Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) disempurnakan untuk meningkatkan

mutu pendidikan pengetahuan sosial. Kesejahteraan bangsa saat ini tidak hanya

bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber

pada modal intelektual, sosial dan kepercayaan. Dengan demikian tuntutan, untuk

memajukan pengetahuan sosial menjadi suatu keharusan. Pengembangan kurikulum

pengetahuan sosial menanggapi secara positif berbagai perkembangan informasi,

ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kesesuaian

program pembelajaran IPS dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Kompetensi IPS

menjamin pertumbuhan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

penguasaan kecakapan hidup, penguasaan prinsip-prinsip sosial ekonomi, budaya dan

kewarganegaraan sehingga tumbuh generasi yang kuat dan berakhlak mulia.

Pembelajaran IPS mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam

mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul, handal, dan bermoral semenjak

dini. Untuk itu IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang mulai diajarkan dari

Pendidikan Sekolah Dasar (SD) sampai jenjang Pendidikan Tingkat Menengah

(SMP). pembelajaran IPS yang merupakan salah satu mata pelajaran pada jenjang

pendidikan dasar memfokuskan kajiannya pada hubungan antar manusia dan proses

membantu pengembangan kemampuan dalam hubungan antar manusia. Sedangkan

1
2

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dikembangkan melalui kajian ditujukan

untuk mencapai keserasian dan keselarasan dalam kehidupan masyarakat.

Mata pelajaran IPS SD tidak hanya bersifat hafalan saja tetapi dapat

dimengerti dan dipahami oleh peserta didik, serta dapat menerapkan atau

mempraktekkan teori yang dipelajarinya di sekolah dalam kehidupan sehari-harinya.

Berarti di samping memberi peserta didik dengan pengetahuan, guru juga membantu

misi untuk menjadikan peserta didik mempunyai sikap dan tingkah laku yang sesuai

dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Apabila peserta didik telah

memiliki sikap yang sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat maka

setiap pribadi yang demikian akan memancarkan sinarnya dalam kehidupan baik

terhadap alam sekitar, terhadap Sang Khalik maupun terhadap dirinya sendiri sebagai

manusia yang hidup di alam sekitarnya. Berkenaan dengan itu terasalah betapa

pentingnya pembelajaran IPS SD dalam membentuk manusia Indonesia ke jalan yang

sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma yang ada dalam masyarakat, karena itu

para guru sangat dibutuhkan dalam menyajikan mata pelajaran IPS sebagai pelaksana

teknis dalam pendidikan dan pembelajaran.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada hari Selasa-Kamis tanggal

11-13 April 2017 dalam pembelajaran IPS di sekolah Khususnya di SD Negeri 117

Lubuk Landai guru hanya mengedepankan aspek hapalan dalam pembelajaran

sehingga tujuan pembelajaran IPS belum tercapai secara maksimal. Selain itu dalam

pengamatan awal peneliti menemukan beberapa permasalahan, di antaranya; 1) guru

masih dominan menggunakan model ceramah dalam penyampaian materi, sehingga


3

kurang menarik perhatian, minat dan motivasi peserta didik dalam pembelajaran, hal

ini mengakibatkan peserta didik merasa jenuh dan pasif dalam pembelajaran, 2) guru

belum mengoptimalkan dan menitikberatkan pemahaman peserta didik terhadap

materi pembelajaran, sehingga akan mempengaruhi hasil belajar peserta didik, 3)

dalam pembagian kelompok guru jarang sekali memperhatikan keheterogenan

(tingkat akademik, jenis kelamin, ras, dan etnis) peserta didik sehingga ada dalam

satu kelompok itu peserta didik yang tingkat akademiknya tinggi saja, dan yang

rendah saja, 4) pembelajaran IPS yang seharusnya menitikberatkan pada

keterampilan bersosial belum begitu nampak dalam praktek keseharian peserta didik,

5) penilaian yang diberikan dalam belajar kelompok seringkali berupa penilaian

kelompok tanpa memperhatikan nilai kemajuan individu kelompok.

Permasalahan-permasalah dalam pembelajaran di atas tentulah hal yang bisa

membuat pembelajaran menjadi kurang efektif, sehingga tujuan pembelajaran tidak

tercapai. Untuk mengatasi hal tersebut guru perlu mencari metode pembelajaran yang

inovatif, salah satunya dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran

kooperatif merupakan alternatif yang bisa digunakan merupakan pembelajaran yang

menempatkan peserta didik dalam beberapa kelompok belajar. Dimana dalam

kelompok tersebut peserta didik dilatih untuk saling bekerja sama dalam

menyelesaikan tugas kelompoknya. sebagaimana dijelaska oleh Anita (2008:30)

pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan

kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan sesama peserta didik dalam tugas-

tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.
4

Tipe Model pembelajaran kooperatif sangat banyak, salah satunya tipe Student

Team Achievement Division (STAD). Sebagai salah satu tipe dari kooperatif, tipe

STAD tidak jauh berbeda dengan tipe lainnya yaitu mengutamakan kerja sama dalam

kelompok. Menurut Rioseptiadi (2009:5) Pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Student Team Achievement Division) adalah pembelajaran kooperatif di mana

peserta didik belajar dengan menggunakan kelompok kecil yang anggotanya

heterogen dan menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran untuk

menuntaskan materi pembelajaran, kemudian saling membantu satu sama lain untuk

memahami bahan pembelajaran melalui tutorial, kuis satu sama lain dan atau

melakukan diskusi.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dalam pembelajaran ini, peserta

didik akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang untuk

menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Menurut Slavin (2009:12) gagasan

utama dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah untuk memotivasi

peserta didik supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain

dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.

Berdasarkan kutipan di atas pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat bisa

meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran, karena mereka

ditempatkan dalam kelompok belajar yang terdiri dari tingkat akademik dan tingkat

sosial yang berbeda. Namun perbedaan tersebut bukan merupakan penghalang bagi

peserta didik untuk melakukan kerja sama dalam kelompoknya. Dengan perbedaan
5

yang ada peserta didik berusaha meningkatkan kemampuannya untuk mencapai

tujuan bersama dengan cara bekerja sama, misalnya peserta didik yang

berkemampuan tinggi bisa membantu temannya yang berkemampuan rendah

(tutorial) karena dalam kelompok tersebut semua anggota kelompok harus menguasai

materi yang diberikan. Dengan demikian mereka dilatih untuk menjunjung tinggi

norma-norma kelompok, dan membangun hubungan sosial di dalam kelompok.

Sistem penilaian model kooperatif tipe STAD berbeda dengan pembelajaran

kelompok biasa, yaitu nilai kelompok diambil dari kemajuan nilai individu yang

dikumpulkan. Keberhasilan seorang individu sangat menentukan sekali terhadap

kemajuan kelompoknya, dan bagi kelompok yang terbaik diberi penghargaan (pujian

atau hadiah). Dengan demikian seluruh peserta didik akan aktif dan termotivasi

dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk

memperbaiki proses pembelajaran IPS melalui penelitian tindakan kelas yang

berjudul “Penggunaan Model Kooperatif tipe Student Team Achievement

Division ( STAD ) dalam Meningkatkan Pembelajaran IPS di Kelas V SDN 117

Lubuk Landai ”.
6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Guru masih dominan menggunakan model ceramah dalam penyampaian materi,

sehingga kurang menarik perhatian, minat dan motivasi peserta didik dalam

pembelajaran, hal ini mengakibatkan peserta didik merasa jenuh dan pasif dalam

pembelajaran.

