutuhkan peserta
pendidikan matematika yang telah ditetapkan didik untuk menggunakan matematika dalam
dalam Kurikulum 2013. Tujuan pendidikan cakupan dan situasi yang lebih luas (Pusmenjar,
matematika SMA menurut Kemendikbud (2016) 2020). Numerasi menuntut peserta didik untuk
yaitu (1) memahami konsep matematika dan mengenali dan memahami peran matematika di
menggunakan prosedur matematika secara luwes, dunia, memiliki disposisi dan kapasitas untuk
akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan menggunakan pengetahuan dan keterampilan
masalah, (2) menggunakan pola sebagai dugaan matematika untuk memecahkan masalah dalam
dalam penyelesaian masalah, (3) menggunakan kehidupan nyata yang ditandai dengan
penalaran, (4) mampu mengkomunikasikan kemampuan seseorang untuk bernalar,
gagasan, penalaran, serta mampu menyusun bukti mengambil keputusan yang tepat, dan
matematika dengan menggunakan kalimat memecahkan masalah. Dengan demikian,
lengkap, simbol, tabel, diagram, atau representasi numerasi menunjang peserta didik untuk
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) menguasai kecakapan matematis.
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika Kecakapan matematis merupakan bagian dari
dalam kehidupan, dan (6) memiliki sikap dan kecakapan hidup abad 21 yang harus dimiliki oleh
perilaku sesuai dengan nilai-nilai dalam peserta didik, khususnya dalam pengembangan
matematika dan pembelajarannya. Pembelajaran penalaran, komunikasi, dan pemecahan masalah
matematika di satuan pendidikan dilaksanakan yang dihadapi peserta didik dalam kehidupan
sesuai dengan arahan Kemendikbud (2020). sehari-hari. Pemecahan masalah merupakan inti
Pembelajaran matematika sejak bulan dari belajar matematika (Subanji, 2015). Mata
Maret tahun 2020 dilaksanakan sesuai dengan pelajaran matematika bertujuan membekali
protokol kesehatan selama masa pandemi peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Covid-19 analitis, sistematis, kritis, inovatif dan kreatif,
adalah sindrom pernapasan akut parah yang serta kemampuan bekerjasama. Kemampuan
disebabkan oleh jenis coronavirus baru yaitu adalah kecakapan atau kesanggupan seseorang
SARS-CoV-2, kasus pertama kali yang dalam menyelesaikan atau menyanggupi suatu
dilaporkan terjadi di Wuhan Tiongkok pada bulan pekerjaan (Yolanda & Wahyuni, 2020).
Desember 2019 dan menyebar luas ke seluruh Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik
dunia yang menyebabkan pandemi. Dalam masa dapat memiliki kemampuan memperoleh,
darurat pandemi Covid-19, pembelajaran mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
dilakukan sesuai dengan Panduan Pembelajaran hidup lebih baik pada keadaan yang selalu
Jarak Jauh (PJJ) dimana peserta didik dan guru berubah, tidak pasti, dan sangat kompetitif.
tidak berada dalam satu tempat dan Kecakapan matematis peserta didik tercermin
pembelajarannya melalui teknologi informasi dan dalam hasil belajar yang diperoleh selama
komunikasi (Kemendikbud, 2020). PJJ dapat mengikuti pembelajaran matematika.
dilaksanakan melalui Dalam Jaringan (daring) Salah satu hasil belajar matematika peserta
dimana materi ajar, komunikasi, dan tes didik di SMA adalah nilai Ujian Nasional (UN).
tersambung ke jaringan internet. Sumaryanta dkk (2019) menyatakan bahwa nilai
Pembelajaran daring terdiri dari rata-rata UN mata pelajaran Matematika SMA di
pembelajaran daring sinkron dan asinkron Indonesia pada tahun 2016, 2017, dan 2018
(Kemendikbud, 2020). Pembelajaran daring berada di bawah 60. Selanjutnya, Puspendik
sinkron menggunakan jaringan internet yang Kemendikbud (2020) menyajikan nilai rata-rata
terjadi secara serempak dalam waktu nyata UN Matematika SMA tahun 2019 adalah 39,33
sedangkan pembelajaran daring asinkron untuk IPA dan 34,46 untuk IPS dimana UN tahun
dilakukan secara tunda. Pembelajaran daring 2019 merupakan UN terakhir karena UN tahun
merujuk pada panduan pelaksanaan Belajar dari 2020 ditiadakan karena pandemi Covid-19
Rumah (BDR) yang dirilis oleh Kementerian (Kemendikbud, 2020). Secara umum, perolehan
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nilai rata-rata UN matematika SMA di Indonesia
dimana pembelajaran berfokus pada numerasi selama empat tahun berturut-turut masih rendah.
(Kemendikbud, 2020). Numerasi peserta didik Perolehan nilai rata-rata UN yang rendah
merupakan salah satu domain penilaian dalam mengindikasikan masih banyak peserta didik
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran
akan dilaksanakan perdana pada bulan September matematika. Nirmala dkk (2019) menyatakan
tahun 2021 (Pusmenjar, 2020). bahwa peserta didik yang memiliki daya serap

