Oleh
BUDI ARIYANTO
No.Bp. 0701004
0
I. PENDAHULUAN
Dengan demikian enzim bromelin dapat digunakan sebagai substitusi bagi enzim
sejenis lainnya. Enzim proteolitik digunakan dalam industri bir, industri cat,
Bromelin dapat diperoleh dari tanaman nanas baik dari tangkai, kulit,
daun, buah, maupun batang dalam jumlah yang berbeda tetapi bromelin lebih
banyak terdapat pada batang nanas yang selama ini belum dimanfaatkan.
Distribusi bromelin pada batang nanas tidak merata dan tergantung pada umur
tanaman. Kandungan bromelin pada jaringan yang umurnya belum tua terutama
yang bergetah sangat sedikit sekali bahkan kadang-kadang tidak ada sama sekali.
mengangkat sel-sel kulit yang mati serta mengobati penyakit kulit seperti gatal-
gatal, eksim dan kudis. Selain itu enzim bromelin juga berkhasiat untuk proses
1
Dalam bidang farmasi bromelin banyak digunakan untuk mengobati
gangguan saluran cerna seperti susah buang air besar (ISFI, 2009) dan khasiat
asam amino. Bromelin stabil pada suhu 40 °C – 60 C dan pH 4,0 – 8,0 yang
dapat berkerja optimal pada suhu 55 °C dan pH 7,0. Bromelin tidak stabil pada
bromelin merupakan serbuk amorf yang mudah mengalami oksidasi dan hidrolisis
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam proses formulasi sediaan obat yang
stabil secara fisika, kimia dan dengan ketersediaan hayati yang menguntungkan.
Preformulasi mulai berkembang pada akhir tahun 1950 dan awal tahun 1960,
sediaan.
baru yang dapat mempengaruhi penampilan obat dan studi pengembangan bentuk
sediaan yang manjur dengan rancangan formulasi yang rasional (Wells, 1987).
2
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba untuk melakukan
Dari penelitian yang akan dilakukan diduga bromelin dari batang nanas
(Ananas comosus Merr.) yang diisolasi dalam bentuk serbuk kasar mempunyai
3
II.TINJAUAN PUSTAKA
Subkelas : Comelinidiae
Famili : Bromeliaceae
Genus : Ananas
hanas, gona, asit, nasit, enas, kanas, nanas, naneh, kanyas, nyanyas. Jawa; danas,
ganas, nanas, lanas. Kalimantan; kanas, samblaka, malaka, uro usan, kayu usan,
kayu ujan, belasan. Nusa Tenggara; manas, nanas, aruna, fanda pandal, panda
jawa, nana, peda, anana, pedang, parangena, nanasi. Sulawesi; tuis mongondow,
na’asi, pandang, edan, ekam, hedan, esne, ngewu. Maluku; ai nasi, than baba-ba,
4
kai nasi, bangkalo, kampora, kanasoi, anasu, banggala, bangkala, kai nasu,
nanaki, nanas. Irian Jaya; manilmap, miniap. Nama Asing: Inggris; pineapple,
(Soedarya, 2009) :
b. Ananas fritzmuelleri,
a. Bromelia comosa L,
d. Bromeliad.
Nanas adalah sejenis tumbuhan tropis yang merupakan salah satu jenis
mempunyai sifat yang mudah rusak dan busuk sehingga tidak tahan lama untuk
5
disimpan. Selain dikonsumsi sebagai buah segar, juga dimanfaatkan dalam
industri pengolahan buah nanas untuk pembuatan sari buah, selai, jeli, serta
proses lainnya. Dalam industri pengolahan buah nanas selalu meninggalkan sisa
limbah yang cukup banyak. Umumnya limbah nanas berupa batang, daun, kulit,
sebagai pakan ternak. Dengan mengisolasi bromelin dari nanas, merupakan salah
merupakan tanaman tropis yang berasal dari Brazilia, Bolivia dan Paraguay di
tahunan (perennial) (Anonim, 2011). Tanaman nanas terdiri dari akar, batang,
daun, bunga, buah dan tunas-tunas. Akar nanas dapat dibedakan menjadi akar
tanah dan akar samping, dengan sistem perakaran yang terbatas. Akar-akar
Kedalaman perakaran pada media tumbuh yang baik tidak lebih dari 50 cm,
dengan diameter tebal 2,0 – 3,5 cm, beruas-ruas (berbuku-buku) pendek. Batang
sebagai tempat melekat akar, daun, bunga, tunas dan buah, sehingga secara
visual batang tersebut tidak nampak karena disekelilingnya tertutup oleh daun.
6
Daun nanas panjang dan tidak mempunyai tulang daun utama. Pada
daunnya ada yang berduri-duri tajam dan ada yang tidak berduri. Daun nanas
tumbuh memanjang sekitar 130 – 150 cm, lebar antara 3 – 5 cm atau lebih.
Jumlah daun tiap batang tanaman sangat bervariasi antara 70 – 80 helai yang tata
berjumlah antara 100 – 200. Sifat pembuangan nanas terdapat tunas, yaitu tunas
akar, tunas batang, tunas tangkai, dan tunas dasar buah. Tunas-tunas tersebut
2009).
a. Nanas Cayenne
Ciri-ciri nanas golongan cayenne adalah daun halus, tidak berduri, dan
kalau berduri hanya terdapat pada ujung daun saja, buah berukuran besar,
rasanya agak asam, sehingga cocok dijadikan bahan baku buah kalengan.
7
b. Nanas Queen
Ciri-ciri nanas golongan queen adalah daun pendek dan berduri tajam
nanas golongan queen adalah nanas Bogor, Blitar, Riau dan Palembang.
berduri, halus sampai kasar, buah bentuknya bulat dan mata datar,
d. Nanas Abacaxi
panjang, daging buah berwarna kuning pucat, rasanya manis, dan berair
India Barat, Portorico, Meksiko dan Malaysia, golongan abacaxi banyak ditanam
8
2.1.6 Kandungan Kimia Tanaman Nanas
2.2.1 Monografi
amorf yang berwarna putih kekuningan, berbau khas, membentuk koloid dalam
air dan praktis tidak larut dalam aseton, alkohol, kloroform, dan eter. Bromelin
9
memiliki berat molekul 33.000 yang stabil pada suhu 40 °C – 60 °C dengan suhu
optimum 55 °C dan stabil pada 4,0 – 8,0 dengan pH optimum 7,0 (Herdyastuti,
2006).
2.2.2 Identifikasi
a. Reaksi Xanthoprotein
pada inti benzen yang terdapat pada molekul protein. Reaksi ini positif
b. Reaksi Hopkins-Cole
dibuat dari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam air. Setelah
Beberapa saat kemudian akan terjadi cincin ungu pada batas antara kedua
lapisan tersebut.
10
c. Reaksi Millon
Reaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam
berwarna.
d. Reaksi Natriumnitroprusida
merah dengan protein yang mempunyai gugus –SH bebas. Jadi protein
e. Reaksi Sakaguchi
dasarnya reaksi ini memberikan hasil positif apabila ada gugus guanidin.
warna merah.
f. Metoda Biuret
yang mengandung gugus amida asam yang berada bersama gugus amida
11
2.2.3 Isolasi Bromelin Dari Batang Nanas
Bromelin dari batang nanas diperoleh dengan cara batang nanas yang
dengan kecepatan 3,500 rpm selama 15 menit sehingga diperoleh tiga lapisan.
Lapisan pertama yaitu lapisan atas berupa cairan, lapisan kedua yaitu berupa
koloid yang mengandung enzim bromelain dan lapisan ketiga berupa pati.
tiga kali berat koloid yang diperoleh, kemudian koloid ini dikeringkan pada suhu
dan dapat menghidrolisis ikatan peptida pada protein menjadi molekul yang
paling kecil yaitu asam amino. Bromelin ini dilaporkan memiliki efek
12
2.4 Tinjauan Farmasetika Bromelin
edisi IV, tablet merupakan suatu sediaan padat mengandung bahan obat dengan
atau tanpa bahan pengisi. Contohnya Elsazym® (PT. Otto) yang berupa campuran
Bernofarm) yang berupa campuran pankreatin, bromelin dan ox-bile. Obat ini
berupa salut gula yang terdiri dari dua lapisan, dimana lapisan luarnya
2.5.1 Preformulasi
yang stabil secara fisika, kimia dan dengan ketersediaan hayati yang
awal tahun 1960, sebagai hasil dari perkembangan produk industri farmasi.
13
Sebagai tahap permulaan dari tiap formulasi yang baru perlu dilakukan
karakteristik fisiko-kimia zat obat yang akan dibuat menjadi bentuk sediaan
farmasi tersebut. Pengkajian ini harus berpusat pada sifat-sifat fisiko-kimia dari
ketersediaan hayati yang baik dan dapat diproduksi secara massal (Wells, 1987).
14
Tabel I. Karakteristik pemeriksaan obat dalam preformulasi.
1. Spektroskopis UV
dapat diramalkan dari gugus fungsi dalam strukturnya. Hal ini akan
15
panjang gelombang maximum dan minimum atau keduanya terjadi.
2. Kelarutan
yang baik bagi solid state. Jika obat mempunyai kelarutan kurang dari 1
sebab senyawa ini dalam bentuk garam. Bila kelarutan obat tidak dapat
b. Suatu pasta atau semi solid yang dilarutkan dalam minyak atau
3. Titik lebur
16
Titik lebur biasanya diukur dengan menggunakan teknik sbb:
Dalam rangka mengikuti stabilitas obat, baik dalam fase padat dan cair
17
digunakan sebagai metode semi kuantitatif untuk menafsir tahap
5. Stabilitas
residu kimia yang akan mempengaruhi stabilitas kimia senyawa obat itu
sendiri.
6. Mikroskopis
utama:
a. Kristalografi dasar
1. Struktur kristal
2. Morfologi
18
Serbuk paling farmasetik mempunyai kristal berdiameter berkisar 0,5
7. Sifat alir
penentuan kajian sifat alir. Hal ini hanya dapat dievaluasi dengan
8. Kerapatan bulk
ρmampat – ρ nyata
% Kp= ×100 %
ρ mampat
Dimana, Kp = Kompresibilitas
ρ = Densiti
19
Index Carr (%) Flow (Aliran)
5 – 15 Sempurna
12 – 16 Bagus
18 – 21 Dapat dialiri
23 – 35 Buruk
33 – 38 Sangat buruk
> 40 Sangat buruk sekali
9. Sifat kompresi
Kebanyakan sifat kompresi atau tekanan obat sangat buruk dan diperlukan
biasanya dibuat dengan kompresi langsung, tetapi pada dosis yang lebih
sifat tekanan obat sangat berguna. Dan materi yang dibutuhkan harus
kerapuhannya.
konvensional, yaitu metode Kjeldahl dan titrasi formol, yang digunakan untuk
protein yang tidak terlarut. Metode modern, yaitu metode Lowry, metode
1. Metode Kjeldahl
20
Metode ini merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen
dan ditetapkan secara titrasi. Analisis protein dengan cara kjeldahl pada
a. Tahap Destruksi
b. Tahap Destilasi
21
berlebihan. Untuk mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka
c. Tahap Titrasi
Titrasi adalah suatu proses dimana satu titran atau larutan standar
sudah terikat (protein bersifat asam) dan tidak akan mempengaruhi reaksi
antara asam dengan basa (NaOH) sehingga akhir titrasi dapat diakhiri
terjadi bila perubahan warna menjadi merah muda yang tidak hilang
3. Spektrofotometri
Ada dua jenis sinar yang digunakan dalam metode ini, yaitu sinar UV
22
sinar UV. Apabila menggunakan sinar tampak, maka terlebih dahulu
a. Metoda Biuret
c. Metoda Lowry
metode Biuret dan Folin yang dilakukan oleh Lowry. Adanya inti
yang lebih stabil dan dapat diukur absorbannya pada panjang gelom
600 nm.
23
III.PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian ini telah selesai dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober
3.2.1 Alat
oven, aluminium foil, kertas saring, alat-alat gelas standar laboratorium, pipet,
buret dan standar, timbangan analitik (Shimadzu AUX 220), krus porselen,
3.2.2 Bahan
(Ananas comosus Merr.), dapar fosfat pH 7,0; natrium metabisulfit (Na2S2O5) 0,2
%; aquadest.
24
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Batang nanas yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang nanas
setiap 200 gram batang nanas diblender dengan menambahkan 100 mL dapar
fosfat pH 7,0. Preparat halus ini kemudian disaring dengan menggunakan kain
kasa untuk mendapatkan sari batang. Setelah itu sari batang disimpan dalam
kecepatan 3.500 rpm selama 15 menit sehingga diperoleh tiga lapisan. Lapisan
pertama yaitu lapisan berupa cairan, lapisan kedua berupa koloid yang
mengandung enzim bromelain dan lapisan ketiga berupa pati. Lapisan cairan
diambil dengan menggunakan pipet tetes dan lapisan koloid diambil dengan
metabisulfit 0,2 % sebanyak tiga kali berat koloid yang diperoleh, kemudian
koloid ini dikeringkan pada suhu kurang lebih 55 C dalam oven selama lebih
25
kurang 7 jam hingga diperoleh ekstrak kering, kemudian digerus dan diayak
26
Dengan menggunakan pH meter, caranya terlebih dahulu alat dikalibrasi
menggunakan larutan dapar asetat pH 4,0 dan dapar fosfat pH 7,0 sehingga
berada diantara angka tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling dan
dengan cara mengencerkan 1 gram serbuk bromelin kasar dengan air suling
dalam wadah tersebut dan biarkan angka bergerak sampai posisi konstan. Angka
1989).
sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105 C selama 30 menit dan telah ditara,
kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105 C selama 2 jam lalu
didinginkan dalam desikator dan timbang sampai diperoleh bobot tetap (Depkes
RI, 1989).
yang telah ditimbang dan dipijarkan. Pijarkan perlahan-lahan pada suhu 600 C –
700 C hingga arang habis, lalu didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh
27
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan alat mikroskop. Serbuk
bromelin didispersikan dalam parafin lalu diteteskan pada object glass dan ditutup
dengan cover glass kemudian dilihat di bawah mikroskop lalu difoto dengan
pembesaran tertentu.
yang akan diamati pada mikroskop sebanyak 1000 partikel (Voigt, 1994).
bromelin diletakan di atas corong hirsch dan disebar merata kemudian catat
jumlah air yang diserap tiap selang waktu tertentu dengan membaca skala pada
1. Metode Biuret
28
Larutan protein (sampel) dibuat alkalis dengan NaOH kemudian
ditambahkan larutan CuSO4 encer. Uji ini memberikan reaksi positif yang ditandai
2. Reaksi Xantoprotein
Setelah tercampur sempurna akan terjadi endapan putih yang dapat berubah
batu didih, lalu dipanaskan untuk menghilangkan uap SO2. Pemanasan mula-mula
dengan nyala api kecil lalu api hijau, hingga terbentuk larutan berwarna jernih
kehijauan dan uap SO2 hilang. Kemudian dipindahkan kedalam labu ukur 100 mL
dan diencerkan dengan aquadest sampai tanda batas. Pipet 10 mL dan masukkan
dilakukan sampai uap destilasi tidak bereaksi basa (diuji dengan kertas pH). Hasil
destilasi ditampung dalam 10 mL larutan asam borat (H3BO3 3 %). Setelah selesai
29
Penetapan kadar protein dari bromelin kasar diperoleh berdasarkan
Kadar Protein=% N × FK
Keterangan:
FP : Faktor Pengenceran
30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
berwarna kuning, berbau khas dan mempunyai rasa yang tawar dapat
dalam air, praktis tidak larut dalam alkohol 96 %, dan HCl 0,1 N, dan
sangat sukar larut pada NaOH 0,1 N, dan aseton dapat dilihat pada
6. Hasil pemeriksaan kadar abu bromelin kasar adalah dapat dilihat pada
31
7. Hasil pemeriksaan identifikasi bromelin kasar yaitu membentuk larutan
endapan kuning dengan penambahan larutan asam nitrat dapat dilihat pada
8. Hasil penentuan kadar protein total bromelin kasar dari batang nanas
10. Hasil data pengamatan kelarutan bromelin kasar dapat dilihat pada
sebanyak tiga kali pengulangan dengan hasil rata-rata 5,60 dapat dilihat
12. Hasil data pengamatan susut pengeringan bromelin kasar yang dilakukan
sebanyak tiga kali pengulangan dengan hasil rata-rata 4,3% dapat dilihat
13. Hasil data pengamatan kadar abu bromelin kasar yang dilakukan sebnyak
tiga kali pengulangan dengan hasil rata-rata 6,803 % dapat dilihat pada
14. Hasil data pemeriksaan ukuran partikel bromelin kasar dapat di lihat pada
15. Hasil data pemeriksaan daya serap air bromelin kasar menggunakan alat
enslin dapat dilihat pada Lampiran 1, Tabel XIII, Gambar 3, Halaman 52.
32
16. Hasil data pembakuan HCl dan analisa kadar protein bromelin kasar dapat
17. Dari hasil pengolahan batang nanas (Ananas comosus Merr.) sebanyak 20
54.
18. Hasil perhitungan simpangan baku pH larutan dapat dilihat pada Lampiran
19. Hasil perhitungan susut pengeringan yang dilakukan sebanyak tiga kali
Halaman 56.
20. Hasil perhitungan simpangan baku susut pengeringan dapat dilihat pada
21. Hasil perhitungan kadar abu yang dilakukan sebanyak tiga kali
Halaman 58.
22. Hasil perhitungan simpangan baku kadar abu dapat dilihat pada Lampiran
Halaman 60.
24. Hasil perhitungan rata-rata daya penyerapan air terhadap bromelin kasar
33
25. Hasil analisa perhitungan kadar protein bromelin kasar dapat dilihat pada
26. Hasil foto tanaman nanas dan batang nanas (Ananas comosus Merr.) dapat
27. Hasil foto batang nanas yang dipotong kecil-kecil dan koloid bromelin
28. Hasil foto serbuk bromelin kasar dan bentuk mikroskopis bromelin kasar
9, Halaman 66.
29. Hasil identifikasi kualitatif bromelin kasar dapat dilihat pada Lampiran 4,
34
4.2 Pembahasan
nanas (Ananas comosus Merr.) dalam bentuk sediaan serbuk, dimana telah
dilaporkan bahwa batang nanas yang mengandung bromelin selama ini kurang
nanas tersebut.
fosfat pH 7,0 untuk membantu memblender batang nanas yang sebelumnya sudah
dipotong kecil-kecil, karena bromelin lebih efektif bekerja pada pH 7,0 yang
nanas disaring kemudian sari batangnya dipisahkan dari ampas lalu dilakukan
sentrifuge dengan kecepatan 3.500 rpm selama lebih kurang 15 menit sehingga
didapatkan tiga lapisan yang mana lapisan atas berupa air, lapisan tengah berupa
koloid dan lapisan bawah berupa pati. Dari ketiga lapisan tersebut hanya lapisan
tengah (koloid) yang dibutuhkan karena pada lapisan itu banyak mengandung
sebanyak 3 kali beratnya, yang berfungsi sebagai antioksidan dan agar tidak
35
terjadi perubahan warna terhadap koloid tersebut, kemudian koloid dioven sampai
pengujian karakteristik terhadap sifat fisikokimia dari bahan baku yang akan
pengeringan dan kadar abu serta pH yang diperiksa sesuai dengan persyaratan
oleh Certificate of analysis bromelin dari Bernofarm. Hasil pemeriksaan ini telah
memenuhi persyaratan.
perubahan warna terhadap koloid tersebut sebanyak 3 kali berat koloid bromelin
sebanyak 0,4947 gram sehingga berat koloid menjadi 82,9438 gram. Hasil koloid
bromelin yang telah dikeringkan diperoleh berat 27,6341 gram dengan perolehan
analysis bromelin dari Bernofarm, hal ini ditunjukkan dengan bentuk, warna, bau
dan rasanya.
beberapa pelarut didapatkan hasilnya berupa larutan koloid pada air (1 g : 100
mL), praktis tidak larut terhadap etanol 96 % (1 g : 10.500 mL), dan HCl 0,1 N (1
36
g : 10.200 mL), serta sangat sukar larut terhadap aseton (1 g : 10.000 mL) dan
NaOH 0,1 N (1 g : 2.500 mL). Hasil tersebut didapatkan sesuai dengan istilah
hasil pemeriksaan bromelin kasar diperoleh pH 5,60; 5,62; dan 5,59 dengan
ketiga 4,9346 % dengan perolehan rata-rata 4,4085 %, dari hasil tersebut dapat
karena tidak lebih dari 5,0 % sesuai dengan Certificate of analysis bromelin dari
Bernofarm.
Pemeriksaan kadar abu bromelin kasar juga dilakukan sebanyak tiga kali
dengan perolehan hasil rata-rata kadar abu pada bromelin kasar yaitu 6,7887 %,
adalah 6,0 %.
37
bahwa bromelin kasar dalam bentuk serbuk yang dihasilkan berbentuk sferis atau
mendekati bulat.
sebanyak 1000 partikel. Hasil yang diperoleh dari ukuran partikel bromelin kasar
yaitu bentuk kurva distribusi ukuran partikel tidak berbentuk kurva distribusi
normal atau tidak simetris terhadap nilai tengah, hal ini disebabkan karena jumlah
partikel serbuk bromelin kasar banyak terdapat pada rentang ukuran partikel 0 –
pengulangan, dari hasil yang diperoleh pada pengamatan kedua jumlah air yang
diserap sebanyak 1,1 mL, sedangkan pada pengamatan pertama dan ketiga jumlah
air yang diserap oleh bromelin kasar dalam bentuk serbuk sebanyak 1,2 mL. Dari
ketiga pengamatan tersebut ternyata jumlah air yang diserap oleh bromelin kasar
selama selang waktu 1 jam diperoleh hasil yang hampir sama atau tidak jauh
berbeda yaitu berkisar antara 1,1 mL dan 1,2 mL, dengan jumlah air rata-rata yang
diserap oleh bromelin kasar yaitu sebanyak 1,1667 mL, sehingga diperoleh kurva
38
Pemeriksaan kualitatif bromelin kasar dengan menggunakan alkohol akan
reagen biuret bromelin kasar membentuk larutan dan berubah warna menjadi biru
kjeldahl. Prinsip metoda ini adalah oksidasi senyawa organik oleh H2SO4 untuk
membentuk CO2 dan H2O serta pelepasan nitrogen (N) dalam bentuk NH3 yaitu
hanya N yang berasal dari protein saja yang ditentukan. Akan tetapi teknik ini
sulit sekali dilakukan mengingat kandungan senyawa N ini biasanya sangat kecil
yang meliputi urea, asam nukleat, ammonia, nitrat, nitrit, asam amino, amida,
purin, pirimidin. Oleh karena itu penentuan jumlah N total ini tetap dilakukan
untuk mewakili jumlah protein yang ada (Sudarmadji, 1996). Analisa protein
dengan metoda ini terbagi atas 3 tahapan yaitu proses destruksi, destilasi dan
titrasi.
Kemudian campuran ini dipanaskan dalam lemari asam sampai berhenti berasap
karna zat tersebut dapat menaikkan titik didih H2SO4 sehingga destruksi dapat
berjalan lebih optimal. Suhu destruksi berkisar antara 370 C – 410 C. Pada
39
proses ini terjadi penguraian sampel menjadi unsur-unsurnya yaitu unsur-unsur C,
dalam sampel tersebut. H2SO4 bersifat oksidator kuat yang akan mendestruksi
asam untuk menghindari S yang berada dalam protein akan terurai menjadi SO 2
K2SO4 dan HgO (20 : 1), dimana tiap 1 gram K 2SO4 dapat menaikkan titik didih
destruksi agar dapat didestilasi dengan sempurna, lalu larutan dipipet sebanyak 10
asam borat (H3BO3 3 %) dan ditambah 3 tetes indikator BCG-MR (bromo cresol
green dan methyl red) yang merupakan indikator bersifat amfoter, yaitu dapat
bereaksi dengan asam maupun basa. Indikator ini digunakan untuk mengetahui
asam dalam keadaan berlebih dan memiliki trayek pH 6 – 8 yang berarti trayek
merah muda, sedangkan pada suasana basa akan berwarna biru. Setelah ditambah
BCG-MR, larutan akan berwarna merah muda karena berada dalam kondisi asam.
Pada dasarnya tujuan destilasi adalah untuk memisahkan zat yang diinginkan,
yaitu dengan memecah amonium sulfat (NH4)SO4 menjadi ammonia (NH3) dengan
40
memisahkan cairan atau larutan berdasarkan perbedaan titik didih. Fungsi
penambahan NaOH adalah untuk memberikan suasana basa karena reaksi tidak
sebagai destilat berupa gas yang bersifat basa. Supaya NH 3 dapat ditangkap secara
maksimal, maka sebaiknya ujung alat destilasi ini tercelup semua ke dalam larutan
asam standar sehingga dapat ditentukan jumlah protein sesuai dengan kadar
berubah membiru karena larutan menangkap adanya NH3 dalam bahan yang
Reaksi destilasi akan berakhir bila NH3 yang telah terdestilasi tidak
bereaksi. Setelah destilasi selesai larutan sampel akan berwarna keruh dan
terdapat endapan di dasar labu destilat (endapan HgO) dan larutan asam dalam
NH3 yang terbentuk selama destilasi dapat ditangkap sebagai destilat setelah
Tahap titrasi ini merupakan tahap terakhir dari metoda mikro kjeldahl.
Hasil dari destilasi akan dititrasi, apabila penampung destilat digunakan H3BO3
maka banyaknya H3BO3 yang bereaksi dengan NH3 dapat diketahui dengan titrasi
41
dimana titik akhir ditunjukkan dengan terbentuknya larutan merah muda.
Pembakuan dilakukan 3 kali pengulangan dengan rata-rata HCl terpakai 9,86 mL,
sehingga didapatkan normalitas larutan HCl adalah 0,1014 N. Akhir titrasi ini
menunjukkan perubahan warna larutan dari biru menjadi merah muda. Hasil dari
titrasi dengan 3 kali pengulangan didapatkan volume HCl yang terpakai adalah
0,95 mL; 0,88 mL; dan 0,90 mL. Hasil titrasi menunjukan perubahan warna biru
menjadi warna merah muda. Dari data tersebut dapat diketahui kandungan protein
42
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
berikut :
Bernofarm.
5.2 Saran
43
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2011). Tanaman Obat Indonesia, Diakses 15 Maret 2011 dari http://
www.iptek.net.id.htm.
Babu B., Rastogi, N.K., and Raghavarao, K.S.M.S. (2008). Liquid-liquid Extraction
Of Bromelain And Polyphenol Oxidase Using Aqueous Two-Phase
System. Chemical Engineering And Processing, 47, 83 – 89.
Dalimartha, S. (2000). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. (Jilid 2). Jakarta: Trubus
Agriwidya.
Departemen Kesehatan (1989). Materia Medika Indonesia. (Jilid V). (Dirjen POM
RI). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Hale, L. P., Greer, P. K., Trinh, C. T., and James, C. L. (2005). Proteinase
Activity And Stability Of Natural Bromelain Preparations. International
Immunopharmacology. 5(4): 783 – 793.
44
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, (2009). Informasi Spesialite Obat Indonesia.
Bandung: PT. Errita Pharma.
Ionescu, A., Aprodu, I., & Pascaru, G. (2001). Effect Of Papain And Bromelain
On Muscle And Collagen Proteins In Beef Meat. The Annals Of The
University Dunarea De Jos Of Galati Fascicle VI – Food Technology,
New Series Year II (XXXI).
Ketnawa, S., Sai-Ut, S., Theppakoin, T., Chaiwut, P., & Rawdkuen, S. (2009).
Partitioning Of Bromelain From Pineapple Peel (Nang Lae cultv.) By
Aqucous Two Phase System. As. J. Food Ag-Ind. 2009,2(04), 457 – 468.
Gupta, P., & Saleemuddin, M., (2006). Bioaffinity Based Oriented Immobilization
Of Stem Bromelain. Biotechnology Letter. 28(12): 917 – 922.
Rocky. (26 Agustus 2009). Tanduran panen: Sejarah, Klasifikasi Dan Morfologi
Nanas, Diakses 21 April 2011 dari http://www.rocky16amelungi.word
press.com.
Sudarmadji, S., Haryono, B., & Suhardi, (1996). Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
Tochi, B. N., Wang, Z., Xu, S. Y., & Zhang, W., (2008). Therapeutic Application
of Pineapple Protease (Bromelain). A Review, Pakistan Journal of
Nutrition. 7, 4, 513 – 520
45
Lampiran 1. Data hasil penelitian
46
Lampiran 1 (Lanjutan)
47
Lampiran 1 (Lanjutan)
48
Lampiran 1. (lanjutan)
Tabel XII. Hasil data pemeriksaan distribusi ukuran partikel bromelin kasar
49
partikel tengah partikel (n.d) (%) Kumulatif
(µm) partikel (d) (n) (%)
1. 0 – 10 5 264 1320 26,4 26,4
2. 11 – 20 15,5 220 3410 22,0 48.4
3. 21 – 30 25,5 112 2856 11,2 59,6
4. 31 – 40 35,5 94 3337 9,4 69,0
5. 41 – 50 45,5 82 3731 8,2 77,2
6. 51 – 60 55,5 70 3885 7,0 84,2
7. 61 – 70 65,5 66 4323 6,6 90,8
8. 71 – 80 75,5 52 3926 5,2 96,0
9. 81 – 90 85,5 28 2394 2,8 98,8
10. 91 – 100 95,5 12 1146 1,2 100
Σ 1000 30328 100
50
Lampiran 1 (Lanjutan)
30
25
20
Frekuensi (%)
15
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Diameter tengah partikel (µm)
100
80
Frekuensi kumulatif (%)
60
40
20
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Diameter tengah partikel (µm)
51
Lampiran 1 (Lanjutan)
Tabel XIII. Hasil data pemeriksaan daya penyerapan air bromelin kasar
1.2
1
Jumlah air yang diserap (mL)
0.8
I
0.6
II
0.4 III
(x) rata-
0.2 rata
0
0 10 20 30 40 50 60
-0.2
Waktu (Menit)
52
Lampiran 1 (Lanjutan)
0,1 N
V 1 × N 1=V 2 × N 2
10 mL × 0,1=9,86 mL × N 2
10 mL ×0,1 N
N 2=
9,86 mL
N 2=0,1014 N
Tabel XV. Hasil Data Analisa Protein dengan Metoda Mikro Kjeldahl
53
Lampiran 2. Contoh Perhitungan
yaitu:
3 × 82,4491 g ¿ 247,3473 g
27,6341 g
Rendemen( %)= x 100 %
20.000 g
¿ 0,1382 %
54
Lampiran 2 (Lanjutan)
Σ(x)
Ukuran pH rata−rata ( x́ )=
n
16,81
¿
3
¿ 5,60
Σ( x – x́ )2
0,0005
Simpangan Baku ( SD )=
√ n−1
¿
√
3−1
0,0005
¿
√2
¿ √ 0,00025
¿ 0,0158
55
Lampiran 2 (Lanjutan)
% SP I + % SP II +% SP III
∴ Rata−Rata % Susut Pengeringan=
3
4,9660 %+ 3,3250% + 4,9346 %
¿
3
13,2256 %
¿
3
¿ 4,4085 %
56
Lampiran 2 (Lanjutan)
Σ (x )
% Susut pengeringan rata−rata ( x́ )=
n
13,2256
¿
3
¿ 4,4085
2
Σ ( x− x́ )
Simpangan Baku ( SD )=
1,7616
√
n−1
¿
√
3−1
1,7616
¿
√2
¿ √ 0,8808
¿ 0,9385
57
Lampiran 2 (Lanjutan)
% KA I + % KA II+ % KA III
∴ Rata−Rata % Kadar Abu=
3
6,4983 %+7,3945 %+ 6,4738 %
¿
3
20,3666 %
¿
3
¿ 6,7887 %
58
Lampiran 2 (Lanjutan)
Σ(x)
% Kadar abu rata−rata(x́ )=
n
20,3666
¿
3
¿ 6,7887
Σ( x – x́ )2
0,5502
Simpangan Baku ( SD )=
√ n−1
¿
√
3−1
0,5502
¿
√ 2
¿ √ 0,2751
¿ 0,5245
59
Lampiran 2 (Lanjutan)
Kalibrasi mikroskopis
1 skala okuler=1 skala pentas
1 skala pentas=0,01 mm
1 skala pentas ×0,01 mm
1 skala okuler=
1 skala okuler
¿ 0,01 mm
¿ 10 µ m
Rata – rata diameter panjang
Σnd
dtl=
Σn
30328
¿
1000
¿ 30,328 µ m
60
Lampiran 2 (Lanjutan)
Pada menit ke 1,
Air yang menyerap bromelin pada:
uji I = 0 mL
uji II = 0,1 mL
uji III = 0,1 mL
0+0,1+0,1
Jumlahrata−rata air yang menyerap bromelin kasar ( x́ )=
3
¿ 0,0667 mL
Pada menit ke 5,
Air yang menyerap bromelin pada:
uji I = 0,3 mL
uji II = 0,3 mL
uji III = 0,3 mL
0,3+0,3+0,3
Jumlahrata−rata air yang menyerap bromelin kasar ( x́ )=
3
¿ 0,3000 mL
61
Pada menit ke 45,
Air yang menyerap bromelin pada:
uji I = 1,1 mL
uji II = 1 mL
uji III = 1 mL
1,1+ 1+1
Jumlahrata−rata air yang menyerap bromelin kasar ( x́ )=
3
¿ 1,0333 mL
62
Lampiran 3. Analisa Data
Kp I + Kp II + Kp III
Rata−rata kadar proteinbromelin kasar =
3
8,3919 %+7,7812 %+7,9420 %
¿
3
¿ 8,0384 %
63
Lampiran 4. Gambar Penelitian
64
Lampiran 4 (Lanjutan)
65
Lampiran 4 (Lanjutan)
66
Lampiran 4 (Lanjutan)
Gambar 10. Reaksi bromelin dengan alkohol dan reaksi biuret (NaOH 0,1 N + CuSO4)
67
Lampiran 4 (Lanjutan)
68
Lampiran 4 (Lanjutan)
69
Lampiran 4 (Lanjutan)
70
Lampiran 4. Skema Kerja Penelitian
Ekstrak kering
Evaluasi
Gambar 16. Skema kerja ekstraksi bromelin kasar dari batang nanas
Lampiran 4 (Lanjutan)
Organoleptis
Kelarutan
71
pH Larutan
Susut Pengeringan
Kadar Abu
Evaluasi
Bromelin Kasar
Foto Mikroskopis
Kadar Protein
Gambar 17. Skema kerja evaluasi bromelin kasar dari batang nanas
72
Lampiran 4 (Lanjutan)
1 g Bromelin Kasar
Destilat
Larutan hasil destilasi dititrasi dengan HCl sampai
terbentuk warna pink.
Penetapan % N
Penetapan % Protein Total
73