Wahyu Dwie Bernady / Dadin Eka Saputra / Fathan Ansori
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN (UNISKA)
Email: wahyu.dwiebernady@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketentuan hukum tentang
kepemelikan senjata api dan untuk mengetahui bentuk sanksi pidana terhadap pelaku pemilik senjata api secara ilegal. Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan jenis penelitian hukum normatif berupa penelitian kepustakaan yang menggunakan 3 bahan hukum yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Penelitian hukum ini menitikberatkan pada studi kepustakaan yang berarti akan lebih banyak menelaah dan mengkaji aturan-aturan hukum yang ada dan berlaku. Hasil penelitian menunjukan Peredaran senjata api di kalangan masyarakat sipil adalah fenomena global. Kurang tertatanya pengawasan terhadap kepemilikan senjata api yang dimiliki oleh masyarakat sipil merupakan salah satu penyebab timbulnya kejahatan-kejahatan dengan penyalahgunaan senjata api di Indonesia. Pengaturan hukum yang mengatur mengenai hal ini, mulai dari level undangundang yakni Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Kepemilikan Senjata Api. Selebihnya adalah peraturan yang diterbitkan oleh Kepolisian yaitu Surat Keputusan (Skep) Kepala Kepolisian (Kapolri) Nomor 82 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Pengawasan dan PengendalianSenjata Non-Organik TNI/Polri dan Peraturan Kapolri (Perkap) No. Pol: 13/II/2006 tentang Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api Non Organik TNI/Polri untuk kepentingan olahraga. Salah satu kejahatan yang meresahkan masyarakat ialah kejahatan yang menggunakan senjata api ilegal. Kejahatan menggunakan senjata api illegal telah banyak terjadi dan sangat mengancam ketentraman seseorang. Berbagai macam bentuk penyalahgunaan senjata api ini terjadi ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang menyebabkan adanya rasa takut dan tidak nyaman dalam aktifitas sehari-hari. Untuk menanggulangi kejahatan yang menggunakan senjata api ini memang tidak mudah dan memerlukan banyak waktu, dan juga membutuhkan kesadaran dari seluruh masyarakat tentang kewenangan kepemilikan senjata api. Adapun sanksi pidana terhadap kepemilikan senjata api illegal dalam Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 yang bersifat pidana. Pasal 1 ayat (1) UU darurat Nomor 12 Tahun 1951 dapat dihukum dengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara sementara setinggi-tingginya dua puluh tahun.” Kata kunci : Tindak Pidana, Penguasaan Senjata Api, Illegal ABSTRACT This study aims to determine the legal provisions regarding possession of firearms and to determine the form of criminal sanctions against perpetrators of illegal firearms owners. The type of research in writing this thesis is carried out with normative legal research in the form of library research using 3 legal materials, namely primary legal materials, secondary legal materials and tertiary legal materials. This legal research focuses on the study of literature, which means it will study more and examine the existing and applicable legal rules. The results of the study show that the circulation of firearms among civil society is a global phenomenon. The lack of control over the ownership of firearms owned by civil society is one of the causes of crimes involving the misuse of firearms in Indonesia. The legal arrangements governing this matter, starting from the level of the law, namely the Emergency Law Number 12 of 1951 and Law Number 8 of 1948 concerning the Registration and Granting of Firearms Possession Permits. The rest are regulations issued by the Police, namely the Decree (Skep) of the Chief of Police (Kapolri) Number 82 of 2004 concerning the Implementation of Supervision and Control of TNI/Polri Non-Organic Weapons and the National Police Chief Regulation (Perkap) No. Pol: 13/II/2006 concerning Supervision and Control of Non-Organic Firearms TNI/Polri for sports purposes. One of the crimes that disturbs the public is the crime of using illegal firearms. Crimes using illegal firearms have occurred and are very threatening to a person's peace. Various forms of abuse of firearms occur in the midst of people's lives which cause fear and discomfort in daily activities. To tackle crimes that use firearms is indeed not easy and requires a lot of time, and also requires awareness from the whole community about the authority to own firearms. The criminal sanctions for possession of illegal firearms in the Emergency Law Number 12 of 1951 are criminal in nature. Article 1 paragraph (1) of the Emergency Law Number 12 of 1951 can be punished with a death penalty or life imprisonment or a temporary prison sentence of a maximum of twenty years."
Keywords: Crime, Possession of Firearms, Illegal
PENDAHULUAN memungkinkan anggota masyarakat
sipil tertentu memiliki Senjata seperti Penerapan kebijakan penguasaan di Indonesia. Ketiga, membebaskan senjata api oleh masyarakat sipil di masyarakat sipil untuk memiliki berbagai negara bervariasi : Pertama, Senjata Api, ini digunakan di memberikan kewenangan menguasai Finlandia sikap pro dan kontra dalam Senjata Api terhadap Polisi dan penguasaan Senjata Api oleh Tentara saja dan melarang masyarakat sipil seringkali muncul masyarakat sipil menguasai senjata ketika terjadi penyalahgunaan ini di Negara Jepang. Kedua, Masih Senjata Api terhadap masyarakat sistimatis. Langkah-langkah yang sipil yang menjadi korban kejahatan diambil harus jelas serta ada batasan- dan atau kekerasan bersenjata api. batasan yang tegas guna menghindari Banyak pihak yang mengusulkan terjadinya penafsiran yang terlalu untuk memepersenjatai anggota luas.1 masyarakat tertentu yang karena 1. Jenis Penelitian jabatan atau kekayaannya, Jenis penelitian yang digunakan mempunyai resiko tinggi dalam aksi adalah penelitian hukum normatif, kejahatan sementara piliak lain lebih yaitu penelitian yang berfokus pada mendorong pihak Kepolisian lebih norma dan penelitian ini memerlukan keras dalam penanganan masalah bahan hukum sebagai data utama. kejahatan bersenjata api. 2. Sifat Penelitian Senjata Api adalah senjata Sedangkan sifat penelitian yang mclcpaskan satu atau lebih yang penulis pergunakan adalah proyektil yang didorong dengan penelitian yang bersifat deskriktif kccepatan tinggi oleh gas yang analitis dalam pengertian semua dihasiikan oleh pembakaran sualu bahan hukum yang penulis dapatkan propelan. Pertanggungjawaban akan digambarkan dan diuraikan pidana diarlikan sebagai kemudian dianalisa. diteruskannya celaan yang objektif 3. Bahan Hukum yang ada pada perbuatan pidana a. Bahan hukum primer, yaitu dansecara subjektif yang ada bahan hukum yang mem memenuhi syarat untuk dapat punyai kekuatan mengikat, yaitu dipidana karena perbuatannya itu. berupa peraturan perundang- 2 METODE PENELITIAN undangan sepertii: Dalam melakukan suatu penelitian ilmiah jelas harus 1 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudi, 1986, menggunakan metode sebagai ciri Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: CV. khas keilmuan. Metode mengandung Rajawali), hal. 27 2 Bambang Sunggono, Metodologi Peneliti makna sebagai cara mencari an Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo informasi dengan terencana dan Persada, 2003), hal. 116 1) Undang-Undang Dasar 4. Teknik Pengumpulan Negara Republik Bahan Hukum. Indonesia 1945; 1) Untuk menjawab 2) Kitab Undang-Undang permasalahan yang ada Hukum Pidana; Peneliti melakukan 3) Undang-Undang Nomor 8 pengumpulan bahan Tahun 1981 tentang hukum melalui studi Kitab Undang-undang dokumen (studi Hukum Acara Pidana kepustakaan) meliputi (KUHAP). bahan hukum primer, 4) Undang-Undang Nomor 8 bahan hukum sekunder Tahun 1948 Tentang dan bahan hukum tersier Pendaftaran dan yakni dengan cara Pemberian Izin melakukan inventarisasi Kepemilikan Senjata Api dan identifikasi terhadap b. Bahan hukum sekunder adalah sejumlah peraturan yang memberikan penjelasan perundang-undangan, terhadap bahan hukum primer, dokumen hukum, catatan meliputi buku, hasil penelitian, hukum, hasil-hasil karya pendapat hukum, dokumen- ilmiah dan bahan dokumen lain yang ada bacaan/literatur yang relefansinya dengan masalah berasal dari ilmu yang diteliti. pengetahuan hukum c. Bahan hukum tersier adalah dalam bentuk buku, bahan hukum penunjang yang artikel, jurnal dan hasil memberikan petunjuk dan penelitian yang ada pengertian terhadap bahan kaitannya. hukum primer dan sekunder, PEMBAHASAN meliputi kamus-kamus hukum A. Pengaturan Hukum Tentang atau kamus bahasa lain. Kepemelikan Senjata Api Permasalahan yang timbul Pro dan kontra yang terjadi di dalam masyarakat dengan jumlah masyarakat tentang kepemilikan dan ragam permasalahan yang senjata api bela diri selama ini berbeda menjadi sebuah tantangan memang bisa dimaklumi. Sebagian tersendiri bagi aparatur penegak masyarakat menganggap, memiliki hukum dalam menjalankan senjata api bela diri berizin resmi kewenangannya sebagaimana tujuan hanya akan menjadikan si pemilik undang-undang tersebut diciptakan. berlaku arogan dan sok jagoan. Dan menjadi sebuah problematika Kekhawatiran sejumlah masyarakat tersendiri apabila suatu permasalahan bahwa Indonesia akan menjadi yang timbul dalam masyarakat negara cowboy juga sempat berguilr, menjadi sangat rumit untuk karena semakin banyaknya para diselesaikan. Salah satunya eksekutif memiliki senjata berizin ialahmengenai permasalahan resmi. kejahatan yang dipengaruhi oleh B. Bentuk Sanksi Pidana peredearan senjata api di dalam Terhadap Pelaku Pemilik masyarakat. Senjata api pada Senjata Api Secara Ilegal dasarnya dapat dimiliki oleh Senjata api adalah alat yang masyarakat sipil dengan melalui boleh digunakan sebagai senjata proses yang cukup ketat. Di era yang yang ditembak pada satu atau kian maju seperti sekarang ini, berganda proyektil yang ditujukan senjata api seperti bukan lagi sekedar pada kelajuan tinggi oleh gas yang alat yang hanya dimiliki kalangan dihasilkan melalui kecepatan. Pada militer dan diperuntukkan hanya senjata api kuno, pendorong ini untuk membunuh musuh di medan lazimnya serbuk hitam, tetapi senjata tempur, tetapi benda ini sudah api modern menggunakan serbuk menjadi bagian alat olah raga, alat tanpa asap, kordit, atau pendorong membela diri, bahkan bagi sebagian lain. kalangan benda ini sudah menjadi Kebanyakan senjata api moderen bagian alat untuk menikmati gaya mempunyai laras berpilin untuk hidup mereka melalui hobi berburu. memberikan putaran kepada projektil untuk menambah kestabilan semasa pelanggaran hukum, tetapi juga dalam penerbangan. Tindak pidana sebagai suatu sarana kejahatan yang pembuatan senjata api ilegal dapat berbahaya oleh pelaku tindak pidana. memberikan andil yang cukup besar Hal ini sejalan dengan meningkatnya bagi kejahatan bersenjata maupun dan maraknya tindak kejahatan kepemilikan senjata api secara ilegal. disekitar kita, penembakan oleh Senjata api rakitan sebagai orang tidak dikenal, teror produk yang dihasilkan dari tindak penembakan disejumlah tempat- pidana ini sangat digemari karena tempat umum, hingga kejahatan yang senjata api ini tidak terdaftar diikuti oleh ancaman bahkan sehingga sulit terlacak, terlebih lagi pembunuhan dengan senjata api mudah dibuat bagi mereka yang tersebut. memang mempunyai keterampulan PENUTUP dan keahlian khusus dibidang ini. A. Kesimpulan Seperti yang terdapat diberbagi 1. Permasalahan yang timbul wilayah di Indonesia terdapat dalam masyarakat dengan beberapa home industri, diantaranya jumlah dan ragam terdapat orang yang menyalah permasalahan yang berbeda gunakan untuk merakit senjata api menjadi sebuah tantangan secara ilegal. tersendiri bagi aparatur Pembuatan senjata api ini sebenarnya penegak hukum dalam sudah diatur dalam pasal 1 ayat (1) menjalankan Undang-Undang Darurat No 12 kewenangannya Tahun 1951. Kontroversi sebagaimana tujuan undang- kepemilikan senjata api ilegal undang tersebut diciptakan. merupakan suatu persoalan yang Dan menjadi sebuah hangat dibicarakan. Ilegal yang problematika tersendiri dimaksud disini ialah tidak legal, apabila suatu permasalahan atau tidak sah menurut hukum. yang timbul dalam Kepemilikan senjata api ilegal ini masyarakat menjadi sangat tidak hanya dilihat sebagai bentuk rumit untuk diselesaikan. Salah satunya ialahmengenai sipil merupakan salah satu permasalahan kejahatan yang penyebab timbulnya dipengaruhi oleh peredearan kejahatan-kejahatan dengan senjata api di dalam penyalahgunaan senjata api masyarakat. Senjata api pada di Indonesia. Pengaturan dasarnya dapat dimiliki oleh hukum yang mengatur masyarakat sipil dengan mengenai hal ini, mulai dari melalui proses yang cukup level undangundang yakni ketat. Di era yang kian maju Undang-Undang Darurat seperti sekarang ini, senjata Nomor 12 Tahun 1951 dan api seperti bukan lagi Undang-Undang Nomor 8 sekedar alat yang hanya Tahun 1948 tentang dimiliki kalangan militer dan Pendaftaran dan Pemberian diperuntukkan hanya untuk Izin Kepemilikan Senjata membunuh musuh di medan Api. Selebihnya adalah tempur, tetapi benda ini peraturan yang diterbitkan sudah menjadi bagian alat oleh Kepolisian yaitu Surat olah raga, alat membela diri, Keputusan (Skep) Kepala bahkan bagi sebagian Kepolisian (Kapolri) Nomor kalangan benda ini sudah 82 Tahun 2004 tentang menjadi bagian alat untuk Pelaksanaan Pengawasan menikmati gaya hidup dan PengendalianSenjata mereka melalui hobi Non-Organik TNI/Polri dan berburu. Peredaran senjata Peraturan Kapolri (Perkap) api di kalangan masyarakat No. Pol: 13/II/2006 tentang sipil adalah fenomena global. Pengawasan dan Kurang tertatanya Pengendalian Senjata Api pengawasan terhadap Non Organik TNI/Polri kepemilikan senjata api baik untuk kepentingan olahraga. legal maupun ilegal yang 2. Senjata api adalah alat yang dimiliki oleh masyarakat boleh digunakan sebagai senjata yang ditembak pada illegal telah banyak terjadi satu atau berganda proyektil dan sangat mengancam yang ditujukan pada kelajuan ketentraman seseorang. tinggi oleh gas yang Berbagai macam bentuk dihasilkan melalui penyalahgunaan senjata api kecepatan. Pada senjata api ini terjadi ditengah-tengah kuno, pendorong ini kehidupan masyarakat yang lazimnya serbuk hitam, menyebabkan adanya rasa tetapi senjata api modern takut dan tidak nyaman menggunakan serbuk tanpa dalam aktifitas sehari-hari. asap, kordit, atau pendorong Untuk menanggulangi lain. Senjata api ilegal kejahatan yang merupakan senjata yang menggunakan senjata api ini beredar secara tidak sah memang tidak mudah dan dikalangan sipil, tidak diberi memerlukan banyak waktu, izin kepemilikan atau yang dan juga membutuhkan telah habis masa berlaku kesadaran dari seluruh izinnya banyak dimiliki oleh masyarakat tentang orang-orang terlatih dan kewenangan kepemilikan memiliki spesialisasi senjata api. Terdapat dibidang kejahatan tertentu sebagian masyarakat sehingga kemudian menganggap bahwa senjata membutuhkan dukungan api adalah hak miliknya senjata api dalam rangka dalam menjaga perlindungan memuluskan rencananya. dirinya sendiri sehingga Salah satu kejahatan yang cenderung diabaikan. meresahkan masyarakat ialah Namun, disisi lain senjata kejahatan yang api ini mempunyai syarat menggunakan senjata api dan prosedur yang mengatur ilegal. Kejahatan dalam pemilikan yang wajib menggunakan senjata api dipenuhi. adapun sanksi pidana terhadap kepemilikan api illegal dan kejahatan senjata api illegal dalam penyalahgunaannya dan ini juga Undang-undang Darurat sekaligus memberikan rasa aman Nomor 12 Tahun 1951 yang kepada warga negara dalam bersifat pidana. Pasal 1 ayat kehidupan social dengan tidak (1) UU darurat Nomor 12 adanya penyalahgunaan senjata Tahun 1951 dapat dihukum api ilegal. dengan hukuman mati atau DAFTAR PUSTAKA hukuman penjara seumur A. Josias Simon Runturambi, Atin hidup atau hukuman penjara Sri Pujiastuti, 2015, sementara setinggi-tingginya Senjata Api dan dua puluh tahun.” Penanganan Tindak B. Saran Kriminal, Jakarta: 1. Adanya ketentuan hukum Yayasan Pustaka Obor kepemilikan senjata api Indonesia,. memberikan warga negara sipil Abdussalam dan DPM Sitompul, untuk memiliki dan 2007, Sistem Peradilan menggunakana akan tetapi Pidana, Jakarta: Restu kedepan harus adanya perubahan Agung. terhadap peraturan perundang- Adami Chazawi, 2002, Pelajaran udangan agar kepemilikan Hukum Pidana, Jakarta: senjata api oleh warga sipil lebih Raja grafindo Persada. diperketat untuk menghindarkan ----------------------, 2011, Pelajaran kejahatan senjata api Hukum Pidana I, Jakarta: dikemudian hari. Raja Grafindo Persada. 2. Tanggung jawab pidana Amirudin dan Zainal Askin, 2018, terhadap pelaku kepmilikan Pengantar Metode senjata api illegal kedepan harus Penelitian Hukum, di perberat lagi ancamannya agar Jakarta: Raja Grafindo kiranya dapat meminimalisir Persada. kejahatan penggunaan senjata Andi Hamzah, 2001, Bunga Rampai Lintong Oloan Siahaan, 1981, Hukum Pidana dan Jalanya Peradilan Acara Pidana, Jakarta: Prancis Lebih Cepat Ghalia Indonesia. Dari Peradilan Kita, -------------------, 2006, Hukum Acara Jakarta: Ghalia Indonesia Pidana Indonesia, Lilik Mulyadi, 2004, Kapita Selekta Jakarta: Sinar Grafika. Hukum Pidana -------------------, 2006, KUHP & Kriminologi Dan KUHAP, Jakarta: PT. Viktimologi, Jakarta: Rineka Cipta. Djambatan Arief Sidharta, Meuwissen, 2007, ------------------, 2007, Putusan Tentang Pengembangan Hakim Dalam Hukum Hukum, Ilmu Hukum, Acara Pidana (Teori, Teori Hukum, dan Praktik, Teknik Filsafat Hukum, Penyusunan dan Bandung: Refika Permasalahannya), Aditama. Bandung: PT Citra H. R. Abdussalam, 2008, Tanggapan Aditya Bakt Atas Rancangan Lili Rasjidi dan B. Arief Sidharta, Undang-Undang Tentang 1989, Filsafat Hukum, Hukum Acara Pidana, Mashab dan Refleksinya, Jakarta: Restu Agung Bandung: Remadja Hari Sasangka dan Lily Rosita, 2003, Karya, Bandung Hukum Pembuktian Moch. Faisal Salam, 2001, Hukum Dalam Perkara Pidana, Acara Pidana Dalam Bandung: Mandar Maju Teori dan Praktek, Leden Marpaung, 2010, Tindak Bandung: CV Mandar Pidana Terhadap Maju Kehormatan, Jakarta: Miriam Budiardjo, 1999, Dasar- Sinar Grafika Dasar Ilmu Politik, Jakarta; P.T. Gramedia Bagi Rakyat Di Pustaka Utama Indonesia, Surabaya: Muladi Dan Barda Namawi, 1984, Bina Ilmu Teori-Teori Dan R. Subekti, 2001, Hukum Kebijakan Hukum Pembuktian, Jakarta : Pidana, Bandung: Pradnya Paramita Alumni Romli Atmasasmita,. 2011. Sistem M. Yahya Harahap, Pembahasan Peradilan Pidana Permasalahan Dan Kontemporer. Jakarta: Penerapan KUHAP, Kencana, Penyidikan dan Roeslan Saleh, 1983, Stelsel pidana Penuntutan, cet VII Indonesia Roeslan Sale, Jakarta: Sinar Grafika Jakarta, Aksara Baru M. Hamdan, 2005, Tindak Pidana R. Soesilo, 1981, Kitab Undang- Suap & Money Politics, undang Hukum Pidana Pustaka Bangsa Press, Serta Komentar- Medan. komentarnya Lengkap Pasal Moeljatno, 2007, Kitab Undang- demi Pasal, (Bogor: Politea) Undang Hukum Pidana, R. Abdoel Djamali, 1993, Jakarta: Bumi Aksara, “Pengantar Hukum Indonesia “, Nico Ngani, I Nyoman Budi Jaya; Jakarta, Rajawali Press Hasan Madani, Mengenal Romli Atmasasmita, 2010, Sistem Hukum Acara Pidana, Peradilan Pidana Bagian Umum Dan Kontemporer, Jakarta: Penyidikan . Yogyakarta: Prenada Media Group Liberty Subekti, 2001, Hukum Pembuktian, Oemar Seno Adji, 1980, Hukum, Jakarta: Pradnya Paramitha Hakim Pidana, Jakarta: Satjipto Rahardjo. 1983, Erlangga Permasalahan Hukum di Philipu M. Hadjon, 1987, Indonesia, Bandung: Perlindungan Hukum Alumni Soerjono Soekanto, 1980, Sosiologi Jakarta: Raja Grafindo hukum dalam masyarakat, (Jakarta: Persada Rajawali) Wirjono Prodjodikoro. 1982. Hukum -----------------------. 1982. Kesadaran Acara Pidana di Indonesia. Bandung Hukum dan Kepatuhan Hukum. : PT. Sumur, Jakarta: Rajawali Pers Wahyu Wagiman, dkk, 2007, Naskah Soedarto, 1981, Hukum dan Hukum Akademis dan Pidana, Bandung: Alumni Rancangan Peraturan --------------------, 1983, “Hukum Pemerintah Tentang Pidana dan Perkembangan Pemberian Konpensasi Masyarakat, Bandung. Alumni dan Restitusi serta --------------------, 1983, “Kapita Bantuan Bagi Korban, Selecta Hukum Pidana, Bandung : Jakarta: ICW) Alumni, Yahya Harahap, 2002, Pembahasan Sumartini, 1996, Pembahsan Permasalahan Dan Perkembangan Penerapan KUHAP: Pembangunan Hukum Penyidikan Dan Nasional tentang Hukum Penuntutan, Jakarta: Acara Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2002 Departemen Kehakiman Sudikno Mertokusumo, 2003, Mengenal Hukum, Yogyakarta: Liberty Sri Setyawati Dan Hendroyono, 2005, Pidana Dan Pemidanaan, Semarang: Fakultas Hukum UNTAG Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa. 2005, Kriminologi,