29
Risa Utaminingsih dan Subanji
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 4 No.1, April 2021
https://dx.doi.org/10.24176/anargya.v4i1.5656

rendah memiliki kemampuan literasi rendah


dalam menyelesaikan soal UN. Kesulitan belajar
peserta didik dapat disebabkan oleh rendahnya
pemahaman peserta didik dalam konsep Tabel 1. Indikator dalam Kemampuan Proses
matematika yang dipelajari (Hasibuan, 2018) dan Matematika
kurang tepat dalam representasi numerik Indikator Topik Data Kode
(Salvador dkk, 2019). Hal ini sejalan dengan Formulate Mengidentifikasi aspek matematika A.1
penelitian Mulwa (2015) dimana peserta didik dari konteks permasalahan dunia
yang mengalami kesulitan dalam menggunakan nyata dan mengidentikasi variabel
penting
istilah matematika juga mengalami kesulitan
Menyederhanakan situasi atau A.2
untuk menyelesaikan masalah berkaitan dengan
permasalahan sehingga analisis
konsep tersebut. matematika dapat diterima
Kemampuan menyelesaikan masalah Mengidentifikasi kendala dan A.3
berkaitan dengan kemampuan literasi matematika asumsi di balik model matematika
peserta didik (Ayusari, 2019). Kemampuan dan penyederhanaan yang diperoleh
literasi matematika merupakan kemampuan dari konteksnya
peserta didik untuk merumuskan, menggunakan, Merepresentasikan situasi secara A.4
dan menginterpretasi matematika dalam berbagai matematis, menggunakan variabel,
konteks, termasuk kemampuan melakukan simbol, diagram, dan model standar
penalaran secara matematis. Dengan kata lain, yang sesuai
Menerjemahkan masalah menjadi A.5
peserta didik mampu menggunakan konsep,
bahasa atau representasi matematika
prosedur, dan fakta untuk menggambarkan, Employ Merancang dan menerapkan strategi B.1
menginterpretasikan, maupun memperkirakan untuk menemukan solusi
fenomena atau kejadian (OECD, 2019a:75). matematika
OECD merupakan organisasi internasional yang Menerapkan fakta, aturan, B.2
berpusat di Perancis yang mengadakan tes algoritma, dan struktur matematika
PISA/Programme for International Student saat mencari solusi
Assessment setiap tiga tahun sekali dan pertama Membuat diagram, grafik dan B.3
kali dilaksanakan pada tahun 2000. konstruksi matematika, serta
Haara dkk (2017) menjabarkan bahwa mengambil informasi matematika
darinya
kemampuan literasi matematika telah mendapat
Membuat generalisasi berdasarkan B.4
perhatian besar menyongsong abad 21. Hasil hasil penerapan prosedur
penelitian Baiduri (2019) menyimpulkan bahwa matematika untuk mencari solusi
literasi matematika penting dikuasai peserta didik Merefleksikan argumentasi B.5
menyongsong industri 4.0. Kemampuan literasi matematis dan menjelaskan serta
matematika menandakan kapasitas individu membenarkan hasil matematis
dalam formulate, employ, dan interpret & Interpret Menafsirkan hasil matematika C.1
evaluate matematika. Ketiga proses utama & kembali ke konteks dunia nyata
tersebut merupakan indikator kemampuan proses Evaluate Mengevaluasi kewajaran solusi C.2
matematika seseorang untuk dapat matematika dalam konteks masalah
menghubungkan konteks masalah dengan konsep dunia nyata
matematika dan menyelesaikan masalah. Menjelaskan mengapa hasil atau C.3
kesimpulan matematis masuk akal
OECD menetapkan pelevelan kemampuan atau tidak, terhadap konteks masalah
literasi matematika dalam soal PISA yang Memahami jangkauan dan batasan C.4
digunakan dalam tes PISA tahun 2018. Kriteria konsep matematika dan solusi
level kemampuan literasi matematika yang matematika
dikembangkan OECD (2019a:92) terdiri atas Mengkritik dan mengidentifikasi C.5
enam level. Salah satu aspek yang digunakan batasan model yang digunakan
untuk menganalisis kemampuan literasi untuk memecahkan masalah
matematika peserta didik adalah kemampuan
proses matematika. Indikator kemampuan proses OECD (2019b:6) menyatakan hasil
matematika yang dikembangkan OECD penilaian matematika PISA 2018 Indonesia
(2019a:78). Karena keterbatasan penelitian, memperoleh skor rata-rata 379 dan menduduki
indikator kemampuan proses matematika yang peringkat 73 dari 79 negara. Berdasarkan analisis
menandakan kapasitas individu dalam formulate, hasil penilaian matematika PISA 2018, ditemukan
employ, dan interpret & evaluate matematika bahwa dari 6 level kemampuan yang dirumuskan
dibatasi masing-masing lima topik data di dalam tes PISA, sebagian besar peserta didik
dijabarkan dalam Tabel 1 sebagai berikut: Indonesia hanya mampu menyelesaikan masalah

