SKRIPSI
OLEH :
A. HASLINDA
17.405010.02
SKRIPSI
OLEH :
A. HASLINDA
NPM. 17.405010.02
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Hukum
Universitas Borneo Tarakan
i
ii
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Usaha dan kegagalanlah yang akan membentukmu menuju kata sukses. Teruslah melakukan
apa yang ingin kamu gapai, kamu akan menyesal suatu saat nanti jika tidak melakukannya
ini hari. Dan cintailah dirimu sendiri, jujurlah pada dirimu sendiri, tetaplah setia pada
hatimu, jangan seperti kelompok lain, dan jangan pernah kehilangan siapa dirimu. Karena
hanya kamu yang tau bagaimana cara mencitai dirimu sendiri”
-Penulis-
PERSEMBAHKAN UNTUK:
vi
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini
merupakan karya saya sendiri (ASLI), dan dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan/atau diterbitkan oleh orang
lain yang dimuat dalam naskah ini, kecuali yang secara tertulis disebutkan dalam
daftar pustaka.
tanggung jawab.
A. HASLINDA
NPM. 17.40501.002
vii
viii
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta
salam semoga senantiasa terlimpah dan tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada ummatnya hingga
akhir zaman, Amin.
Penulisan skripsi dengan judul pertanggungjawaban pidana terhadap warga
sipil yang memiliki senjata api secara illegal di ajukan untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana pada program studi ilmu hukum fakultas hukum
universitas borneo tarakan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan
rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada kedua orang tua
penulis, ayah penulis Andi Alimuddin dan ibu penulis Ani (Alm), kakek dan
nenek penulis, paman dan bibi penulis, serta suadara/(i) penulis yang telah
menjadi motivator penulis serta tidak henti-hentinya memberikan doa, semangat
dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan
Skripsi ini, untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan untuk pengembangan dan kesempurnaan Skripsi ini. Terselesaikannya
Skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, saran, masukan, dari berbagai
pihak yang membantu dan mendorong terselesaikannya Skripsi ini.
x
8. Kepada nenek dan kakek penulis, bapak Abdul Salam dan ibu Hj. Andi
Wahdaniya, yang tak pernah lelah memberikan semangat, motivasi, nasihat
yang baik dan doa bagi penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada paman dan bibi penulis, bapak Rahman dan ibu Andi Hartati, yang tak
pernah hentinya mendorong semangat penulis untuk meraih mimpi sang
penulis.
10. Kepada saudara/(i) penulis, kakak perempuan saya Haslina, kakak laki-laki
saya Syafruddin, dan adek perempuan saya Alya Ramadani, yang telah
memberikan dukungan dan semangat kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-Teman Seperjuangan yang berada di satu kosan dengan saya yang
telah senantiasa memberikan dukungan moral bagi penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-Teman Angkatan Genosida, Lokal A 2017 Fakultas Hukum, yang
senantiasa memberikan dukungan moral dan semangat yang tulus terhadap
penulis.
13. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar dan Staf Administrasi Fakultas Hukum yang
telah memberikan ilmunya demi memperluas wawasan penulis dan para
mahasiswa terhadap dunia ilmu pengetahuan pada umumnya dan disiplin ilmu
hukum.
Akhir kata, penulis berharap semoga hasil pemikiran yang tertuang dalam
skripsi ini dapat bermanfaat dalam perkembangan hukum kedepannya. Semoga
Allah selalu memberikan rahmat-Nya serta kesuksesan selalu menyertai kita.
Aamiin.
A. HASLINDA
NPM. 17.40501.002
xi
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP WARGA SIPIL YANG
MEMILIKI SENJATA API SECARA ILLEGAL DI KOTA TARAKAN
KALIMANTAN UTARA
ABSTRAK
xii
CRIMINAL LIABILITY ON CIVILIANS WHO POSSESS FIREARMS
ILLEGALLY AT TARAKAN CITY, NORTH KALIMANTAN
ABSTRAC
xiii
DAFTAR ISI
xiv
D. Pengertian Senjata Api dan Kepemilikan Senjata Api Berdasarkan….
Undang-undang............................................................................................ 25
1. Pengertian Senjata Api ............................................................................ 25
2. Kepemilikan Senjata Api Berdasarkan Undang-undang ........................ 28
E. Pengertian Efektivitas Penegakkan Hukum................................................. 31
F. Pengertian Warga Sipil ................................................................................ 35
G. Pengertian Illegal ......................................................................................... 38
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 40
A. Pendekatan Masalah .................................................................................... 40
B. Lokasi Penelitian ......................................................................................... 40
C. Sumber dan Jenis Data................................................................................. 40
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 41
E. Pengumpulan Bahan Hukum ....................................................................... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 44
A. Bentuk Pertanggungjawaban Hukum Tindak Pidana Penyalahgunaan….
Senjata Api Baik Yang Menggunakan Prosedur Ataupun Yang Tidak….
Menggunakan Prosedur (Illegal) Bagi Warga Sipil .................................... 47
B. Hambatan Penegakkan Hukum Bagi Masyarakat Sipil Yang Memiliki….
Senjata Api Secara Illegal ........................................................................... 59
BAB V PENUTUP................................................................................................ 79
A. Kesimpulan .................................................................................................. 79
B. Saran ............................................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 85
LAMPIRAN .......................................................................................................... 86
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 .............................................................................................................66
Gambar 1.2 .............................................................................................................67
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi peredaran senjata api secara
masyarakat sipil yang tidak memiliki senjata untuk bela diri mereka dikarenakan,
para pengguna senjata api tanpa ijin (illegal) tidak segan menghabisi nyawa
korbannya. Maka dari itu hukum dibuat untuk dilaksanakan, oleh sebab itu,
hukum. Maka hukum berada diantara dunia nilai-nilai atau ide-ide dengan dunia
kenyataan sehari. Oleh karena hukum bergerak diantara 2 (dua) dunia yang
berbeda, akibatnya sering terjadi ketegangan pada saat hukum diterapkan, maka
maupun struktur sosial masyarakat di mata hukum tersebut diberlakukan. Apa arti
dari kata Hukum itu sendiri ? Hukum merupakan hal yang paling penting untuk
1
2
di sebut sebagai hukum, apabila hukum tidak pernah dilaksanakan, hukum dapat
dilaksanakan. Di bawah ini adalah beberapa tafsir hukum bagi para profesional,
antara lain:
atau larangan) yang mengatur perintah warga negara yang harus dipatuhi oleh
pemerintah dari warga Negara itu sendiri.1 Selain itu, Immanuel Kant menyatakan
membiasakan diri dengan kehendak bebas orang lain sesuai dengan kaidah
kemerdekaan. 2 Dan sekali lagi, Thomas Hobbes menjelaskan apa itu hukum.
perintah pada orang lain. 3 Tidak hanya itu, John Austin juga memberikan
pendapatnya tentang apa itu hukum. Hukum adalah aturan yang dibuat untuk
kita simpulkan bahwa hukum adalah norma yang di dalamnya terdapat sanksi.
Hukum sebagai kebutuhan warga negara bagi warga negara untuk memperoleh
dan ketentraman. Hukum dapat tertulis atau tidak tertulis, dan hukum tertulis
1
Prof. Chainur Arrasjid, S.H., Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2000, h.
21.
2
Wawan Muhwan Hairi, Pengantar Ilmu Hukum, Pustaka Setia, Bandung, 2012, h. 22.
3
Dr. H. Zainal Asikin, S.H., S.U, Pengantar Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, h.
10.
4
H. Salim, HS, SH, MS, Perkembangan dalam Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2009,
h. 22.
3
dikenal memiliki hukum publik dan hukum privat karena dapat mengendalikan
berbagai peristiwa yang terjadi di antara warga negara. Karena hukum diperlukan
bagi warga negara, itu harus ditegakkan oleh aparat penegak hukum yang
memenuhi syarat untuk menjaga moralitas dan bertindak secara etis. Lembaga
penegakan hukum nasional yang menganut sistem peradilan perdata (civil law
(civil law) mengatur apa yang telah terjadi pada penduduk, sehingga apa yang
akan datang seringkali tidak diatur. Dalam sistem hukum perdata (civil law),
berwibawa, lengkap dan sistematis yang diterbitkan dalam sebuah buku atau
Oleh karena itu, norma-norma hukum perdata (civil law) dianggap sebagai sumber
hukum utama, dan semua sumber hukum lainnya berada di bawah dan dalam
ada perbedaan konsep hukum pidana yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
respon terhadap suatu kejahatan dan bersifat suatu reaksi, maka negara berencana
delik.6
5
Subiharta, Moralitas Hukum Dalam Hukum Praksis Sebagai Suatu Keutamaan (Legal
Morality in Practical Law as a Virtue), Jurnal Hukum dan Peradilan, Vol. 4, No. 3, November
2015, h. 388.
6
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, h. 81.
4
yang berlaku di suatu negara dan memberikan landasan dan aturan sebagai
berikut:7
1. Mengetahui tindakan apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang
(2) jenis:8
7
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, h. 1.
8
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 2003, h.
3.
9
P. A. F. Lamintang, Dasar-Dasar untuk Mempelajari Hukum Pidana yang Berlaku Di
Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1984, h. 23.