2. Guru belum mengoptimalkan dan menitikberatkan pemahaman peserta didik

terhadap materi pembelajaran, sehingga akan mempengaruhi hasil belajar peserta

didik.

3. Guru jarang sekali memperhatikan ke heterogenan (tingkat akademik, jenis

kelamin, ras, dan etnis) peserta didik sehingga ada dalam satu kelompok itu

peserta didik yang tingkat akademiknya tinggi saja, dan yang rendah saja.

4. Pembelajaran IPS yang seharusnya menitikberatkan pada keterampilan bersosial

belum begitu nampak dalam praktek keseharian peserta didik.

5. Penilaian yang diberikan dalam belajar kelompok seringkali berupa penilaian

kelompok tanpa memperhatikan nilai kemajuan individu kelompok.

6. Guru masih dominan menggunakan model ceramah dalam penyampaian materi,

sehingga kurang menarik perhatian, minat dan motivasi peserta didik dalam

pembelajaran, hal ini mengakibatkan peserta didik merasa jenuh dan pasif dalam

pembelajaran.
7

7. Guru belum mengoptimalkan dan menitikberatkan pemahaman peserta didik

terhadap materi pembelajaran, sehingga akan mempengaruhi hasil belajar.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti akan membatasi

permasalahan pada peningkatan aktivitas dan hasil Pembelajaran IPS dengan

Menggunakan Model Kooperatif tipe Student Team Achievement Division ( STAD )

di Kelas V SDN 117 Lubuk Landai.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, rumusan

masalah secara umum adalah:

1. Bagaimanakah peningkatan aktivitas pembelajaran IPS dengan menggunakan

model kooperatif tipe STAD di kelas V SDN 117 Lubuk Landai?

2. Bagaimankah peningkatan hasil pembelajaran IPS dengan menggunakan model

kooperatif tipe STAD di kelas V SDN 117 Lubuk Landai?

E. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk

1. Menjelaskan peningkatan aktivitas pembelajaran IPS dengan menggunakan model

kooperatif tipe STAD di kelas V 117 Lubuk Landai.

2. Menjelaskan peningkatan hasil pembelajaran IPS dengan menggunakan model

kooperatif tipe STAD di kelas V SDN 117 Lubuk Landai .


8

F. Manfaat Penelitian

Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

untuk proses pembelajaran IPS di SD. Secara khusus, hasil penelitian ini dapat

bermanfaat bagi:

1. Bagi sekolah. dapat bermanfaat untuk memperkaya model pembelajaran yang

diterapkan.

2. Bagi guru, sebagai masukan untuk meningkatkan proses pembelajaran IPS dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam rangka

memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik.

3. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD .

4. Bagi peneliti, untuk menyumbangkan pemikiran dan memperluas wawasan dalam

menggunakan model kooperatif tipe STAD pada pembelajaran IPS di SD


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Pembelajaran IPS

a. Pengertian IPS

IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis, gejala

dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan

atau satu perpaduan. sebagaimana dijelaskan Martorella (dalam Etin 2008:14)

mengatakan bahwa pembelajaran pendidikan IPS lebih menekankan pada aspek

pendidikan dari pada transfer konsep, karena dalam pembelajaran IPS peserta didik

diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan

serta melatih sikap, nilai, moral dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah

dimilikinya.

Selanjutnya Depdiknas (2009:575) mengemukakan bahwa IPS merupakan

salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai

SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji separangkap peristiwa, fakta, konsep, dan

generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS

memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,

peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang

demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Masa-masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat

karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh

9
10

karena itu materi pembelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan,

pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam

memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat pembelajaran

IPS di SD adalah mata pelajaran yang mempelajari ilmu-ilmu sosial yang

berhubungan dengan kehidupan manusia, mendidik, memberi bekal dan melatih

sikap, nilai, moral, serta keterampilan bagi peserta didik, sehingga peserta didik dapat

menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta

warga dunia yang cinta damai.

b. Tujuan IPS

Nursid (2009:1.10) menjelaskan tujuan pendidikan IPS adalah untuk membina

peserta didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan,

keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi

masyarakat dan negara.

Selanjutnya Depdiknas (2009:575) menjelaskan bahwa mata pelajaran IPS

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Mengenal

konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. (2)

memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,

memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. (3) memiliki

komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.( 4) memiliki

kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang

majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.


11

Sementara itu Hasan (2008:3) menyatakan tujuan esensi pendidikan IPS

adalah mampu mempersiapkan, membina, dan membentuk kemampuan peserta didik

yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai, dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi

kehidupan di masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan tujuan mata pelajaran IPS

adalah untuk mendidik , memberi bekal dan kemampuan dasar kepada peserta didik

untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan

lingkungannya, serta berbagai bekal bagi peserta didik untuk melanjutkan pendidikan

kejenjang yang lebih tinggi.

c. Ruang lingkup IPS

IPS membahas tentang bagaimana manusia berhubungan dengan lingkungan

sekitarnya. Ini disebabkan karena manusia tumbuh dan kembang pada lingkungan

yang memiliki sistem sosial dan budaya yang berbeda. Menurut Ischak (2010:1.37)

ruang lingkup IPS adalah hal-hal yang berkenaan dengan manusia dan kehidupannya

meliputi semua aspek kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat”. Selanjutnya

Depdiknas (2009:575) menjelaskan ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-

aspek sebagai berikut: 1) Manusia, tempat, dan lingkungan, 2) Waktu, keberlanjutan,

dan perubahan, 3) Sistem sosial dan budaya, 4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup mata

pelajaran IPS adalah mengkaji manusia dan segala aspek yang berhubungan dengan

kehidupannya.
12

2. Hakikat Model Kooperatif

a. Pengertian Model Kooperatif

Model kooperatif adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan peserta didik

dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan. Untuk mencapai tujuan tersebut peserta didik dituntut bekerja sama

dalam kelompoknya.

Menurut Johnson & Johnson (dalam Sunarya 2009:1) pembelajaran

kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama

antar peserta didik dalam sebuah kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Selanjutnya Wina Sanjaya (2008:242) menyatakan pembelajaran kooperatif

merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim

kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang

kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Senada

dengan Wina, Nurasma (2008:2) menjelaskan pembelajaran kooperatif merupakan

salah satu model pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, di mana kelompok-

kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pembelajaran

kooperatif peserta didik dapat bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan

tugas-tugas yang diberikan kepada kelompok dan dapat bertanggung jawab atas hasil

kerja kelompoknya masing-masing.

b. Tujuan Model Kooperatif

Setiap model pembelajaran mempunyai tujuan, begitu juga dengan model


13

pembelajaran kooperatif. Menurut Sutrisni (2011:2) model pembelajaran kooperatif

dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya 3 tujuan pembelajaran yaitu : 1)

Kemampuan akademik, 2) Penerimaan perbedaan individu, 3) Pengembangan

keterampilan sosial.