30
Risa Utaminingsih dan Subanji
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 4 No.1, April 2021
https://dx.doi.org/10.24176/anargya.v4i1.5656

sampai level 2 saja, sementara negara lain yang matematika peserta didik. Tujuan penelitian ini
terlibat di dalam penilaian ini banyak yang yaitu untuk mengetahui capaian kemampuan
mencapai level 3, 4, 5, dan 6. Penilaian literasi matematika peserta didik ditinjau dari
matematika PISA 2018 menjabarkan peserta didik aspek proses matematis pada materi program
yang hanya mampu mencapai level di bawah level linear dalam pembelajaran daring peserta didik
2 dianggap sebagai peserta didik yang berprestasi Kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Gresik tahun
rendah dalam matematika. Dalam soal PISA, pelajaran 2020/2021. Hasil penelitian diharapkan
peserta didik diminta untuk menganalisis masalah dapat menambah referensi guru dalam mengasah
yang diberikan dalam bentuk soal cerita yang bisa kemampuan literasi matematika peserta didik.
ditemukan di kehidupan sehari-hari dan kemudian
diselesaikan secara matematis. Fadholi dkk METODE PENELITIAN
(2015) menyimpulkan pencapaian level Penelitian ini merupakan penelitian
kemampuan literasi matematika yang rendah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
karena soal-soal literasi matematika belum pernah Penelitian deskriptif menggambarkan apa
dikerjakan oleh para peserta didik. Dengan adanya tentang sesuatu variabel, gejala, atau
demikian, perlu upaya meningkatkan kemampuan keadaan (Arikunto, 2000). Pendekatan yang
literasi matematika supaya terjadi peningkatan digunakan dalam penelitian ini adalah
hasil belajar peserta didik dalam matematika. pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif
OECD (2019a:77) merekomendasikan adalah salah satu prosedur penelitian yang
guru untuk membiasakan peserta didik menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari- tulisan dan perilaku orang yang diamati
hari sesuai tiga domain kemampuan proses (Suwandi & Basrowi, 2008). Penelitian ini
matematis yaitu (1) merumuskan situasi secara dilaksanakan pada peserta didik Kelas XI MIPA
matematis; (2) menggunakan konsep matematika, 2 SMA Negeri 1 Gresik semester gasal tahun
fakta, prosedur, dan penalaran; dan (3) pelajaran 2020/2021yang melibatkan 16 peserta
menafsirkan, menerapkan, dan mengevaluasi didik. Penentuan subjek ditentukan dengan
hasil matematika. Salah satu permasalahan dalam random sampling. Instrumen yang digunakan
kehidupan sehari-hari adalah masalah optimasi adalah instrumen tes kemampuan literasi
(Wijayanti, 2014). Masalah optimasi termasuk matematika dan pedoman wawancara. Soal tes
dalam pokok bahasan materi program linear kemampuan literasi matematika terdiri dari 2 soal
(Manullang, 2017). Program linear dijabarkan tes berbentuk uraian yang merujuk pada
sebagai suatu teknik analisis menggunakan model karakteristik soal PISA yang sudah divalidasi oleh
matematika yang bertujuan menghasilkan suatu dua orang guru matematika tersertifikasi.
alternatif penyelesaian masalah. Irfan (2020) Selanjutnya, wawancara berfungsi untuk
menjabarkan beberapa karakteristik masalah mengetahui ketercapaian indikator kemampuan
program linear yaitu (1) dapat diubah menjadi proses matematika yang tidak tampak pada hasil
permasalahan matematis, (2) berisi sekumpulan tes.
pertidaksamaan linear yang harus dipenuhi Masalah 1:Jajanan Tradisional
bersama, dan (3) memiliki fungsi tujuan yang Untuk menambah penghasilan, Ibu Sani
akan dioptimalkan yaitu minimum atau harus memproduksi dua jenis kue setiap hari
maksimum. Program linear merupakan salah satu untuk disetor kepada tengkulak yaitu kue
materi matematika umum kelas XI SMA dimana cucur dan kue lapis.
Setiap kue cucur membutuhkan modal Rp. 1.200,00
peserta didik diharapkan dapat menyelesaikan
dengan keuntungan 40%, sedangkan setiap kue lapis
masalah yang berkaitan dengan sistem membutuhkan modal Rp. 1.800,00 dengan keuntungan
pertidaksamaan linear dua variabel. 30%. Modal yang tersedia setiap harinya adalah Rp
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti 600.000,00 dan paling banyak dapat memproduksi 400
menyimpulkan bahwa kemampuan literasi kue. Berapa persen keuntungan terbesar yang dapat
matematika peserta didik berkaitan erat dengan dicapai Ibu Sani tersebut dari modalnya? Jelaskan
numerasi peserta didik berbasis masalah alasanmu!
kontekstual. Kemampuan literasi matematika
sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika Masalah 2: Gizi
yang berorientasi pada pemecahan masalah dalam Rafa sangat senang makan steak dan keripik kentang.
kehidupan sehari-hari dimana peserta didik Mulai saat ini Rafa mengurangi konsumsi makannya
terutama steak dan keripik kentang. Rafa menyadari
mampu merumuskan situasi secara matematis,
bahwa ia melakukan diet yang tidak sehat. Oleh karena
menggunakan konsep matematika dan itu, Rafa mengunjungi ahli gizi untuk meyakinkan
menafsirkannya, serta menerapkan dan dirinya bahwa makanan yang ia makan (steak dan
mengevaluasi hasil matematika. Maka dari itu keripik kentang) memenuhi persyaratan gizi. Informasi
penting dilakukan analisis kemampuan literasi kebutuhan gizi yang terkandung dalam steak dan

