Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum

Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

PEMILIHAN KEPALA DESA SERENTAK DALAM PERSPEKTIF OTONOMI DESA


(Studi Kasus Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa Serentak Tahun 2016
di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau)
Rudiadi1, Ratna Herawati2
Program Studi Magister Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
ratna_h27@yahoo.com

ABSTRAK

Era reformasi yang terjadi pada tahun 1998 menandai berakhirnya Pemerintahan Orde Baru, hal
inilah yang melatar belakangi lahirnya otonomi daerah dan UU No.22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan
Daerah. Perjalanan sistem otonomi daerah terus mengalami perubahan, hal itu ditandai dengan lahirnya
UU No.32 Tahun 2004 dan UU No.23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Lahirnya UU No.23
tahun 2014 ini menjadi dasar lahirnya UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa, hal itu semakin memperkuat
status desa sebagai pemerintahan yang memiliki hak otonomi yang asli dan demokratis. Lahirnya UU Desa
ini menjadi dasar hukum mengenai pemilihan Kepala Desa (Pilkades) serentak di Indonesia, seperti yang
disebutkan dalam Pasal 31 ayat (1). Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode pendekatan Yuridis Empiris, spesifikasi penelitian adalah Deskriptif Analitis dan data yang
digunakan data pri,er dan sekunder. Hasil analisa penelitian menyimpulkan: peraturan tentang Pilkades
pasca Era reformasi diatur dalam UU No.22 tahun 1999 dan UU No.32 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah. Namun setelah lahirnya UU No.6 tahun 2014 tentang Desa, pelaksanaan Pilkades dilaksanakan
secara serentak diseluruh wilayah di Indonesia, seperti yang disebutkan dalam Pasal 31 ayat (1). Selain
itu, pelaksanaan Pilkades serentak di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, tahun 2016 terdapat beberapa
permasalahan: adanya aturan persyaratan pencalonan yang dikhususkan untuk Calon Kepala Desa yang
beragama Islam, yaitu “dapat membaca al-quran”, sedangkan bagi Calon Non-muslim tidak diatur
persyaratan tersebut. Hal itu mengindikasikan adanya diskriminatif dalam agama, serta dapat merusak
proses demokrasi di desa. Permasalahan lain yang terjadi adalah, adanya campur tangan Panitia
Kabupaten secara langsung dalam proses seleksi bakal Calon Kepala Desa. Selain itu, pelaksanaan
Pilkades serentak dilihat dalam perspektif otonomi desa, idealnya semua tahapan dalam pemilihan dan
juga tahapan penyeleksian Bakal Calon diserahkan kepada Panitia Pemilihan di desa.

Kata Kunci: Otonomi Daerah; Otonomi Desa; Pilkades Serentak

1
Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum UNDIP
2 Penulis Kedua, Penulis Koresponden

132
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

A. Pendahuluan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan


Gerakan reformasi berindikasi positif dalam hukum, juga sebagai implementasi tuntutan
mengikis sisa-sisa rezim Pemerintahan Orde Baru. globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara
Affan Gaffar mengatakan bahwa selama 32 tahun memberikan daerah kewenangan yang lebih luas,
kehidupan bernegara dibawah pimpinan rezim lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama
Soeharto telah banyak melahirkan permasalahan dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali
dalam Negara, dan dengan berakhirnya rezim sumber-sumber potensi yang ada di daerah
tersebut pada tahun 1998 sebagai awal dimulainya masing-masing.6
Era reformasi dan semangat otonomi daerah.3 Dalam UUD 1945 (sebelum amandemen)
Kebijakan otonomi daerah di Indonesia lahir Pasal 18 telah dijabarkan tentang pembagian
ditengah gejolak sosial yang sangat massif pada kekuasaan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
tahun 1998, gejolak sosial tersebut didahului oleh Daerah, yaitu sebagai berikut:
krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun “Pembagian daerah Indonesia atas daerah
1997. Gejolak sosial yang melanda Negara besar dan kecil dengan bentuk susunan
Indonesia pada tahun 1998, kemudian melahirkan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-
gejolak politik yang puncaknya ditandai dengan undang dengan memandang dan mengingati
berakhirnya Pemerintahan Orde Baru yang telah dasar permusyawaratan dalam sistem
berkuasa selama lebih kurang 32 tahun di pemerintahan negara, dan hak-hak asal usul
Indonesia dan melahirkan Era reformasi.4 dalam daerah yang bersifat istimewa”.7
Secara harfiah otonomi daerah berasal dari Sejak berlakunya UU No.22 Tahun 1999 Tentang
kata “Otonomi” dan “Daerah”, sedangkan dalam Pemerintahan Daerah, yang kemudian disusul
bahasa Yunani otonomi berasal dari kata ”Autos dengan UU No.32 Tahun 2004 Tentang
dan “Namos”. Kata “autos” berarti sendiri dan Pemerintahan Daerah, serta UU No.23 Tahun
“namos” berarti aturan atau undang-undang,5 2014, secara substansial memberikan otonomi
sehingga kata otonomi daerah dapat diartikan kepada daerah provinsi dan kabupaten/kota suatu
sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan serta otonomi yang lebih luas
kewenangan untuk membuat aturan guna dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya.
mengurus rumah tangganya sendiri. Pelaksanaan Terjadinya perubahan paradigma dalam
proses penyelenggaraan pemerintahan tersebut,
3Tumpal P. Saragi, Mewujudkan Otonomi Masyarakat Desa
(Jakarta: CV. Cipiruy, 2014), halaman 3 juga memberi pengaruh terbukanya ruang bagi
4https://www.academia.edu/4728435/Latar_Belakang_Otono

mi_Daerah (diakses: Sabtu, 24 September 2016, jam: 09.35) 6Syamsudin Haris, Desentralisasi & Otonomi Daerah (Jakarta
5https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah#Dasar_hukum : LIPI Press, 2005), halaman 70
(diakses: Sabtu, 24 September 2016, jam: 09.37) 7Ibid, halaman 14.

133
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

desa untuk mengurus dan mengatur rumah Selain itu, yang menjadi sangat menarik dan
tangganya sesuai dengan karakteristik masing- penting untuk adalah ketentuan tentang pemilihan
masing. Dalam UU No.23 Tahun 2014 Tentang Kepala Desa, Pasal 31 dijelaskan:
Pemerintahan Daerah, yaitu pada BAB 1 ketentuan (1) Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan secara
umum, Pasal 1 ayat 43 disebutkan bahwa: serentak diseluruh wilayah Kabupaten/Kota;
“Desa adalah desa dan desa adat atau yang (2)Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut menetapkan kebijakan pelaksanaan pemilihan
Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang Kepala Desa secara serentak sebagaimana
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk dimaksud pada ayat 1 dengan Peraturan
mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan, Daerah Kabupaten/Kota;(3)Ketentuan lebih
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan lanjut mengenai tata cara pemilihan Kepala
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau Desa serentak sebagaimana dimaksud pada
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam ayat (1,2) diatur dengan atau berdasarkan
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Peraturan Pemerintah.
Indonesia”.
Adanya aturan yang menjelaskan tentang
Hal ini menjadi dasar hukum begitu pemilihan Kepala Desa ini, semakin memperkuat
pentingnya aturan yang khusus mengatur tentang semangat untuk menerapkan demokratisasi
desa, pengakuan desa oleh Negara, oleh karena itu diseluruh wilayah di Indonesia dan juga semangat
lahirlah UU No.6 Tahun 2014 Tentang Desa. dalam penyempurnaan otonomi daerah. Untuk
Keberadaan undang-undang desa ini merupakan memperkuat aturan tentang UU No.6 Tentang Desa
hal yang sangat penting, setidaknya karena 2 (dua) ini, maka lahirlah Peraturan Menteri Dalam Negeri
alasan: Pertama, melalui undang-undang desa (Permendagri) No.112 Tahun 2014 yang secara
diharapkan terbentuk basis legal pengaturan yang khusus mengatur tentang pemilihan Kepala Desa.
jelas dan spesifik mengenai desa, karena sejak Dalam Permendagri No.112 Tahun 2014 ini ada
reformasi pengaturan desa diatur dalam undang- beberapa hal yang sangat penting untuk dipahami
undang Pemerintahan Daerah. Kedua, melalui yaitu pada bagian BAB II mengenai proses
undang-undang desa ini diharapkan ada terobosan pemilihan Kepala Desa, dan BAB III yaitu tahapan
baru terwujudnya pembaharuan desa ke arah pelaksanaan pemilihan. Dalam BAB II tentang
demokratisasi, dan menyempurnakan semangat pemilihan Kepala Desa Pasal 2, 3, disebutkan:
otonomi yang hendak diwujukan dalam konstitusi.8 (2)Pemilihan Kepala Desa dilakukan secara
serentak satu kali atau dapat bergelombang;
8thesis.umy.ac.id/datapublik/t46860.pdf. (diakses: Sabtu, 24
September 2016, jam: 23.31) (3)Pemilihan Kepala Desa satu kali
134
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Perda Kabupaten Rokan Hilir No.5 Tahun 2015
dilaksanakan pada hari yang sama diseluruh bertanggung jawab sepenuhnya dalam
desa pada wilayah Kabupaten/kota. pelaksanaan Pilkades, dimulia dari tahapan