Pernyataan di atas senada dengan ungkapan Nurasma (2008:3) yang

menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif bertujuan untuk pencapaian hasil belajar,

penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan kinerja dan hasil belajar peserta

didik serta mengembangkan keterampilan sosial peserta didik, yang nantinya sangat

berguna dalam kehidupan bermasyarakat.

c. Prinsip-prinsip Model kooperatif

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif setidaknya terdapat lima prinsip yang

dianut yaitu sesuai dengan yang dinyatakan oleh Nurasma (2008:6) adalah sebagai

berikut :

1)Belajar peserta didik aktif, model pembelajaran kooperatif berpusat pada peserta

didik, aktivitas belajar dominan dilakukan peserta didik, dan pengetahuan yang

ditemukan adalah dengan belajar bersama-sama dalam kelompok.

2)Belajar kerjasama, proses pembelajaran kooperatif dilalui dengan bekerja sama

dalam kelompok untuk membangun pengetahuan yang sedang dipelajari.

3)Pembelajaran partisipatorik, pembelajaran kooperatif juga menganut prinsip dasar

pembelajaran partisipatorik, karena model pembelajaran ini peserta didik


14

belajar melakukan sesuatu (learning by doing) secara bersama-sama untuk

menemukan dan membangun pengetahuan.

4)Reactive Teaching, dalam menerapkan pembelajaran kooperatif, perlu

menciptakan strategi yang tepat agar seluruh peserta didik mempunyai motivasi

yang tinggi. Motivasi tersebut dapat dibangkitkan apabila dapat menciptakan

suasana belajar yang menarik dan menyenangkan.

5)Pembelajaran yang menyenangkan, pembelajaran harus berjalan dalam suasana

yang menyenangkan, tidak ada lagi suasana yang menakutkan dan suasana

belajar yang tertekan bagi peserta didik.

Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2008:246) menjelaskan ada empat prinsip

dasar pembelajaran kooperatif yaitu:

1) Prinsip Ketergantungan Positif (Positive Interpendence), keberhasilan suatu

penyelesaian tugas dalam pembelajaran kelompok sangat tergantung kepada

usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya.

2) Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability), keberhasilan

kelompok tergantung pada setiap anggota kelompok, maka setiap anggota

kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.

3) Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction), pembelajaran

kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepaada setiap anggota

kelompok untuk bertatap muka saling memberi informasi dan saling

membelajarkan.

4) Partisipasi dan Komunikasi (Participation Comnunication), pembelajaran


15

kooperatif melatih peserta didik untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan

berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam

kehidupan di masyarakat kelak.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip pembelajaran

kooperatif adalah menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik

dan mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kerjasama dalam diri peserta

didik.

d. Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa unsur-unsur yang terkait satu

dengan lainnya, seperti adanya kerja sama, anggota kelompok heterogen,

keterampilan kolaboratif, dan saling ketergantungan. Dan unsur-unsur inilah yang

membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok biasa.

Anita (2008:30) menyatakan ada lima unsur model pembelajaran kooperatif,

yaitunya: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka,

komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok. Pendapat Anita di atas dapat

dijabarkan sebagai berikut:

1) Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan atau kegagalan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap

anggotanya. Oleh sebab itu semua anggota kelompok harus merasa terikat dan

saling tergantung positif.

2) Tanggung Jawab Perseorangan


16

Setiap anggota kelompok akan bertanggung jawab untuk melakukan yang

terbaik bagi kelompoknya masing-masing, karena nilai kelompok terbentuk dari

sumbangan setiap anggota kelompok.

3) Tatap Muka

Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.

Sehingga dengan berdiskusi peserta didik saling berinteraksi yang nantinya

akan memberikan keuntungan kepada setiap anggota, karena dapat

memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota

kelompok.

4) Komunikasi Antar Anggota

Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok merupakan hal yang sangat

penting, karena berguna untuk memperkaya pengalaman belajar, pembinaan

perkembangan mental, dan emosional para peserta didik.

5) Evaluasi Proses Kelompok

Keberhasilan belajar dalam kelompok ditentukan oleh proses kerja kelompok.

Untuk mengetahui keberhasilan tersebut maka dilakukan evaluasi proses

kelompok.

Sementara itu menurut Muslimin, dkk (dalam Kunandar 2008:360) unsur-

unsur pembelajaran kooperatif adalah:

1) Peserta didik dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup

sepenanggungan bersama.

2) Peserta didik bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya,


17

3) Peserta didik haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya

memiliki tujuan yang sama

4) Peserta didik haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara

anggota kelompoknya

5) Peserta didik akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang

juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok

6) Peserta didik berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan

untuk belajar bersama, g) Peserta didik akan diminta mempertanggungjawabkan

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur dari pembelajaran

kooperatif adalah kelas dibagi atas kelompok-kelompok kecil, dengan anggota

kelompok yang terdiri dari beberapa orang peserta didik yang memiliki kemampuan

akademik yang bervariasi, setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab

terhadap kelompoknya, dan adanya tujuan yang sama dalam kelompok.

e. Model-model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2009:11) macam-macam model pembelajaran kooperatif

yaitu Student Team Achievement Division (STAD), Team Games Tournamaent

(TGT), Cooperative Integrasi Reading and Composition (CIRC), Team Accelerated

Intruction (TAI), Group Investigation (GI), Co-op Co-op, dan Jig Saw II. Penjelasan

Slavin senada dengan Nurasma (2008:50-83) menjelaskan model pembelajaran

kooperatif terdiri atas 7 tipe yaitu: Student Team Achievement Division (STAD),

Team Games Tournamaent (TGT), Cooperative Integrasi Reading and Composition


18

(CIRC), Team Accelerated Intruction (TAI), Group Investigation (GI), Jig Saw II dan

Co-op Co-op.

Pendapat kedua para ahli di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Student Team Achievement Division (STAD)

STAD adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana,

dimana peserta didik ditempatkan dalam kelompok belajar yang beranggotakan

empat atau lima orang peserta didik yang merupakan campuran dari kemampuan

akademik yang berbeda. lebih dulu menyajikan materi, kemudian anggota tim

mempelajari materi dan memastikan semua anggota tim telah menguasai pelajaran

tersebut.

2) Teams Games Tournament (TGT)

TGT adalah model pembelajaran yang didahului dengan penyajian materi

oleh guru dan diakhiri dengan memberikan sejumlah pertanyaan kepada peserta

didik. Setelah itu peserta didik pindah ke kelompoknya masing-masing untuk

mendiskusikan dan menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan guru.

3) Team Assisted Individualization (TAI)

TAI merupakan model pembelajaran yang menggunakan kombinasi

pembelajaran kooperatif dan pengajaran individual.

4) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

CIRC adalah sebuah program komprehensif dalam pengajaran membaca dan

menulis untuk kelas tinggi di SD. Mereka terlibat dalam sebuah rangkaian kegiatan

bersama, saling membacakan satu sama lain, membuat prediksi, membuat ikhtisar,
19

menulis tanggapan dan berlatih pengejaan serta pembendaharaan kata.

5) Group Investigation (GI)

GI adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang memperbolehkan peserta

didik merancang dan melakukan suatu pembelajaran dalam kelompok mereka.

Keberhasilan pelaksanaan model ini tergantung dengan latihan-latihan

berkomunikasi dari berbagai keterampilan sosial lain yang dilakukan sebelumnya.

6) Jigsaw

Model jigsaw dapat digunakan bilamana materi yang harus dikaji berbentuk

narasi tertulis. Dalam model pemebelajaran ini peserta didik bekerja dalam tim-tim

yang bersifat heterogen sebagaimana dalam STAD dan TGT. Pada model Jigsaw

peserta didik dibagi atas kelompok ahli dan pakar, yang kemudian diberi bab-bab

atau unit-unit lain untuk dibaca, dan diberi lembar pakar yang berisi topik-topik yang

berbeda bagi masing-masing anggota tim untuk dijadikan fokus ketika membaca.

7) Model Co-op Co-op

Model Co-op Co-op hampir mirip dengan investigasi kelompok, tapi

menempatkan kelompok-kelompok dalam kerja sama satu dengan yang lain untuk

mengkaji topik kelas. Dalam model ini memungkinkan siswa untuk bekerja sama

dalam kelompok-kelompok kecil dan kemudian memberikan kesempatan bagi

mereka untuk saling tukar pemahaman yang baru dengan teman-teman sebaya.

f. Keunggulan Model Kooperatif.

Setiap model pembelajaran mempunyai keunggulan tersendiri begitu juga

dengan model kooperatif. Menurut Nurasma (2008:21) keunggulan yang paling besar
20

dari penerapan pembelajaran kooperatif terlihat ketika peserta didik menerapkannya

dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks.

Selanjutnya Wina Sanjaya (2008:249) menjelaskan keunggulan model

kooperatif adalah:

1) Melalui pembelajaran kooperatif peserta didik tidak terlalu bergantung kepada

guru.

2) Membantu mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengungkapkan

ide-ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya

dengan ide-ide orang lain.

3) Dapat membantu peserta didik untuk respek pada orang lain dan menyadari

akan segala keterbatasannya serta menerima perbedaan.

4) Dapat membantu memberdayakan setiap peserta didik untuk lebih bertanggung

jawab dalam belajar.

5) Dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial.

6) Dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menguji ide dan

pemahamannya sendiri, serta menerima umpan balik.

7) Dapat meningkatkan kemampuan peserta didik menggunakan informasi dan

kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

8) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan

memberikan rangsangan untuk berpikir.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa keunggulan

dari model kooperatif adalah: meningkatkan kecakapan individu, meningkatkan


21

kecakapan kelompok, meningkatkan keberanian mengemukakan pendapat,

mengembangkan sikap saling menghargai dalam perbedaan, sehingga

menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya, serta tidak memiliki rasa

dendam.

3. Model Kooperatif Tipe STAD

a. Pengertian Model Kooperatif tipe STAD

STAD adalah salah tipe pembelajaran kelompok yang paling sederhana, yang

mana peserta didik dikelompokkan dalam kelompok belajar yang heterogen.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Slavin (dalam Nurasma 2008:51)

pembelajaran kooperatif tipe STAD, peserta didik dikelompokkan dalam kelompok

belajar yang beranggotakan empat atau lima orang peserta didik yang merupakan

campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, sehingga setiap kelompok

terdapat peserta didik yang berprestasi tinggi, sedang, dan rendah.

Pernyataan di atas senada dengan yang dikemukakan oleh Mohamad

(2009:5) dalam STAD peserta didik dikelompokkan dalam tim-tim pembelajaran

dengan empat orang anggota, anggota tersebut campuran yang ditinjau dari tingkat

kinerja, jenis kelamin dan suku.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

dengan pembelajaran tipe STAD dapat mengembangkan kemampuan peserta didik

baik secara individu maupun secara kelompok untuk mencapai tujuan bersama,

walaupun di dalam kelompok terdapat perbedaan akademik, jenis kelamin dan ras,

serta melatih peserta untuk mengembangkan keterampilan bersosial.


22

b. Tahap-tahap Model Kooperatif Tipe STAD

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terlaksana dengan

baik maka seorang guru harus memperhatikan tahap-tahap pelaksanaannya. Menurut

Nurasma (2008:51) tahap-tahap model kooperatif tipe STAD adalah: (1) penyajian

materi, (2) kegiatan belajar kelompok, (3) pemeriksaan terhadap hasil kegiatan

kelompok, (4) peserta didik mengerjakan soal-soal tes secara individual, (5)

pemeriksaan hasil tes, (6) penghargaan kelompok. Selanjutnya Slavin (2009:143)

menjelaskan, model kooperatif tipe STAD terdiri atas lima komponen utama:

presentase kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim.

Berdasarkan pendapat yang dikemukan di atas, dapat disimpulkan bahwa

langkah-langkah kooperatif tipe STAD sebagai berikut:

1). Penyajian materi

Setiap pembelajaran dengan menggunakan model ini dimulai dengan

penyajian materi oleh guru di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung

seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru.

2). Kegiatan belajar kelompok

Masing-masing kelompok berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan

atau materi lainnya. Dalam kerja kelompok setiap anggota tim harus melakukan

yang terbaik untuk timnya, oleh karena itu setiap anggota tim harus bekerja sama.

3). Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok

Kegiatan ini dilakukan dengan cara masing-masing perwakilan tim/kelompok

membacakan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dan kelompok yang lain
23

menanggapinya. Sehingga terciptalah interaksi antara peserta didik.

4). Mengerjakan soal-soal tes secara individual

Setelah akhir satu atau dua periode setelah guru memberikan prensentasi dan

sekitar satu atau dua periode praktek tim, para peserta didik akan mengerjakan

kuis/tes. Para peserta didik tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam

mengerjakan kuis. Sehingga setiap peserta didik bertanggung jawab secara

individual untuk memahami materinya.

5). Pemeriksaan hasil tes

Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, dengan cara membuat daftar skor

peningkatan setiap individu yang kemudian dimasukkan menjadi skor kelompok.

6). Penghargaan kelompok

Tim/kelompok akan mendapat sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain

apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

c. Penggunaan Model Kooperatif Tipe STAD dalam Pembelajaran IPS

Penggunaan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPS akan lebih

menarik bagi peserta didik, karena dengan menggunakan model ini peserta didik

akan ikut aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran akan lebih

bermakna. Dan juga bisa melatih peserta didik untuk bekerja sama, menerima

keberagaman, serta membina sikap sosial melalui kerja kelompok.