31
Risa Utaminingsih dan Subanji
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 4 No.1, April 2021
https://dx.doi.org/10.24176/anargya.v4i1.5656

keripik kentang (per gram) penyajiannya beserta kendala dan fungsi tujuan dari permasalahan
harganya disajikan dalam tabel berikut ini. tersebut; mampu merepresentasikan situasi secara
Kandungan kandungan per Persyaratan matematis, menggunakan variabel, simbol,
penyajian (gram) kebutuhan
Steak Keripik harian diagram, dan model standar yang sesuai karena
kentang mampu menentukan sistem pertidaksamaan dua
Karbohidrat 5 15 ≥ 50 variabel dari permasalahan tersebut; mampu
Protein 10 5 ≥ 40 menerjemahkan masalah menjadi bahasa atau
Lemak 15 2 ≤ 60
representasi matematika karena mampu
Harga per $4 $2
penyajian menentukan titik pojok dari daerah penyelesaian
Rafa ingin menentukan banyaknya kebutuhan harian yang diperoleh sebagai solusi masalah tersebut.
steak dan keripik kentang yang dapat dimakannya Ditinjau dari indikator employ, subyek 12
sehingga pengeluarannya minimum. Bantulah Rafa mampu merancang dan menerapkan strategi
menyusun diet hariannya! untuk menemukan solusi matematika karena
mampu menentukan alternatif nilai x dan y
Berdasarkan hasil pekerjaan peserta didik, menggunakan titik pojok daerah penyelesaian;
maka selanjutnya peserta didik diwawancara mampu menerapkan fakta, aturan, algoritma, dan
dengan menggunakan pedoman wawancara struktur matematika saat mencari solusi karena
sebagai acuan atau arahan dalam wawancara mampu melakukan eliminasi dan substitusi
antara peneliti dengan subjek. Kredibilitas data dengan benar; mampu membuat diagram, grafik
dengan menggunakan triangulasi sumber. Data dan konstruksi matematika, serta mengambil
valid kemudian dianalisis dengan tahapan reduksi informasi matematika darinya karena mampu
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan membuat grafik daerah penyelesaian dengan baik;
mampu membuat generalisasi berdasarkan hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN penerapan prosedur matematika untuk mencari
Tes kemampuan literasi matematika pada solusi karena mampu menentukan keuntungan
penelitian ini dilaksanakan setelah peserta didik berdasarkan substitusi variabel x dan y pada
melaksanakan pembelajaran daring sinkron fungsi optimum; mampu merefleksikan
melalui aplikasi WhatsApp dan Google Meet serta argumentasi matematis dan menjelaskan serta
pembelajaran daring asinkron melalui aplikasi membenarkan hasil matematis karena mampu
Google Classroom pada materi Program Linear. menentukan persentase laba berdasarkan
Hasil pekerjaan soal tes kemudian dianalisis dari keuntungan yang diperoleh.
aspek kemampuan proses matematika yang terdiri Ditinjau dari indikator interpret &
dari indikator formulate, employ, dan interpret & evaluate, subyek 12 mampu menafsirkan hasil
evaluate. Selanjutnya, dilakukan wawancara matematika kembali ke konteks dunia nyata
terhadap subjek 12 yang memperoleh skor tinggi karena mampu menentukan laba maksimum yang
pada masalah “Jajanan Tradisional” dan subjek 10 diperoleh; mampu mengevaluasi kewajaran solusi
yang memperoleh skor tinggi pada masalah matematika dalam konteks masalah dunia nyata
“Gizi”. Analisis dalam penelitian ini bertujuan karena mampu membandingkan persentase laba
menggali sampai sejauh mana peserta didik dapat yang diperoleh dari masing-masing alternatif nilai
menggunakan indikator kemampuan proses x dan y yang diperoleh; mampu menjelaskan
matematika saat tes. mengapa hasil atau kesimpulan matematis masuk
Berdasarkan hasil pekerjaan masalah akal atau tidak, terhadap konteks masalah karena
“Jajanan Tradisional” dan wawancara dengan mampu memilih 36% sebagai jawaban
subjek 12, analisis dapat dirinci sesuai dengan dibandingkan pilihan 30% dan 34%; mampu
masing-masing indikator kemampuan proses memahami jangkauan dan batasan konsep
matematika peserta didik. Ditinjau dari indikator matematika dan solusi matematika karena mampu
formulate, subyek 12 mampu mengidentifikasi memberikan alasan 36% sebagai laba terbesar
aspek matematika dari konteks permasalahan yang dapat diperoleh jika x = 0 dan y = 400.
dunia nyata dan mengidentifikasi variabel penting Namun, subyek 12 tidak mampu mengkritik dan
karena mampu menganalisis informasi terkait kue mengidentifikasi batasan model yang digunakan
cucur dan kue lapis; mampu menyederhanakan untuk memecahkan masalah karena tidak
situasi atau permasalahan sehingga analisis menganalisis jawaban berdasarkan kendala
matematika dapat diterima karena mampu produksi kue cucur dan kue lapis dimana tidak
membuat pemisalan kue cucur dan kue lapis mungkin tanpa produksi kue cucur.
sebagai variabel x dan y; mampu mengidentifikasi Berikut ini hasil pekerjaan subjek 12 pada
kendala dan asumsi di balik model matematika masalah “Jajanan Tradisional”.
dan penyederhanaan yang diperoleh dari
konteksnya karena mampu menentukan fungsi