Selanjutnya, dalam Permendagri No.112 persiapan, pendaftaran, penjaringan bakal calon,

Tahun 2014, Pasal 5, dijelaskan bahwa Pemerintah penyeleksian bakal calon, sampai pada

Kabupaten/kota melalui Bupati juga ikut pelaksanaan dan penntuan Kepala Desa yang

bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pemilihan baru.

Kepala Desa, yaitu dengan membentuk Panitia Berdasarkan hasil Pra-survey yang dilakukan

Pemilihan ditingkat Kabupaten. Selain itu, dalam oleh Peneliti saat pelaksanaan pemilihan Kepala

Peraturan juga menjelaskan tanggung jawab Badan Desa pada bulan Juni 2016, fakta yang terjadi

Permusyawaratan Desa (BPD) terhadap dilapangan adalah adanya terdapat kejanggalan

keberlangsungan pemilihan Kepala Desa. Adapun dalam tahap pelaksanaannya. Kejanggalan

yang menjadi salah satu tugas dari (BPD) adalah tersebut adalah adanya campur tangan Pemerintah

membentuk Panitia Pemilihan di desa. Kabupaten, melalui Panitia Pemilihan tingkat

Adanya ketentuan undang-undang tentang kabupaten yang dibentuk oleh Bupati secara

Pilkades secara serentak tersebut, Kabupaten langsung dalam proses pemilihan, yaitu dalam

Rokan Hilir yang terletak di Provinsi Riau, adalah tahapan proses seleksi bakal Calon Kepala Desa.

salah satu kabupaten yang melaksanakan Pilkades Selain itu, adanya persyaratan pencalonan “dapat

serentak, yang dilaksanakan pada tanggal 17 Juni membaca alquran” yang termasuk dalam syarat

2016., yaitu berdasarkan Perda Kab. Rokan Hilir, pencalonan yang dianggap diskriminatif agama,

Prov. Riau, Nomor 5 Tahun 2015 Tentang serta merusak semangat demokrasi dan otonomi

Pemilihan, Penetapan, Pemberhentian Penghulu, desa.

serta Perbup Rokan hilir No.1 Tahun 2016 Tentang Hal ini jelas bertentangan dengan hakikat

Aturan Teknis Pelaksanaan Pilkades Serentak. Pancasila serta mencoreng semangat otonomi

Tugas dan tanggung jawab dibentuknya Panitia yang hendak diwujudkan di desa. Seharusnya

Pemilihan di Kabupaten seperti yang diatur dalam Panitia Pemilihan di Kabupaten yang telah dibentuk

Permendagri No. 112 Tentang Pilkades Serentak berdasarkan undang-undang tidak perlu turut serta

adalah untuk mengkoordinir, mengawasi, secara langsung dalam semua tahapan Pilkades

memfasilitasi pelaksanaan proses Pilkades serentak yang dilaksanakan di desa, seharusnya

serentak yang dilaksanakan oleh Panitia di desa, hal itu diberikan wewenang kepada Panitia

sehingga terlaksana dengan baik. Sedangkan Pemilihan di desa demi mewujudkan semangat

Panitia Pemilihan di desa seperti yang diatur dalam otonomi desa.

135
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis dalam penelitian ini adalah metode
Penulis tertarik untuk melakukan penelitian Tesis, pendekatan Yuridis Empiris. Pendekatan yuridis
dengan judul: PEMILIHAN KEPALA DESA empiris adalah pendekatan dengan melihat sesuatu
SERENTAK DALAM PERSPEKTIF OTONOMI kenyataan hukum dalam masyarakat.
DESA (Studi Kasus Pelaksanaan Pemilihan Dalam penelitian ini, spesifikasi penelitian
Kepala Desa (Pilkades) Serentak Tahun 2016 di yang digunakan oleh Penulis adalah Deskriptif
Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau). Analitis. Penulis akan memaparkan secara
keseluruhan dengan melakukan analisis terhadap
B. Metode Penelitian data primer yang diperoleh dilapangan dengan
Metode Penelitian pada dasarnya data sekunder yang didapat dari bahan
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data kepustakaan. Selain itu Metode pengumpulan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat yan digunakan adalah dengan metode Random
empat kata kunci dalam metode penelitian yaitu: Sampling. Metode random sampling adalah metode
cara ilmiah, rasional, empiris, dan sistematis.9 pengumpulan data ditentukan oleh peneliti secara
Secara harfiah, pengertian penelitian (reseacrh) acak berdasarkan kemauan peneliti.
adalah pencarian kembali. Pencarian yang Selanjutnya, adapun jenis data yang terdapat
dimaksud adalah pencarian terhadap pengetahuan dalam penelitian ini dibagi dalam Data Primer yaitu
yang benar (ilmiah) karena hasil dari pencarian ini data yang didapat dari lapangan, dan Data
akan dipakai untuk menjawab permasalahan Sekunder yang didapat dari kepustakaan. Selain
tertentu.10 itu, metode analisis yang digunakan oleh penulis
Metode penelitian yang digunakan oleh adalah dengan metode Deskriptif Analitis. Penulis
Penulis dalam penelitian ini adalah metode akan menganalisis data dengan pendekatan
Penelitian Kualitatif. Metode penelitian kualitatif kualitatif terhadap data primer dengan data
adalah metode penelitian naturalistik, karena sekunder yang berupa tinjauan kepustakaan.
penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah, Penggunaan metode deskriptif analitis ini
dan data yang terkumpul dan analisisnya bersifat diharapkan penulis mampu memaparkan secara
kualitatif.11 Metode pendekatan yang digunakan keseluruhan mengenai permasalahan Pilkades
serentak dalam perspektif otonomi desa, serta
9 Sugioyono, 2011, Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatis, menemukan solusi terhadap permasalahan
dan R&D), (Bandung: ALFABETA cv. ), halaman 2 tersebut.
10Agusmidan dan Zainan Asikin, Pengantar Metode Penelitian

Hukum (Jakarta: PT. RajaGrafindoPersada, 2004), halaman


19
11Sugiyono, Metode Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D), Op.Cit., halaman 8

