Kesehatan gigi dan mulut pada anak memegang peranan penting dalam tumbuh
kembang anak secara umum. Begitu juga dengan anak dengan autism. Ada cara-cara tertentu
yang harus orang tua pahami agar pemeliharaan Kesehatan gigi dan mulut sehari-hari pada anak
dengan autism dapat dilakukan dengan baik.
I. PENGERTIAN AUTISME
Kesehatan gigi dan mulut meliputi Kesehatan gigi dan jaringan lunak di dalam mulut,
yaitu gusi, lidah, bibir, langit-langit dan jaringan lunak pipi.
Penyakit yang paling sering ditemui adalah karies gigi (gigi berlubang) dan radang gusi. Jika ada
gigi yang berlubang dan radang gusi yang tidak dirawat maka dapat menimbulkan rasa sakit dan
infeksi sampai terjadi pembengkakan.
Jika anak tidak dapat makan dengan baik tentu asupan gizi menjadi kurang baik, anak
mudah sakit dan rewel, kadang-kadang terjadi infeksi disertai demam. Apabila tidak segera
ditangani, hal ini akan berbahaya, karena infeksi dapat menjalar ke bagian tubuh lainnya.
Kesehatan gigi dan mulut yang baik dapat diperoleh dengan menjaga kebersihan gigi dan
mulut pada anak sejak bayi, menjaga pola makan, serta kunjungan rutin ke dokter gigi setiap
enam bulan sekali. Hal ini tidaklah mudah, apalagi pada anak dengan autisme. Ada cara-cara
khusus untuk membiasakan anak dengan autisme untuk menyikat gigi dan membawa ke dokter
gigi.
Selain dengan sikat gigi, orang tua harus memberi contoh cara menyikat gigi dan
membersihkan gigi dengan benang (dental floss). Hal ini harus dilakukan berulang-ulang sejak
dini. Diperlukan cara-cara khusus dalam membiasakan anak dengan autisme untuk menggosok
gigi apalagi sampai mereka dapat menyikat giginya sendiri.
a. Menyikat Gigi
Anak autisme sangat sensitive terhadap rasa. Untuk memulai sikat gigi bisa dengan cara
menyentuh bibir dengan kasa atau sikat gigi dahulu, lalu baru mengenai giginya. Pilihlah
pasta gigi yang rasanya disukai anak. Karena adanya gangguan motoric yang menyertai anak
dengan autisme, acara sikat gigi harus dibantu atau didampingi orang tua.
Pada anak usia sekolah, sikat gigi dapat diajarkan secara visual yaitu melalui gambar-
gambar urutan menyikat gigi, mulai dari mengambil sikat gigi, mengambil pasta gigi,
membuka pasta gigi, menutup pasta gigi kembali, menggosok gigi, berkumur, mencuci sikat
dan mengembalikannya. Walaupun anak dengan autisme ini sudah dapat menyikat giginya
sendiri, kontrol dari orang tua tetap diperlukan.
Buat langkah-langkah menyikat gigi menjadi enam urutan langkah singkat yang mudah
diingat, yaitu:
1. Sikat gigi depan atas dan bawah bagian luar.
2. Sikat gigi belakang kiri dan kanan atas bagian luar.
3. Sikat gigi atas bagian dalam.
4. Sikat gigi belakang atas kiri dan kanan bagian dalam.
5. Sikat gigi depan bawah bagian dalam.
6. Sikat gigi belakang bawah bagian dalam.
Hal yang penting diperhatikan adalah selalu berikan penghargaan kepada anak setiap
selesai menyikat gigi dan flossing untuk memotivasi anak untuk selalu melakukan hal
tersebut.
IV. KUNJUNGAN KE DOKTER GIGI
Berikut tips dalam melakukan kunjungan ke dokter gigi pada anak dengan autisme :
1. Pilihlah dokter gigi yang berpengalaman menghadapi anak berkebutuhan khusus.
2. Berikan informasi ke dokter gigi bahwa anak Anda berkebutuhan khusus (autisme).
3. Beritahukan kepada dokter gigi yang akan merawat anak Andajika anak sensitif terhadap
hal-hal tertentu (cahaya, bunyi, getaran, rasa pasta gigi, dan sebagainya).
4. Usahakan kunjungan ke dokter gigi dilakukan pada saat anak santai dan sebaiknya
dilakukan pagi hari.
5. Buatlah perjanjian seawal mungkin sehingga perhatian anak belum terpecah.
6. Pada kunjungan pertama, usahakan anak melakukan orientasi terlebih dahulu.
7. Bawalah barang favorit anak untuk menemaninya ke dokter gigi yang nantinya akan
membuat anak nyaman ke dokter gigi.
Lakukan kunjungan ini secara rutin dan teratur sehingga anak terbiasa untuk mencegah
terjadinya kerusakan gigi dan mencegah penyakit-penyakit di dalam mulut.
Kesehatan gigi anak berhubungan erat dengan fungsi dari rongga mulut, kemampuan
bicara dan komunikasi, makan serta penampilan mereka. Baik anak normal maupun
berkebutuhan khusus memerlukan perawatan yang hampir sama namun dengan penanganan
yang sedikit berbeda
VII. OBSERVASI
Terkadang dokter gigi akan melakukan observasi apakah anak perlu bantuan terapi
wicara yang dilanjutkan dengan terapi okupasi agar kelak ia bisa menggosok gigi atau makan
sendiri. Untuk hal seperti ini maka penanganannya akan bersifat multidisipliner, bekerja sama
dengan dokter anak dan terapis terkait.
Banyak sekali kasus anak yang datang terlambat Ketika giginya sudah hancur akibat
susu botol atau pengobatan yang berkelanjutan. Untuk kasus seperti ini dokter gigi akan
menganjurkan kepada dokter anak agar pasien tidak diberikan obat-obatan atau antibiotika
yang mengandung pemanis.
Masalah yang paling umum terjadi jika anak datang terlambat ke dokter gigi adalah gigi
berlubang, radang gusi dan karang gigi. Pada anak yang memiliki kebiasaan mengeces (drooling)
saat hormone anak sudah aktif di usia 11 atau 12 tahun maka biasanya menimbulkan bau mulut
yang tidak menyenangkan (halitosis). Untuk drooling, dokter gigi bekerja sama dengan dokter
anak untuk mengurangi saliva (air liur) atau memberi obat-obatan tertentu yang bertujuan
untuk menurunkan produksi saliva.
Anak berkebutuhan khusus lebih rentan terhadap masalah gigi disbanding dengan anak-
anak lainnya karena alasan berikut :
1. Ketidakmampuan mereka untuk mandiri
2. Ketergantungan mereka kepada orang lain untuk membersihkan rongga mulut