Untuk mencapai tujuan tersebut, sesuai dengan pendapat Nurasma yang

telah diuraikan sebelumnya maka tahap-tahap model kooperatif tipe STAD dalam

pembelajaran IPS dapat dilaksanakan dengan memperhatikan tahap-tahap sebagai


24

berikut:

a. Tahap persiapan

Agar pelaksanaan pembelajaran model kooperatif tipe STAD dapat berjalan

dengan efektif, perlu dilakukan persiapan sebelum pelaksanaannya. Persiapan yang

perlu dilakukan sebelum pembelajaran adalah sebagi berikut:

1) Membuat perencanaan pembelajaran, di mana di dalamnya terdapat langkah-

langkah proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD yang akan

dilaksanakan.

2) Membagi peserta didik dalam kelompok kooperatif

3) Mempersiapkan teks bacaan, lks, dan kunci lks untuk masing-masing

kelompok.

4) Menentukan skor dasar awal, skor dasar merupakan skor pada kuis

sebelumnya.

b. Tahap pelaksanaan

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD

sangat dibutuhkan penjelasan dan arahan dari guru, secara operasional. Kegiatan

yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Penyajian materi

Sebelum menyajikan materi, terlebih dahulu guru menjelaskan tujuan

pembelajaran, memotivasi peserta didik dalam kelompoknya untuk bekerja sama.

Selanjutnya guru menyajikan materi pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang

ingin dicapai seperti menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan


25

kemerdekaan. Dalam pelaksanaan penelitian ini penyajian materi peneliti lakukan

dengan tanya jawab. Penyajian materi dilakukan lebih kuran 15 menit.

2) Kegiatan belajar kelompok

Pada tahap ini pertama sekali guru memberikan dua rangkap LKS pada

setiap kelompok, setelah itu guru menjelaskan ketentuan yang berlaku di dalam

kelompok kooperatif. Selanjutnya meminta peserta didik untuk bekerjasama

dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah dan pertanyaan yang terdapat pada

LKS yang telah dibagikan.

3) Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok

Pada tahap ini yang dilakukan oleh guru: a) meminta masing-masing

perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya ke depan kelas,

b) menugasi kelompok lain memberikan tanggapan atas hasil kerja kelompok yang

disajikan, c) Membagikan kunci jawaban pada setiap kelompok, dan setiap

kelompok memeriksa sendiri hasil pekerjaannya serta memperbaiki jika masih

terdapat kesalahan-kesalahan.

4) Mengerjakan soal-soal tes secara individual

Pada tahap ini peserta didik diberikan soal-soal kuis/evaluasi secara

individu. Dalam menjawab soal-soal tersebut peserta didik tidak boleh bekerja

sama dan saling membantu.

5) Pemeriksaan hasil tes

Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, dengan cara membuat daftar

skor peningkatan setiap individu yang kemudian dimasukkan menjadi skor


26

kelompok.

6) Penghargaan kelompok

Setelah diperoleh hasil kuis, kemudian dihitung skor peningkatan

individual berdasarkan selisih perolehan skor kuis terdahulu (skor dasar) dengan

skor kuis terakhir. Maka kelompok yang memperoleh skor yang tertinggi akan

mendapat penghargaan berupa piagam.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tolak ukur untuk melihat keberhasilan peserta

didik dalam menguasaai materi pelajaran ynag disampaikan selama proses

pembelajaran. Menurut Oemar (2008:20) Hasil belajar adalah tingkah laku yang

timbul, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pertanyaan baru, perubahan

dalam setiap kebiasaan keterampilan, kesanggupan menghargai, perkembangan sifat

sosial, emosial, dan pertumbuhan jasmani. Sedangkan menurut Sumiati dan Asra

(2009:38) hasil belajar adalah perubahan perilaku. Perilaku itu mencakup

pengetahuan pemahaman, ketrampilan, sikap, kemampuan berpikir, penghargaan

terhadap suatu permasalahan yang sedang dihadapi.

Selanjutnya hasil belajar peserta didik dapat ditinjau dari beberapa hasil

kognitif yaitu kemampuan peserta didik dalam pengetahuan (ingatan), pemahaman,

penerapan (aplikasi), analisis, sintesis, dan evaluasi.

Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan, hasil belajar dapat dilihat dari

kemampuan peserta dalam mengingat pelajaran yang telah disampaikan selama

proses pembelajaran dan bagaimana peserta didik tersebut bisa menerapkannya serta
27

mampu memecahkan masalah yang timbul sesuai dengan apa yang telah

dipelajarinya. Dalam KTSP hasil belajar yang dituntut bukan kognitif saja tetapi

mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakuo kegiatan mental atau otak.

Menurut Anas (2009:49) dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir,

yaitu: a) pengetahuan (knowledge), b) pemahaman (comprehension), c) penerapan

(aplication), d) analisis (analysis), e) sintesis (synthesis), dan f) penilaian (evalution)

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap atau nilai. Menurut

Anas (2009:54) ada lima jenjang yang terdapat dalam ranah afektif yaitu: a)

menerima (receiving), b) menanggapi (responding), c) menghargai (valuing), d)

mengatur (organization), dan e) karakterisasi dengan suatu nilai atau kelompok nilai

(characterization by value or value complex).

Menurut Anas (2009:57) ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan

dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima

pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari

hasil belajar kognitif dan afektif.

Berdasarkan uraian ke tiga ranah (kognitif, afektif, dan psikomotor), hasil

belajar yang diharapkan adalah ranah kognitif dan ranah afektif. Karena pada

pembelajaran IPS peserta didik diharapkan dapat mempraktekkan teori yang

dipelajari di sekolah dalam kehidupan sehari-harinya.

Hasil belajar yang diharapkan dalam pembelajaran IPS yang ideal adalah

75%. Hal ini sesuai dengan pendapat Kunandar (2008: 149) yang menyatakan bahwa
28

kriteria ideal ketuntasan belajar masing-masing indikator adalah 75%. Satuan

pendidikan diharapkan meningkatkan ketuntasan belajar secara terus menerus untuk

mencapai ketuntasan ideal. Merujuk dari pendapat para ahli tersebut, maka hasil

belajar yang peneliti inginkan melalui penggunaan model kooperatif tipe STAD

adalah 75% sesuai dengan kriteria ketuntasan belajar IPS.

B. Penelitia Relevan

Melalui studi pustaka peneliti menemukan penelitian yang relevan dengan

penelitian ini, diantaranya

1. Wasimin. (2013) melakukan

penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan hasil pembelajaran IPS

dengana Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning tipe NHT Kelas V SD

Negeri 27 kota Semarang Jawa Tengah (2013-2014). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan Pendekatan Cooperative Learning tipe NHT ini

dapat meningkatkan hasil dan proses pembelajaran IPS siswa kelas V SD Negeri

27 Kota Semarang.

2. Ulfi Dwi Prasetyani ( 2010)

melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Pendekatan

Cooperative Learning tipe NHT dalam Meningkatkan Hasil belajar Matematika

siswa Kelas V SD Negeri 18 kota Bandung (2010-2011) Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan Pendekatan Cooperative Learning ini dapat

meningkatkan hasil dan proses pembelajaran Matematika siswa kelas V SD

Negeri 18 Kota Bandung.