5
Republik Indonesia Tahun 1945, hal ini dapat dilihat dalam uraian Undang-
Undang Dasar 1945. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum
yang berlaku. Salah satu dari berbagai proses peradilan di Indonesia adalah
menciptakan efek jera bagi pelaku kejahatan, dan membuat calon pelaku
sehingga banyak warga sipil yang menggunakan cara yang berbeda untuk
melindungi diri. Salah satu upaya warga adalah menyediakan alat pelindung diri
seperti senjata api jenis rakitan. Di era sekarang ini kepemilikan senjata api tidak
hanya dimiliki oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan polisi, tetapi juga oleh
banyak masyarakat sipil. Parahnya, saat ini tidak hanya orang dewasa saja yang
menggunakan senjata api tetapi anak-anak yang tergolong di bawah umur sudah
bisa menggunakan senjata api jenis rakitan jenis dum-dum atau biasa dikatakan
pada memuculkan rasa keresahan bagi diri masing-masing. Kejahatan yang terjadi
10
Abdussalam dan DPM Sitompul, Sistem Peradilan Pidana, Restu Agung, Jakarta, 2007,
h. 4.
6
dengan cara ini merupakan akibat dari hilangnya sistem kontrol sosial sebagai
akibat dari perubahan sosial yang terjadi. Perubahan sosial mempengaruhi sistem
kontrol sosial dan berdampak lebih dalam pada penyimpangan dan kejahatan.11
peraturan lain yang ada, tetapi hal yang baik yang kami amati dengan jelas adalah
orang-orang ini ingin tahu apa yang salah, ada kepastian hukum atau tidak.12
Penjahat memiliki pengertian yang lebih luas jika dilihat hanya dari sudut
pengadilan, beberapa orang tidak ditangkap atau diketahui oleh pihak berwenang
(Polisi) untuk membuat berbagai pernyataan tentang siapa yang disebut penjahat.
dunia industri dan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga dalam hal hukum. Kemajuan
dalam dimensi hukum juga dibarengi dengan kemajuan tingkat kejahatan yang
salah satunya dipengaruhi oleh peredaran senjata api secara illegal. Minimnya
peraturan yang ada tentang pengelolaan senjata api belum dilaksanakan dengan
baik. Indonesia sebenarnya adalah negara yang sangat ketat untuk menegakkan
aturan kepemilikan senjata api secara illegal bagi warga sipil. Penyalahgunaan
11
Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 2010, h. 107.
12
Hari Saherodji, Pokok - Pokok Kriminologi, Aksara Baru, Jakarta, 1980, h. 18.
13
Ibid, h. 25.
7
senjata api di Indonesia pada dasarnya sudah diatur dalam UU Darurat RI No. 12
Dalam hal ini bangsa Indonesia sendiri menganut sistem demokrasi. Istilah
demokrasi yang dimaksud di sini adalah pemerintahan atau kekuasaan rakyat oleh
dan untuk rakyat. Namun, praktik demokrasi di berbagai negara di dunia memiliki
tidak terlepas dari berbagai jenis permasalahan, seperti yang penulis amati dalam
beberapa tahun terakhir, dan meningkatnya jumlah tindak pidana yang disebabkan
pekerjaan hal ini menyebabkan banyak masyarakat Indonesia hidup dalam kondisi
ekonomi rata-rata.15
Awalnya, senjata api hanya digunakan untuk tujuan perang, tetapi kemudian
digunakan juga untuk tujuan lain. Misalnya digunakan sebagai salah satu alat
kepentingan olahraga dan bahan peledak adalah salah satu ciptaan manusia yang
14
Sonya Airini Batubara, Suganda Kelima Siregar dan Christin Yulia Simatupang, Tinjaun
Yuridis Terhadap Tindak Pidana Kepemilikan Senjata Api Tanpa Hak Oleh Warga Sipil (Putusan
Nomor : 79/PID. B/ 2016/ PN. BLG), Jurnal Hukum Kaidah, Vol. 18, No. 3, 2019, h. 40.
15
Soerjono soekanto, Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, Rineka,
Jakarta, 1986, h. 25.
8
tidak berhenti berkembang selama ribuan tahun. Penggunaan senjata api dan
bahan peledak juga semakin berkembang seiring dengan peradaban manusia yang
Kurangnya kontrol atas kepemilikan senjata api baik legal maupun illegal yang
dimiliki oleh warga sipil menjadi salah satu pemicu meningkatnya kejahatan
penduduk sipil sangat besar, tetapi sulit untuk menangkap para pelaku transaksi
senjata api illegal. Beberapa penyebab kepemilikan senjata api tidak dapat
dikelola secara tertib adalah karena sulitnya mendeteksi kepemilikan senjata api
secara illegal sehingga pihak berwenang tidak mengetahui secara pasti berapa
Dasar dari adanya tindak pidana adalah asas legalitas. Artinya, pelaku
tindak pidana ingin dihukum hanya jika ia melakukan kesalahan dalam melakukan
ditimbulkan oleh tingkat dan dampak kejahatan dari kecacatan dan/atau pekerjaan
yang diterima lebih besar daripada pekerjaan dan jenis lainnya, dan dari berbagai
pekerjaan dan jenis yang memerlukan keamanan lebih tinggi. Misalnya pegawai
pengawalan dan melakukan pembelaan diri seperti senjata api, mereka cenderung
16
Herlin Eka Yusman, Pengawasan dan pengendalian senjata yang beredar Di warga
(kajian paradigma normatif dan interpretatif dalam kriminologi), e-Jurnal Katalogis, Vol. 3, No.
12, Desember 2015, h. 85-95.
9
mengklaim bahwa anda tidak hanya memiliki ancaman kriminal yang cukup
besar. Pada dasarnya, semua manusia berhak untuk melindungi diri dan harta
bendanya self defense dari pertahanan diri dari ancaman pihak lain. Oleh karena
itu, senjata api adalah senjata yang memancarkan satu atau lebih proyektil yang
didorong dengan kecepatan tinggi oleh gas yang dihasilkan oleh pembakaran
obyektif yang terkandung dalam suatu tindak pidana dan dimasukkan secara
senjata api hanya kepada polisi dan tentara, dan melarang warga sipil menguasai
senjata api di Jepang. Kedua, masih memungkinkan warga sipil tertentu untuk
digunakan untuk memiliki senjata api. Penyalahgunaan senjata api terhadap warga
menimbulkan pro dan kontra terhadap kemampuan warga sipil untuk membawa
senjata api.
Dengan demikian, hukum itu dibuat dengan tujuan untuk kemakmuran dan
keadilan bagi seluruh warga negara untuk membangun ketertiban dan keamanan,
direncanakan maupun tidak. Ketika menghadapi situasi ini, tindakan hukum yang
Pemberian Izin Pemakaian Senjata Api. Pasal 9 mengatur bahwa pendaftaran dan
1. Seseorang yang bukan anggota TNI atau Polisi yang memiliki dan
atau penggunaan senjata api non-organik oleh Polri/ TNI untuk membela diri.
Orang yang berusia di bawah 24 tahun harus sehat jasmani dan rohani, seperti
yang tertera pada surat keterangan dokter polisi. Surat keterangan dari psikolog
diwajibkan.
Penyalahgunaan senjata api pada warga sipil telah menjadi kajian nasional
kalangan warga sipil dengan tujuan untuk melakukan kejahatan yang ditakuti
warga sipil lainnya karena kejahatan senjata api selama ini, tetapi karena tingkat
11
pengangguran yang tinggi, salah satu aspek dari tingkat kejahatan ini terus
meningkat, dengan atau tanpa penembakan. Kejahatan yang sering terjadi adalah
Kejahatan itu juga termasuk melakukan tindak pidana dengan senjata api, dan
Dalam kehidupan warga sipil saat ini, banyak sekali persoalan yang
melibatkan warga dalam bentuk senjata api illegal atau legal. Penyalahgunaan
senjata api adalah kasus yang sangat umum saat ini. Senjata api bagi warga sipil
menembakkan amunisi atau membela diri, dan akibatnya ketika senjata api
menembakkan dapat menyebabkan cedera serius atau kematian. Dan salah satu
kejahatan yang paling mengkhawatirkan saat ini adalah penggunaan senjata api.
Arus kejahatan dengan ancaman kekerasan dan senjata api, nyatanya sangat
bagi masyarakat.
kepemilikan senjata api secara illegal, ialah adanya kerjasama antara pihak
kepolisian dan warga sipil. Di sinilah warga sipil membayar sejumlah uang setiap
tahun kepada polisi yang memasok senjata api dan mendapat untung besar dengan
menjanjikan senjata api ini kepada warga sipil tanpa lisensi (surat ijin)
kepemilikan senjata api dari kepolisian. Disamping itu warga sipil yang tidak
memiliki senjata api merasa ketakutan karena warga yang sudah memiliki senjata
12
membunuh mereka, senjata api yang mereka miliki tidak mengikuti prosedur
(persyaratan) kepemilikan senjata api. Selain itu, banyak anak muda tanpa mereka
sadari sudah memiliki senjata api tanpa adanya naungan (didikan) orang tua
mereka tentang risiko di masa depan. Seperti yang terjadi baru-baru ini Intel Kota
bergaris dan membawa senjata api. Informasi berita itu terjadi pada 24 Januari
permasalahan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas maka dalam penulisan ini
C. Tujuan Penelitian
1. Ruang Lingkup
masalah tersebut.