136
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

C. Pembahasan dan Hasil Penelitian sehingga dari sinilah mengapa desa disebut
1. Perkembangan Peraturan Perundang- sebagai otonomi asli.13
Undangan Tentang Pilkades sehingga di Jika dilihat dari konsep demokrasi dan
Laksanakan Serentak di Indonesia. penyelenggaraan otonomi asli yang dimiliki oleh
Konstitusi Negara Republik Indonesia desa dalam bidang politik tersebut, maka salah
sebenarnya secara jelas juga sudah menyebutkan satu wujud kehendak rakyat sebagai partisipasi
tentang kekuasaan dan keberadaan desa sebagai masyarakat dalam bidang politik adalah
bagian yang penting dalam negara. Undang– keterlibatannya dalam Pemilu. Jika dilihat dari
Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945 bentuk pemilihan yang paling kecil adalah
(UUD NRI Tahun 1945) menegaskan bahwa Pemilihan Kepala Desa, Seperti yang dikatakan
negara mengakui dan menghormati kesatuan oleh Joseph Schumpeter, baginya demokrasi
masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya, dalam hal sempit merupakan sebuah metode
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan politik, sebuah mekanisme untuk memilih pemimpin
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara politik.14 Secara historis pilkades telah berjalan
Republik Indonesia. lama dan bersifat langsung, umum, bebas, rahasia,
Pengertian desa secara politik adalah jujur dan adil telah dipahami sebagai pengakuan
sebagai suatu organisasi kekuasaan, yang secara terhadap keanekaragaman sikap politik partisipasi
politik mempunyai mempunyai wewenang tertentu masyarakat dalam demokratisasi ditingkat desa.
karena merupakan bagian dari pemerintahan a. Pilkades dalam UU No.22 Tahun 1999
negara. Dalam pengertian secara politik ini, desa Tentang Pemerintahan Daerah
sering dirumuskan sebagai suatu kesatuan Terkait permasalahan pemilihan Kepala
masyarakat hukum yang berkuasa Desa, didalam UU No.22 Tahun 1999 Tentang
menyelenggarakan pemerintahan sendiri.12 Pemerintahan Daerah, diatur dalam BAB XI
Keberadaan desa dalam konteks politik, sebagai Tentang Desa yaitu dalam Pasal 95 sampai
bagian dari masyarakat hukum desa mempunyai dengan Pasal 98. Dalam Pasal 95 disebutkan
hak untuk mengurus kehidupan mereka secara sebagai berikut:
mandiri (otonom), dan wewenang untuk mengurus (1)Pemerintah Desa terdiri atas Kepala Desa
dirinya itu sudah dimiliki sejak kesatuan masyarakat atau yang disebut dengan nama lain dan
hukum itu ada tanpa diberikan oleh siapapun, perangkat Desa; (2)Kepala Desa dipilih

13Ibid., halaman 3
14 Georg Sorensen, Demokrasi dan Demokratisasi (Proses
dan prospek dalam sebuah dunia yang sedang berubah ,
12MashuriMashab, Politik Pemerintahan Desa Di Indonesia, disunting Oleh Tajuddin Nur efendi (Yogyakarta: Pustaka
Cetakan ke-1 (Yogyakarta : Fisipil UGM, 2013), halaman 3 Pelajar, 2014), halaman 14

137
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

langsung oleh Penduduk Desa dari calon yang adalah penduduk desa warga Negara RI dengan
memenuhi syarat; (3)Calon Kepala Desa yang syarat sebagai berikut :
terpilih dengan mendapatkan dukungan suara 1) Bertakwa kepada Tuhan YME;
terbanyak, sebagaimana dimaksud pada ayat 2 2) Setia dan taat kepada Pancasila dan UUD
ditetapkan oleh Badan Perwakilan Desa dan 1945;
disahkan oleh Bupati.15 3) Tidak pernah terlibat langsung, atau terlibat

Undang-undang tersebut diatas dalam kegiatan mengkhianati Pancasila dan

menjelaskan bahwa yang menjadi unsur penting UUD 1945;

dalam Pemerintahan Desa adalah Kepala Desa 4) Perpendidikan sekurang-kurangnya Sekolah

dan juga Perangkat Desa. Dalam rangka untuk Menengah Pertama;

memilih atau menentukan siapa yang akan 5) Berumur sekurang-kurangnya 25 tahun;

menjadi Kepala Desa, maka proses yang akan 6) Sehat jasmani dan rohani;

dilakukan adalah dengan dipilih langsung oleh 7) Tidak terganggu jiwanya

penduduk desa tersebut. Selain itu, dalam Pasal 8) Berkelakuan baik, jujur, dan adil;

95 angka ke-3 djelaskan bahwa untuk 9) Tidak pernah dihukum pidana;

menentukan siapa yang akan menduduki posisi 10) Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan

sebagai Kepala Desa, akan ditentukan dengan pidana tetap;

suara terbanyak yang diperoleh saat proses 11) Mengenal daerahnya dan dikenal

pemilihan tersebut, dan selanjutnya ditetapkan masyarakat setempat;

oleh BPD kemudian dilantik oleh Bupati 12) Bersedia dicalonkan sebagai Kepala Desa;

berdasarkan ketentuan perundang-undangan 13) Memenuhi syarat lain susuai dengan adat-

yang berlaku. istiadat yang diatur peraturan daerah.16

Selanjutnya, masa jabatan untuk seorang b. Pilkades dalam UU No.32 Tahun 2004
Kepala Desa yang diatur dalam UU No.22 Tahun Tentang Pemerintahan Daerah.
1999 ini adalah sepuluh tahun atau dua kali masa Perjalanan reformasi yang ditandai dengan
jabatan, namun Pemerintah Daerah bisa lahirnya UU No.22 Tahun 1999 Tentang
menetapkan peraturan tentang masa jabatan Pemerintahan Derah diselimuti oleh semangat
sesuai dengan kondisi budaya daerah setempat. reformasi yang sangat menggebu-gebu dalam
Selain itu, menurut ketentuan Pasal 96 bahwa segala aspek kehidupan bernegara, bahkan
yang dapat dipilih untuk menjadi Kepala Desa berlangsung dengan cepat. Sehingga dalam
15 Nikmatul Huda, Hukum Pemerintahan Desa (dalam perjalanan reformasi yang begitu cepat tersebut
konstitusi Indonesia sejak kemerdekaan hingga era reformasi)
(Malang, Jawa Timur: Setara Prees, 2015), halaman 178 16 Ibid, halaman 179

138
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

dirasakan bahwa Undang-Undang yang menjadi sepanjang masih hidup dan yang diakui
dasar pelaksanaan otonomi daerah ini belum keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat
mampu sepenuhnya untuk mencapai apa yang setempat yang ditetapkan dalam Perda
diharapkan, sehingga perlu dilakukan perbaikan dengan berpedoman pada Peraturan
sesuai denga jiwa dan semangat bedemokrasi Pemerintah.
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terkait mengenai persyaratan untuk dapat
Akhirnya UU No.22 Tahun 1999 Tentang dipilih menjadi Kepala Desa, diatur lebih lanjut
Pemerintahan Daerah diganti dengan UU No.32 dalam Pasal 44, adapun yang menentukan calon
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Kepala Desa adalah penduduk desa warga
Hadirnya UU No.32 Tahun 2004 ini juga terdapat Negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagai
pasal-pasal yang mengatur tentang Desa.17 berikut:
Dalam UU No.32 Tahun 2004 Tentang 1) Bertakwa kepada Tuhan YME;
Pemerintahan Daerah berjumlah 240 Pasal, 2) Setia kepada Pancasila sebagai Dasar
terkait dalam hal pemilihan Kepala Desa, terdapat Negara, Undang-Undang Dasar Negara
dalam BAB XI Bagian kedua yaitu Tentang Republik Indonesia Tahun 1945, dan
Pemerintahan Desa, dari Pasal 203 sampai kepada Negara Kesatuan Republik
dengan Pasal 205. Dalam Pasal 203 ditentukan Indonesia, serta Pemerintah;
mengenai pemilihan Kepala Desa yaitu sebagai 3) Berpendidikan paling rendah tamat
berikut: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(1)Kepala desa sebagaimana dimaksud dalam dan/atau sederajat;
Pasal 202 ayat 1 dipilih langsung oleh dan dari 4) Berusia paling rendah 25 tahun;
penduduk desa warga negara Repablik 5) Bersedia untuk dicalonkan;
Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata 6) Penduduk desa setempat;
cara pemilihannya diatur dengan Perda yang 7) Tidak pernah dihukum karena melakukan
berpedoman kepada Peraturan Pemerintah; tindak pidana kejahatan dengan hukuman
(2)Calon kepala desa yang memperoleh suara paling singkat 5 tahun;
terbanyak dalam pemilihan kepala desa 8) Tidak dicabut hak pilihnya sesuai dengan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Keputusan pengadilan yang mempunyai
ditetapkan sebagai kepala desa; (3)Pemilihan kekuatan hukum tetap;
kepala desa dalam kesatuan masyarakat 9) Belum pernah menjabat sebagai Kepala
hukum adat beserta hak tradisionalnya Desa paling lama 10 (sepuluh) tahun atau
dua kali masa jabatan;
17 Ibid., halaman 186

139
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

10)memenuhi syarat lain yang diatur dalam dengan Pasal 39. Dalam Pasal 31 dijelaskan
Perda Kabupaten/Kota.18 sebagai berikut:

Selanjutnya, masa jabatan Kepala Desa (1)Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan

yang diatur dalam undang-undang ini adalah secara serentak di seluruh wilayah Kabupaten;

selama 6 tahun, dan bisa dipilih dalam satu kali (2)Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

masa jabatan berikutnya. Proses pemilihan menetapkan kebijakan pelaksanaan pemilihan

Kepala Desa dilakukan secara langsung oleh Kepala Desa secara serentak sebagaimana

masyarakat desa secara rahasia, jujur dan adil. dimaksud pada ayat 1 dengan Peraturan

Selain itu, semua tahapan dalam pemilihan Daerah Kabupaten; (3)Ketentuan lebih lanjut

Kepala Desa merupakan tanggung jawab Panitia mengenai tata cara pemilihan Kepala Desa

Pemilihan di desa mulai dari pembentukan Panitia serentak sebagaimana dimaksud pada ayat 1

Pemilihan itu sendiri, hingga penetapan Kepala dan ayat 2 diatur dengan atau berdasarkan

Desa terpilih. Peraturan Pemerintah.

c. Pilkades Serentak dalam UU No.6 Tahun Pasal 31 diatas menjelaskan bahwa Kepala
2014 Tentang Desa Desa dipilih secara langsung oleh dan dari
Setelah lahirnya UU no.23 Tahun 2014 penduduk desa warga Negara Republik Indonesia
Tentang Pemerintahan Daerah, dan UU No.6 yang memenuhi persyaratan yang berlaku sesuai
Tahun 2014 Tentang Desa, cukup memberikan dengan perundang-undangan yang berlaku.
kekuatan akan adanya otonomi desa dan Selain itu, masa jabatan seorang Kepala Desa
kemandirian desa dalam menentukan masa adalah 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
depan desa itu sendiri.19 Dalam UU No.6 Tahun pelantikan. Kepala Desa dapat menjabat paling
2014 Tentang Desa ini terdapat sebanyak 18 BAB banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-
dan 122 Pasal, yang secara keseluruhan turut atau tidak secara berturut-turut
membahas tentang desa, wewenang desa, Selanjutnya, proses Pilkades dalam
tanggung jawab desa, Pemerintahan Desa, Undang-Undang ini dilaksanakan oleh Badan
pemilihan Kepala Desa dan sebagainya. Permusyawaratan Desa (BPD) seperti yang
Berkaitan dengan permasalahan pemilihan disebutkan dalam UU No.6 Pasal 32. Sebagai
Kepala Desa, terdapat dalam Pasal 31 sampai wujud tanggung jawab BPD dalam melaksanakan
pemilihan, maka dibentuklah Panitia Pemilihan,
dimana anggota Panitia Pemilihan terebut
18 Ibid., halaman 196
19 Suharto, Didik G., 2016, Membangung Kemandirian Desa,
merupakan wakil dari perangkat desa, lembaga
Cetakan ke-1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar (Anggota IKAPI).
masyarakat desa dan juga tokoh masyarakat.
140
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Salah satu tugas Panitia Pemilihan Kepala Desa (lima) tahun setelah selesai menjalani
adalah mensosialisasikan pemilihan Kepala Desa pidana penjara dan mengumumkan secara
kepada masyarakat, menjaring bakal calon, jujur dan terbuka kepada publik bahwa
melakukan seleksi bakal calon dan sebagainya. yang bersangkutan pernah dipidana serta
Selanjutnya, dalam UU No.6 Tahun 2016, Pasal bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-
33 disebutkan bahwa yang menjadi syarat ulang;
pencalonan Kepala Desa adalah sebagai berikut : 10)Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai
1) Warga negara Republik Indonesia; dengan putusan pengadilan yang telah
2) Bertakwa kepada Tuhan YME; mempunyai kekuatan hukum tetap;
3) Memegang teguh dan mengamalkan 11)Berbadan sehat;
Pancasila, melaksanakan Undang-Undang 12)Tidak pernah sebagai Kepala Desa selama
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 3 (tiga) kali masa jabatan;
1945, serta mempertahankan dan 13)Syarat lain yang diatur dalam Peraturan
memelihara keutuhan Negara Kesatuan Daerah.
Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal
Ika; Pelaksanaan pemilihan Kepala Desa
4) Berpendidikan paling rendah tamat sekolah dalam undang-undang ini dilaksanakan secara
menengah pertama atau sederajat; serentak diseluruh wilayah Kabupaten/Kota,
5) Berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) dengan maksud untuk menghindari hal negatif
tahun pada saat mendaftar; dalam pelaksanaannya. Selanjutnya, pengaturan
6) Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa; tentang Pilkades serentak juga diatur secara
7) Terdaftar sebagai penduduk dan bertempat khusus dalam Permendagri Nomor 112 Tahun
tinggal di Desa setempat paling kurang 1 2014 Tentang Pemilihan Kepala Desa Serentak.
(satu) tahun sebelum pendaftaran; Secara umum pelaksanaan pemilihan Kepala
8) Tidak sedang menjalani hukuman pidana Desa di awali dengan pembentukan Panitia
penjara; Pemilihan di Kabupaten yang dibentuk oleh
9) Tidak pernah dijatuhi pidana penjara Bupati, tugas dari Panitia Pemilihan di Kabupaten
berdasarkan putusan pengadilan yang ini adalah untuk mengkoordinir, sosialisasi,
telah mempunyai kekuatan hukum tetap mengawasi, mempersiapkan perlengkapan
karena melakukan tindak pidana yang pemilihan yang akan dilaksanakan oleh setiap
diancam dengan pidana penjara paling desa melalui Panitia Pemilihan di tingkat desa.
singkat 5 (lima) tahun atau lebih, kecuali 5

141
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

2. Pilkades Serentak di Kabupaten Rokan Hilir, Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2015 Tersebut,
Provinsi Riau Tahun 2016 dalam Perspektif maka Lahirlah Peraturan Bupati (Perbup) Rokan
Otonomi Desa. Hilir Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Petunjuk Teknis
Salah satu hal yang baru dalam UU No.6 Pelaksanaan Pemilihan Penghulu Serentak.
Tahun 2014 Tentang Desa adalah dalam Pasal 31 Pelaksanaan pemilihan Kepala Desa melalui
ayat (1) yaitu sebagai berikut: “Pemilihan Kepala beberapa tahap persiapan, dalam Perda Nomor 5
Desa dilaksanakan secara serentak di seluruh Tahun 2015, BAB III tentang pelaksanaan
wilayah Kabupaten/Kota”. Dalam undang-undang Pemilihan Penghulu, Pasal 6 disebutkan tentang
desa ini disebutkan bahwa pemilihan Kepala Desa Pemilihan Penghulu, dilaksanakan melalui tahapan:
akan dilaksanakan secara serentak di seluruh 1) Persiapan;
Indonesia, adanya aturan tersebut menjadi 2) Pencalonan;
landasan hukum yang sangat penting dalam 3) Pemungutan suara; dan
mewujudkan demokrasi di desa. 4) Penetapan.21
Kabupaten Rokan Hilir merupakan salah Pemilihan Kepala Desa serentak yang
satu kabupaten yang juga melaksanakan pemilihan dilaksankan di Kabupaten Rokan Hilir menjadi
Kepala Desa serentak, yaitu terdapat sebanyak 66 tanggung jawab bagi Pemerintahan Daerah dan
Kepenghuluan yang melaksanakan pemilihan tahap Pemerintahan Desa, oleh karena itu Pemerintahan
pertama dan tersebar di 12 Kecamatan.20 Dalam Daerah melalui Bupati perlu membentuk Panitia
UU No.6 Tahun 2014, Pasal 31 ayat (2) disebutkan: Pemilihan di Kabupaten, yang berfungsi
“Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota mengkoordinir dan mengawasi jalannya pemilihan
menetapkan kebijakan pelaksanaan pemilihan di desa yang dilaksanakan Oleh Panitia Pemilihan
Kepala Desa secara serentak sebagaimana desa. Dalam Perda Nomor 5 Tahun 2015 Pasal 5,
dimaksud pada ayat (1) dengan Peraturan dijelaskan bahwa tugas dari Panitia di Kabupaten
Daerah Kabupaten/Kota”. secara umum bertugas merencanakan,
Sebagai tindak lanjut dari ketentuan dalam undang- mengkoordinasi, melakukan bimbingan teknis,
undang desa tersebut, maka Pemerintah menetapkan jumlah surat suara, memfasilitasi, dan
Kabupaten Rokan Hilir menetapkan Peraturan sebagainya.
Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Disamping itu, didalam Peraturan Bupati
Pemilihan, Pengangkatan, Dan Pemberhentian Rokan Hilir Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Petunjuk
Penghulu. Selain itu, sebagai petunjuk teknis dari Teknis Pelaksanaan Pemilihan Penghulu Serentak,
21Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hilir Nomor 5 Tahun
20 Hasil Survey, Pemilihan Kepala Desa Serentak di 2015 Tentang Pemilihan, Pengangkatan, dan Pemberhentian
Kabupaten Rokan Hilir, tanggal 17 juli 2016. Penghulu.

142
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Pasal 9 ayat 1 juga diatur tentang tugas dan penetapan calon Kepal Desa, pelaksanaan
kewajiban Panitia Pemilihan Kepala Desa, yaitu pemilihan, dan penetapan pemenang, yang
sebagai berikut : selanjutnya dilantik oleh Bupati sebagai pejabat
(1)Panitia Pemilihan Sebagaimana dimaksud yang berwenang.
dalam Pasal 6 (pembentukan Panitia Pemilihan) Berkaitan dengan penjelasan diatas, dalam
ayat 3 mempunyai tugas, sebagai berikut: Pra-survey yang dilakukan oleh Peneliti terhadap
(a)Menyusun tahapan kegiatan Pemilihan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa serentak di
Penghulu; (b)Menetapkan daftar pemilih; Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, pada tanggal
(c)Melaksanakan Penjaringan dan penjaringan 17 Juni 2016, terdapat beberapa hal yang dianggap
bakal calon berdasarkan persyaratan yang tidak sesuai dengan semangat otonomi desa
ditentukan; (d) Melaksanaka pemungutan suara seperti yang terdapat dalam undang-undang desa.
dan penghitungan suara; (e)Menetapkan calon Adapun permasalahan yang tersebut adalah
terpilih.22 sebagai berikut:
Keberadaan Panitia Pemilihan di Kabupaten 1) Pertama, Dalam Perda Kabupaten Rokan
berfungsi untuk mengkoordinir dan memfasilitasi Hilir Nomor 5 Tahun 2015 Pasal 32 tentang
apa saja yang dibutuhkan oleh Panitia Pemilihan di persyaratan pencalonan, huruf (P)
desa untuk melaksanakan proses pemilihan Kepala disebutkan: “Bagi calon yang beragama
Desa. Selain itu, keberadaan Panitia pemilihan Islam dikenai syarat khusus yaitu dapat
tingkat Kabupaten tidak mempunyai hak untuk turut membaca Al-Quran”, sedangkan bagi calon
serta secara langsung dalam tahapan pemilihan Kepala Desa yang tidak beragama islam
yang dilaksanakan di desa. tidak dibebankan syarat yang berkaitan
Berangkat dari paradigma berfikir yang dengan agama. Adanya aturan tersebut
terdapat dalam Perda Kab. Rokan Hilir Nomor 5 dapat merusak proses demokrasi dan
Tahun 2015 dan Perbup Rokan Hilir Nomor 1 semangat otonomi desa.
Tahun 2016 diatas, dalam pelaksanaan pemilihan 2) Kedua, dalam permasalahan seleksi “Dapat
Kepala Desa serentak hakikatnya dilaksanakan membaca Al-quran” tersebut, dilaksanakan
sepenuhnya oleh Panitia Pemilihan di desa. Tugas di Kabupaten dan diambil alih oleh Panitia
tersebut dimulai dari tahapan pembentukan Panitia Pemilihan di Kabupaten. Jika mengacu pada
Pemilihan oleh BPKep, membuka pendaftaran, Peraturan daerah Kabupaten Rokan Hilir
penjaringan bakal calon, seleksi bakal calon, Pasal 9 huruf (d) mengenai tugas Panitia
Pemilihan di desa adalah “mengadakan
22Peraturan Bupati Rokan Hilir Nomor 1 Tahun 2016 Tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemilihan Penghulu Serentak, penjaringan dan penyaringan bakal calon
Pasal 9 Ayat 1,2,3.

143
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Penghulu sesuai persyaratan yang telah desa sebanyak 8 orang, dan juga wawancara
ditentukan”. dengan Calon Kepala Desa yaitu 8 orang.
Disamping itu, dalam Peraturan Daerah Disamping itu, Peneliti juga menyebarkan
Kabupaten Rokan Hilir, Pasal 1 angka (18), Kuesioner/Angket kepada masyarakat di beberapa
juga dijelaskan bahwa yang dimaksud desa yang melaksanakan pemilihan Kepala Desa
dengan penjaringan adalah seleksi yang serentak, dengan maksud untuk mendapatkan
dilakukan oleh Panitia Pemilihan desa, baik tanggapan dari masyarakat terkait masalah yang
secara administratif maupun penilaian sudah disampaikan oleh Peneliti.
kemampuan dan kepemimpinan para bakal Berkaitan dengan permasalahan adanya
calon Penghulu. Selain itu, Dalam peraturan persyaratan “dapat membaca al-quran” bagi Calon
Bupati Rokan Hilir hal Pasal 9 ayat (1), juga Kepala Desa yang beragama Islam tersebut,
dijelaskan bahwa tahapan tersebut Jasrianto (Kepala Bagian Pemerintahan Desa
merupakan tugas dan kewajiban Panitia Kabupaten Rokan Hilir), mengatakan bahwa yang
Pemilihan di desa. melatarbelakangi adanya persyaratan “dapat
Oleh karena itu, dari beberapa permasalahan yang membaca alquran” tersebut dikarenakan
dikemukakan diatas perlu dikaji bagaimanakah Kabupaten Rokan Hilir merupakan kabupaten yang
pelaksanaan pemilihan Kepala Desa Serentak di bergelar Negeri Seribu Kubah, yang memiliki nilai-
kabupaten Rokan Hilir tahun 2016 dalam perspektif nilai agama sebagai budaya lokal yang sangat kuat.
otonomi desa. Selain itu, Pemerintah Kabupaten mengharapkan
Menanggapi permasalahan yang telah Kepala Desa yang terpilih harus bisa membaca
disampaikan diatas, maka Peneliti melakukan Alquran serta memahami nilai-nilai Agama Islam,
beberapa cara untuk mencari data-data dan sehingga bisa menjadi Kepala Desa yang baik.
informasi terkait pelaksanaan pemilihan Kepala Namun ia mengatakan bahwa aturan “dapat
Desa serentak di Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi membaca al-quran” tersebut memang terlihat
Riau, Pada tanggal 17 Juli 2016. Adapun langkah- diskriminatif dan tidak demokratis, sehingga
langkah yang dilakukan oleh Peneliti adalah kedepannya Pemerintah Kabupaten perlu
melakukan survey di lapangan tentang memperbaiki terkait aturan pencalonan Kepala
pelaksanaan pemilihan Kepala Desa tersebut Desa.23
seperti yang sudah dilakukan. Selain itu, Peneliti Sila pertama Pancasila disebutkan yaitu:
juga melakukan wawancara dengan pihak-pihak “Ketuhanan Yang Maha Esa”, artinya Negara
tertentu seperti: Kepala Bagian Pemerintahan Desa
23Hasil Wawancara: Bersama Kepala Bagian Pemerintahan
Kabupaten Rokan Hilir, Ketua Panitia Pemilihan di Desa Kabupaten Rokan Hilir, Jasrianto SE, MM. (Bagan
Siapiapi, 1 desember 2016)

144
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

dengan tegas mengakui agama sebagai bagian bernilai agama, termasuk juga adanya syarat
yang terpenting dalam kehidupan Negara. Namun “dapat membaca al-quran”. Namun sangat
Pancasila secara tegas juga tidak membeda- disayangkan karena bagi Calon Kepala Desa yang
bedakan antara agama yang satu dengan yang Non-muslim terdapat perbedaan, seharusnya
lainnya. Oleh karena itu, Peneliti menilai bahwa Pemerintah tidak membedakan antara para Calon
adanya ketidakpahaman Pemerintah Kabupaten Kepala Desa apapun agama yang dianutnya”.25
sebagai pembuat aturan, tentang hakikat Jika dipahami dari hasil wawancara diatas,
demokrasi dan tentang makna otonomi desa. terdapat perbedaan jawaban diantara Calon Kepala
Sehingga adanya persyaratan tersebut bisa Desa. Dapat disimpulkan, bahwa sebenarnya
menimbulkan permasalahan, karena hanya mereka tidak menyetujui diberlakukannya aturan
mengutamakan satu golongan saja serta merusak persyaratan tersebut, karena mereka menganggap
proses demokrasi di desa. aturan tersebut hanya diberikan kepada Calon yang
Adanya aturan persyaratan pencalonan beragama Islam saja. Selain itu, adanya aturan
“dapat membaca al-quran” bagi Calon Kepala Desa tersebut tidak bisa menjadi jaminan akan lahirnya
yang beragama Islam seperti yang telah seorang pemimpin yang betul-betul bisa
disebutkan, kemudian Peneliti melakukan mengayomi masyarakatnya. Dengan kata lain,
wawancara dengan beberapa Calon Kepala Desa. adanya persyaratan “dapat membaca al-quran”
Jhoni efendi (Calon Kepala desa) mengatakan tidak sesuai dengan konsep demokrasi, karena
adanya persyaratan “dapat membaca al-quran” terdapat perbedaan antara persyaratan Calon
tersebut sangat baik, karena seorang pemimpin itu Kepala Desa yang beragama islam dan bukan
harus memiliki pengetahuan agama yang baik, islam.
salah satunya adalah harus bisa membaca al-quran Wujud dari demokrasi adalah desentralisasi
dengan baik. Selain itu, dia mengatakan dan otonomi daerah, hal itu berarti pelaksanaan
seharusnya Pemerintah Kabupaten juga membuat pemilihan Kepala Desa serentak merupakan bagian
aturan yang sama terhadap Calon Kepala Desa dari otonomi di desa. Terkait dengan permasalahan
yang Non-muslim sesuai dengan nilai-nilai proses seleksi “Dapat membaca al-quran” yang
agamanya.”24 dilaksanakan di Kabupaten secara serentak,
Selain itu, Ghozali Syafi’i (Calon Kepala Penulis mencoba melakukan wawancara dengan
Desa) Mengatakan: sebagai seorang muslim yang Ketua Panitia Pemilihan Kepala Desa serentak
baik tentu harus mendukung adanya aturan yang yang ada di beberapa desa. Salah satunya adalah

25Hasil wawancara dengan Bapak Ghozali Zyafi’i, (Calon


24Hasil wawancara dengan Bapak Jhony Efendi, (Calon Kepala Desa Sintong Bakti, Kecamatan Tanah Putih),
Kepala Desa Sekeladi, Kecamatan Tanah Putih) Tanggal 13 Desember 2016.

145
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

wawancara yang dilakukan oleh Peneliti dengan tahun 2014, jelas disebutkan bahwa desa adalah
Dodhy (Ketua Panitia), dia mengatakan akan lebih kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
baik jika proses seleksi “dapat membaca al-quran” wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
tersebut diserahkan kepada Panitia Pemilihan di mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
desa, sehingga masyarakat bisa menyaksikan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
secara langsung bagaimana kualitas pemimpin masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional
yang akan dipilihnya”.26 Selain itu, Salman Maiza yang diakui dan dihormati dalam sistem
(Sekretaris Panitia) mengatakan Permasalahan pemerintahan Negara Kesatuan Republik
seleksi “Dapat membaca al-quran” yang Indonesia.
dilaksanakan di Kabupaten sudah diatur dalam Selain itu, dalam Permendagri No.112
Peraturan Bupati, maka Panitia Pemilihan di desa tersebut, yaitu Pasal 9 tentang tugas dan kewajiban
hanya menunggu hasilnya.”27 Namun akan lebih Panitia Pemilihan di desa yaitu hurud (d)
baik jika proses tersebut diserahkan kepada Panitia disebutkan “Mengadakan penjaringan dan
Pemilihan di desa, karena hal itu adalah bagian dari penyaringan bakal calon”, sedangkan dalam Perda
tugas Panitia Pemilihan. Kabupaten Rokan Hilir No.5 dan Perbup No.1
Berkaitan dengan pelaksanaan pemilihan Tahun 2016 tersebut menghendaki penyeleksian
Kepala Desa serentak di Kabupaten Rokan Hilir Bakal Calon terkait “dapat membaca al-quran”
tahun 2016 tentang persyaratan “dapat membaca tersebut dilaksanakan di Kabupaten, sehingga
al-quran” tersebut, setelah dilakukan penelitian Penulis menganggap hal ini juga tida susuai
dengan wawancara dapat disimpulkan bahwa dengan Harmonisasi perundang-undangan serta
persyaratan tersebut tidak sesuai dengan prinsip- semangat otonomi desa yang terdapat dalam UU
prinsip demokrasi. Selanjutnya, adanya campur Desa.
tangan Panitia Pemilihan di Kabupaten dalam 3. Pilkades Serentak yang Ideal di Kabupaten
tahapan penyeleksian bakal Calon “dapat Rokan Hilir dalam Perspektif Otonomi Desa.
membaca al-quran”, yang dilakukan di Kabupaten Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun
juga bertentangan dengan Harmonisasi 2014 Tentang Desa adalah sebagai bukti akan
Perundang-undangan. Dalam UU No. 6 Tahun keberadaan Pemerintahan Desa sebagai
2014 Tentang Desa dan Permendagri Nomor 112 pemerintahan yang memiliki kewenangan yang
utuh. Adanya kewenangan tersebut semakin
26 Hasil wawancara dengan Bapak Dhody (Ketua Panitia memperjelas adanya hak Otonomi di desa, dimana
Pemilihan Kepala Desa, di Desa Menggala Teladan) Tanggal
10 desember 2016 Pemerintahan Desa berhak mengatur
27 Hasil wawancara dengan Bapak Salman Maiza S.Pd.,

(Sekretaris Panitia Pemilihan Kepala Desa, di Desa Sekeladi). pemerintahannya sendiri, berdasarkan hak asal-
Tanggal 10 Desember 2016.