32
Risa Utaminingsih dan Subanji
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 4 No.1, April 2021
https://dx.doi.org/10.24176/anargya.v4i1.5656

kentang; mampu menyederhanakan situasi atau


permasalahan sehingga analisis matematika dapat
diterima karena mampu membuat pemisalan steak
dan keripik kentang sebagai variabel x dan y;
mampu mengidentifikasi kendala dan asumsi di
balik model matematika dan penyederhanaan
yang diperoleh dari konteksnya karena mampu
menentukan fungsi kendala dan fungsi tujuan dari
permasalahan tersebut; mampu
merepresentasikan situasi secara matematis,
menggunakan variabel, simbol, diagram, dan
model standar yang sesuai karena mampu
menentukan sistem pertidaksamaan dua variabel
dari permasalahan tersebut; mampu
menerjemahkan masalah menjadi bahasa atau
representasi matematika karena mampu
(1) (2) menentukan titik pojok dari daerah penyelesaian
yang diperoleh sebagai solusi masalah tersebut.
Ditinjau dari indikator employ, subyek 10
mampu merancang dan menerapkan strategi
untuk menemukan solusi matematika karena
mampu menentukan alternatif nilai x dan y
menggunakan titik pojok daerah penyelesaian;
mampu menerapkan fakta, aturan, algoritma, dan
struktur matematika saat mencari solusi karena
(4) mampu melakukan eliminasi dan substitusi
dengan benar; mampu membuat diagram, grafik
dan konstruksi matematika, serta mengambil
informasi matematika darinya karena mampu
membuat grafik daerah penyelesaian dengan baik
menggunakan kertas milimeter; mampu membuat
generalisasi berdasarkan hasil penerapan prosedur
matematika untuk mencari solusi karena mampu
menentukan pengeluaran berdasarkan substitusi
(3) (5) variabel x dan y pada fungsi optimum; mampu
merefleksikan argumentasi matematis dan
Gambar 1. Hasil Pekerjaan Subjek 12 pada menjelaskan serta membenarkan hasil matematis
Masalah “Jajanan Tradisional” karena mampu menentukan biaya berdasarkan
Dari jawaban tertulis peserta didik, peneliti pengeluaran.
kemudian mengkonfirmasi dengan hasil Ditinjau dari indikator interpret &
wawancara peserta didik. Berdasarkan hasil evaluate, subyek 10 mampu menafsirkan hasil
wawancara dengan peserta didik diperoleh data matematika kembali ke konteks dunia nyata
bahwa subjek hanya memilih persentase terbesar karena mampu menentukan biaya minimum yang
yaitu 36% karena hanya membandingkan dikeluarkan berdasarkan daerah penyelesaian
persentase yang diperoleh dari hasil perhitungan pada grafik. Namun, subyek 10 tidak mampu
tanpa memperhatikan persyaratan pada soal yang mengevaluasi kewajaran solusi matematika dalam
telah ditentukan dimana kue yang diproduksi oleh konteks masalah dunia nyata karena belum
Ibu Sani setiap hari wajib ada dua jenis yaitu kue mampu mengecek biaya minimum yang mungkin
cucur dan kue lapis. dari masing-masing alternatif nilai x dan y yang
Berdasarkan hasil pekerjaan masalah diperoleh; tidak mampu menjelaskan mengapa
“Gizi” dan wawancara dengan subjek 10, analisis hasil atau kesimpulan matematis masuk akal atau
dapat dirinci sesuai dengan masing-masing tidak, terhadap konteks masalah karena belum
indikator kemampuan proses matematika peserta mampu menganalisis kemungkinan hasil variabel
didik. Ditinjau dari indikator formulate, subyek x dan y; tidak mampu memahami jangkauan dan
10 mampu mengidentifikasi aspek matematika batasan konsep matematika dan solusi
dari konteks permasalahan dunia nyata dan matematika karena belum mampu memutuskan
mengidentifikasi variabel penting karena mampu hasil bulat dari variabel x dan y yang diperoleh;
menganalisis informasi terkait steak dan keripik tidak mampu mengkritik dan mengidentifikasi

33
Risa Utaminingsih dan Subanji
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 4 No.1, April 2021
https://dx.doi.org/10.24176/anargya.v4i1.5656

batasan model yang digunakan untuk peserta didik mampu mengidentifikasi kendala
memecahkan masalah karena tidak menganalisis dan asumsi di balik model matematika dan
jawaban berdasarkan jumlah steak dan keripik penyederhanaan yang diperoleh dari konteksnya;
kentang yang dibeli tidak mungkin pecahan. 81% peserta didik mampu merepresentasikan
Berikut ini hasil pekerjaan subjek 10 pada situasi secara matematis, menggunakan variabel,
masalah “Gizi”. simbol, diagram, dan model standar yang sesuai;
dan 81% peserta didik mampu menerjemahkan
masalah menjadi bahasa atau representasi
matematika. Secara keseluruhan, 89% peserta
didik telah mampu merumuskan situasi secara
matematis.
(1) Hasil analisis kemampuan peserta didik
pada indikator employ, diperoleh 94% peserta
didik mampu merancang dan menerapkan strategi
untuk menemukan solusi matematika; 81%
peserta didik mampu menerapkan fakta, aturan,
(3) (2) algoritma, dan struktur matematika saat mencari
Gambar 2. Hasil Pekerjaan Subjek 10 pada solusi; 13% peserta didik mampu membuat
Masalah “Gizi” diagram, grafik dan konstruksi matematika, serta
mengambil informasi matematika darinya; 75%
Dari jawaban tertulis peserta didik, peneliti peserta didik mampu membuat generalisasi
kemudian mengkonfirmasi dengan hasil berdasarkan hasil penerapan prosedur matematika
wawancara peserta didik. Berdasarkan hasil untuk mencari solusi; dan 75% peserta didik
wawancara dengan peserta didik diperoleh data mampu merefleksikan argumentasi matematis
bahwa subjek hanya memilih pengeluaran dan menjelaskan serta membenarkan hasil
minimum yaitu $15,8 karena hanya matematis. Secara keseluruhan, 68% peserta didik
membandingkan pengeluaran yang diperoleh dari telah mampu menggunakan konsep matematika,
hasil perhitungan tanpa memperhatikan fakta, prosedur, dan penalaran. Skor terendah
persyaratan pada soal yang telah ditentukan 13% mengindikasikan sebagian besar peserta
dimana pembelian steak dan keripik kentang didik tidak menggunakan grafik/diagram
jumlahnya harus bulat dan tidak mungkin berupa cartesius sebagai penguat analisis sehingga
pecahan. menyebabkan alasan jawaban yang disampaikan
Skor tes kemampuan proses matematika menjadi kurang valid.
pada masalah “Jajanan Tradisional” yang merujuk Hasil analisis kemampuan peserta didik
indikator pada Tabel 1 secara keseluruhan peserta pada indikator interpret & evaluate, diperoleh
didik telah dirangkum dalam Diagram 1 berikut: 94% peserta didik mampu menafsirkan hasil
matematika kembali ke konteks dunia nyata; 56%
peserta didik mampu mengevaluasi kewajaran
solusi matematika dalam konteks masalah dunia
nyata; 44% peserta didik mampu menjelaskan
mengapa hasil atau kesimpulan matematis masuk
akal atau tidak, terhadap konteks masalah; 25%
peserta didik mampu memahami jangkauan dan
batasan konsep matematika dan solusi
matematika; dan 19% peserta didik mampu
mengkritik dan mengidentifikasi batasan model
yang digunakan untuk memecahkan masalah.
Diagram 1. Skor tes peserta didik masalah Secara keseluruhan, 48% peserta didik telah
“Jajanan Tradisional” mampu menafsirkan, menerapkan, dan
mengevaluasi hasil matematika. Skor tertinggi
Berdasarkan Diagram 1, hasil analisis 94% mengindikasikan sebagian besar peserta
kemampuan peserta didik pada indikator didik hanya menafsirkan hasil matematika
formulate, diperoleh 94% peserta didik mampu kembali ke konteks dunia nyata tanpa melakukan
mengidentifikasi aspek matematika dari konteks analisis kesimpulan matematis masuk akal atau
permasalahan dunia nyata dan mengidentifikasi tidak terhadap konteks masalah, tidak mengecek
variabel penting; 94% peserta didik mampu batasan konsep matematika dan solusi
menyederhanakan situasi atau permasalahan
matematika, serta tidak mengidentifikasi batasan
sehingga analisis matematika dapat diterima; 94%

34
Risa Utaminingsih dan Subanji
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 4 No.1, April 2021
https://dx.doi.org/10.24176/anargya.v4i1.5656