2. Tujuan Peneliti
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
serta berkeadilan.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini dibagi menjadi 5 Bab yang terdiri dari beberapa
BAB I : PENDAHULUAN, Bab ini merupakan bab awal pada penulisan prposal
pidana terhadap warga sipil yang memiliki senjata api secara illegal, pengertian
senjata api secara illegal, warga sipil yang berhak memiliki senjata api,
Sumber dan Jenis Data, 3. Pengumpulan bahan Hukum : a. Data sekunder, b. Data
Primer, c. Analisa.
TINJAUAN PUSTAKA
a) Pengertian Pidana
kejahatan yang hendak dijatuhkan oleh suatu negara kepada satu orang atau lebih
KUHP, tidak ada penjelasan atau peruntukan pidananya. Istilah pidana merupakan
terjemahan dari hukuman Belanda dan disebut juga “hukuman”. Hukum adalah
seperangkat aturan tertulis atau tidak tertulis untuk tujuan menata pengaturan serta
mengendalikan.
Agar hukum dipatuhi dan ditaati oleh anggota masyarakat, maka harus ada
hukum ini harus bertanggung jawab atas perilaku mereka. Jika seseorang
dalam hukum pidana, dan ada ancaman pidana, pidana itu dapat dijatuhkan
17
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2002, h. 23-
24.
16
17
Menurut Van Hammel, pengertian pidana atau straff menurut hukum positif
dewasa ini bersifat khusus yang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang untuk
menjatuhkan pidana atas nama negara sebagai penanggung jawab disiplin hukum
untuk seorang pelajar. Itu semata-mata akibat seseorang melanggar sesuatu dan
18
pelanggaran hukum yang harus ditegakkan oleh negara. Dan menurut
Mulejatno, hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di
pidana atau sanksi tertentu terhadap benda siapa yang melanggar larangan
tersebut.
larangan tersebut dapat dikenakan sanksi pidana yang diatur atau dapat
Menurut Simons, pengertian pidana dapat dibagi menjadi dua (2) bagian:20
kewajiban yang pelanggarannya oleh warga negara lain atau common law
18
P. A. F. Lamintang, Hukum Penitensier Indonesia, Armico, Bandung, 1984, h. 47.
19
Moeljatno, S.H., M.H., Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, h. 1.
20
P. A. F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1997, h. 3.
18
diatur.
2. Di sisi lain, hukum pidana secara subyektif terbagi menjadi dua (2).
a. Hak negara dan sarana sanksinya adalah hak yang makna obyektif
iuspuniendi.
menyampaikan bahwa hukum pidana itu berbeda dan bermakna: Hukum pidana
21
Teguh Prasetya, Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Yogyakarta, 2011, h. 7.
19
materil yang mengacu pada perbuatan pidana yang dapat menghukum suatu
perbuatan jika terdiri dari dua (2) bagian, yaitu bagian objektif dan bagian
subjektif. Karena bagian objektifnya adalah suatu perbuatan maupun sikap yang
berlawanan dengan hukum pidana positif sehingga bersifat melawan hukum yang
Bagi pendapat Tri Andrisman, pidana adalah mereka yang bertindak untuk
Untuk memberikan cerminan yang lebih luas dari penafsiran pidana, berikut
bawah ini.23
kejahatan.
22
Tri Andrisman, “Asas-asas dan Aturan umum Hukum Pidana Indonesia”, Unila, Barda
Lampung, 2009, h. 8.
23
Muladi Dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori Dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung,
2010, h. 2.
20
pidana adalah sekumpulan norma hukum yang dibuat oleh negara, yang isinya
berupa klausula larangan dan syarat tambahan bagi pelanggar klausula larangan
a. Pidana Pokok :
1. Pidana Mati;
2. Pidana Penjara;
3. Pidana Kurungan;
4. Pidana Denda;
5. Pidana Tutupan.
b. Pidana Tambahan:
Pidana
orang tersebut atas kejahatan yang mereka lakukan, dan secara tegas, orang
seorang tidak melakukan kejahatan, maka tidak akan dihukum. Hal ini sejalan
dengan asas hukum pidana bahwa tidak dipidana jika tidak ada kesalahan (geen
staf zonder schuld). Asas ini tidak ditemukan dalam hukum tertulis Indonesia,
tetapi tidak dalam hukum tertulis Indonesia saat ini. KUHP tidak memberikan
tanggung jawab orang tersebut atas kejahatan yang dilakukannya, dan secara tegas
2) Jika tidak ada kesalahan, seorang tidak akan dihukum. Hal ini sejalan
dengan asas hukum pidana bahwa tidak dipidana jika tidak ada bersalah
akan dihukum jika melakukan kesalahan. Mereka yang melakukan kesalahan akan
1. Pengertian Pemidanaan
komentar tentang teori pemidanaan, yang dapat dibagi menjadi tiga (3) kelompok
utama:
a) Teori Absolut
Dasar dari teori ini adalah pembalasan. Hal tersebut menjadi dasar
kejahatan telah menyerang hak dan kepentingan hukum yang dilindungi (individu,
warga atau negara). Oleh karena itu, ia harus dihukum atas apa yang telah
23
dilakukannya (dalam bentuk kejahatan). Ada dua (2) arah untuk pembalasan
pidana.
warga.
Teori relatif atau teori tujuan didasarkan pada premis bahwa pidana adalah
alat untuk menegakkan ketertiban sosial (hukum) dalam warga. Tujuan suatu
ketertiban dan kesusilaan masyarakat, hingga pidana mempunyai tiga (3) macam
ciri:
c) Teori Gabungan
Teori gabungan ini didasarkan pada teori pembalasan dan teori pertahanan
tata tertib warga. Teori gabungan ini dapat dibagi menjadi dua (2) golongan yaitu:
tetapi penderitaan yang dipidana tidak boleh lebih buruk dari apa
peradilan. Proses yang diamanatkan secara hukum cepat, mudah, dan murah.
Dalam proses penuntutan dan penilaian pidana, mereka tidak hanya tunduk pada
sistem dan peraturan, tetapi juga menahan pihak-pihak tertentu seperti terdakwa,
2. Tujuan Pemidanaan
Tujuan yang mau dicapai dari sesuatu pemidanaan pada dasarnya ada tiga
kejahatan lain.
menjadi pribadi yang baik sehingga dapat berguna bagi orang banyak.
24
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, h. 34.
25
Wirjono Prodjodikoro, Tindak Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, PT Eresco, Jakarta,
1980, h. 3.
25
hukum adat dan aspek psikologis untuk menghapuskan dosa-dosa para pelakunya.
Walaupun pidana adalah suatu nestapa tapi tidak untuk menyedihkan, ditakdirkan
Undang-undang
Senjata api adalah setiap alat, baik terpasang maupun tidak, yang dapat
dioperasikan atau tidak lengkap, yang dirancang diganti dengan mudah sehingga
yang dirancang dan dimaksudkan untuk instalasi tersebut. Banyak senjata api
illegal digunakan oleh masyarakat umum dan menggunakan senjata api bukan
untuk melindungi diri tetapi digunakan untuk melakukan tindakan kriminal mulai
dari perampokan hingga pembunuhan. Hal ini tentu akan membuat warga resah
senjata api dapat dilihat di beberapa media cetak mulai dari media massa hingga
media online. Apalagi ada beberapa anggota Polri yang meninggal dunia akibat
aksi bunuh diri dengan menggunakan senjata api. Selain itu, negara yang diwakili
terhadap Polri sendiri dan masyarakat sipil yang berniat memiliki senjata api. Bagi
penduduk sipil untuk memiliki dan menggunakan senjata api, ada tata cara
pemberian izin kepemilikan senjata api dalam Pasal 9 disebutkan bahwa setiap
orang yang bukan anggota TNI atau Polri yang memakai senjata api. dan memiliki
senjata api wajib memiliki izin penggunaan senjata api untuk contoh yang
Senjata api memiliki berbagai jenis, baik yang digunakan dalam lingkup
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan POLRI maupun yang digunakan di luar
lingkup Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan POLRI. Senjata api yang
digunakan dalam lingkup Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan POLRI adalah
Dari Amerika Serikat, panjang dan berat senjata adalah 241 milimeter
dan 35 ons laras panjang 102 milimeter, jarak tembak 25 meter, isi
magasin 6 peluru.
Dari Amerika Serikat, panjang dan berat senjata adalah 285 milimeter
Dari Indonesia, panjang dan berat senjata 196 milimeter dan 0,9
45 inci.
Dari Amerika Serikat, panjang dan berat senjata adalah 469 9 meter dan
101 65 gram, panjang laras 127 milimeter, jarak tembak 1440 meter,
Indonesia (TNI) dan POLRI adalah senjata api milik perorangan atau instansi
pemerintah yang telah memiliki pesan izin khusus kepemilikan senjata api.
Senjata api yang dapat dimiliki oleh perorangan adalah senjata api untuk latihan
menembak, senjata api untuk mencari dan senjata api untuk koleksi. Ada pula
senjata api yang boleh digunakan di luar lingkup Tentara Nasional Indonesia
a. Tidak otomatis;
e. Jenis senjata api dengan peluru karet atau gas (IHKSA) tersebut antara
milimeter;
f. Untuk keperluan bela diri, seseorang hanya boleh memiliki senjata api
genggam jenis revolver kaliber 31/25/22 atau senjata api bahu jenis
tentang pengertian senjata api dan amunisi bahwa semua benda dicantumkan
sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (1) peraturan senjata api tahun 1936
(Stb. 1937 No. 170), yang telah diganti dengan peraturan tertanggal 30 Mei 1939
(Stb. No. 278), tetapi dalam penafsiran itu tidak disebutkan bahwa senjata “asli”
itu mempunyai kegunaan sebagai benda purbakala atau benda gaib dan bukan
merupakan senjata yang selalu dapat digunakan atau dibuat sedemikian rupa
Senjata Api (LN 1937. No. 170) diganti dengan LN 1939 No. 278) tentang
c. Senjata tekanan senjata udara dan tekanan serta pistol isyarat dan
ras revolver bahaya dan revolver ras revolver pistol mati suri dan
tekanan serta senjata tiruan dan bagian dari senjata hanya dapat dilihat
permainan anak-anak.
Dilansir dari peraturan yang tercantum dalam Pasal 9 UU No. 8 Tahun 1948
“Bahwa setiap orang yang bukan anggota tentara atau polisi yang
memakai dan memiliki senjata api wajib memiliki izin konsumsi
senjata api misalnya yang diresmikan oleh kepala kepolisian
negara”.
Atas dasar ini, setiap izin yang dikeluarkan untuk kepemilikan atau
penggunaan senjata api (IKHSA) harus ditandatangani langsung oleh Kapolri dan
tidak dapat dilimpahkan kepada pejabat lain seperti Kapolda. Izin kepemilikan
ada 4 golongan yang di dalamnya seseorang berhak atas izin kepemilikan senjata
api, yaitu:
nomor spesialisasinya.
26
Y. Sri Pudyatmoko, Perizinan, Garsindo, Jakarta, 2009, h. 302.
27
Ibid, h. 303.
31
Republik Indonesia).28
Pada hakikatnya hukum mengandung gagasan atau konsep yang abstrak. Ide
abstrak merupakan harapan dari suatu negara yang ingin dicapai oleh hukum.
hukum, pertama-tama kita harus dapat mengukur sejauh mana aturan hukum
dipatuhi atau tidak. Jika suatu aturan hukum dipatuhi oleh sebagian besar sasaran
peraturan yang formal dan tertulis saja. Oleh karena itu, penegakan hukum dalam
arti luas dan penegakan aturan dalam arti sempit. Dan untuk menegaskan pada
hakikatnya pemerintahan suatu negara hukum modern itu dilakukan oleh hukum
bukan oleh orang, istilah sebaliknya the rule by the law, yang di maksudkan
sebagai pemerintahan oleh orang yang menggunakan hukum sekedar sebagai alat
kekuasaan belaka. Penegakkan hukum itu merupakan upaya yang dilakukan untuk
menjadikan hukum, baik dalam arti formil yang sempit maupun dalam arti materil
yang luas, sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh
28
Dwi Yulianti dan Sabar Slamet, Pertanggungjawaban hukum penguasaan senjata api
dan amunisi tanpa izin oleh warga sipil, Vol. 3, No. 3, September- Desember 2014, h. 322.
29
Barda Nawawi Areif, Kapita Selekta Hukum Pidana, Citra Aditya Bandung, 2013, h.67.
32
para subjek hukum yang bersangkutan maupun oleh aparatur penegak hukum
yang resmi diberi tugas dan kewenangan oleh undang-undang untuk menjamin
bernegara.30
operasionalkan pada tahap awal sampai dengan tahap finalisasi hukum itu sendiri,
warna bahwa penegakan hukum itu belum terlaksana, penegakan hukum baru
berhenti pada pintu masuk peraturan hukum tanpa mau masuk lebih dalam lagi ke
oleh negara;
ada;
30
Bambang waluyo, Penegakan Hukum Di Indonesia, Sinar Grafika Offset, Jakarta Timur,
2016, h. 9.
33
yang terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu masyarakat modern dan masyarakat
pada pasar yang luas, spesialisasi dalam industri, dan pemanfaatan teknologi
maju. Dalam masyarakat modern, hukum yang dibuat dan ditetapkan oleh pejabat
change). Dengan demikian, efektifitas hukum dapat dilihat baik dari segi fungsi
menerapkan hukum;
diterapkan;
31
Salim, H. S dan Erlis Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum Pada Tesis dan
Disertasi, Rajawali Press, Jakarta, 2013, h.304-305.
32
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempegaruhi Penegakan Hukum, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2008, h. 8.
34
5. Faktor budaya, yaitu sebagai hasil karya, cipta dan rasa berdasarkan
bahwa;33
An effective legal system may be describe as one in which there exists a high
degree of congruence between legal rule and human conduct. Thus anda effective
legal system will be characterized by minimal disparyti between the formal legal
system and the operativelegal system is secured by (Sistem hukum yang efektif
dapat digambarkan sebagai sistem di mana terdapat tingkat kesesuaian yang tinggi
antara aturan hukum dan perilaku manusia. Dengan demikian, sistem hukum
Anda yang efektif akan ditandai dengan disparitas minimal antara sistem hukum
formal dan sistem hukum operatif yang dijamin. Suatu sistem hukum yang efektif
akan dicirikan oleh kesenjangan yang minimal antara sistem hukum formal dan
2. High level public knowledge of the conten of the legal rules (Tingkat
33
Clerence J. Dias, Research on Legal Service And Poverty : its Relevance to the Design of
Legal Service Program in Developing Countries, Wash. U. L. Q 147 (1975). P. 150, Jurnal Marcus
Priyo Gunarto, Kriminalisasi dan Penalisasi Dalam Rangka Fungsionalisasi Perda dan Retribusi,
Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang, 2011, h. 70.
35
Istilah warga sipil sering kali dianggap kurang tepat. Penafsiran warga sipil
kelompok militer. Dikotomi ini telah mereduksi makna sebenarnya dari istilah
Civil Society yang merupakan padanan kata sipil. Istilah sipil sebenarnya hanyalah
salah satu dari beberapa istilah lain dalam mengindonesiakan kata Civil Society.
Selain warga sipil, padanan kata lain yang sering digunakan adalah warga negara
yang beradab atau warga berbudaya, warga negara, dan warga negara sipil.
Warga sipil adalah mereka yang bukan anggota angkatan bersenjata suatu
milisi atau suatu negara dan tidak ikut serta dalam suasana konflik bersenjata atau
perang militer yang bermusuhan. Sedangkan militer adalah bagian dari warga sipil
yang memiliki kualifikasi militer yang di didik dan dilatih untuk melaksanakan
pertahanan negara secara militer. Sedangkan penduduk sipil bukanlah orang yang
36
dilatih khusus untuk berperang dan tidak berhak memegang senjata api, kecuali
dengan izin tertentu atau di negara-negara yang legal penggunaan senjata api.
Baik warga sipil maupun militer sama-sama warga negara, sehingga hubungan
antara keduanya harus dijaga secara harmonis demi menjaga keamanan dan
Tidak hanya itu, warga sipil juga didefinisikan sebagai masyarakat sipil
(Civil Society) yang merupakan konsep dalam bentuk warga negara yang sering
diperbincangkan hingga saat ini. Arti dan makna dari masyarakat madani (Civil
Indonesia memiliki banyak nama dimana satu nama hampir sama dengan nama
Warga sipil Civilian (Mansour Fakih), Warga kenegaraan Citizens (Franz Magnis
Begitu pula sebaliknya dalam bahasa asing, civil society disebut dengan
Ferguson). Konsep civil society merupakan wacana yang telah mengalami proses
panjang. Konsep warga madani (civil society) atau masyarakat sipil merupakan
sebuah bangunan yang lahir dari sejarah perjuangan bangsa Eropa Barat. 35
34
Suwarni, Pendidikan Kewarganegaraan, Arya Duta, Jakarta, 2011, h. 55.
35
Mochamad Parmudi, Kebangkitan Civil Society Di Indonesia, Fisip UIN Walisongo,
Jurnal at- Taqaddum, Vol. 7, No. 2, November 2015, h. 298.
37
Warga sipil merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris Civil Society
yang diambil dari bahasa latin civilas societas. Secara historis, karya Adam
Ferguson merupakan salah satu cikal bakal penggunaan ekspresi masyarakat sipil,
2 (dua) bidang yang berbeda, yaitu bidang politik (juga moral) dan bidang sosial
berurusan dengan negara, serta berkaitan dengan norma atau nilai hukum yang
Arti lain dari istilah civil society adalah adanya penekanan pada ruang di
mana orang dan kelompok warga saling berhubungan dalam semangat toleransi di
suatu daerah atau negara. Dalam ruang ini, warga berpartisipasi dalam proses
pembuatan kebijakan publik. Tidak hanya itu, ada juga yang menguasai
masyarakat sipil sebagai perkumpulan warga yang beradab dan sukarela yang
hidup dalam suatu tatanan sosial dimana terdapat mobilitas dan kerjasama yang
dibuat secara otonom oleh warga negara di luar pengaruh negara. Keberadaan
36
Suryanto, Pengantar Ilmu Politik, Pustaka Setia, Bandung, 2018, h. 125.
38
G. Pengertian Illegal
Pengertian legalitas yang memiliki kata dasar “Legal” adalah sesuatu yang
keabsahan hukum. Artinya legalitas adalah berbicara tentang suatu perbuatan atau
barang yang diakui keberadaannya selama tidak ada syarat-syarat yang mengatur.
Jika berbicara tentang asas legalitas, bagi KUHP yang dimaksud dengan asas
legalitas adalah sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 Ayat (1) KUHP yang pada
hakikatnya suatu perbuatan tidak dapat dianggap pidana kecuali diatur dengan
dengan adegium yang berbunyi non obligate lex nisi promulgate diundangkan
English Indonesia Dictionary), “illegal” berarti tidak sah, dilarang atau melawan
hukum, serta haram. Dalam Black's Law Dictionary illegal berarti “forbidden by
law, unlawfull” berarti yang dilarang oleh hukum atau melawan hukum.37 Di sisi
lain, pengertian illegalitas berasal dari kata “illegal” yang berarti tidak sah, tidak
37
Milla Mudzalifah dan Puti Priyana, Implementasi Regulasi Tindak Pidana Illegal
Logging Terhadap kelestarian Lingkungan Hidup Ditinjau Dalam perspektif Hukum Lingkungan,
Jurnal Ilmu Hukum,Vol. 4, No. 2, Desember 2020, h.144.
39
dari legal. Suatu perbuatan atau barang dapat dikatakan tidak sah apabila
Illegal dalam arti luas bagi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
tidak legal, tanpa hak, tanpa izin, tidak menurut hukum. Gagasan tanpa hak dan
tidak menurut hukum mempunyai wujud yang jelas dalam pemikiran yang
hukum in strijd met het rech atau melanggar hak orang lain yang memenuhi
krenking van eens anders recht dan tidak berdasarkan undang-undang niet
steunend op het recht.38 Pada permasalahan kali ini membahas tentang senjata api
illegal dimana kata illegal disini dapat diartikan tidak memiliki izin kepemilikan
dari pihak yang berwenang untuk mengedarkan izin kepemilikan senjata api.
38
Jan Remmelink, Hukum Pidana Komentar Atas Pasal-Pasal Terpenting dari Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya Dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, h. 5.
BAB III
METODE PENELITIAN
keterangan dari suatu objek yang diteliti. Guna tercapainya dari penelitian ini
maka diupayakan pengumpulan data yang baik dan layak, yang dilakukan
meliputi :
A. Pendekatan Masalah
B. Lokasi Penelitian
Kalimantan Utara.
40
41
api baik dalam bentuk hukum positif maupun dalam bentuk rancangan.
terhadap pelaku pemilikan senjata api secara tidak sah yang dilakukan oleh warga
penelitian sehingga diperlukan proses metode yang baik dan akurat agar dapat
mengumpulkan data yang diperlukan. Maka metode yang dapat digunakan untuk
3. Dokumentasi
warga sipil:
2) KUHP
Berupa komentar (Pendapat) dari para ahli teori yang dapat membantu
senjata api secara tidak sah (illegal) yang dilakukan oleh warga sipil.
43
Bahan hukum ini berupa kamus bahasa ensikiopedia serta seluruh bahan
hukum yang bisa mendukung bahan hukum primer serta bahan hukum sekunder.
2. Data Primer
yang terkait dengan kasus tersebut dan penelitian ini serta metode pencarian
yang digunakan terdiri dari hakim, polisi, dan warga sipil yang ikut ambil bagian
3. Analisis
hukum, norma hukum, dan putusan pengadilan dengan melihat isi dari berbagai
Analisis isi dilakukan baik terhadap data primer maupun data sekunder dengan
Warga sipil yang memiliki senjata api harus mengikuti prosedur yang
ditetapkan. Izin ini harus diikuti dengan prosedur yang tepat dan persetujuan dari
mengetahui kondisi orang yang ingin memiliki senjata api, agar nantinya Senjata
Api itu tidak disalah gunakan. Senjata api yang digunakan untuk keperluan olah
raga, warga sipil juga dapat mengajukan permohonan untuk memiliki senjata api
untuk keperluan olah raga, serta dapat mencari sesuai dengan peraturan dan
penggunaannya oleh pejabat yang berwenang. 39 Dalam hal ini, penduduk sipil
bisa dimaksud untuk memiliki atau menggunakan senjata api secara sah sesuai
profesi atau profesi pemegang lisensi (izin) senjata api dan penggunaannya, serta
kaliber peluru yang digunakan. Senjata api yang dimiliki oleh warga sipil
umumnya lebih kecil dari senjata api biasa digunakan oleh tim pertahanan
TNI/POLRI. Senjata api digunakan atau ditujukan untuk warga sipil dilumpuhkan
atau memahami senjata api. Izin ini diberikan tergantung pada profesi
penggunaannya, dan kebutuhan alat untuk melindungi diri sendiri. Hal ini
39
Bagoes Rendy Syahputra, Pertanggungjawaban Pidana atas Kepemilikian Senjata Api
Tanpa Ijin Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia, Jurist-Diction, Vol. 2, No.
6, November 2019, h. 4.
44
45
alat bela diri karena pekerjaan yang dilakukan berdampak menjadi korban. Suatu
kejahatan yang sangat berat, di luar TNI/POLRI, tetapi untuk kepentingan dinas,
industri tersebut. Juga dikenal sebagai unit keamanan industri atau institusional,
yang dapat mengajukan permohonan izin.40 Namun, senjata api yang dipesan oleh
penjaga (security) yang merupakan pemegang izin kepemilikan senjata api hanya
dapat digunakan dalam waktu yang ditentukan ini hanya selama jam kerja, setelah
seperti pencurian di jalan, yang saat ini menjadi bencana di Indonesia sendiri,
akibat penyalahgunaan kepemilikan senjata api oleh warga sipil yang memiliki
senjata api secara legal maupun illegal. Pencuri beraksi dengan menggunakan
senjata api untuk melukai bahkan membunuh korban. Atau bahkan menyebabkan
pembunuhan senjata api yang terjadi beberapa waktu lalu di Indonesia. Dan
segan atau menembak korban, yang secara langsung berujung pada kematian
korban.
40
Evan Munandar, Suhaimi, dan M. Adli, Penanggulangan Tindak Pidana Kepemilikan
dan Penggunaan Senjata Api Tanpa Izin dalam Sisitem Peradilan Pidana (The Tackling Of
Criminal Act On The Illegal Ownership And Use Of Firearms The Criminal Justice System), Syiah
Kuala Law Journal, Vol. 2 (3), Desember 2018, h. 339.
46
penggunaan senjata, tetapi jika kepemilikan atau hak kontrol masyarakat sipil atas
senjata bukanlah memenuhi persyaratan atau izin yang diwajibkan oleh hukum
yang berlaku bahkan dalam penggunaan senjata api tidak digunakan dalam tindak
kejahatan atau intimidasi, atau tindak kejahatan lainnya, hak untuk memiliki
senjata api yang sesuai dengan peraturan yang berlaku terkait perizinan Senjata
Api sendiri. Yang dianggap illegal disini adalah tidak adanya izin kepemilikan
atau penggunaan atau penyimpanan Senjata Api tersebut karena orang atau badan
hukum yang memiliki atau menyimpan dan atau menggunakan Senjata Api
tersebut tidak dibenarkan atau tidak di izinkan oleh undang-undang yang berlaku
maka dari itu harus menyerahkan Senjata Api tersebut kepada pihak yang
memberikan persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap orang atau badan hukum
Tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Penggunaan Senjata Api,
Tijdelijke Byzondere Strafbepalingen (Stbl 1948 No. 17) dan Perppu No. 20
Undangan Mengenai Senjata Api. Semua penggunaan dan kepemilikan senjata api
oleh masyarakat sipil ditandai dengan adanya persyaratan yang harus dipenuhi,
47
serta hukum dan peraturan yang berlaku mengenai kepemilikan senjata api apabila
syarat tersebut tidak terpenuhi. 41 Keputusan ini dibuat, tetapi orang biasa atau
berhubungan dengan tindak pidana yang terjadi. Jadi harus dilihat lagi bagaimana
sebagai berikut :
41
Anak Agung Ngurah Bayu Ariadi, Pertanggungjawaban atas penyalahgunaan Senjata
Api, 2015, h. 4-5.
48
mendapat izin Polri dan harus disahkan oleh pejabat Polri yang
ditunjuk.
c) Pelamar haruslah orang yang tidak mudah gugup dan panik, tidak
dan Pamwassendak.
Senjata Api, ada empat (4) golongan dimana seseorang berhak memperoleh izin
Anggota DPR/MPR.
Pemerintahan/Swasta.
Republik Indonesia).
1) Sanksi administratif
pencabutan izin tertentu, dan lain sebagaimana dengan ketentuan yang berlaku
yang terdapat dalam UU No. 8 Tahun 1948 Tentang Pendaftaran dan Pemberian
kepemilikan senjata api yang digunakan oleh para pelaku penyalahgunaan senjata
penjara paling lama satu (1) tahun atau denda paling banyak empat
selama-lamanya.
senjata api atas unsur keputusan pribadi maupun perintah atasan, maka
oleh sebab itu agar dapat mengetahui hukuman mengenai penyalahgunaan senjata
api dan lebih berhati- hati lagi dalam menggunakan senjata api. Maka dari itu
terdapat sanksi pidana yang dapat dikenakan bagi pelaku penyalahgunaan senjata
52
api dapat dilihat dalam Pasal 13 dan Pasal 14 ayat (1) Undang-undang No. 8
Tahun 1948 Tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Pemakaian Senjata Api
yang menyatakan :
a. Pasal 13 berbunyi :
cabut oleh pihak yang berhak memberikannya bila senjata api itu salah
2, atau
bulan.
dalam Peraturan Senjata Api Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Darurat Nomor 12
54
Starfbepalingen” (Stblm. 1948 No. 17) Dan UU Dahulu No. 8 Tahun 1948 yang
termasuk juga segala barang sebagaimana diterangkan dalam Pasal 1 ayat 1 dari
(Stbl. 1937 No. 170), yang telah diubah dengan Ordonnantie tanggal 30 Mei 1939
(Stbl. No. 278), tetapi tidak termasuk dalam pengertian itu senjata-senjata yang
nyata- nyata mempunyai tujuan sebagai barang kuno atau barang yang ajaib
(Merkwaardigheid), dan bukan pula sesuatu senjata yang tetap tidak dapat
Nomor 12 Tahun 1951. Tidak diatur secara tegas di dalam KUHP, tetapi
secara tegas bagaimana cara mengatur tindak pidananya dari senjata api yang
dimilikinya secara tidak sah dan proses penjatuhan hukuman (sanksi) yang
senjata api yang tidak sesuai dengan prosedur, namun dalam KUHP batasan
seseorang untuk melakukan perbuatan berupa tindak kekerasan ada pada Pasal 49
42
Wawancara dengan Bapak Bripka Priyadi, S. H, Satuan Resor dan Kriminal, Kepolisian
Resor Kota Tarakan, Pada senin tanggal 20 September 2021.
55
yang dilakukan dalam keadaan tidak terpaksa, sebagaimana diatur dalam Pasal 49
ayat (1) dapat dihukum. Selain Pasal 49 ayat (1) di atas, batasan untuk melakukan
perbuatan berupa tindak kekerasan juga diatur dalam Pasal 50 KUHP yang
memulihkan kondisi agar dapat berjalan seperti semula dengan dilakukan tipe
perlu dilakukan restorasi. Jadi, pengendalian di sini bertujuan agar pihak yang
Nomor 12 Tahun 1951 tentang Senjata Api walaupun dalam penerapan sanksinya
belum relevan, karena peraturan tersebut belum mengatur secara detail mengenai
jenis senjata apa saja yang dikategorikan sebagai senjata organik TNI/Polri yang
tidak boleh dimiliki oleh sipil dan senjata yang bukan merupakan senjata organik
TNI/Polri yang boleh dimiliki oleh sipil, sedangkan Indonesia telah memiliki
peraturan yang mengatur secara khusus senjata non-organik TNI/Polri yaitu dalam
mengatur senjata jenis apa saja yang diperbolekan dimiliki untuk kepentingan
olahraga, diantaranya adalah Air Soft Gun. Air Soft Gun merupakan mainan
senjata api yang berukuran 1:1 dengan jenis senjata aslinya. Mainan replika Air
Soft Gun (Senjata tanpa bubuk peledak) mengadopsi beragam jenis senjata-senjata
yang ada didunia, baik dari jenis pistol (revolver), submachinegun, assault rifle,
sniper rifle, shotgun sampai bazooka. Air Soft Gun adalah benda yang bentuk,
sistem kerja, dan/ atau fungsinya menyerupai senjata api yang terbuat dari bahan
plastik dan/atau campuran yang dapat melontarkan Ball Bullet (BB). Air Soft Gun
dikategorikan sebagai senjata olahraga yang boleh dimiliki oleh sipil dengan
57
senjata api menggunakan dakwaan tunggal, yakni melanggar Pasal 1 ayat (1)
unsurnya ialah :
1. Barang siapa;
dijatuhkan oleh Majelis Hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri Tarakan Nomor:
terdakwa telah memenuhi salah satu unsur yang ada dalam rumusan Pasal 1 ayat
“Tanpa Hak”, namun kurang sesuai dengan rumusan Peraturan Kepala Kepolisian
Tahun 1951: “Barang siapa, yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat,
mengeluarkan dari Indonesia senjata api, amunisi, atau suatu bahan peledak,
yang dibuat ketika keadaan Indonesia belum stabil pasca kemerdekaan. Undang-
undang tersebut belum menjelaskan secara rinci jenis senjata apa saja yang
merupakan senjata organik TNI/Polri dan non-organik TNI/Polri dan juga belum
TNI/Polri sendiri belum termuat dalam peraturan yang mengatur secara khusus
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012. Pengaturan ini hanya memuat jenis
Namun tidak tepat jika mengatakan bahwa hakim melakukan penafsiran secara
analogi antara Air Soft Gun (Senjata tanpa bubuk peledak) dengan senjata api,
yang terjadi terkait dengan hal ini adalah perubahan dalam perundang-undangan.
59
pemerintah. Menurut penulis, hambatan adalah suatu kendala yang membuat sulit
yang menyangkut kriminal, maupun secara umum, hambatan pula menjadi daya
tarik agar lebih gesitnya penegak hukum dalam mengatasi hambatan dari proses
Senjata api adalah senjata yang berbahaya dan sangat mematikan jika
dibandingkan dengan senjata tradisional lainnya, oleh karena itu tidak boleh
dimiliki dan digunakan oleh warga sipil. Beberapa warga berpendapat bahwa
memiliki senjata api bela diri berlisensi resmi hanya akan membuat pemiliknya
bersikap arogan dan sok jagoan. Warga sipil boleh memiliki senjata api sebagai
perlengkapan bela diri, tetapi harus mematuhi syarat dan ketentuan yang sulit
(Tidak mudah).
senjata api memiliki kendala (Hambatan) karena senjata api yang mereka gunakan
illegal dan senjata api tersebut tidak selalu dibawa, dipamerkan atau diperlihatkan
kepada orang lain di tempat umum. Membiarkan warga sipil memiliki senjata api
adalah kesalahan serius bagi penegak hukum, karena mereka ingin memprovokasi
60
penggunaan senjata api secara illegal oleh pihak-pihak yang tidak lulus uji
majemuk dari sisi manapun baik dari budaya, agama, bahasa, dan tingkat
pendidikan. Karena sangat beragam sehingga selalu ada potensi konflik di antara
mereka meskipun ada hukum positif yang berlaku, meski telah ada ideologi
negara yang mempersatukan, meski telah ada bahasa nasional yang memudahkan
untuk berbicara, padahal bangsa yang majemuk ini dikenal sangat santun. Dalam
realita (kenyataanya) konflik fisik sering terjadi baik karena permasalahan yang
sangat serius atau hanya karena masalah sepele dan sayangnya kepemilikan
senjata api oleh masyarakat sipil hanya akan memperburuk konflik fisik antar
anak bangsa. Serta aspek pemicu penggunaan senjata api secara illegal oleh warga
sipil, terdapat 3 (tiga) aspek dominan yaitu : aspek pertama lemahnya kontrol,
aspek kedua lemahnya ketentuan hukum, dan aspek ketiga kurangnya pemahaman
warga tentang hukum dan bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan senjata api
illegal. Namun dari ketiga aspek tersebut, pemaknaan posisi warga sipil dalam
di masyarakat, dan memiliki banyak keterbatasan, oleh karena itu jika aspek
laju suatu hal dalam melakukan penegakan hukum seringkali ada beberapa hal
43
Wawancara dengan Bapak Bripka Priyadi, S. H, Satuan Resor dan Kriminal, Kepolisian
Resor Kota Tarakan, Pada senin tanggal 20 September 2021.
61
secara pasar gelap dengan harga jual yang murah dan proses yang mudah.
gelap, maka banyak masyarakat yang ingin memiliki senjata api, meskipun
maraknya kepemilikan senjata juga dilihat dari aspek rasa keamanan masyarakat.
Peningkatan kepemilikan juga dipicu oleh rasa aman yang kini sangat sulit
jual-beli senjata api secara illegal warga sipil memang jadi lebih merasa aman dan
percaya diri, namun masyarakat lain justru bisa terganggu keamanannya jika
mereka tidak dapat menahan emosinya dan tidak bisa bertanggung jawab.
senjata api rakitan kepada seseorang. Namun keuntungan pribadi itu tidak sepadan
dengan risiko yang ditimbulkan akibat perdagangan tersebut. Siapa yang bisa
menjamin 100% bahwa senjata api tu digunakan untuk apa nantinya. Seandainya
tidak terlepas dari kenyataan jika senjata-senjata api tersebut menjadi barang
Nomor. 12 Tahun 1951. Pasal 1 ayat (1) yang berbunyi : “Barangsiapa, yang
senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak, dihukum dengan hukuman mati
atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara sementara setinggi-
kebutuhan patroli.
kepolisian.
tuntas kasus-kasus tindak pidana yang terjadi, bahkan tidak jarang kasus tersebut
positif bagi keberhasilan kepolisian, namun pelaksanaan siskamling ini pun masih
lingkungan sekitarnya.
dan komunikasi dengan masyarakat terhadap suatu tindak kejahatan, akan tetapi
7. Faktor Internal
memiliki kendala informasi untuk kendala penegakan hukum ini dimulai dari
tindak pidana senjata api melalui satuan Reserse Kriminal masih kurang anggota
dengan keahlian khusus dalam bidang keahlian mendeteksi senjata api, yang
dilakukan hanya mendeteksi dalam kapasitas tindak pidana umum yang dilakukan
dengan senjata api tidak pada peredaran dan pemasukan senjata api yang
64
dilakukan oleh pemasok senjata api dari luar daerah dan kendala legislasi, kendala
legislasi merupakan salah satu kendala yang juga menjadi kendala sangat penting
8. Faktor Eksternal
satu faktor pendukung dari suatu penegakan hukum, jika masayarakat memahami
betul apa yang dikatakan dengan tindak pidana, apa saja yang dilarang dalam
terjadi.
9. Faktor kebudayaan
yang menjadi dasar hukum adat. Dalam penegakan hukum, semakin banyak
tindak pidana membawa senjata api yang bersikeras bahwa kebiasaan adat mereka
yang harus di dahulukan sehingga pelaku menolak senjata tajam yang mereka
bawa untuk di sita, dan proses penyidikan tindak pidana membawa senjata api,
penyidik sangat kesulitan menentukan jenis-jenis senjata tajam apa saja yang
65
dilarang untuk dibawa karena dalam undang-undang yang mengatur senjata api
senjata api tanpa hak oleh masyarakat sipil meliputi upaya preventif dan represif.
Ada pula upaya hukum untuk fasilitas penal, yaitu KUHP, Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor. 8 Tahun 2012 serta kegiatan non penal berupa
keamanan.
menurut Saprinah Sadli, kejahatan atau kriminalitas merupakan salah satu bentuk-
bentuk perilaku menyimpang yang selalu hadir dan melekat pada setiap bentuknya
publik (masyarakat); tidak ada masyarakat yang bebas dari kejahatan, perilaku
sosial yang kehidupan atau tatanan sosial yang mendasarinya; dapat menyebabkan
umum berdasarkan penilaian diri. Dalam Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 2 Tahun
44
Wawancara dengan Bapak Bripka Priyadi, S. H, Satuan Resor dan Kriminal, Kepolisian
Resor Kota Tarakan, Pada senin tanggal 20 September 2021.
45
Abintoro Prakoso, Kriminologi Dan Hukum Pidana, Laks Bangpres Sindo, Yogyakarta,
2017, h. 175.
66
Gambar 1.1
Menurut data kasus yang ada dan berhasil terkumpul dari Polres Kota
Tarakan dalam kurun waktu lima (5) tahun terakhir. Dari tahun 2015 sampai 2020
46
Wawancara dengan Bapak Bripka Priyadi, S. H, Satuan Resor dan Kriminal, Kepolisian
Resor Kota Tarakan, Pada senin tanggal 20 September 2021.
67
senjata api yaitu pada tahun 2015 terdapat 4 kasus tindak pidana menggunakan
senjata api, dan pada tahun 2016 terdapat terdapat 2 kasus tindak pidana
menggunakan senjata api yang berhasil ditangkap polisi, pada tahun 2017 juga
terdapat 2 kasus tindak pidana penggunaan senjata api oleh warga sipil dengan
motif perampokan, pada tahun 2018 terdapat 5 kasus tindak pidana menggunakan
senjata api yang berhasil ditangkap oleh pihak kepolisian karena berbagai motif
kriminal, dan pada tahun 2019 ditemukan 2 kasus pidana penggunaan senjata api
di beberapa rumah warga. Dan menurut data terakhir pada tahun 2020, tidak ada
kasus kejahatan senjata api dan tidak ada laporan yang diterima terkait kejahatan
senjata api. Dan jika dijumlahkan maka, jumlah penyalahguanaan senjata api yang
dilakukan oleh masyarakat sipil kurun waktu 5 tahun adalah 15 kasus. Dan berikut
ini adalah jenis-jenis senjata api yang digunakan para pelaku penyalahgunaan
ssnjata api.
Gambar 1.2
68
Dari gambar diatas dapat kita ketahui bahwa jenis senjata api yang sering
yaitu dengan senjata rakitan sebanyak 2 buah dan 3 jenis senjata laras panjang.
Dan bagi aparat terdapat 2 pucuk pistol, 1 model senjata laras panjang serta 1
buah jenis senjata rakitan. Serta Otk (Orang tidak dikenal) disini adalah orang
yang identitasnya atau data diri mereka tidak terdata dalam keluarahan yang
mereka tinggali dengan kata lain mereka tidak memiliki surat domisili dari
kelurahan.
a. Warga Sipil
Dalam kasus penyalahgunaan senjata api kali ini hanya terdapat 1 kasus
yang masuk ke Pengadilan Negeri Kota Tarakan di tahun 2015 dengan Nomor
september 2015, Klafikasi Perkara: Tindakan Pidana Senjata Apia tau Benda
Tajam, Terdakwa atas nama : Agus Suhartono Als Agus Bin Adrian, Penuntut
Umum atas nama : Ivan Gunawan, S.H, Penuntut Hukum Terdakwa atas nama :
Alfiah, S.H. Dengan dakwaan Pasal 1 ayat (1) UU Darurat No. 12 Tahun 1951.
Status Putusannya oleh terdakwa bernama Agus Suhartono Als Agus Bin Adrian,
Pada hari/ tanggal : Rabu 07 Oktober 2015, Putusan : Pidana penjara waktu
Amar Putusannya :
MENGADILI :
panjang”.
Terdapat juga tuntutan terhadap masyarakat sipil yang memiliki senjata api
dalam lalu lintas atau hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Dilihat dari subjeknya, penegakan hukum dapat dilakukan oleh subjek
yang luas, dapat juga disebut sebagai upaya penegakan hukum yang melibatkan
semua subjek hukum dalam setiap ikatan hukum. Setiap orang yang
Dalam arti sempit, dari segi materi pelajaran, penegakan hukum hanya
Undang-Undang No. 12 Tahun 1951 disebutkan bahwa siapa yang tanpa ijin
memiliki atau menguasai Senjata Api secara illegal maka akan dihukum dengan
hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup dan atau hukuman penjara
paling lama 20 tahun. Tetapi tuntutan itu tidak akan berlaku apabila warga sipil
yang mempunyai senjata api secara illegal tersebut dengan inisiatif serta
keinginannya sendiri tanpa terlebih dulu diketahui oleh pihak yang berwajib
pihak yang berwajib, maka kepadanya pihak kepolisian hanya akan menerima
laporan tersebut serta melakukan pengecekan terhadap sipil tersebut dan mengenai
asal usul serta kegunaan senjata api tersebut. Tetapi apabila dalam pengecekan
kepadanya tuntutan itu bakal diberlakukan sesuai prosedur yang ada di pihak
47
Wawancara dengan Bapak Bripka Priyadi, S. H, Satuan Resor dan Kriminal, Kepolisian
Resor Kota Tarakan, Pada senin tanggal 20 September 2021.
71
b. Aparat Kepolisian
diberlakukan hukum militer, tetapi hukum sipil dan di adili di pengadilan umum.
Tindakan aparat kepolisian yang menggunakan senjata api harus dilihat apakah
tindakannya tersebut atas perintah atasan atau atas inisiatif polisi itu sendiri. Akan
tetapi walaupun tindakan tersebut atas inisiatif sendiri, atasan tetap dimintai
kekerasan dan senjata api. Atasan harus bertanggungjawab atas semua tindakan
atau seharusnya mengetahui terjadinya penggunaan senjata api yang tidak sesuai
dengan prosedur tetapi tidak mengambil tindakan yang tegas dan jelas.48
Orang tak dikenal (OTK) adalah pelaku penyalahgunaan senjata api yang
tidak di ketahui titik lokasi tempat tinggal mereka dan secara sengaja menembak/
menyerang para nelayan yang sedang menangkap ikan di laut dan mengakibatkan
luka maupun hilangnya nyawa seseorang akibat penembakan dari OTK tersebut.49
48
Wawancara dengan Bapak Bripka Priyadi, S. H, Satuan Resor dan Kriminal, Kepolisian
Resor Kota Tarakan, Pada senin tanggal 20 September 2021.
49
Wawancara dengan Bapak Aiptu Taryanto, Biro Sumber Daya Manusia, Di Ruangan
Reskrim, Kepolisian Resor Kota Tarakan, Pada Jum’at tanggal 24 September 2021.
72
Manusia. Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan oleh aparat penegakan
hukum berupa penggunaan ataupun penyalahgunaan senjata api yang tidak sesuai
adalah:50
tetapi atasan dapat ikut bertanggung jawab apabila cukup bukti dan
50
Tim Pokja Lemdikat Polri T. A, Buku Panduan Hak Asasi Manusia Dalam Tugas Polri,
Jakrta, 2020, h. 92.
73
Manusia.
api illegal maupun legal, dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana
api, maka Kepolisian Daerah Kalimantan Utara khususnya Polres Kota Tarakan
1. Tindakan Represif
terjadi serta mengurangi perbuatan yang sama di kemudian hari. Adapun upaya
a. Penyelidikan
51
Wawancara dengan Bapak Aiptu Taryanto, Biro Sumber Daya Manusia, Di Ruangan
Reskrim, Kepolisian Resor Kota Tarakan, Pada Jum’at tanggal 24 September 2021.
74
adalah penyidik.
b. Penyidikan
senjata api oleh masyarakat ini penyidik Resor dan Kriminal akan
tersebut. Dan juga akan diketahui dari mana asal senjata api tersebut
c. Penangkapan
peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam Undang-
telah bertugas disana. Hal ini merupakan suatu bentuk langkah yang
2. Tindakan Preventif
pidana senjata api yang dilakukan oleh masyarakat sipil ialah apa yang disebut
dengan tugas preventif, yaitu dengan melakukan sistem dan prosedur izin
kepemilikan senjata api yang ketat, melakukan patroli-patroli secara terarah dan
sweeping diberbagai tempat lokasi yang disinyalir tempat transaksi jual beli
masyarakat adalah :
77
b. Patroli
c. Razia
undang atau peraturan baru yang mengatur perilaku manusia dalam kehidupan
akan melakukan tuntutan terhadap setiap orang yang melakukan tindakan tersebut
umum (PU) untuk melimpahkan suatu perkara pidana kepada Pengadilan Negeri
(PN) yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur oleh undang-
undang dengan permintaan untuk diperiksa dan diputus oleh hakim di dalam
persidangan.
52
Wawancara dengan Bapak Aiptu Taryanto, Biro Sumber Daya Manusia, Di Ruangan
Reskrim, Kepolisian Resor Kota Tarakan, Pada Jum’at tanggal 24 September 2021.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
pidana yang terdapat dalam Pasal 13 dan Pasal 14 ayat (1) UU No. 8
Senjata Api, dan proses pencabutan izin kepemilikan senjata api yang di
KUHP Ayat (1) dan (2) tentang kekerasan dan pengeroyokan dan Pasal
nyawa orang lain akan dipidana paling lama lima belas tahun penjara.
yang tidak memiliki prosedur (illegal) akan dikenakan pasal yang sama
serta juga dikenakan pasal 1 ayat (2) yang ada didalam UU Darurat No.
Tahun 1948.
79
80
senjata api, murahnya harga jual beli senjata api, proses yang tidak
sederhana, tidak ada sanksi yang maksimal bagi pemilik senjata api
sistem dan prosedur perizinan senjata yang ketat, dan patroli rutin.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis memberikan saran yaitu:
maupun bernegara.
81
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abdussalam, Sitompul, Sistem Peradilan Pidana, Jakarta, Restu Agung,
2007, h. 4.
--------------, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta, Raja Grafindo Persada,
2011, h. 23-24.
Andrisman Tri, Asas- Asas dan Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia,
Barda Lampung, Unila, 2009, h. 8.
Arief Nawawi Barda, Muladi, Teori- Teori dan Kebijakan Pidana,
Bandung, Alumni, 2010, h. 2.
--------------, Kapita Selekta Hukum Pidana, Citra Aditya Bandung, 2013, h.
67.
Arrasjid Chainur, Dasar- Dasar Ilmu Hukum, Jakarta, Sinar Grafika, 2000,
h. 21.
Asikin Zainal, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Rajawali Pers, 2011, h. 10.
A.T. Lemmdikat Pokja Tim, Buku Panduan Hak Asasi Manusia Dalam
Tugas Polri, Jakarta, 2020, h. 92.
Chazawi Adami, Pelajaran Hukum Pidana, Jakarta, Rajagrafindo Persada,
2002, h. 81.
Hairi Wawan Muhwan, Pengantar Ilmu Hukum, Bandung, Pustaka Setia,
2012, h. 22.
HS. Salim, Perkembangan dalam Ilmu Hukum, Jakarta, Rajawali Pers, 2009,
h. 22.
Istanto F Sugeng, Perlindungan Penduduk Sipil dalam Perlawanan Rakyat
Semesta Dan Hukum Internasional Andi Offset, Yogyakarta, 1992, h.
6.
Lamintang P. A. F, Dasar- Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung, Citra
Aditya Bakti, 1997, h. 3.
--------------, Dasar- Dasar untuk Mempelajari Hukum Pidana yang Berlaku
Di Indonesia, Bandung, Sinar Baru, 1984, h. 23.
--------------, Hukum Penitensier Indonesia, Bandung, Armico,1984, h. 47.
Mertokusumo Sudikno, Mengenal Hukum Suatu Pengantar Liberty,
Yogyakarta, 2003, h. 3.
Moeljatno, Asas- Asas Hukum Pidana, Jakarta, Rineka Cipta, 2008, h. 1.
Nurbani Septiana Erlis, H. S. Salim, Penerapan Teori Hukum Pada Tesis
dan Diseratsi, Jakarta, Rajawali Press, 2013, h. 304-305.
Prasetya Teguh, Hukum Pidana, Yogyakarta, Raja Grafindo Persada, 2011,
h. 7.
Prakoso Arbintoro, Kriminologi Dan Hak Hukum Pidana, Yogyakarta, Laks
Bangpres Sindo, 2017, h. 175.
Prodjodikoro Wirjono, Tindak- Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia,
Jakarta, PT. Eresco, 1980, h. 3.
Pudyatmoko Y Sri, Perizinan, Jakarta, Garsindo, 2009, h. 302.
83
B. Jurnal
Batubara Sonya Airini, Siregar Suganda Kelima., Christin Yulia
Simatupang., Tinjaun Yuridis Terhadap Tindak Pidana Kepemilikan
Senjata Api Tanpa Hak Oleh Masyarakat Sipil (Putusan Nomor:
79/PID. B/ 2016/ PN. BLG), Jurnal Hukum Kaidah, Vol. 18, No. 3,
2019.
Dias J. Clerence, Research on Legal Service And Poverty: its Relevance to
the Design of Legal Service Program in Developing Countries, Wash.
U. L. Q 147 (1975). P. 150, Jurnal Marcus Priyo Gunarto,
Kriminalisasi dan Penalisasi Dalam Rangka Fungsionalisasi Perda
dan Retribusi, Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Diponegoro
Semarang, 2011.
Mudzalifah Milla, Priyana Puti, Implementasi Regulasi Tindak Pidana
Illegal Logging Terhadap kelestarian Lingkungan Hidup Ditinjau
Dalam perspektif Hukum Lingkungan, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 4,
No. 2, Desember 2020.
Munandar Evan, Suhaimi., Adli M., Penanggulangan Tindak Pidana
Kepemilikan dan Penggunaan Senjata Api Tanpa Izin dalam Sisitem
Peradilan Pidana (The Tackling Of Criminal Act On The Illegal
Ownership And Use Of Firearms The Criminal Justice System), Syiah
Kuala Law Journal, Vol. 2 (3), Desember 2018.
Parmudi Mochamad, Kebangkitan Civil Society di Indonesia, Finip UIN
Walisongo, Jurnal at- Taqaddum, Vol. 7, No. 2, November 2015.
Subiharta, Moralitas Hukum Dalam Hukum Praksis Sebagai Suatu
Keutamaan (Legal Morality in Practical Law as a Virtue), Jurnal
Hukum dan Peradilan, Vol. 4, No. 3, November 2015.
Syahputra Rendy Bagoes, Pertanggungjawaban Pidana atas Kepemilikan
Senjata Api Tanpa Ijin Berdasarkan Perundang-undangan di
Indonesia, Jurist-Dicton, Vol. 2, No. 6, November 2019.
84
D. Hasil Wawancara
Wawancara dengan kepolisian bagian Satuan Resor dan Kriminal,
Mengenaai Bentuk Pertanggungjawaban Tindak Pidana
Penyalahgunaan Senjata Api Yang Menggunakan Prosedur ataupun
Yang Tidak Menggunakan Prosedur (illegal) bagi Warga Sipil, serta
Tuntutan Terhadap Masyarakat Sipil Yang Memiliki Senjata Api
Secara Ilegal, Hambatan Penegakkan Hukum bagi Warga Sipil Yang
Memiliki Senjata Api Secara Illegal, Senin/ 20 September 2021.
Wawancara dengan kepolisian bagian Biro Sumber Daya Alam Manusia,
Mengenai Hambatan Penegakkan Hukum Terhdap Warga Sipil
Penyalahgunaan Senjata Api Illegal serta Tuntutan Terhadap
Masyarakat Sipil Yang Memiliki Senjata Api Secara Ilegal, Jum’at/24
Septemer 2021.
RIWAYAT HIDUP
Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Kahu, Kab. Bone dan lulus pada tahun 2014.
Negeri 1 Kahu, yang dimana sekarang menjadi SMA Negeri 6 Bone, Kec. Kahu,
Kab. Bone, Sulawesi Selatan dan lulus pada tahun 2017. Dan pada tahun yang
sama penulis lulus seleksi masuk Universitas Borneo Tarakan (UBT) melalui jalur
SNMPTN dan diterima di Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, dan berfokus
pada minatan Hukum Pidana. Pada tahun 2020 penulis pernah melakukan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) Mandiri UBT Tanggap Covid-19 di Desa Carima, Kec. Kahu,
Kab. Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Dan pada tahun yang sama penulis juga