29

C. KERANGKA TEORI

Penggunaan model kooperatif tipe STAD merupakan alternatif untuk lebih

mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran, dengan model ini peserta didik

dapat mendengarkan dengan aktif, menjelaskan kepada teman, bertanya kepada

guru, berdiskusi dengan teman sekelompoknya, dan menanggapi pertanyaan.

Semakin aktif peserta didik dalam pembelajaran maka pemahaman peserta didik

terhadap materi pelajaran akan semakin bertambah. Jika pemahaman bertambah,

maka hasil belajar akan meningkat. Disamping itu juga bisa melatih peserta didik

untuk bekerja sama, menerima keberagaman, dan memupuk serta membina sikap

sosial melalui kerja kelompok.

Agar penggunaan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran IPS

berjalan dengan baik, maka seorang guru hendaklah memperhatikan tahap-tahap

sebagai berikut: tahap pertama diawali dengan penyajian materi kepada peserta

didik sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai, kedua memberi tugas

atau permasalahan yang akan didiskusi atau yang akan dikerjakan pada masing-

masing kelompok, ketiga menugasi perwakilan kelompok untuk membacakan

hasil diskusi kelompoknya, keempat mengadakan tes individual untuk melihat

kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pelajaran, kelima pemeriksaan

hasil tes dan keenam penghargaan kelompok.

Berdasarkan penjelasan di atas, kerangka teori dapat digambarkan dengan

skema sebagai berikut:


30

Penggunaan Model Kooperatif tipe Student Team


Achievement Division ( STAD ) dalam Meningkatkan
Pembelajaran IPS di Kelas V SDN 117 Lubuk Landai

Tahap-tahap model Kooperatif Tipe STAD:


Penyajian materi
Kegiatan belajar kelompok
Pemeriksaan hasil kerja kelompok
Tes individual
Pemeriksaan hasil tes
Penghargaan kelompok

Hasil Belajar dengan Menggunakan


Model Kooperatif Tipe STAD
31

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yaitu proses yang di

lakukan perorangan atau kelompok yang menghendaki perubahan dalam situasi

tertentu. Menurut kunandar (2009:1.4) Penelitian tindakan kelas adalah penelitian

yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan

tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi

meningkat. Lebih lanjut Suharsimi,dkk (2010:104) menjelaskan bahwa proses

penelitian tindakan kelas merupakan proses daur ulang yang diawali dengan

perencanaan tindakan, penerapan tindakan, mengobservasi dan mengevaluasi proses

dan hasil tindakan, dan melakukan refleksi, dan seterusnya sampai perbaikan atau

peningkatan yang diharapkan dapat tercapai.

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 117 Lubuk Landai. Pemilihan lokasi ini

berdasarkan kepada pertimbangan sebagai berikut:

a. Sekolah bersedia menerima inovasi pendidikan terutama dalam proses

pembelajaran.

b. Berdasarkan pengamatan peneliti pembelajaran IPS di sekolah ini belum pernah

meenggunakan model kooperatif tipe STAD.

31
32

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2017/2018 di SD Negeri 117/II

Lubuk Landai. Pelaksanaan tindakan yang dilakukan terdiri dari beberapa siklus

dilakukan dengan dua kali pertemuan dalam satu siklus.

3. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDN 117 Lubuk

Landai tahun ajaran 2016/2017. Jumlah peserta didiknya 27 orang, yang terdiri dari

20 orang laki-laki dan 7 orang perempuan. Pertimbangan peneliti dalam mengambil

subjek penelitian ini karena materi yang diajarkan saat peneliti mengadakan

penelitian cocok dengan model pembelajaran yang peneliti pilih yaitu model

kooperatif tipe STAD, serta peserta didik kelas V telah memeliki kemampuan untuk

bekerja sama dalam diskusi kelompok.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan

dan refleksi. Berikut Berikut rancangan penelitian tindakkan kelas pembelajaran IPS

dengan Penggunaan Model Kooperatif tipe Student Team Achievement Division

( STAD ) dalam Meningkatkan Pembelajaran IPS di Kelas V SDN 117 Lubuk Landai.
33

Bagan 1. Alur penelitian tindakan kelas


Studi pendahuluan observasi, latar SD, guru, proses
pembelajaran IPS dengan Penggunaan Model
Kooperatif tipe Student Team Achievement Division
( STAD ) dalam Meningkatkan Pembelajaran IPS di
Kelas V SDN 117 Lubuk Landai

Rencana I Rencana pembelajaran I

Menerapkan langkah-langkah pembelajaran pembelajaran IPS dengan Penggunaan


SIKLUS I Tindakan dan
Model Kooperatif tipe Student Team Achievement Division ( STAD )
dalam Meningkatkan Pembelajaran IPS di Kelas V SDN 117 Lubuk Landai
pengamatan

Refleksi I

Belum berhasil

SIKLUS II

Rencana II Rencana pembelajaran II

Tindakan dan Menerapkan langkah-langkah pembelajaran pembelajaran IPS


pengamatan dengan Penggunaan Model Kooperatif tipe Student
Pengamatan Team Achievement Division ( STAD )
Diskusi dalam Meningkatkan Pembelajaran IPS di Kelas V SDN 117 Lubuk Landai

Refleksi II Berhasil/ belum Membuat laporan/ siklus ke n


berhasil
34

Sebelum merencanakan tindakan, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi

awal/studi pendahuluan terhadap proses pembelajaran IPS di SDN 117 Lubuk

Landai. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi guru

dan peserta didik yang berkaitan dengan proses pembelajaran IPS di kelas V SDN

117 Lubuk Landai.

Studi pendahuluan dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran di kelas,

mewawancarai guru dan peserta didik tentang proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan selama ini. Dari hasil studi pendahuluan diidentifikasi masalah yang ada

dalam proses pembelajaran IPS di kelas V SDN 117 Lubuk Landai. Setelah

diidentifikasi, diadakan diskusi antara peneliti dengan guru kelas berkaitan dengan

usaha untuk memperbaiki proses pembelajaran yang nantinya dapat meningkatkan

hasil belajar peserta didik.

Kemudian peneliti dan guru kelas merumuskan permasalahan yang akan

diangkat sebagai permasalahan penelitian, yakni melaksanakan pembelajaran IPS

dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD di kelas V SDN 117 Lubuk Landai

Kemudian penelitian dilanjutkan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Perencanaan

Sesuai dengan rumusan masalah hasil studi pendahuluan, peneliti bersama guru

membuat rencana tindakan yang akan dilakukan. Kegiatan ini dimulai dengan

merumuskan rancangan tindakan pembelajaran IPS dengan menggunakan model

kooperatif tipe STAD, yaitu dengan kegiatan berikut:

a. Menyusun rancangan tindakan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)


35

yang sesuai dengan tahapan pembelajaran kooperatif tipe STAD, yang meliputi:

standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, memilih dan menetapkan

materi, kegiatan pembelajaran, media/sumber, memilih model, menetapkan

evaluasi.

b. Menyusun deskriptor dan kriteria pembelajaran IPS dengan menggunakan model

kooperatif tipe STAD.

c. Menyusun instumen penelitian atau alat perekam data berupa lembar

pengamatan.

d. Mendiskusikan dengan guru kelas tentang tata cara pengumpulan data dalam

pelaksanaan observasi saat kegiatan dilakukan, agar tidak terjadi penyimpangan

dalam pengambilan data. Waktu yang digunakan untuk berdiskusi adalah waktu

yang ada bagi guru misalnya pada jam istirahat, pada waktu pelajaran agama dan

olah raga, atau juga diakhir jam pelajaran.

2. Pelaksanaan

Tahap ini dimulai dari pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan

model kooperatif tipe STAD di kelas V SDN 117 Lubuk Landai sesuai dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Penelitian ini dilaksanakan

dalam beberapa siklus penelitian. Siklus pertama terdiri atas dua kali pertemuan

dengan materi bentuk-bentuk peristiwa dalam usaha mempertahankan kemerdekaan.

Sedangkan siklus kedua dilakukan dua kali pertemuan. Kegiatan dilakukan oleh

peneliti sebagai praktisi dan guru kelas sebagai observer. Praktisi melaksanakan

kegiatan pembelajaran di kelas berupa kegiatan interaksi antara praktisi dengan


36

peserta didik, dan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya. Kegiatan yang

dilakukan sebagai berikut:

a. Praktisi melaksanakan pembelajaran IPS tentang materi menghargai perjuangan

para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan dengan menggunakan model

kooperatif tipe STAD sesuai dengan rancangan pembelajaran sebagai berikut.

1). Penyajian materi

Setiap pembelajaran dengan menggunakan model ini dimulai dengan

penyajian materi oleh guru di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung

seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh

guru.

2). Kegiatan belajar kelompok

Masing-masing kelompok berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan

atau materi lainnya. Dalam kerja kelompok setiap anggota tim harus melakukan

yang terbaik untuk timnya, oleh karena itu setiap anggota tim harus bekerja

sama.

3). Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok

Kegiatan ini dilakukan dengan cara masing-masing perwakilan

tim/kelompok membacakan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dan

kelompok yang lain menanggapinya. Sehingga terciptalah interaksi antara peserta

didik.

4). Mengerjakan soal-soal tes secara individual

Setelah akhir satu atau dua periode setelah guru memberikan prensentasi
37

dan sekitar satu atau dua periode praktek tim, para peserta didik akan

mengerjakan kuis/tes. Para peserta didik tidak diperbolehkan untuk saling

membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga setiap peserta didik bertanggung

jawab secara individual untuk memahami materinya.

5). Pemeriksaan hasil tes

Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, dengan cara membuat daftar

skor peningkatan setiap individu yang kemudian dimasukkan menjadi skor

kelompok.

6). Penghargaan kelompok

Tim/kelompok akan mendapat sertifikat atau bentuk penghargaan yang

lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

3. Pengamatan

Pengamatan terhadap tindakan pembelajaran IPS di kelas V SDN 117 Lubuk

Landai dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dilakukan bersamaan

dengan pelaksanaan tindakan. Hal ini dilaksanakan secara intensif, objektif, dan

sistematis. Pengamatan dilakukan oleh guru kelas selaku observer pada waktu peneliti

melaksanakan tindakan pembelajaran IPS.

Dalam kegiatan ini peneliti (praktisi) dan guru kelas (observer) berusaha

mengenal, dan mendokumentasikan semua indikator dari proses hasil perubahan yang

telah terjadi, baik yang disebabkan oleh tindakan terencana maupun dampak

intervensi dalam pembelajaran. Keseluruhan hasil pengamatan direkam dalam bentuk

lembar pengamatan.
38

Pengamatan dilakukan secara terus menerus mulai dari siklus I sampai siklus II.

Pengamatan yang dilakukan pada satu siklus dapat mempengaruhi penyusunan

tindakan pada siklus selanjutnya. Hasil pengamatan ini kemudian didiskusikan

dengan guru dan diadakan refleksi untuk perencanaan siklus berikutnya.

4. Refleksi

Refleksi diadakan setiap satu tindakan berakhir. Dalam tahap ini peneliti dan

guru mengadakan diskusi terhadap tindakan yang baru dilakukan kemudian

dievaluasi. Hal-hal yang didiskusikan adalah:

1) Menganalisis tindakan yang baru dilakukan

2) Mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana dan pelaksanaan tindakan yang

telah dilakukan.

3) Melakukan intervensi pemaknaan dan penyimpulan data yang diperoleh. Selain

itu, hasil kegiatan refleksi setiap tindakan digunakan untuk menyusun simpulan

terhadap hasil tindakan siklus I dan II.

D. Data dan Sumber Data.

1. Data Penelitian

Data penelitian berupa hasil pengamatan, diskusi, catatan lapangan dan

dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan pembelajaran IPS dengan penggunaan

model kooperatif tipe STAD pada peserta didik kelas V SDN 117 Lubuk Landai.

Data tersebut tentang hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan

hasil pembelajaran yang berupa informasi sebagai berikut:


39

a. Pelaksanaan pembelajaran yang berhubungan dengan perilaku guru dan peserta

didik yang meliputi interaksi proses pembelajaran antara guru dengan peserta

didik, dan antara peserta didik dengan peserta didik dengan menggunakan model

kooperatif tipe STAD

b. Hasil tes/evaluasi peserta didik sesudah pelaksanaan tindakan pembelajaran

melalui model kooperatif tipe STAD.

2. Sumber data

Sumber data penelitian adalah proses pembelajaran IPS tentang menghargai

perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui

model kooperatif tipe STAD melalui enam tahap. Data diperoleh dari subjek yang

diteliti yakni guru dan peserta didik kelas V SDN 117 Lubuk Landai.

E. Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian

1. Teknik pengumpulan data

Data penelitaian yang akan dikumpulkan menggunakan hasil observasi,

pencatatan lapangan, hasil tes dan dokumentasi, untuk masing-masingnya diuraikan

sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati latar kelas tempat berlangsungnya

pembelajaran, dengan berpedoman pada lembar observasi, observesi sendiri

dilakukan oleh teman sejawat untuk mengamati apa yang terjadi selama proses

pembelajaran. Unsur-unsur yang menjadi sasaran pengamatan dalam peroses


40

pembelajaran ditandai dengan memberi ceklis pada kolom yang ada pada lembaran

observasi.

b. Pencatatan lapangan

Catatan lapangan berisi deskripsi tentang pengamatan terhadap tindakkan

peneliti sewaktu pembelajaran,unsur-unsur yang diamati tertera pada lembaran

observasi. Pencatatan dilakukan terhadap segala sesuatu yang tampak dalam peroses

pembelajaran dan langsung ditulis dalam bentuk catatan lapangan, yang digunakan

sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan keberhasilan proses pembelajaran

IPS dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD di kelas V SDN 117 Lubuk

Landai.

c. Tes

Tes digunakan untuk memperkuat data observasi yang terjadi dalam kelas,

terutama pada butir penguasaan materi pembelajaran IPS dengan menggunakan

model kooperatif tipe STAD di kelas V SDN 117 Lubuk Landai.

d. Dokumentasi

Dokumentasi berupa foto-foto dan vidio pada saat penelitian sabagai data

visual untuk memperkuat data baik dari peneliti maupun dari peserta didik.

Dokumentasi diambil pada saat pembelajaran IPS dengan menggunakan model

kooperatif tipe STAD di kelas V SDN 117 Lubuk Landai.


41

F. Instrument Penelitian

Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan lembar pengamatan,

observasi, diskusi, dokumentasi dan hasil tes. Untuk masing-masingnya diuraikan

sebagai berikut ini:

Lembar pengamatan pada dasarnya berisi deskriptor atau berupa paparan

pengamatan terhadap tindakan praktisi sewaktu pembelajaran IPS tentang materi

menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Unsur-unsur yang diamati dalam pelaksanaan mengacu pada apa yang tertera pada

butir-butir lembar pengamatan.

Observasi dilakukan untuk mengamati latar kelas tempat berlangsungnya

pembelajaran IPS tentang menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan

kemerdekaan Indonesia. Dengan berpedoman pada lembaran penilaian, observer

mengamati apa yang terjadi selama proses pembelajaran. Unsur-unsur yang menjadi

butir sasaran pengamatan bila terjadi dalam proses pembelajaran ditandai dengan

memberikan ceklist di kolom yang ada pada lembar penilaian. Peneliti disini berperan

sebagai praktisi yang melaksanakan kegiatan yang ada di dalam perencanaan dan

guru kelas serta teman sejawat yang berperan sebagai observer yakni sebagai

pengamat yang berada di luar aktivitas tetapi masih berada dalam setting penelitian.

Adapun kriteria keberhasilan setiap adalah sebagai berikut: 1) hasil observasi

guru dan peserta didik telah menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran

sesuai dengan rencana yang ditetapkan, 2) hasil soal latihan telah menunjukkan

bahwa dua pertiga dari peserta didik yanga ada telah menjawab pertanyaan dengan
42

baik, 3) hasil tes akhir dari semua subjek telah memperoleh skor rata-rata lebih dari

atau sama dengan 75%, 4) hasil wawancara telah memberikan informasi bahwa

peserta didik senang mengikuti pelajaran.

A. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan model

analisis kualitatif dengan menggunakan model teknik analisis interaktif yang

dikembangkan oleh Miles Liberman (dalam Kunandar 2008:101), dimana analisis

interaktif ini terdiri atas tiga komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain

yaitu dimulai dengan reduksi data, pembeberan data sampai pada penarikan

kesimpulan.

Analisis data kualitatif dilakukan terhadap data data yang berupa informasi,

uraian yang berupa penjelasan-penjelasan yang tersaji dalam lembar pengamatan dan

transkrip wawancara. Sedangkan terhadap data kuantitatif yaitu data dalam bentuk

jumlah dituangkan untuk menerangkan suatu kejelasan dari angka-angka sehingga

memperoleh gambaran baru, kemudian dijelaskan kembali dalam bentuk

kalimat/uraian. Data tersebut direduksi berdasarkan masalah yang diteliti, diikuti

penyajian data dan terakhir penyimpulan atau verifikasi .Tahap analisis yang

demikian dilakukan berulang–ulang begitu data selesai dikumpulkan pada setiap

tahap pengumpulan data dalam setiap tindakan. Tahap analisis data dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Menelaah data yang telah terkumpul baik melalui observasi, pencatata ,

perekaman, dengan melakukan proses transkripsi hasil pengamatan, penyeleksian


43

dan pemilihan data. Seperti pengelompokan data pada siklus pertama dan siklus

kedua, kegiatan menelaah data dilaksanakan sejak awal data dikumpulkan.

2. Reduksi data meliputi pengkategorian dan pengklasifikasian. Semua data yang

telah terkumpul diseleksi dan dikelompok-kelompokkan sesuai fokus penelitian.

Data yang telah dipisah-pisahkan tersebut lalu diseleksi mana yang relevan dan

mana yang tidak relevan. Data yang relevan dianalisis dan yang tidak dibuang.

3. Penyajian data dilakukan dengan cara mengorganisasikan informasi yang telah

direduksi. Data yang telah disederhanakan, dikelompokkan berdasarkan

permasalahan yang diteliti, disajikan dalam bentuk teks maupun tabel sehingga

memudahkan dalam melakukan analisis.

4. Menyimpulkan hasil penelitian tindakan ini merupakan penyimpulan akhir

penelitian. Kegiatan dilakukan dengan cara: peninjauan kembali catatan

lapangan, dan bertukar pikiran dengan ahli, teman sejawat, guru serta kepala

sekolah.

Analisis data dilakukan terhadap data yang telah direduksi baik data

perencanaan, pelaksanaan dan kegiatan evaluasi. Analisis data dilakukan dengan cara

terpisah-pisah. Hal ini dimaksudkan agar dapat ditemukan berbagai informasi yang

mendukung pembelajaran dan yang menghambat pembelajaran. Dengan demikian

pengembangan dan perbaikan atas berbagai kekurangan dapat dilakukan tepat pada

aspek yang bersangkutan.


44

Sedangkan teknik analisis data kuantitatif dilakukan terhadap hasil belajar

peserta didik dengan menggunakan pendekatan persentase yang dikemukakan oleh

Dhydiet dengan rumus sebagai berikut:

F
x100 %
P= N

Keterangan

P = Persentase

F = Frekwensi

N = Jumlah responden

Adapun kriteria keberhasilan setiap tindakan adalah sebagai berikut: 1) hasil

observasi guru dan peserta didik telah menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan

pembelajaran sesuai dengan rencana yang ditetapkan, 2) hasil soal latihan telah

menunjukkan bahwa dua pertiga dari peserta didik yanga ada telah menjawab

pertanyaan dengan baik, 3) hasil tes akhir dari semua subjek telah memperoleh skor

rata-rata lebih dari atau sama dengan 75%, 4) hasil wawancara telah memberikan

informasi bahwa peserta didik senang mengikuti pelajaran.


45

DAFTAR RUJUKAN

Anas, 2009. Penilaian Pembelajaran. Bandung: Alumni.

Anita, 2008. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Persada

Depdiknas, 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Etin Solihatin. 2008. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS.


Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan, 2008. Pembelajaran IPS di Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

Ischak SU, dkk.2010. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Kunandar. 2008. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Kunandar. 2009. Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning dan Memperaktekkan Cooperative Learning


di ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.

Mohamad Nur. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Jawa Timur:LPMP.

Nursid Sumaatmadja. 2009. Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.


Bandung: Alumni.

Nur Asma. 2008. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas.

Oemar Hamalik. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Rioseptiadi (2009:5) Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement


Division

Slavin Robert E. 2009. Cooperative Learning Theory,Researsh, And Practicesecond


Edition. Boston:Allyn and Bacon.

Sunarya. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: CV Cahaya Kencana.


46

Suharsimi, Arikunto, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Sutrisni 2011. Model-Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Wina Sanjaya. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai