Anda di halaman 1dari 23

TUGAS FINAL

HUKUM ACARA PIDANA

DISUSUN OLEH :

NAMA : DERISKI DEDY

NIM : H1A120025

MATKUL : HUKUM ACARA PIDANA

KELAS :A

ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HALU OLEO

2022L
PERTEMUAN KE-1
TOPIK Sejarah singkat hukum acara pidana mulai dari perode
hindia-belanda sampai kepada periode berlakunya UU
No.8 Tahun 1981.
METODE PENGAJARAN / KLASIKAL

URAIAN SUBSTANSI TOPIK

KATA KUNCI Sejarah, Hukum Acara Pidana

SUMBER BELAJAR 1. Andi Hamzah, 2004, Hukum Acara Pidana, Sinar


Grafika, Jakarta. Hlm. 44-56
2. Riadi Asra Ahmad, 2019, Hukum Acara Pidana,
Rajawali Pers, Depok. Hlm. 22-30
3. M. Karjadi dan R. Soesilo, 2016, Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dengan
Penjelasan Resmi dan Komentar, Politeia, Bogor. Hlm.
ix

https://www.youtube.com/watch?v=uyoFnYyErVw

TUGAS
1. Apa yang anda ketahui tentang Inlands Reglement dan Herziene Inlands Reglement?
2. Apakah hukum acara pidana yang berlaku untuk golongan eropa di zaman hindia
belanda?
3. Apakah hukum acara pidana yang berlaku di indonesia di zaman penjajahan Jepang ?
4. Apakah hukum acara pidana yang berlaku setelah proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia Tahun 1945?
5. Jelaskan beberapa perbedaan antara Herziene Inlands Reglement dengan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana !

Jawab :
1. Inlandsch reglement dan Herziene inlandsch reglement merupakan hukum acara yang
berlaku untuk indonesia pada masa kolonialisme di pulau jawa dan madura dan
mencakup hukum acara pidana dan acara perdata
2. Untuk golongan eropa dan yang dipersamakan dengannya pada zaman hindia belanda
dengannya menggunakan Reglement op de Stafvodering
3. Pada zaman Jepang tidak terjadi perubahan yang mendasar tentang hukum. UU No. 1
Tahun 1942 tanggal 7 Maret 1942 Pasal 3, menyatakan: Semua badan Pemerintah tetap
diakui asal tidak bertentangan dengan aturan Pemerintah Militer Jepang.
4. Berdasar ketentuan Pasal 2 Aturan Peralihan UUD 1945, yang berbunyi “Segala badan
Negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku selama belum diadakan yang
baru menurut UUD 1945 ini”. Dengan Aturan peralihan ini maka secara sah HIR masih
tetap berlaku, namun pada tahun 1948 HIR diganti namanya menjadi Reglements
Indonesia yang diperbaharui dan disingkat RIB. Dengan UU Darurat No. 1 Tahun 1951
HIR/RIB diunifikasikan dan berdasar Pasal 6 ayat 1 maka HIR/RIB dipakai sebagai
pedoman Hukum Acara Pidana berlaku sampai tahun 1981.
5. a. Dalam sistem tindakan, HIR menonjolkan kekuasaan dari pejabat pelaksana Hukum,
sedangkan KUHAP mengutamakan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia.
b. Dalam sistem pemeriksaan, HIR memberi perhatian lebih diutamakan pada
fungsionalisasi pejabat yang diserahkan kekuasaan dan menempatkan terdakwa
sebagai obyek, sedangkan KUHAP memberi perhatian yang lebih besar ditujukan
kepada pembinaan sikap petugas pelaksana hukum dengan pembagian wewenang dan
tanggung jawab secara tegas dan tersangka/terdakwa dilindungi oleh asas-asas
“praduga tak bersalah” serta perangkat hak-hak tertentu.
c. Dalam sistem pengawasan, HIR memiliki pengawasan secara vertikal (dari atasan
pejabat yang baru), sedangkan KUHAP memiliki pengawasan secara vertikal
sekaligus horizontal (dari sesama instansi dan atau unsur-unsur penegak hukum
lainnya, misalnya penasihat hukum melalui lembaga pra peradilan).
d. Dalam tahap pemeriksaan, HIR memiliki proses pidana terdiri atas pemeriksaan
pendahuluan, pemeriksaan sidang pengadilan (dan upaya hukum), lalu pelaksanaan
putusan Hakim, sedangkan KUHAP memiliki proses pidana terdiri dari penyelidikan
dan penyidikan, penuntutan, kemudian pemeriksaan pengadilan (dan upaya hukum).

PERTEMUAN KE-2
TOPIK Pengertian HAP, Tujuan HAP, Ruang Lingkup HAP,
dan Sumber Formal HAP

METODE PENGAJARAN / KLASIKAL

URAIAN SUBSTANSI TOPIK

KATA KUNCI Pengertian, Tujuan, Ruang Lingkup, Sumber HAP


SUMBER BELAJAR 1. Andi Hamzah, 2004, Hukum Acara Pidana, Sinar
Grafika, Jakarta. Hlm. 1-26
2. M. Yahya Harahap, 2003, Pembahasan
Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Penyidikan
dan Penuntutan, Sinar Grafika, Jakarta. Hlm. 58-86
3. Riadi Asra Ahmad, 2019, Hukum Acara Pidana,
Rajawali Pers, Depok. Hlm. 1-21
4. Ramdhan Kasim dan Apriyanto Nusa, 2019,
Hukum Acara Pidana; Teori, Asas dan Perkembangan
Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi, Setara Pres,
Malang. Hlm. 1-7

https://www.youtube.com/watch?v=1qdE2699jeY

TUGAS
1. Jelaskan perbedaan hukum pidana dalam erti materil dengan hukum pidana dalam
arti formil !
2. Apa pengertian hukum acara pidana berdasarkan pendapat para pakar?
3. Jelaskan tujuan hukum acara pidana!
4. Jelaskan ruang lingkup hukum acara pidana!
5. Sebutkan sumber-sumber formal hukum acara pidana!

Jawab :
1. - Hukum pidana materiil adalah aturan hukum yang memuat tindakan pidana.
Dimana di sini termuat rumusan perbuatan pidana dan memuat syarat dan aturan
untuk pelaku pidana. Sumber hukum materiil inilah yang menentukan isi peraturan
hukum yang sifatnya mengikat orang. Dikatakan mengikat karena aturan ini berasal
dari pendapat umum, hukum masyarakat, kondisi lingkungan, sosiologi, ekonomi,
moral, politik hukum dan lain-lain.
- hukum pidana formil adalah hukum yang digunakan sebagai dasar para penegak
hukum. Sederhananya, hukum pidana formil mengatur bagaimana Negara
menyikapi alat perlengkapan untuk melakukan kewajiban untuk menyidik,
menjatuhkan, menuntut dan melaksanakan pidana.

2. - S. M. Amin.
Hukum Acara Pidana adalah Sederet atauran dan peraturan yang dibuat dengan
tujuan memberikan sebuah pedoman dalam usaha mencarai kebenaran dan keadilan
bila terjadi tindak pidana pemerkosaan atau pelanggaran terhadapa ketentuan hukum
yang bersifat materiil.

- Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH.


Hukum Acara Pidana adalah Sederet aturan yang mmuat peraturan dan tata cara
bagaimana badan-badan pemerintahan berkuasa, seperti pihak kepolisian, kejaksaan,
dan pengadilan wajib mengadakan tindakan hukum pidana sebagai tujuan negara.
- Dr. A. Hamzah. SH.
Hukum acara pidana merupakan bagian dari hukum arti yang luas. Hukum pidana
dalam arti yang luas meliputi baik hukum pidana substantive (materiil) maupun
hukm pidana formal atau hukum acara pidana.
3. Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau
setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap-
lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara
pidana secara jujur dan tepat dengan tujaun untuk mencari siapakah pelaku yang
dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnaya meminta
pemeriksaan dan putusan dari pengadialan agama menemukan apakah terbukti
bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat
dipersalahkan.
4. Ruang lingkup hukum acara pidana di Indonesia meliputi mencari kebenaran,
penyelidikan, penyidikan, dan pelaksanaan pidana (eksekusi) oleh jaksa.
5. - UUD 1945: bisa dilihat pada pasal 24 ayat 1 dan 2, pasal 25.
- KUHAP (UU No. 8 Tahun 1981, LN 1981 Nomor 76).
- UU Pokok Kekuasaan Kehakiman (UU No.14 Tahun 1970, LN 1970 Nomor 74)
- Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
- UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Mahkamah Agung.

PERTEMUAN KE-3
TOPIK Asas-asas dalam hukum acara pidana dan
Ilmu-ilmu pembantu hukum acara pidana
METODE PENGAJARAN / KLASIKAL

URAIAN SUBSTANSI TOPIK

KATA KUNCI Asas, ilmu pembantu, hukum acara pidana


SUMBER BELAJAR 1. Andi Hamzah, 2004, Hukum Acara Pidana, Sinar
Grafika, Jakarta. Hlm. 10-26
2. M. Yahya Harahap, 2003, Pembahasan Permasalahan
dan Penerapan KUHAP, Penyidikan dan Penuntutan,
Sinar Grafika, Jakarta. Hlm. 35-56
3. Riadi Asra Ahmad, 2019, Hukum Acara Pidana,
Rajawali Pers, Depok. Hlm. 9-16.
4. Ramdhan Kasim dan Apriyanto Nusa, 2019, Hukum
Acara Pidana; Teori, Asas dan Perkembangan Pasca
Putusan Mahkamah Konstitusi, Setara Pres, Malang.
Hlm. 12-28.

https://www.youtube.com/watch?v=1qdE2699jeY

TUGAS
1. Selain terdapat dalam hukum pidana materil pada Pasal 1 ayat (1) KUHP, asas
legalitas juga terdapat dalam KUHAP. Sebutkan pasal berapa dan jelaskan!
2. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang presumption of innocence !
3. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang asas oportunitas!
4. Equalty before the law atau persamaan di hadapan hukum merupakan asas penting
dalam hukum acara pidana, menurut anda apakah asas tersebut sepenuhnya diterapkan
dalam proses peradilan pidana? Jelaskan !
5. Jelaskan apa saja ilmu pembantu hukum acara pidana?

JAWAB :
1. Pasal 50 KUHAP ayat 1 dan 2 mengatur tentang hak tersangka/terdakwa untuk segera
diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang
disangkakan kepadanya pada waktu dimulainya pemeriksaan, dan kemudian segera
diajukan ke pengadilan oleh penuntut umum dan selanjutnya oleh pengadilan segera
diadili.
2. Presumption of innocence merupakan asas praduga tak bersalah yakni setiap orang yang
ditahan belum tentu bersalah sampai dijatuhkannya putusan oleh hakim.
3. Asas oportunitas adalah kebalikan dari asas legalitas yaitu lebih mementingkan
kepentingan umum daripada kepentingan hukum.
4. Menurut saya asas ini sudah berjalan seperti bagaimana semestinya di Indonesia seperti
yang sering kita lihat di berbagai pengadilan terkecuali mungin untuk tipikor saya rasa
belum sesuai dengan apa yang ada dalam peraturannya.
5. Ilmu pembantu dalam hukum acara pidana ada 5 yaitu:
1. Psikiatri
2. Ilmu psikologi
3. Kriminalistik
4. Kriminologi
5. Viktimologi

PERTEMUAN KE-4
TOPIK Pihak-pihak dalam HAP : Tersangka/terdakwa,
penyidik/penyelidik, jaksa/penuntut umum, penasihat
hukum dan hakim
METODE PENGAJARAN / KLASIKAL

URAIAN SUBSTANSI TOPIK

KATA KUNCI Pihak-pihak, Hukum acara pidana


SUMBER BELAJAR 1. Andi Hamzah, 2004, Hukum Acara Pidana, Sinar
Grafika, Jakarta. Hlm. 61-86
2. Al. Wisnubroto, 2014, Praktik Persidangan Pidana,
Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta. Hlm. 9
3. Didik Endro Porwoleksono, 2015, Hukum Acara
Pidana, Airlangga University Press, Surabaya. Hlm. 26
4. Leden Marpaung, 2011, Proses Penanganan Perkara
Pidana; Penyelidikan dan Penyidikan, Sinar Grafika,
Jakarta. Hlm. 42
5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana

TUGAS
1. Jelaskan perbedaan antara tersangka dengan terdakwa !
2. Jelaskan pengertian penyidik dan penyelidik !
3. Jelaskan pengertian jaksa dan penuntut umum !
4. Jelaskan pengertian penasihat hukum dan apa saja tugasnya dalam persidangan
perkara pidana !
5. Jelaskan apa saja tugas hakim dalam persidangan perkara pidana !

JAWAB :
1. “Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya berdasarkan
bukti permulaan patut disuga sebagai pelaku tindak pidana” (pasal 1 butir 14)
“Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di siding
pengadilan” (pasal 1 butir 15)
2. Penyidik adalah pejabat kepolisian Negara Republik Indonesia atau pegawai negeri sipil
tertentu yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.
Penyelidik adalah pejabat polisi Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh
undang-undang untuk melakukan penyelidikan.
3. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak
sebagai penuntut umum sert melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk
melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.
4. Berdasarkan Pasal 1 ayat (13) UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
KUHAP, penasihat hukum adalah seorang yang telah memenuhi syarat berdasarkan
undang-undang untuk memberikan bantuan hukum kepada masyarakat.
1) Memberikan nasihat hukum dan pendapat hukum terhadap klien
2) Mencegah terjadinya kecurangan pada klien
3) Memberikan pembelaan kepada klien
4) Mencegah terjadinya perlakuan semena-mena terhadap klien
5) Menjadi negosiator dalam bentuk pendampingan hukum
6) Menjadi mediator dalam kasus pidana yang terjadi
7) Mengikuti jalannya pemeriksaan atas klien
8) Menghindari terjadinya kesalahan dalam penyusunan dokumen
9) Peran aktif di persidangan
5. Tugas dan wewenang hakim adalah sebagai berikut :
1) Untuk kepentingan pemeriksaan hakim berwenang melakukan penahanan ( pasal 20
ayat 3, pasal 26 ayat 1 KUHAP ).
2) Memberikan penangguhan penahan dengan atau tanpa jaminan berdasarkan syarat
yang ditentukan ( pasal 31 ayat 1 KUHAP.).
3) Mengeluarkan penetapan agar terdakwa yang tidak hadir dipersidangan tanpa alasan
yang sah sekalipun telah dipanggil secara patutuntuk kedua kalinya dihadirkan secara
paksa pada sidang pertama berikutnya.
4) Menentukan tentang sah atau tidaknya segala alasan atas permintaan orang yang
karena jabatannya, harkat, martabat atau diwajibkan menyimpan rahasia dan minta
dibebaskan dari kewajiban sebagai saksi ( pasal 170 KUHAP ).
5) Mengeluarkan perintah penahanan terhadap seorang saksi yang diduga telah
memberikan keterangan palsu dipersidangan, baik karena jabatannya maupun atas
permintaan Penuntut Umum atau terdakwa ( pasal 174 ayat 2 KUHAP ).
6) Memerintahkan perkara yang diajukan oleh Penuntut Umumsecara singkat agar
diajukankesidang pengadilan dengan acara biasa setelah adanya pemeriksaan tamabahan
dalam waktu 14 hari, tetapi Penuntut Umum belum juga dapatmenyelesaikan
pemeriksaan tambahan tersebut ( pasal 221 ).
7) Memberikan perintah kepada seseorang untuk mengucapkan sumpah atau janji diluar
siding ( Pasal 223 ayat 1 KUHAP ).

PERTEMUAN KE-5
TOPIK Isu hukum berkaitan penangkapan dan penahanan.

METODE TUTORIAL

URAIAN SUBSTANSI TOPIK

KATA KUNCI Penangkapan, penahanan

SUMBER BELAJAR 1. Didik Endro Porwoleksono, 2015, Hukum Acara Pidana,


Airlangga University Press, Surabaya. Hlm. 72-79
2. Leden Marpaung, 2011, Proses Penanganan Perkara
Pidana; Penyelidikan dan Penyidikan, Sinar Grafika,
Jakarta. Hlm. 109-130
3. M. Yahya Harahap, 2003, Pembahasan Permasalahan
dan Penerapan KUHAP, Penyidikan dan Penuntutan,
Sinar Grafika, Jakarta. Hlm. 157-239.
4. Riadi Asra Ahmad, 2019, Hukum Acara Pidana, Rajawali
Pers, Depok. Hlm.56-59

TUGAS

Demonstrasi penolakan Omnibus Law Undang-undang Cipta Kerja menyisahkan pengalaman


bagi sebagian orang, khususnya mahasiswa di Jakarta. Seperti halnya yang dialami Budi salah
seorang mahasiswa dan anggota pers kampus di salah satu perguruan tinggi di Jakarta.
Kamis, 8 Oktober 2020, ketika itu Budi baru saja keluar dari halte TransJakarta tiba-tiba
didatangi sejumlah polisi. Pihak kepolisian meminta Budi untuk ikut ke sebuah tempat di
kawasan Senayan. Di tempat tersebut, aparat menuduh Budi dan teman-temannya akan
membuat kerusuhan dalam demonstrasi penolakan Umnibus Law.
Di kawasan senayan, Budi mengaku saat itu sudah banyak orang yang ditangkap oleh polisi.
Menurut Budi, mereka yang ditangkap saat itu juga tidak mengetahui alasan penangkapan dan
tidak pernah berniat ikut demonstrasi. Sebagaimana dialami dua orang santri yang baru
pulang dari pesantren, tiba-tiba disuruh ikut dan dibawa juga ke sebuah tempat di belakang
Senayan di kumpulkan bersama-sama dengan yang lainnya. Padahal menurut kedua santri
tersebut, mereka tidak ikut demonstrasi tapi tiba-tiba saja ditangkap.
Di tempat itu, kata Budi, selain ditangkap polisi juga meminta dirinya membuka password
telepon genggamnya. Dia sempat menolak, namun polisi justru menakut-nakuti Budi dengan
berbagai ancaman. Selanjutnya telepon genggam dan kamera yang dia bawa saat itu malah
ditaruh dalam sebuah kantong plastik yang disebutkan akan menjadi barang bukti.
Mahasiswa dan warga yang dikumpulkan tersebut selanjutnya dibawa ke Markas Polda Metro
Jaya. Sesampainya di sana, Budi sempat bertemu seseorang yang ditangkap polisi hanya
karena mengenakan kaus hitam yang dianggap bagian dari demonstran.
Dia berecerita ke Budia, dia ditangkap saat sedang beli gorengan, mungkin karena dia pake
baju hitam, lagi main Hp, tiba-tiba polisi datang, terus polisi bilang “kamu habis makan bayar,
ikut saya habis itu udah diangkut aja.”
Selama di Polda, Budi mengaku tidak pernah diberitahu oleh kepolisian soal alasan dirinya
ditangkap. Dia juga mengatakan tidak ada proses hukum yang dilakukan oleh kepolisian
selama ditahan. "Kami dikumpulkan di ruangan tertutup, sempit, mungkin ada sekitar 200-an
orang, jadi agak kurang layak situasinya waktu itu. Cuma di sana waktu itu enggak diapa-
apain, kita cuma dikumpulin, ditanya-tanya juga enggak, cuma ngisi data.”

Sumber :
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201026171940-12-562919/cerita-korban-asal-
tangkap-oleh-polisi-saat-demo-omnibus-law

PERTEMUAN KE-6
TOPIK Isu hukum berkaitan penggeledahan dan penyitaan.

METODE TUTORIAL

URAIAN SUBSTANSI TOPIK

KATA KUNCI Penggeledahan, penyitaan

SUMBER BELAJAR 1. Didik Endro Porwoleksono, 2015, Hukum Acara Pidana,


Airlangga University Press, Surabaya. Hlm. 67-71
2. Leden Marpaung, 2011, Proses Penanganan Perkara
Pidana; Penyelidikan dan Penyidikan, Sinar Grafika,
Jakarta. Hlm. 93-108
3. M. Yahya Harahap, 2003, Pembahasan Permasalahan
dan Penerapan KUHAP, Penyidikan dan Penuntutan,
Sinar Grafika, Jakarta. Hlm. 248-313.
4. Riadi Asra Ahmad, 2019, Hukum Acara Pidana, Rajawali
Pers, Depok. Hlm. 59-60

TUGAS

Tiga orang warga Tangerang mengaku disiksa dan dipaksa penyidik kepolisian di Polda
Metro Jaya untuk mengaku menjadi pelaku kasus pencurian sepeda motor atau curanmor.
Ketiganya adalah Herianto (21), Aris (33), dan Bihin (39). Dalam kesehariannya, Herianto
berprofesi sebagai montir. Sedangkan Aris dan Bihin berprofesi sebagai sopir. Ketiganya
sama-sama berasal dari Palembang, Sumatera Selatan. Ketiganya ditetapkan sebagai
tersangka kasus curanmor yang terjadi pada Juni 2016.
Pengacara publik dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Bunga Siagian yang
mendampingi mereka mengatakan, selama pemeriksaan, ketiganya mengalami penyiksaan
oleh penyidik, seperti dipukul, ditendang, disentrum di bagian kemaluan, diludahi, dipaksa
menjilat ludah, dan diolesi kemaluannya dengan balsem.
Menurut Bunga, semua penyiksaan itu dilakukan agar ketiganya mengakui semua yang
dituduhkan oleh polisi. "Polisi menetapkan tersangka hanya berdasarkan pengakuan mereka
yang itupun dari hasil penyiksaan," kata Bunga di Kantor LBH Jakarta, Menteng, Jakarta
Pusat, Minggu (28/5/2017).
Bunga menuturkan, penyiksaan terhadap Herianto, Aris, dan Bihin berawal dari penangkapan
terhadap Aris dan Bihin di sebuah swalayan di Tangerang pada 7 April 2017.
Saat itu, Aris dituduh telah terlibat dalam pencurian ponsel dengan modus operansi pecah
kaca. Saat itu, polisi langsung menyita ponsel Aris dan memeriksa motor Bihin. Saat
diperiksa, ternyata nomor kerangka motor Bihin tak sesuai dengan yang tertera di STNK.
Seketika itu pula, keduanya dimasukan ke dalam mobil dan diminta untuk menunjukan
tempat tinggalnya.
Menurut Bunga, sesampai di rumah kontrakan Aris dan Bihin, polisi langsung menggeledah
tanpa bisa menunjukan surat perintah. Saat penggeledahan, di dalam rumah diketahui ada
Herianto. Ia pun langsung diminta polisi untuk ikut masuk ke dalam mobil. "Di dalam mobil
polisi langsung meminta semua telepon genggam dan dompet. Setelah rumah mereka
digeledah, barang-barang mereka disita secara tidak sah dan mereka juga ditahan tanpa ada
pemberitahuan ke keluarga," ucap Bunga.

Sumber : https://megapolitan.kompas.com/read/2017/05/28/15272371/NaN?page=all
PERTEMUAN KE-7
TOPIK Praperadilan

METODE PENGAJARAN / KLASIKAL

URAIAN SUBSTANSI TOPIK

KATA KUNCI Praperadilan

SUMBER BELAJAR 1. Andi Hamzah, 2004, Hukum Acara Pidana, Sinar


Grafika, Jakarta. Hlm. 183-207.
2. Leden Marpaung, 2011, Proses Penanganan Perkara
Pidana; Penyelidikan dan Penyidikan, Sinar Grafika,
Jakarta. Hlm. 62-69
3. M. Yahya Harahap, 2012, Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP (Pemeriksaan Sidang Pengadilan,
Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali), Sinar
Grafika, Jakarta. Hlm. 3
4. Ramdhan Kasim dan Apriyanto Nusa, 2019, Hukum
Acara Pidana; Teori, Asas dan Perkembangan Pasca
Putusan Mahkamah Konstitusi, Setara Pres, Malang.
Hlm. 149-186.

TUGAS
1. Jelaskan apa pengertian praperadilan, ganti kerugian dan rehabilitasi!
2. Jelaskan tujuan praperadilan!
3. Sebutkan objek praperadilan sebelum dan pasca putusan Mahkamah Konstitusi!
4. Sebutkan siapa saja yang dapat mengajukan permohonan praperadilan!
5. Bagaimanakah upaya hukum terhadap putusan praperadilan!

JAWAB :
1. - Praperadilan adalah hal yang biasa dalam membangun saling kontrol antara Kepolisian,
Kejaksaan dan Tersangka melalui Kuasa Hukumnya atau menciptakan saling kontrol
antara sesama penegak hukum.
- Ganti kerugian adalah hak seorang untuk mendapat pemenuhan atas tuntutan yang
berupa imbalan uang karena ditangkap, ditahan, dituntut atau diadili tanpa alasan yang
berdasarkan undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orang atau hukum yang
diterapkan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini (pasal 1 ayat 1 butir 22
KUHAP).
- rehabilitasi adalah hak seseorang untuk mendapat pemulihan haknya dalam
kemampuan, kedudukan dan harkat serta martabatnya yang diberikan pada tingkat
penyidikan, penuntutan atau peradilan karena ditangkap, ditahan dan atau diadili tanpa
alasan yang berdasarkan undang-undang atau hukum yang diterapkan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini. (Pasal 1 ayat 1 butir 23 KUHAP).
2. Tujuan dari praperadilan dapat diketahui dari penjelasan Pasal 80 KUHAP yang
menegaskan “bahwa tujuan dari pada praperadilan adalah untuk menegakkan hukum,
keadilan, kebenaran melalui sarana pengawasan horizontal.” Esensi dari praperadilan,
untuk mengawasi tindakan upaya paksa yang dilakukan oleh penyidik atau penuntut
umum terhadap tersangka, supaya tindakan itu benar-benar dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan Undang-undang, benar-benar proporsional dengan ketentuan hukum, bukan
merupakan tindakan yang bertentangan dengan hukum.
3. Adapun yang menjadi objek praperadilan ini diatur juga dalam Pasal 77 KUHAP yaitu:
a. sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau
penghentian penuntutan;
b. ganti kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan
pada tingkat penyidikan atau penuntutan.

Namun, Mahkamah Konstitusi (“MK”) dalam putusannya Nomor 21/PUU-XII/2014


telah menetapkan objek praperadilan baru yaitu sah tidaknya penetapan tersangka,
penggeledahan dan penyitaan. Dalam artikel MK ‘Rombak’ Bukti Permulaan dan Objek
Praperadilan, MK telah menjadikan penetapan tersangka sebagai salah satu objek
praperadilan yang sebelumnya tidak ada dalam KUHAP. Pasal 77 huruf a KUHAP
dinyatakan inkontitusional bersyarat sepanjang dimaknai termasuk penetapan tersangka,
penggeledahan, dan penyitaan.
4. Yang dapat mengajukan pra peradilan adalah :
a. Tersangka, yaitu apakah tindakan penahanan terhadap dirinya bertentangan dengan
ketentuan Pasal 21 KUHAP, ataukah penahanan yang dikenakan sudah melawati batas
waktu yang ditentukan Pasal 24 KUHAP;
b. Penyidik untuk memeriksa sah tidaknya penghentian penuntutan;
c. Penuntut Umum atau pihak ketiga yang berkepentingan untuk memeriksa sah tidaknya
penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan. Yang dimaksud dengan pihak
ketiga yang berkepentingan misalnya saksi korban.
5. Upaya hukum yang dapat dilakukan ada 3, yaitu :
1) Upaya hukum pra peradilan, Praperadilan merupakan salah satu lembaga dalam
hukum pidana Indonesia, secara formil diatur dalam Pasal 77 sampai dengan Pasal 83
KUHAP. Dalam praktik digunakan oleh pihak-pihak/institusi yang mengajukan
upaya atas ketidakpuasan penerapan hukum atau tindakan/keputusan aparat hukum
yang dianggap telah menciderai rasa keadilan dan kepentingan mereka.
2) Upaya hukum biasa
- Banding pasal 67 KUHAP
- Kasasi pasal 244 KUHAP
3) Upaya hukum luar biasa
- Pemeriksaan tingkat kasasi demi kepentingan umum pasal 259 KUHAP
- Peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap pasal 263 KUHAP

PERTEMUAN KE-9
TOPIK Penuntutan dan Surat Dakwaan

METODE PENGAJARAN/KLASIKAL

URAIAN SUBSTANSI TOPIK

KATA KUNCI Penuntutan, surat dakwaan

SUMBER BELAJAR 1. Andi Hamzah, 2004, Hukum Acara Pidana, Sinar


Grafika, Jakarta. Hlm. 153-182.
2. Al. Wisnubroto, 2014, Praktik Persidangan Pidana,
Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta. Hlm. 50-63.
3. M. Yahya Harahap, 2003, Pembahasan Permasalahan
dan Penerapan KUHAP, Penyidikan dan Penuntutan,
Sinar Grafika, Jakarta. Hlm. 385-468.
4. Leden Marpaung, 2022, Proses Penanganan Perkara
Pidana, Di Kejaksaan dan Pengadilan Negeri, Upaya
Hukum dan Eksekusi, Sinar Grafika, Jakarta. Hlm. 21-69.

TUGAS
1. Jelaskan pengertian penuntutan!
2. Jelaskan dasar penghentian penuntutan!
3. Jelaskan pengertian prapenuntutan menurut UU Kejaksaan!
4. Jelaskan kapan berakhirnya prapenuntutan!
5. Jelaskan pengertian surat dakwaan!
6. Sebutkan apa saja yang diuraikan dalam surat dakwaan!
7. Jelaskan bentuk-bentuk surat dakwaan dalam hukum acara pidana!

JAWAB :
1. Pasal 1 butir 7 KUHAP, penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan
perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh
hakim disidang pengadilan.
2. Penghentian penuntutan berdasarkan Pasal 140 ayat (2) KUHAP, ”Dalamhal penuntut
umum memutuskan untuk menghentikan penuntutan karena tidak terdapat cukup bukti
atau peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau perkara ditutup
demi hukum...”.
3. Pasal 30 Ayat (1) Huruf a
Dalam melakukan penuntutan, jaksa dapat melakukan prapenuntutan. Prapenuntutan
adalah tindakan jaksa untuk memantau perkembangan penyidikan setelah menerima
pemberitahuan dimulainya penyidikan dari penyidik, mempelajari atau meneliti
kelengkapan berkas perkara hasil penyidikan yang diterima dari penyidik serta
memberikan petunjuk guna dilengkapi oleh penyidik untuk dapat menentukan apakah
berkas perkara tersebut dapat dilimpahkan atau tidak ke tahap penuntutan.
4. Setelah Penuntut Umum menerima kembali hasil penyidikan yang lengkap dari penyidik,
ia segera menentukan apakah berkas perkara itu sudah memenuhi persyaratan untuk
dapat atau tidak dilimpahkan ke pengadilan sebagaimana ketentuan dalam Pasal 139
KUHAP. Apabila Penuntut Umum berpendapat bahwa dari hasil penyidikan dapat
dilakukan penuntutan, maka dalam waktu secepatnya Penuntut Umum membuat surat
dakwaan sebagaimana ketentuan dalam Pasal 140 ayat (1) KUHAP. Namun, apabila
Penuntut Umum merasa belum cukup bukti, maka dapat dimungkinkan terjadi 2 (dua)
hal, yaitu mengembalikan berkas perkara kepada Penyidik kembali atau memutuskan
menghentian penuntutan dengan alasan tidak cukup bukti. Apabila berkas dikembalikan
kembali kepada penyidik, maka hal ini akan memperlambat penyelesaian perkara, yang
dalam hal ini berkaitan dengan masa penahanan tersangka. Jika jangka waktu penahanan
telah melampaui batas, maka tersangka harus dilepas demi hukum dari penahanan
sebagaimana ketentuan dalam Pasal 24 ayat (4) KUHAP.
5. Surat dakwaan merupakan suatu akta yang dikenal dalam proses penuntutan perkara
pidana dan merupakan bagian dari hukum acara pidana. Proses penuntutan terhadap
perkara pidana merupakan tindak lanjut dari proses penyidikan terhadap dugaan
terjadinya suatu tindak pidana oleh seseorang atau suatu badan hukum.
6. Surat Edaran Jaksa Agung Nomor: SE-004/J.A/11/1993 menerangkan bahwa surat
dakwaan dipandang telah memenuhi syarat apabila telah mampu memberi gambaran
secara utuh dan bulat akan:

1) Tindak pidana yang dilakukan.


2) Siapa yang melakukan tindak pidana.
3) Di mana dilakukannya tindak pidana.
4) Kapan tindak pidana dilakukan.
5) Bagaimana tindak pidana dilakukan.
6) Akibat yang ditimbulkan dari tindak pidana.
7) Apa yang mendorong terdakwa melakukan tindak pidana tersebut.
8) Ketentuan pidana yang diterapkan.
7. Bentuk pasti surat dakwaan tidak dimuat dalam undang-undang. Namun, sebagaimana
diterangkan Surat Edaran Jaksa Agung, dalam perkembangannya, ada lima jenis surat
dakwaan, yakni tunggal, alternatif, subsidair, kumulatif, dan kombinasi.
1) Surat dakwaan tunggal
Dalam surat dakwaan ini hanya satu Tindak Pidana saja yang didakwakan, karena
tidak terdapat kemungkinan untuk mengajukan alternatif atau dakwaan pengganti
lainnya;
2) Surat dakwaan alternative
Dalam surat dakwaan ini terdapat beberapa dakwaan yang disusun secara berlapis,
lapisan yang satu merupakan alternatif dan bersifat mengecualikan dakwaan pada
lapisan lainnya. Bentuk dakwaan ini digunakan bila belum didapat kepastian tentang
Tindak Pidana mana yang paling tepat dapat dibuktikan. Dalam dakwaan alternatif,
meskipun dakwaan terdiri dari beberapa lapisan, hanya satu dakwaan saja yang
dibuktikan tanpa harus memperhatikan urutannya dan jika salah satu telah terbukti
maka dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi. Dalam bentuk Surat
Dakwaan ini, antara lapisan satu dengan yang lainnya menggunakan kata sambung
atau.
3) Surat dakwaan subsidiair
Sama halnya dengan dakwaan alternatif, dakwaan subsidair juga terdiri dari
beberapa lapisan dakwaan yang disusun secara berlapis dengan maksud lapisan yang
satu berfungsi sebagai pengganti lapisan sebelumnya. Sistematik lapisan disusun
secara berurut dimulai dari Tindak Pidana yang diancam dengan pidana tertinggi
sampai dengan Tindak Pidana yang diancam dengan pidana terendah.
Pembuktian dalam surat dakwaan ini harus dilakukan secara berurut dimulai dari
lapisan teratas sampai dengan lapisan selanjutnya. Lapisan yang tidak terbukti harus
dinyatakan secara tegas dan dituntut agar terdakwa dibebaskan dari lapisan dakwaan
yang bersangkutan.
4) Surat dakwaan kumulatif
Dalam Surat Dakwaan ini, didakwakan beberapa Tindak Pidana sekaligus, ke semua
dakwaan harus dibuktikan satu demi satu. Dakwaan yang tidak terbukti harus
dinyatakan secara tegas dan dituntut pembebasan dari dakwaan tersebut. Dakwaan
ini dipergunakan dalam hal Terdakwa melakukan beberapa Tindak Pidana yang
masing-masing merupakan Tindak Pidana yang berdiri sendiri.
5) Surat dakwaan kombinasi
Disebut dakwaan kombinasi, karena di dalam bentuk ini dikombinasikan atau
digabungkan antara dakwaan kumulatif dengan dakwaan alternatif atau subsidair.

PERTEMUAN KE-10
TOPIK Keberatan (eksepsi)

METODE PENGAJARAN/KLASIKAL

URAIAN SUBSTANSI TOPIK

KATA KUNCI Keberatan


SUMBER BELAJAR 1. Al. Wisnubroto, 2014, Praktik Persidangan Pidana,
Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta. Hlm. 64-70
2. Suyanto, 2018, Hukum Acara Pidana, Zifatama Jawara,
Sidoarjo. Hlm. 109-117.
3. Leden Marpaung, 2022, Proses Penanganan Perkara
Pidana, Di Kejaksaan dan Pengadilan Negeri, Upaya
Hukum dan Eksekusi, Sinar Grafika, Jakarta. Hlm. 101-
106.

TUGAS
1. Jelaskan pengertian keberatan (eksepsi) dalam perkara pidana!
2. Sebutkan pasal dalam KUHAP yang mengatur tentang keberatan!
3. Kapan keberatan (eksepsi) dapat diajukan oleh terdakwa atau penasihat hukum
terdakwa!

JAWAB :
1. Eksepsi adalah penolakan/keberatan yang disertai alasan-alasannya bahwa surat dakwaan
dibuat tidak dengan cara yang benar, dan tidak menyangkut hal tentang benar atau tidak
benarnya tindak pidana yg didakwakan.
Karena itu eksepsi bukan pembelaan Eksepsi – mendudukkan seorang PH sebagai seorang
korektor surat dakwaan.
2. Pasal 156 ayat (1) KUHAP
3. Biasanya sebelum 'putusan sela' dijatuhkan oleh hakim, proses diawali dengan pengajuan
eksepsi atau keberatan oleh terdakwa atau penasehat hukumnya.

PERTEMUAN KE-11
TOPIK Macam-macam keberatan

METODE TUTORIAL

URAIAN SUBSTANSI TOPIK

KATA KUNCI Macam-macam keberatan

SUMBER BELAJAR 1. Al. Wisnubroto, 2014, Praktik Persidangan Pidana,


Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta. Hlm. 64-70
2. Suyanto, 2018, Hukum Acara Pidana, Zifatama Jawara,
Sidoarjo. Hlm. 118-121.
3. Leden Marpaung, 2011, Proses Penanganan Perkara
Pidana, Di Kejaksaan dan Pengadilan Negeri, Upaya
Hukum dan Eksekusi, Sinar Grafika, Jakarta. Hlm. 101-
106.

Tutorial

Antonio (51) merupakan terdakwa yang dihadapkan ke persidangan oleh Penuntut Umum
berdasarkan Surat Dakwaan Nomor : PDM-505/Kdr/10/2022 tertanggal 31 Oktober 2022
yang selengkapnya berbunyi:
KESATU:
Pebuatan terdakwa diatur dan diancam pidana berdasarkan ketentuan Pasal 114 ayat (1) UU
RI Nomor : 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
KEDUA:
Perbuatan terdakwa diatur dan diancam pidana berdasarkan ketentuan Pasal 112 ayat (1) UU
RI Nomor : 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) tanggal 5 September 2022 yang dijadikan dasar
Penuntut Umum membuat Surat Dakwaan terungkap bahwa saat Terdakwa Antonio diperiksa
sebagai Tersangka dalam perkara a quo yang dilakukan oleh Penyidik di Polresta Kendari
dengan ancaman hukuman pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, ternyata Terdakwa tidak didampingi
Penasihat Hukum.

PERTEMUAN KE-12
TOPIK Pembuktian dan alat bukti

METODE TUTORIAL

URAIAN SUBSTANSI TOPIK

KATA KUNCI Pembuktian, alat bukti


SUMBER BELAJAR 1. Andi Hamzah, 2004, Hukum Acara Pidana, Sinar
Grafika, Jakarta. Hlm. 245-276.
2. Eddy O.S. Hiariej, 2012, Teori dan Hukum Pembuktian,
Erlangga, Jakarta. Hlm. 17.
3. Nicolas Simanjuntak, 2009, Hukum Acara Pidana dalam
Sirkus Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor. Hlm. 238-245.
4. Ramdhan Kasim dan Apriyanto Nusa, 2019, Hukum
Acara Pidana; Teori, Asas dan Perkembangan Pasca
Putusan Mahkamah Konstitusi, Setara Pres, Malang.
Hlm. 209-230.
5. Didik Endro Porwoleksono, 2015, Hukum Acara Pidana,
Airlangga University Press, Surabaya. Hlm. 113-124.

TUTORIAL

Pada hari Senin, 31 Oktober 2022. Seorang pemuda bernama Aril bin Kumbang (25) yang
sementara bekerja sebagai Petugas SPBU tiba-tiba mendapat Surat Panggilan dari Polresta
Kendari. Adapun alasan pemanggilan tersebut untuk kepentingan pemeriksaan dalam rangka
penyidikan tindak pidana pembunuhan yang baru saja terjadi tidak jauh dari rumah Aril bin
Kumbang. Korbannya adalah seorang wanita berinisial B (19) yang bekerja sebagai pramusaji
di sebuah café ternama di Kota Kendari.
Sebelumnya, Jumat 27 Oktober 2022 sekira pukul 05.30 pagi seorang wanita bersimbah darah
dan sudah tidak bernyawa ditemukan tergeletak tidak jauh dari rumah Aril di Jl. Gajah No. 13
Kota Kendari.
Saat dilakukan pemeriksaan terhadap 3 (tiga) orang saksi, ketiga saksi tersebut menerangkan
bahwa sebelum korban ditemukan, di malam hari korban terlibat pertengkaran dengan
seorang laki-laki yang ciri-cirinya mirip dengan Aril.
Saat Aril diperiksa di Kepolisian, Aril tidak mengakui keterlibatannya dalam peristiwa
tersebut, karena menurut Aril mulai Kamis siang sampai Jumat siang Aril berada di SPBU
tempatnya bekerja, karena selain menjadi operator, Aril juga mendapat tugas jaga.
Pada saat pemeriksaan, Aril berusaha menghadirkan 4 (empat) orang saksi yang dapat
menguatkan alibi Aril. Menurut Aril keempat saksi tersebut mengetahui keberadaan Aril di
malam saat korban terlibat pertengkaran.
Namun pihak penyidik menolak keberadaan keempat saksi tersebut dengan dalih keempat
saksi tersebut dianggap tak memenuhi kualifikasi sebagai saksi yang melihat, mendengar, dan
mengalami kasus itu sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 26 dan 27 KUHAP.
Setelah dilakukan pemeriksaan, Aril pun ditetapkan sebagai tersangka.

PERTEMUAN KE-13
TOPIK Putusan hakim

METODE PENGAJARAN/KLASIKAL

URAIAN SUBSTANSI TOPIK

KATA KUNCI Putusan hakim


SUMBER BELAJAR 1. Andi Hamzah, 2004, Hukum Acara Pidana, Sinar
Grafika, Jakarta. Hlm. 277-284.
2. Didik Endro Porwoleksono, 2015, Hukum Acara Pidana,
Airlangga University Press, Surabaya. Hlm. 109-112.
3. Leden Marpaung, 2011, Proses Penanganan Perkara
Pidana, Di Kejaksaan dan Pengadilan Negeri, Upaya
Hukum dan Eksekusi, Sinar Grafika, Jakarta. Hlm. 129-
151.
4. Ramdhan Kasim dan Apriyanto Nusa, 2019, Hukum
Acara Pidana; Teori, Asas dan Perkembangan Pasca
Putusan Mahkamah Konstitusi, Setara Pres, Malang.
Hlm. 231-243.
5. Riadi Asra Ahmad, 2019, Hukum Acara Pidana, Rajawali
Pers, Depok. Hlm. 92-95.

TUGAS
1. Jelaskan pengertian putusan pengadilan menurut KUHAP!
2. Sebutkan formalitas yang harus dipenuhi dalam suatu putusan hakim sebagaimana
diatur dalam Pasal 197 KUHAP !
3. Jelaskan perbedaan putusan bebas (vrijspraak) dengan putusan lepas dari segala
tuntutan hukum (onstlag van recht vervolging) !
4. Jelaskan pengertian putusan yang berkekuatan hukum tetap (incracht van gewijsde)!
5. Jelaskanlah kapan suatu putusan dapat dikatakan berkekuatan hukum tetap!

JAWAB :
1. Putusan Pengadilan menurut Pasal 1 butir 11 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat
berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
2. Dalam Pasal 197 ayat (1) KUHAP diatur formalitas yang harus dipenuhi suatu putusan
hakim dan menurut ayat (2) pasal itu kalau ketentuan tersebut tidak dipenuhi, kecuali yang
tersebut pada huruf g, putusan batal demi hukum.
Ketentuan tersebut adalah :
a. kepala putusan berbunyi: DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA;
b. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan,
tempat tinggal, agama, dan pekerjaan terdakwa;
c. dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan;
d. pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat
pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang menjadi dasar penentuan
kesalahan terdakwa;
e. tuntutan pidana, sebagaimana terdapat dalam surat surat tuntutan;
f. pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan atau tindakan
dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan,
disertai keadaan yang memberatkan dan meringankan terdakwa;
g. hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali perkara diperiksa
oleh hakim tunggal;
h. pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam
rumusan delik disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang
dijatuhkan;
i. ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan jumlahnya
yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti;
j. keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan dimana letaknya
kepalsuan itu, jika terdapat surat autentik dianggap palsu;
k. perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau dibebaskan;
l. hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus, dan
nama panitera.
3. Pada putusan bebas (vrijspraak) tindak pidana yang didakwakan jaksa/penuntut umum
dalam surat dakwaannya tidak terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum.
Dengan kata lain, tidak dipenuhinya ketentuan asas minimum pembuktian (yaitu dengan
sekurang-kurangnya 2 alat bukti yang sah) dan disertai keyakinan hakim (Vide Pasal 183
KUHAP).
Putusan lepas (onslag van recht vervolging), segala tuntutan hukum atas perbuatan yang
dilakukan terdakwa dalam surat dakwaan jaksa/penuntut umum telah terbukti secara sah
dan meyakinkan menurut hukum, akan tetapi terdakwa tidak dapat dijatuhi pidana, karena
perbuatan tersebut bukan merupakan tindak pidana, misalnya merupakan bidang hukum
perdata, hukum adat atau hukum dagang.
4. Yang dimaksud dengan “putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap” adalah :
1. putusan pengadilan tingkat pertama yang tidak diajukan banding atau kasasi dalam
waktu yang ditentukan oleh Undang-Undang tentang Hukum Acara Pidana; 2. putusan
pengadilan tingkat banding yang tidak diajukan kasasi dalam waktu yang ditentukan oleh
Undang-Undang tentang Hukum Acara Pidana; atau
3. putusan kasasi.
5. Adapun, berdasarkan KUHAP, cara mengetahui putusan berkekuatan hukum tetap adalah
dengan kriteria sebagai berikut :
a. Putusan pengadilan tingkat pertama yang tidak diajukan banding setelah waktu 7 hari
sesudah putusan dijatuhkan atau setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa yang
tidak hadir, kecuali untuk putusan bebas (vrijspraak), putusan lepas dari segala
tuntutan hukum (onslag van rechts vervolging), dan putusan pemeriksaan acara cepat
karena putusan-putusan tersebut tidak dapat diajukan banding.
b. Putusan pengadilan tingkat banding yang tidak diajukan kasasi dalam waktu 14 belas
hari sesudah putusan pengadilan yang dimintakan kasasi itu diberitahukan kepada
terdakwa.
c. Putusan kasasi.

PERTEMUAN KE-14
TOPIK Upaya Hukum

METODE PENGAJARAN/KLASIKAL

URAIAN SUBSTANSI TOPIK

KATA KUNCI Upaya Hukum


SUMBER BELAJAR 1. Andi Hamzah, 2004, Hukum Acara Pidana, Sinar
Grafika, Jakarta. Hlm. 285-302.
2. Didik Endro Porwoleksono, 2015, Hukum Acara Pidana,
Airlangga University Press, Surabaya. Hlm. 125-138.
3. Leden Marpaung, 2011, Proses Penanganan Perkara
Pidana, Di Kejaksaan dan Pengadilan Negeri, Upaya
Hukum dan Eksekusi, Sinar Grafika, Jakarta. Hlm. 152-
214
4. Ramdhan Kasim dan Apriyanto Nusa, 2019, Hukum
Acara Pidana; Teori, Asas dan Perkembangan Pasca
Putusan Mahkamah Konstitusi, Setara Pres, Malang.
Hlm. 244-267.

TUGAS
1. Apakah pengertian upaya hukum menurut KUHAP !
2. Sebutkan 3 (tiga) putusan perkara pidana yang tidak dapat dimintakan banding
menurut KUHAP!
3. Selain 3 (tiga) putusan perkara pidana yang tidak dapat dimintakan banding, putusan
apa saja yang dapat dimintakan banding !
4. Jelaskan bagaimana proses pengajuan permintaan banding!
5. Jelaskan pengertian upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa!

JAWAB :
1. Pengertian upaya hukum menurut Pasal 1 butir 12 KUHAP, sebagai berikut: “Upaya
hukum adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan
pengadilan yang berupa perlawanan atau banding atau kasasi atau hak terpidana untuk
mengajukan peninjauan kembali dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam Undang-
undang ini”.
2. 1) Putusan bebas
2) Putusan Lepas dari segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya
penerapan hukum
3) Putusan pengadilan dalam acara cepat
3. Putusan bersalah dengan upaya hukum biasa
4. - Permohonan banding diajukan dalam waktu 7 (tujuh) hari sesudah putusan dijatuhkan,
atau setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa yang tidak hadir dalam pengucapan
putusan.
- Permohonan banding yang diajukan melampaui tenggang waktu tersebut harus ditolak
dengan. membuat surat keterangan.
- Permohonan banding yang telah memenuhi prosedur dan waktu yang ditetapkan, harus
dibuatkan akta pemyataan banding yang ditandatangani oleh Panitera dan pemohon
banding, serta tembusannya diberikan kepada pemohon banding.
- Dalam hal pemohon tidak dapat menghadap, hal ini harus dicatat oleh Panitera dengan
disertai alasannya dan catatan tersebut harus dilampirkan dalam berkas perkara serta juga
ditulis dalam daftar perkara pidana.
- Permohonan banding yang diajukan harus dicatat dalam buku register induk perkara
pidana dan register banding.
- Panitera wajib memberitahukan permohonan banding dari pihak yang satu kepada pihak
yang lain.
- Tanggal penerimaan memori dankontra memori banding, harus dicatat dan salinannya
disampaikan kepada pihak yang lain, dengan membuat relas
pemberitahuan/penyerahannya.
- Sebelum berkas perkara dikirim ke Pengadilan Tinggi, selama 7 hari pemohon banding
wajib diberi kesempatan untuk mempelajari berkas perkara.
- Dalam waktu 14 (empat betas) hari sejak permohonan banding diajukan, berkas perkara
banding berupa berkas A dan B harus sudah dikirim ke Pengadilan Tinggi.
- Selama perkara banding belum diputus oleh Pengadilan Tinggi, permohonan banding
dapat dicabut sewaktu-waktu, dan dalam hal sudah dicabut tidak boleh diajukan
permohonan banding lagi.
5. Perbedaan yang ada antara keduanya adalah bahwa pada azasnya upaya hukum biasa
menangguhkan eksekusi (kecuali bila terhadap suatu putusan dikabulkan tuntutan serta
mertanya), sedangkan upaya hukum luar biasa tidak menangguhkan eksekusi.
Contoh dari upaya hukum biasa yaitu, banding dan kasasi
Contoh dari upaya hukum luar biasa yaitu, pemeriksaan tingkat kasasi demi kepentingan
hukum dan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.

PERTEMUAN KE-15
TOPIK Koneksitas

METODE PENGAJARAN/KLASIKAL

URAIAN SUBSTANSI TOPIK

KATA KUNCI Koneksitas


SUMBER BELAJAR 1. Andi Hamzah, 2004, Hukum Acara Pidana, Sinar
Grafika, Jakarta. Hlm. 210-232.
2. Leden Marpaung, 2011, Proses Penanganan Perkara
Pidana, Penyelidikan dan Penyidikan, Sinar Grafika,
Jakarta. Hlm. 151-162.

TUGAS
1. Jelaskan pengertian koneksitas dalam peradilan pidana !
2. Sapakah yang dapat melakukan penyidikan pada perkara koneksitas ?
3. Jelaskan secara singkat penuntutan perkara koneksitas !
4. Jelaskan kewenangan mengadili perkara koneksitas berdasarkan Pasal 91 KUHAP!

JAWAB :
1. Koneksitas adalah suatu tindak pidana yang yang dilakukan besama-sama oleh mereka
yang termasuk lingkungan peradilan umum dan lingkungan peradilan militer.
2. Apabila suatu perkara koneksitas diperiksa melalui mekanisme koneksitas maka aparat
penyidik koneksitas terdiri dari tim tetap yang terdiri atas penyidik kejaksaan, polri, polisi
militer dan oditur.
3. Penuntutan perkara koneksitas merupakan kasus tindak pidana yang dilakukan oleh orang
umum bersama dengan orang militer yang akan di adili berdasarkan hasil penyelidikan
antara peradilan umum atau peradilan militer.
4. Untuk kewenangan mengadili perkara koneksitas berdasarkan pasal 91 KUHAP jika
kerugian menitikberatkan pada kepentingan umum maka perkara tersebut diajukan ke
peradilan umum, sebaliknya jika kerugiannya menitikberatkan pada kepentingan militer
berarti perkara tersebut dibawa ke peradilan militer.

Anda mungkin juga menyukai