model yang digunakan untuk memecahkan sebagai penguat analisis sehingga menyebabkan
masalah. alasan jawaban yang disampaikan menjadi kurang
Skor tes kemampuan proses matematika valid.
pada masalah “Gizi” yang merujuk indikator pada Hasil analisis kemampuan peserta didik
tabel 1 secara keseluruhan peserta didik telah pada indikator interpret & evaluate, diperoleh
dirangkum dalam diagram 2 berikut: 50% peserta didik mampu menafsirkan hasil
matematika kembali ke konteks dunia nyata; 19%
peserta didik mampu mengevaluasi kewajaran
solusi matematika dalam konteks masalah dunia
nyata; 19% peserta didik mampu menjelaskan
mengapa hasil atau kesimpulan matematis masuk
akal atau tidak, terhadap konteks masalah; 19%
peserta didik mampu memahami jangkauan dan
batasan konsep matematika dan solusi
matematika; dan 0% peserta didik mampu
mengkritik dan mengidentifikasi batasan model
yang digunakan untuk memecahkan masalah.
Diagram 2. Skor Tes Peserta Didik Secara keseluruhan, 21% peserta didik mampu
Masalah “Gizi” menafsirkan, menerapkan, dan mengevaluasi
hasil matematika. Skor tertinggi 50%
Berdasarkan Diagram 2 di atas, hasil mengindikasikan separuh jumlah peserta didik
analisis kemampuan peserta didik pada indikator hanya menafsirkan hasil matematika kembali ke
formulate, diperoleh 75% peserta didik mampu konteks dunia nyata tanpa mengevaluasi
mengidentifikasi aspek matematika dari konteks kewajaran solusi matematika dalam konteks
permasalahan dunia nyata dan mengidentifikasi masalah dunia nyata, tidak menganalisis
variabel penting; 75% peserta didik mampu kesimpulan matematis masuk akal atau tidak
menyederhanakan situasi atau permasalahan terhadap konteks masalah, serta tidak mengecek
sehingga analisis matematika dapat diterima; 75% batasan konsep matematika dan solusi
peserta didik mampu mengidentifikasi kendala matematika. Bahkan tidak ada satupun peserta
dan asumsi di balik model matematika dan didik yang mampu mengidentifikasi batasan
penyederhanaan yang diperoleh dari konteksnya; model dalam memecahkan masalah.
69% peserta didik mampu merepresentasikan Rendahnya pencapaian skor peserta didik
situasi secara matematis, menggunakan variabel, dalam indikator interpret & evaluate sejalan
simbol, diagram, dan model standar yang sesuai; dengan penelitian Asmara dkk (2017); Muzaki &
dan 69% peserta didik mampu menerjemahkan Masjudin (2019); dan Ghofur dkk (2020).
masalah menjadi bahasa atau representasi Penelitian Asmara dkk (2017) menunjukkan
matematika. Secara keseluruhan, 73% peserta bahwa peserta didik masih belum terbiasa dengan
didik telah mampu merumuskan situasi secara soal-soal atau permasalahan yang membutuhkan
matematis. pemikiran logis dan solusi yang aplikatif. Muzaki
Hasil analisis kemampuan peserta didik & Masjudin (2019) menyimpulkan bahwa hanya
pada indikator employ, diperoleh 75% peserta peserta didik berkemampuan tinggi yang mampu
didik mampu merancang dan menerapkan strategi menyelesaikan soal yang merujuk pada PISA
untuk menemukan solusi matematika; 56% level 4. Ghofur dkk (2020) juga menambahkan
peserta didik mampu menerapkan fakta, aturan, bahwa peserta didik belum menguasai komponen
algoritma, dan struktur matematika saat mencari proses literasi matematika secara maksimal.
solusi; 31% peserta didik mampu membuat
diagram, grafik dan konstruksi matematika, serta SIMPULAN
mengambil informasi matematika darinya; 50% Berdasarkan hasil penelitian dan hasil
peserta didik mampu membuat generalisasi analisis kemampuan literasi matematika peserta
berdasarkan hasil penerapan prosedur matematika didik ditinjau dari aspek kemampuan proses
untuk mencari solusi; dan 44% peserta didik matematika, diperoleh simpulan pada masalah
mampu merefleksikan argumentasi matematis “Jajanan Tradisional” didapatkan skor rata-rata
dan menjelaskan serta membenarkan hasil formulate 89%, employ 68%, dan interpret &
matematis. Secara keseluruhan, 51% peserta didik evaluate 48%; sedangkan pada masalah “Gizi”
mampu menggunakan konsep matematika, fakta, didapatkan skor rata-rata formulate 73%, employ
prosedur, dan penalaran. Skor terendah 31% 51%, dan interpret & evaluate 21%. Secara
mengindikasikan sebagian besar peserta didik umum, pencapaian skor nilai tes kemampuan
tidak menggunakan grafik/diagram cartesius literasi matematika peserta didik pada masalah

35
Risa Utaminingsih dan Subanji
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 4 No.1, April 2021
https://dx.doi.org/10.24176/anargya.v4i1.5656

“Jajanan Tradisional” lebih tinggi daripada skor Ghofur, A., Masrukan, Rochmad. 2020.
nilai tes kemampuan literasi matematika peserta Mathematical Literacy Ability in
didik pada masalah “Gizi”. Sebagian besar peserta Experiential Learning with Performance
didik belum menggunakan diagram, grafik dan Assessment Based on Self-Efficacy.
konstruksi matematika, serta mengambil UJMER: Unnes Journal of Mathematics
informasi matematika darinya. Sebagian besar Education Research, 9(2): 94−101.
peserta didik hanya menafsirkan hasil matematika Haara, F.O., Bolstad, O.H., & Jenssen, E.S. 2017.
kembali ke konteks dunia nyata tanpa melakukan Research on mathematical literacy in
analisis kesimpulan matematis masuk akal atau schools – Aim, approach and attention.
tidak terhadap konteks masalah, tidak mengecek European Journal of Science and
batasan konsep matematika dan solusi Mathematics Education, 5(3): 285−313.
matematika, serta tidak mengidentifikasi batasan Hasibuan, E.K. 2018. Analisis Kesulitan Belajar
model yang digunakan untuk memecahkan Matematika Siswa pada Pokok Bahasan
masalah. Bangun Ruang Sisi Datar di SMP Negeri
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah 12 Bandung. AXIOM: Jurnal Pendidikan
satu acuan dalam pengembangan pembelajaran Matematika, 7(1): 18−30.
matematika berorientasi masalah kontekstual Irfan, Y. 2020. Modul Pembelajaran SMA
yaitu guru perlu mengarahkan peserta didik untuk Matematika Umum Kelas XI: Program
melakukan analisis kesimpulan matematis masuk Linier. Jakarta: Direktorat Sekolah
akal atau tidak terhadap konteks masalah, Menengah Atas, Direktorat Jenderal
mengecek batasan konsep matematika dan solusi Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan
matematika, serta mengidentifikasi batasan model dasar dan Pendidikan Menengah,
yang digunakan untuk memecahkan masalah. Kemendikbud.
Guru juga diharapkan selalu menyisipkan Kemendikbud. 2016. Pembelajaran dan Penilaian
persoalan/masalah kontekstual dalam kehidupan Mata Pelajaran Matematika Sekolah
sehari-hari dalam proses pembelajaran Menengah Atas/Sekolah Menengah
matematika yang dapat mengasah kemampuan Kejuruan/Madrasah Aliyah/Madrasah
peserta didik dalam melakukan analisis Aliyah Kejuruan (SMA/SMK/MA/MAK)
kesimpulan matematis dalam rangka Kelompok A (Wajib) dalam Kurikulum
meningkatkan kemampuan literasi matematika 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan
peserta didik. Kemampuan literasi matematika dan Kebudayaan.
sangat penting untuk diasah karena sejalan Kemendikbud. 2020. Panduan Pembelajaran
dengan kemampuan numerasi yang menjadi Jarak Jauh Bagi GURU selama Sekolah
komponen penting dalam memecahkan masalah Tutup dan Pandemi Covid-19 dengan
dalam kehidupan sehari-hari. semangat Merdeka Belajar. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan
DAFTAR PUSTAKA Kebudayaan.
Asmara, A.S., Waluya, S.B., & Rochmad. 2017. Manullang, S. 2017. Matematika SMA/MA/SMK/
Analisis Kemampuan Literasi MAK Kelas XI. Jakarta: Pusat Kurikulum
Matematika Siswa Kelas X Berdasarkan dan Perbukuan, Balitbang,
Kemampuan Matematika. Scholaria, Kemendikbud.
7(2): 135– 142. Mulwa, E. C. 2015. Difficulties Encountered by
Ayusari, A.M. 2019. Influence of Ability Students in the Learning and Usage of
Mathematics Literacy and Motivation to Mathematical Terminology: A Critical
Learn Mathematics of Student to Ability Literature Review. Journal of Education
of Problem Solving Mathematics on and Practice, 6(13): 27–37.
Social Arithmetic. Daya Matematis: Muzaki, A., Masjudin. 2019. Analisis
Jurnal Inovasi Pendidikan Matematika Kemampuan Literasi Matematis Siswa.
MOSHARAF: Jurnal Pendidikan
6(3): 246−254.
Arikunto, S. 2000. Manajemen Penelitian. Matematika, 8(3): 493−502.
Jakarta: Rineka Cipta. Nirmala, M.D., Isnarto. Mulyono. 2019.
Fadholi, T., Waluya, B., & Mulyono. 2015. Kemampuan Literasi dalam
Analisis Pembelajaran Matematika dan Menyelesaikan Soal Ujian Nasional
Kemampuan Literasi Serta Karakter Berbasis Komputer yang Mempunyai
Siswa SMK. UJMER: Unnes Journal of Daya Serap Rendah Siswa Kelas XII.
Mathematics Education Research, 4(1): Prosnampas: Prosiding Seminar
Nasional Pascasarjana, 2(1):
42−48.
1126−1135.

36
Risa Utaminingsih dan Subanji
Anargya: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 4 No.1, April 2021
https://dx.doi.org/10.24176/anargya.v4i1.5656

OECD. 2019a. PISA 2018: Assessment and


Analytical Framework. Paris: OECD
Publishing.
OECD. 2019b. PISA 2018: Insights and
Interpretations. Paris: OECD Publishing.
Pusmenjar. 2020. Asesmen Kompetensi Minimum.
(Online), (https://pusmenjar.kemdikbud.
go.id/akm/), diakses pada 4 Oktober
2020.
Puspendik. 2020. Laporan Hasil Ujian Nasional.
(Online), (https://hasilun.puspendik.
kemdikbud.go.id), diakses pada 4
Oktober 2020.
Salvador, L. S., Moura, R., Wood, G., & Haase,
V.G. 2019. Cognitive Heterogeneity of
Math Difficulties: A Bottom-up
Classification Approach. Journal of
Numerical Cognition, 5(1): 55−85.
Subanji. 2015. Peningkatan Pedagogical Content
Knowledge Guru Matematika dan
Praktiknya dalam Pembelajaran Melalui
Model Pelatihan TEQIP. JIP: Jurnal Ilmu
Pendidikan, 21(1): 71−79.
Sumaryanta, S., Priatna, N., & Sugiman, S. 2019.
Pemetaan Hasil Ujian Nasional
Matematika. IDEAL MATHEDU:
Indonesian Digital Journal of
Mathematics and Education, 6(1):
543−557.
Suwandi & Basrowi. 2008. Memahami Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Wijayanti, E.S. 2014. Aplikasi Program Linear
dalam Masalah Alokasi dengan
Menggunakan Program Dinamik. Skripsi
tidak diterbitkan. Ponorogo: Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.
Yolanda, F., Wahyuni, P. 2020. Peningkatan
Kemampuan Koneksi Matematis
Mahasiswa Melalui Pembelajaran
Matematika Kontekstual. ANARGYA:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika,
3(1): 1−7.

37

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai