DOSEN PENGAMPU :
NAMA :
JURUSAN/PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS BISNIS, HUKUM DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2021
PENDAHULUAN
Dalam teori ekonomi dikatakan bahwa manusia adalah makhluk ekonomi yang
selalu berusaha memaksimalkan kepuasannya dan selalu bertindak rasional. Para konsumen
akan berusaha memaksimalkan kepuasannya selama kemampuan finansialnya
memungkinkan. Mereka memiliki pengetahuan tentang alternatif produk yang dapat
memuaskan kebutuhan mereka. Kepuasan menjadi hal yang teramat penting dan seakan
menjadi hal utama untuk dipenuhi.
Untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang tepat,
kita harus memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi), mereka rasakan (pengaruh), apa
yang mereka lakukan (perilaku), serta di mana(kejadian di sekitar) yang mempengaruhi.
Oleh karena itu studi tentang hal ini haruslah terus menerus dilakukan karena erat kaitannya
dengan permasalahan manusia yang bersifat dinamis. Dibidang studi pemasaran, konsep
perilaku konsumen secara terus menerus dikembangkan dengan berbagai pendekatan. Dengan
demikian perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan konsumen yang langsung melekat
dalam proses mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk
proses proses yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.
Menurut Kotler dalam The American Marketing Assosiation, sebagaimana dikutip
Nugroho J. Setiadi, perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan
kognisi, perilaku dan lingkungannya, dimanamanusia melakukan kegiatan pertukaran dalam
hidup mereka. Dari hal tersebut terdapat tiga ide penting yang dapat disimpulkan yaitu:
1) perilaku konsumen adalah dinamis
2) hal tersebut melibatkan interaksi antaraafeksi dan kognisi, perilaku dan
kejadian di sekitar
3) juga melibatkan pertukaran.
Perilaku konsumen sangat erat kaitannya dengan masalah keputusan yang diambil
seseorang dalam persaingandan penentuan untuk mendapatkan dan mempergunakan barang
dan jasa. Konsumen mengambil banyak macam pertimbangan untuk mengambil keputusan
dalam pembelian. Kebanyakan perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen
secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai, apa yang dibeli konsumen, dimana
mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka
membeli.
Disamping perusahaan para pemasar juga dapat mempelajari dan mencari jawaban
atas pertanyaan mengenai apa yang mereka beli, dimana dan berapa banyak yang mereka
beli, tetapi mempelajari mengenai alasan tingkah laku konsumen bukan hal yang mudah,
jawabannya seringkali tersembunyi jauh dalam benak konsumen. Sehingga perilaku
konsumen dapat diartikan sebagai studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses
pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan, barang, jasa, pengalaman
serta ide-ide.
Sedangkan menurut Swastha dan Handoko perilaku konsumen (consumer behavior)
dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya
proses pengambilan keputusan pada persiapan dan menentukan kegiatan-kegiatan tertentu.
Menurut Engelet adalah tindakan langsung yang terlibat untuk mendapatkan,
mengkonsumsi, dan menghabiskan produk jasa, termasuk proses keputusan yang mengikuti
dan mendahului tindakan ini. Sedangkan menurut Loudan dan Bitta lebih menekankan
perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan. Mereka mengatakan
bahwa perilaku konsumen adalah pengambilan keputusan yang mensyaratkan aktifitas
individu untuk mengevaluasi, memperoleh, menggunakan, atau mengatur barang dan jasa.
Dari pengertian diatas, maka perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan dan
hubungan sosial yang dilakukan oleh konsumen perorangan, kelompok maupun organisasi
untuk menilai, memperoleh dan menggunakan barang-barang serta jasa melalui proses
pertukaran atau pembelian yang diawali dengan proses pengambilan keputusan yang
menentukan tindakan-tindakan tersebut.
TUJUAN :
1. Untuk mengetahui pengertian maslahah dan qonaah dalam teori perilaku konsumen
2. Dapat memahami rasionalitas konsumen islam
3. Untuk memahami pilihan dan preferensi konsumen
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Pengertian Maslahah dan Qana’ah
Maslahah menurut istilah terdiri dari dua kata yaitu maslahah dan mursalah. Kata
maslahah menurut bahasa berarti "manfaat", dan kata mursalah berarti "lepas". Gabungan
dari dua kata tersebut yaitu maslahah-mursalah menurut istilah berarti sesuatu yang dianggap
maslahat namun tidak ada ketegasan hukum untuk merealisasikannya dan tidak pula ada dalil
tertentu, baik yang mendukung maupun yang menolaknya, sehingga ia disebut maslahah-
mursalah (maslahah yang lepas dari dalil secara khusus.
Maslahah yang diperoleh konsumen ketika membeli barang dapat berbentuk satu diantara hal
berikut ini,
1. Manfaat fisik dan psikis, yaitu berupa terpenuhinya kebutuhan fisik atau psikis
manusia seperti ras alapar, haus, kedinginan, keamanan, kenyamanan, dan harga diri.
3. Manfaat terhadap lingkungan, yaitu berupa adanya eksternalitas positif dari pembelian
suatu barang/jasa atau manfaat yang bisa dirasakan oleh selain pembeli pada generasi
yang sama.
4. Manfaat jangka panjang, yaitu terpenuhinya kebutuhan duniawi jangka panjang atau
terjaganya generasi masa mendatang terhadap kerugian akibat dari tidak memeli suatu
barang/jasa.
Menurut bahasa qana‟ah artinya menerima apa adanya atau tidak serakah.
ْ ، ع ِ َ نyang ْال
ُ ْ والقا
Qana‟ah dalam kamus Al Munawwir berasal dari kata, ُ و ُ ع ِ َقن، َ ْع ُو َقن ال
artinya merasa puas dengan apa yang diterima, yang puas, rela atas bagianya.
Sedangkan secara istilah ialah satu akhlak mulia yaitu menerima rezeki apa adanya dan
menganggapnya sebagai kekayaan yang membuat mereka terjaga statusnya dari meminta-
minta kepada orang.
Sedangkan terdapat pengertian lain dalam sebuah riwayat hadis yaitu sebagai berikut : َ ةَ َ ْر ي
َ ع ِ ةZZك َ ِض و َ ر َ ْال
ِ ن ى اهل ُل ِ ْالغ َ ْس لَي َ ن ل: ق َ ل م َ َس و ِ ه ْ لَي َ َى ع ا َل
َ ُر ه ْ ِى َ ب ا ْ َن َص ع ل ِّي ِ ِن الّنب َ ع
مسلم24 بخر ى و: ٥ ) ر وا َ نى ِ َى غ ن ِ ْالغ. ( ْر َكث ْ َن ع الن ْف ِس. Artinya : Kekayaan itu bukanlah
banyaknya harta, tetapi kekayaan itu adalah kaya hati. (H.R. Bukhari Muslim).
Pemahaman tentang rasionalitas ekonomi sesungguhnya tidak bisa dipisahkan dari sistem
ekonomi yang mendasarinya. Sistem dapat didefinisikan sebagi suatu organisasi yang terdiri
dari berbagai unsur yang saling berhubungan satu sama lain, saling mempengaruhi dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa sistem
ekonomi adalah organisasi yang terdiri dari bagian-bagian yang saling terkait dan bekerja
sama untuk mencapai tujuan ekonomi.
Kedua ideologi besar – kapitalisme dan sosialisme – memandang agama bukan sebagai
faktor penting dalam pembangunan dan kehidupan manusia. Inilah yang kemudian disebut
dengan Sekularisasi– suatu pandangan hidup yang memisahkan antara kehidupan dunia dan
kehidupan akhirat – yang profan dan sakral. Pandangan ini bertolak belakang dengan
pandangan Islam tentang kehidupan dunia. Sekularisasi sangat dipengaruhi oleh fisika
newtonian yang memandang bahwa alam semesta ini berjalan secara otomastis. Konsep
mekanik tentang alam semesta ini pada akhirnya membentuk pula penjelasan mekanik
tentang penciptaanya. Manusia sebagaimana juga jagat raya, dipandang sebagai sebuah
produk yang kebetulan dari sebuah alam yang tidak bertujuan, yang terjadi melalui variasi
kebetulan dalam suatu evolusi yang direkayasa dan dipompa oleh dirinya sendiri.
Menurut sistem ekonomi kapitalistik, ilmu ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari perilaku manusia sebagai hubungan antara tujuan dan sarana langka yang
memiliki kegunaan-kegunaan alternatif. Dalam banyak literatur modern, istilah ilmu ekonomi
secara umum dipahami sebagai suatu studi ilmiah yang mengkaji bagaimana orang-perorang
atau kelompok-kelompok masyarakat menentukan pilihan.
Pilihan harus dilakukan manusia pada saat akan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-
hari karena setiap manusia mempunyai keterbatasan (kelangkaan) dalam sumberdaya yang
dimilikinya. Pilihan yang dimaksud menyangkut pilihan dalam kegiatan produksi, konsumsi,
investasi, serta kegiatan distribusi barang dan jasa di tengah masyarakat. Intinya, pembahasan
ilmu ekonomi ditujukan untuk memahami bagaimana masyarakat mengalokasikan
keterbatasan (kelangkaan) sumberdaya yang dimilikinya.
Para ahli ekonomi neo-klasik seperti Lionel Robin mengatakan bahwa inti dari kegiatan
ekonomi adalah:
“aspek pilihan dalam menggunakan sember daya”. Oleh karena itu manusia menemui
kelangkaan (scarcity). Dengan demikian sasaran atau tujuan dari ilmu ekonomi adalah
bagaimana mengatasi kelangkaan tersebut. Berdasarkan penjelasan tersebut, ilmu ekonomi
adalah “sebuah kajian tentang prilaku manusia yang kebutuhannya tidak terbatas
terhadap sumber daya yang sifatnya terbatas”.
Jika kita memahami teori yang dipaparkan di atas, maka ini sangat bertentangan dalam
ajaran Islam, seperti yang difirmankan oleh Allah SWT.
ين
ٍ ِب ُمب ِ َْو َما ِم ْن دَابَّ ٍة فِي اأْل َر
ٍ ض إِاَّل َعلَى هَّللا ِ ِر ْزقُهَا َويَ ْعلَ ُم ُم ْستَقَ َّرهَا َو ُم ْستَوْ َد َعهَا ۚ ُك ٌّل فِي ِكتَا
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya.
Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh). (Hud:6).
Ayat di atas memberi kejelasan bahwa setiap makluk hidup yang diciptakan oleh Allah
SWT telah dijamin rizkinya. Kemudian dikuatkan lagi dengan Firman-Nya yang lain.
Langit dan bumi adalah milik Allah SWT, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatunya dan
tidak memiliki tandingan. Alam semesta diciptakan dengan ukuran-ukuran yang tepat dan
seimbang, tidak kurang dan tidak lebih. Alam semesta secara alami dapat memenuhi
kebutuhan makhluk hidup di dalamnya jika dijaga dan dipelihara dengan baik.
Baqir as-Sadr mengatakan bahwa sumber daya atau kekayaan alam pada hakikatnya
melimpah sehingga akan mampu memenuhi kebutuhan makhlik hidup di dalamnya,
khususnya manusia. Pendapat ini diambil berdasarkan pada Al-Furqan ayat 2, yang telah
dijelaskan di atas. Beliau juga menyangkal jika keinginan manusia itu tidak terbatas. Baqir
as-Sadr berpendapat bahwa pada titik tertentu keinginan manusia pada konsumsi barang dan
jasa akan mengalami penurunan bahkan pada titik nol. Namun yang juga menjadi perhatian
beliau adalah ketidakmerataan distribusi sumber daya di antara manusia. Untuk itu, perlu ada
mekanisme lain untuk mengatasi masalah distribusi. Adanya perintah untuk menunaikan
zakat dan atau sedekah merupakan mekanisme solusi untuk memeratakan distribusi.
Dalam ilmu ekonomi konvensional bahwa preferensi konsumsi yang mengasumsikan bahwa
barang atau jasa yang dikonsumsi memberikan tingkat yang sama dalam memberikan
kepuasan, sehingga barang atau jasa tersebut banyak dipilih oleh seseorang. Karena dasar
konsumsi dalam konvensional adalah rasionalitas artinya secara rasio wajar seseorang
mengkonsumsi barang karena cukup anggaran dan barang yang dikonsumsi memberikan
kepuasan (Karim. 2007:51). Ilmu ekonomi konvensional seseorang memilih barang yang
memuaskan karena memiliki nilai yang sama bagi konsumen tidak ada yang lebih berharga
atau lebih penting dan tidak ada yang dilarang atau dianjurkan sepanjang memberikan tingkat
kepuasan yang sama bagi konsumen.
Faktor eksternal adalah faktor yang mempengarungi preferensi konsumsi yang berasal dari
luar diri seseorang. Adapun faktor eksternal yakni lingkungan, yang mana lingkungan
masyarakat dan lingkungan sejawat dan media sosial. Faktor ligkungan masyarakat sanga
besar pengaruhnya terhadap preferensi konsumsi, karena seseorang akan melihat gaya hidup
tetangganya akan mempengaruhi pemilihan barang ekonomi yang akan dikonsumsi.
Kesimpulan
Dalam Islam ada pembedaan yang jelas antara yang halal dan haram. Dengan kata
lain,dalam sebuah kegiatan ekonomi dilarang mencampur adukkan antara yang halal dan
haram. Hal tersebut merupakan bagian dari batasan konsumsi dalam perilaku
konsumen muslim.
Rasionalitas dalam ekonomi bahwa manusia berprilaku secara rasional (masuk akal), dan
tidak akan secara sengaja membuat keputusan yang menjadikan mereka menjadi lebih buruk.
Rasionalitas memiliki dua tipe yaitu, Self interest rationality dan Present-aim rationality.
Terdapat perbedaan mendasar antara rasionalitas ekonomi konvensional dan ekonomi Islam.
Perbedaan mendasar adalah sember pengembalian dasar sebagai filosfinya dan rentang waktu
yang melingkupinya, Islam lebih menekankan pada konsep need daripada want dalam
menuju maslahah, need lebih bisa diukur daripada want. Menurut Islam, manusia mesti
mengendalikan dan mengarahkan want dan need sehingga dapat membawa
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Karim, Adiwarman A.Ekonomi Mikro Islam.Jakarta : PT. Raja Grafindo Perkasa, 2010
.--------.Fikih Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta: Darul Haq, 2004
.Muflih, Muhammad. Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Ekonomi Islam. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2006
Nasution, MustafaEdwin, Nurul Huda, dkk. Pengenalan Ekslusif Ilmu Ekonomi Islam.
Jakarta : Kencana Prenada Group, 2006.
Nawawi, Ismail. Perilaku Administrasi (Paradigma, Konsep, Teori dan Pengantar
Praktek).Surabaya: ITS Press, 2007.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam
Indonesia. Ekonomi Islam.Yogyakarta : Grafindo, 2008.
Simamora, Bilson.Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2008.
Setiadi, Nugroho.J. Perilaku Konsumen.Jakarta: KencanaPrenadaMedia Group, 2010.
Sukirno, Sadono. Pengantar Teori MikroEkonomi. Jakarta : PT. Grafindo Persada : 2003.
Yuliadi,Imadudin. Ekonomi Islam Sebuah Pengantar, Yogyakarta : Lembaga Pengkajian
dan Pengamalan Islam (LPPI), 2001
https://kumpulanmateridalamkuliah.blogspot.com/2018/03/asumsi-rasional-dalam-ekonomi-
islam.html