146
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

usul dan wewenang dari Pemerintah. Widjaja desa serta prinsip-prinsip demokrasi. Adapun yang
(seperti yang dikutip oleh Nasrullah Jamaluddin) menjadi permasalahan adalah: dalam Pasal 32
mengatakan, bahwa otonomi desa merupakan Angka 16, yaitu “Bagi calon yang beragama Islam
otonomi yang asli, bulat dan utuh serta bukan dikenai syarat khusus yaitu dapat membaca Al-
pemberian dari Pemerintah.28 Quran”. Selain itu, yang dianggap bermasalah
Selain itu, Undang-Undang Nomor 6 Tahun adalah mengenai proses seleksi terkait persyaratan
2014 Tentang Desa juga membahas tentang tersebut, yang diambil alih oleh Panitia Pemilihan di
pemilihan Kepala Desa, yaitu pemilihan Kepala Kabupaten. Oleh karena itu, Peneliti menganggap
Desa secara serentak di seluruh Indonesia, yang bahwa pelaksanaan pemilihan Kepala
selanjutnya diatur berdasarkan Peraturan Daerah di Desa/Penghulu tersebut tidak sesuai dengan
Kabupaten masing-masing. Pelaksanaan pemilihan prinsip demokrasi dan prinsip otonomi desa.
Kepala Desa/Penghulu di Kabupaten Rokan Hilir, Pelaksanaan aturan “Dapat membaca al-
Provinsi Riau, diatur dalam Peraturan Daerah quran” tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai
Kabupaten Rokan Hilir Nomor 5 Tahun 2015 pancasila, karena penerapan aturan persyaratan
Tentang Pemilihan, Pengangkatan, dan tersebut hanya diberikan kepada Calon Kepala
Pemberhentian Penghulu. Selain itu, juga diatur Desa yang beragama Islam. Dalam Sila ke-1
berdasarkan Peraturan Bupati Rokan Hilir Nomor 1 Pancasila secara tegas disebutkan “Ketuhanan
Tahun 2016 Tentang Aturan Teknis Pemilihan Yang Maha Esa”, hal itu berarti Negara dengan
Penghulu Serentak. Namun kemudian diubah jelas mengatakan bahwa keberadaan agama
beberapa kali menjadi Peraturan Bupati Nomor 13 merupakan hal yang sangat penting dalam
Tahun 2016, serta Peraturan Bupati Nomor 21 kehiduapan Negara. Namun Sila ke-1 tersebut
Tahun 2016. pada hakikatnya tidak membeda-bedakan antara
Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hilir agama yang satu dengan agama yang lain,
Nomor 5 Tahun 2015 Pasal 32, dan Peraturan sehingga semua orang harus mendapatkan aturan
Bupati Rokan Hilir Nomor 1 Tahun 2016 Pasal 18, yang sama apapun agama dan sukunya. Selain itu,
telah diatur mengenai persyaratan pencalonan persyaratan tersebut seakan-akan lebih
Kepala Desa. Berkaitan dengan pelaksanaan mengutamakan satu golongan saja, sehingga
pemilihan Kepala Desa/Penghulu di Kabupaten aturan persyaratan pencalonan dalam pemilihan
Rokan Hilir Tahun 2016, telah disampaikan oleh Kepala Desa/Penghulu serentak di Kabupaten
Peneliti bahwa terdapat beberapa hal yang Rokan Hilir terlihat tidak demokratis.
dianggap tidak sesuai dengan semangat otonomi Adanya aturan persyaratan pencalonan
dalam pemilihan Kepala Desa serentak, merupakan
28 Adon Nasrullah Jamaluddin, Op.Cit., halaman 182

147
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

bentuk keseriusan pemerintah dalam memilih Daerah Kabupaten Rokan Hilir Nomor 5 Tahun
pemimpin politik yang benar-benar berkualitas dan 2015, yaitu Pasal 5.
bertanggung jawab. Berkaitan dengan pemilihan Pelaksanaan proses seleksi “dapat
Kepala Desa/Penghulu secara serentak di membaca al-quran” terhadap bakal Calon Kepala
Kabupaten Rokan Hilir tahun 2016, terkait aturan Desa oleh Panitia Pemilihan di Kabupaten, idealnya
persyaratan calon Kepala Desa sebenarnya tidak proses tersebut diserahkan kepada Panitia
menjadi masalah jika memasukkan unsur-unsur Pemilihan di desa. Ada beberapa alasan yang
yang bernilai agama atau budaya lokal seperti mendasari yaitu sebagai berikut :
“Dapat membaca al-quran” tersebut. Namun perlu 1) Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Rokan
diketahui, adanya persyaratan yang bernilai agama Hilir Tahun 2015, Pasal 9 Tentang Tugas
harus berlaku untuk semua Calon Kepala Desa, dan Kewajiban Panitia Pemilihan di desa,
tanpa membedakan suku maupun agama. Oleh serta Peraturan Bupati Rokan Hilir Nomor 1
karena itu, idealnya dalam pelaksanaan pemilihan Tahun 2016 Tentang Aturan Teknis, Pasal 9
Kepala Desa serentak di Kabupaten Rokan Hilir Tentang Tugas dan Kewajiban Panitia
mengenai persyaratan pencalonan yang Pemilihan di desa, sudah dijelaskan tugas
mengandung “nilai-nilai agama”, maka Pemerintah dan kewajibannya. Sehingga Dapat
harus memberlakukan aturan tersebut kepada disimpulkan bahwa proses tersebut
semua bakal Calon Kepala Desa sesuai dengan merupakan tugas dan kewajiban Panitia
agamanya, hal itu dilakukan demi terciptanya Pemilihan di desa;
proses demokrasi yang baik dalam pemilihan 2) Pemerintahan Desa memiliki hak otonomi
Kepala Desa. desa, yaitu wewenang untuk menjalankan
Selain itu, salah satu tujuan undang-undang Pemerintahannya sendiri, termasuk proses
desa adalah untuk mewujudkan semangat otonomi pelaksanaan pemilihan Pemimpin politik di
desa, termasuk juga dalam pelaksanaan politik di desa. Oleh karena itu, seharusnya semua
desa. Dalam Peraturan Daerah dan Peraturan tahapan pemilihan Kepala Desa diserahkan
Bupati Rokan Hilir Pasal 9, telah disebutkan secara kepada Pemerintahan Desa, yaitu Panitia
jelas bahwa yang bertanggung jawab Pemilihan di desa;
melaksanakan semua tahapan pemilihan di desa 3) Selain itu, dalam proses seleksi “Dapat
secara langsung adalah Panitia Pemilihan di desa. membaca al-quran” terhadap Bakal Calon
Sedangkan tugas dan kewajiban Panitia Pemilihan sebenarnya harus disaksikan oleh
di Kabupaten seperti yang diatur dalam Peraturan masyarakat setempat. Disamping sebagai
bentuk transparansi Panitia Pemilihan dalam

148
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

proses seleksi supaya tidak terjadi UU No.32 Tahun 2004, maka lahirlah UU
kecurangan, namun juga sebagai ajang No.6 Tahun 2014 Tentang Desa yang
penilaian dari masyarakat desa secara dilaksanakan secara serentak diseluruh
langsung terhadap bakal calon Kepala Desa wilayah di Indonesia.
yang akan dipilih, sehingga masyarakat bisa 2. Pelaksanaan Pilkades serentak di Kab.
menilai dan memilih Calon Kepala Desa Rokan Hilir Tahun 2016 terdapat beberapa
yang benar-benar berkualitas. Oleh karena, permasalahan. Dalam Perda Kab. Rokan
seharusnya diserahkan kepada Panitia Hilir Nomor 5 Tahun 2015, Pasal 32 huruf (P)
Pemilihan di desa. tentang persyaratan pencalonan, serta

Berdasarkan alasan yang dikemukakan Perbup Rokan Hilir Tahun 2016 Pasal 18

diatas, maka idealnya semua tahapan dalam huruf (P) disebutkan: “Bagi calon Kepala

proses pemilihan Kepala Desa/Penghulu tersebut Desa yang beragama islam dikenai syarat

diserahkan kepada Panitia Pemilihan di desa. khusus yaitu dapat membaca Al-quran”.

Sedangkan Panitia Pemilihan di Kabupaten Adanya aturan tersebut tidak sesuai dengan

berkewajiban untuk mengkoordinir, memfasilitasi nilai-nilai Pancasila, dalam Sila ke-1

semua keperluan dalam pemilihan, serta Pancasila secara tegas disebutkan

mengawasi semua tahapan yang dilakukan dalam “Ketuhanan Yang Maha Esa”, hal itu berarti

pemilihan Kepala Desa/Penghulu. Negara dengan jelas mengatakan bahwa

D. Simpulan dan Saran keberadaan agama merupakan hal yang

a. Kesimpulan sangat penting dalam kehidupan Negara.

1. Peraturan Perundang-undangan tentang Namun dalam Sila ke-1 tersebut pada

pemilihan Kepala Desa di Indonesia, telah hakikatnya tidak membeda-bedakan antara

diatur dalam konstitusi jauh sebelum lahirnya agama yang satu dengan agama yang lain,

Era reformasi. Setelah terjadi Era reformasi sehingga semua orang harus mendapatkan

pada tahun 1998, aturan tentang pemilihan aturan yang sama apapun agama dan

Kepala Desa terdapat dalam UU No.22 sukunya. Selain itu, persyaratan tersebut

Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. seakan-akan lebih mengutamakan satu

Selain itu, dalam UU No.32 Tahun 2004 golongan saja, sehingga aturan persyaratan

Tentang Pemerintahan Daerah juga diatur pencalonan dalam pemilihan Kepala

tentang pemilihan Kepala Desa. Setelah Desa/Penghulu serentak di Kabupaten

lahirnya UU No.23 Tahun 2014 Tentang Rokan Hilir tersebut bertentangan dengan

Pemerintahan Daerah yang menggantikan prinsip-prinsip demokrasi dan otonomi desa.

149
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Selanjutnya, proses seleksi “dapat membaca seleksi “dapat membaca al-quran”


al-quran” terhadap Bakal Calon yang diserahkan kepada Panitia di desa. dalam
dilaksanakan di Kabupaten dan diambil alih Perda Kabupaten Rokan Hilir, Pasal 9
oleh Panitia Kabupaten. Jika dilihat dalam tentang tugas dan kewajiban Panitia
Perda Kab. Rokan Hilir Nomor 5 Tahun Pemilihan di desa, proses tersebut
2015, Pasal 9, tentang tugas dan kewajiban merupakan tanggung jawab Panitia
Panitia Pemilihan di desa, proses tersebut Pemilihan di desa.
merupakan tanggung jawab Panitia b. Saran
Pemilihan di desa, bukan tugas Panitia 1. Diharapkan kepada Pemerintah Kabupaten
Kabupaten. Oleh karena itu, proses seleksi Rokan Hilir untuk mengkaji dan memperbaiki
tersebut bertentangan dengan Pasal 9 kembali aturan mengenai persyaratan
Peraturan Daerah, serta tidak sesuai dengan pencalonan Kepala Desa, yaitu terkait syarat
semangat otonomi desa yang terdapat dalam “Bagi calon Kepala Desa yang beragama
undang-undang desa. Islam dikenai syarat khusus yaitu dapat
3. Idealnya dalam pelaksanaan pemilihan membaca Al-quran”. Karena persyaratan
Kepala Desa serentak di Kabupaten Rokan tersebut terlihat lebih mengutamakan Calon
Hilir dalam perspektif otonomi desa adalah: Kepala Desa yang beragama Islam. Jika
(1)Berkaitan dengan adanya aturan persyaratan pencalonan yang mengandung
persyaratan pencalonan yang mengadung Nilai-nilai Agama atau Budaya Lokal tetap
nilai-nilai agama seperti “dapat membaca al- harus dimasukkan, seharusnya tidak hanya
quran”, maka Pemerintah Kabupaten harus ditujukan untuk satu golongan saja, hal itu
benar-benar mengkaji aturan tersebut. demi menjaga proses demokrasi yang baik
Dengan demikian tidak akan terjadi unsur dalam pemilihan Kepala Desa serentak di
diskriminatif agama dalam pemilihan Kepala Kabupaten Rokan Hilir;
Desa, hal itu demi terciptanya proses 2. Diharapkan kepada Pemerintah Kabupaten
demokrasi yang baik dalam pemilihan Rokan Hilir untuk mengkaji dan memperbaiki
Kepala Desa; (2)Selain itu, berkaitan proses kembali terkait proses seleksi “dapat
seleksi “dapat membaca al-quran” terhadap membaca al-quran”, terhadap Bakal Calon.
Bakal Calon yang dilaksanakan di Dalam Perda Kab. Rokan Hilir Nomor 5
Kabupaten dan diambil alih oleh Panitia di Tahun 2015, Pasal 9, semua tahapan dalam
Kabupaten. Jika dilihat alam perspektif proses Pemilihan Kepala Desa, termasuk
otonomi desa, idealnya pelaksanaan proses proses penyeleksian Bakal Calon menjadi

150
Jurnal Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 13, Nomor 1, Tahun 2017 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Calon Kepala Desa, adalah bagian dari Mashab, Mashuri, 2013, Politik Pemerintahan Desa
tugas dan tanggung jawab Panitia Pemilihan Di Indonesia, Cetakan ke-1, Yogyakarta:
di desa; Fisipl UGM.
3. Daerah melalui Panitia Pemilihan di Saragi, Tumpal P., 2014, Mewujudkan Otonomi
Kabupaten, untuk lebih memaksimalkan Masyarakat Desa, Jakarta: CV. Cipiruy.
persiapan baik dari segi fasilitasnya maupun Sorensen, Georg., 2014, Demokrasi dan
dari segi peraturannya. Selain itu, perlu Demokratisasi (Proses dan prospek dalam
adanya pengawasan yang benar-benar sebuah dunia yang sedang berubah) ,
serius dari Pemerintah Daerah melalui Telah disunting Oleh Tajuddin Nur efendi,
Panitia Pemilihan Kabupaten, terhadap Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pelaksanaan pemilihan Kepala Desa oleh Suharto, Didik G., 2016, Membangung Kemandirian
Panitia Pemilihan di desa. Sehingga tidak Desa, Cetakan ke-1, Yogyakarta: Pustaka
terjadi tindakan-tindakan kecurangan baik Pelajar
oleh Calon maupun tim suksesnya, Sugioyono, 2011, Metode Penelitian (Kuantitatif,
pemalsuan data persyaratan pencalonan, Kualitatis, dan R&D), Bandung:
permasalahan lainnya. ALFABETA.
Peraturan Daerah Kabupaten Rokan Hilir Nomor 5
Tahun 2015 Tentang Pemilihan,
Daftar Pustaka Pengangkatan, Pemberhentian Penghulu.
Agusmidan dan Zainan Asikin, 2004, Pengantar Peraturan Bupati Rokan Hilir Nomor 1 Tahun 2016
Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
RajaGrafindoPersada. Pemilihan Penghulu Serentak.
Haris, Syamsudin, 2005, Desentralisasi & Otonomi thesis.umy.ac.id/datapublik/t46860.pdf.
Daerah, Jakarta : LIPI Press https://www.academia.edu/4728435/Latar_Belakan
Huda, Nikmatul, 2015, Hukum Pemerintahan Desa g_Otonomi_Daerah
(dalam konstitusi Indonesia sejak https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah#Dasa
kemerdekaan hingga era reformasi) r_hukum
Malang, Jawa Timur: Setara Pres.
Jamaludin, Adon Nasrullah, 2015, Sosiologi
Perdesaan, Cetakan ke-1, Bandung: CV.
PUSTAKA SETIA.

151

Anda mungkin juga menyukai