Anda di halaman 1dari 8

STRUKTUR ORGAN REPRODUKSI TANAMAN

Tanaman berbiji dikelompokkan menjadi 3 taxa: Angiospermae, Gymnospermae dan


Pteridospermae. Pteridospermae hanya dijumpai dalam bentuk fosil dari awal periode karbon
(Carboniferous period) (Darwin, 1903). Hingga saat ini Pteridospermae dianggap sebagai
tanaman pertama yang memiliki ovule yang mampu membentuk biji.

A. Struktur Bunga

1) Angiospermae

1.Tersusun atas kelopak (sepal), mahkota (petal), putik (♀) dan benang sari

2. (♂)

3. Bisa berupa bunga sempurna (strukturnya lengkap) atau tak sempurna (salah satu/beberapa

struktur penyusunnya tidak ada)

4. Bisa berumah satu/monoecious (♀dan ♂dalam bunga/pohon yang sama) atau berumah

dua/dioecious (♀dan ♂dalam pohon yang berbeda)

5. Bisa bersifat hermafrodit (♀dan ♂lengkap dalam 1 bunga), masculus

6. (hanya memiliki ♂), atau femineus (hanya memiliki ♀)

2) Gymnospermae

1. Tipe strobili (cones) : strukturnya tersusun atas sumbu sentral (central axis) yang mendukung

kelopak (bracts) dan sisik (scales)

2. Organ jantan dan betina terpisah, tapi bisa berumah satu (monoecious):

3. dalam pohon yang sama) atau berumah dua (dioecious)

4. Pada bunga jantan (male/staminate cone), tiap scales (microsporophyll) berisi dua kantung

tepung sari (pollen sac/microsporangia)


memiliki dua ovule (megasporangia) pada permukaan atasnya

Pada bunga betina (female/ovulate cone), tiap scales (macrosporophyll)


B. Masa Reseptif dan Kematangan Tepung Sari 1) Angiospermae
a. Tepung sari

Ketika tepung sari (pollen) matang, secara otomatis kepala sari (anthera) akan pecah dan
menghamburkan butiran-butiran tepung sari yang matang. Kematangan tepung sari berhubungan
dengan penurunan kadar air dan penyusutan jaringan pada kepala sari, yang merupakan fungsi
higroskopis untuk membuka kantung tepung sari. Mekanisme ini diduga merupakan fungsi alami
dari tanaman untuk menghamburkan tepung sarinya demi kepentingan penyebaran alam dan
regenerasi (Griffin dan Sedgley, 1989). Butiran tepung sari tersusun atas empat komponen
mendasar:
1. exine atau lapisan dinding terluar mengandung protein
2. intine atau lapisan dinding dalam mengandung protein
3. pollenkit atau mantel akan memberi warna pollen
4. colpi atau lubang germinasi mengandung lemak
Secara visual, tepung sari yang matang dapat dideteksi dari perubahan warna dan kelekatan
(stickiness) butiran-butirannya (Griffin dan Sedgley, 1989; Ghazoul, 1997). Perubahan warna
permukaan butiran tepung sari dari kuning pucat menjadi kuning terang mengindikasikan adanya
peningkatan sporopollenin – bagian dari exine yang merupakan ciri spesifik dari suatu spesies
yang mempengaruhi kenampakan luarnya; dan pollenkit yang basah, lengket dan berwarna;
mengandung lemak, protein, karbohidrat, pigmen, senyawa fenolik dan ensim.
Peningkatan kelekatan butiran tepung sari mengindikasikan bahwa tepung sari tersebut telah siap
untuk berkecambah dengan melakukan proses hidrasi dan melepaskan protein. Mekanisme
hidrasi inilah yang dianggap paling menentukan dalam mengawali terjadinya proses
penyerbukan, yang merupakan rangkaian dari proses interaksi jantan-betina (male-female
interaction), perkecambahan tepung sari (pollen germination) dan pembentukan buluh tepung
sari (pollen tube growth) (Griffin dan Sedgley, 1989).
b. Putik
Masa reseptif putik biasanya ditandai dengan :
1. perubahan warna putik menjadi lebih terang
2. pembesaran pori-pori pada kepala putik
3. tangkai putik berangsur menjadi lurus
4. permukaan putik memproduksi sekresi

Secara visual, reseptivitas putik dapat dideteksi dari perubahan kelekatan (stickiness), warna dan
bentuk, baik pada kepala maupun tangkai putik (Griffin dan Sedgley, 1989; Owens dkk, 1991).
Kepala putik yang reseptif tampak berwarna lebih terang dan lengket dikarenakan adanya
peningkatan sekresi ekstraseluler (Ghazoul, 1997). Menurut Owens dkk (1991), sekresi
ekstraseluler tersebut mengandung lemak dan protein. Sekresi ini berperan sebagai medium yang
berfungsi untuk menangkap butiran tepung sari, serta merupakan penentu keberhasilan
pembentukan buluh tepung sari (pollen tube) yang akan membawa sel kelamin jantan menuju ke
ovary (Griffin dan Sedgley, 1989).
Reseptifnya putik juga ditandai oleh perubahan warna permukaan putik dari hijau menjadi
kuning terang, yang dimulai dari pangkal tangkai putik (stylus). Makin terangnya warna putik
menunjukkan bahwa sel-sel epidermis terluar sedang berkembang untuk meningkatkan produksi
sekresi, dan pori-pori membesar untuk meningkatkan kemampuan sekresi.
Kepala putik (stigma) yang berangsur membengkak merupakan tanda bahwa jaringan transmisi
yang ada pada bagian tersebut mulai memperbesar rongga-rongganya, untuk mempersiapkan diri
dalam membentuk buluh tepung sari (pollen tube). Pembengkakan kepala putik juga merupakan
mekanisme alami untuk meningkatkan luas bidang penempelan tepung sari ketika terjadi proses
penyerbukan.
Tangkai putik yang berangsur-angsur menjadi lurus juga merupakan suatu mekanisme alami
untuk mempersiapkan diri dalam membentuk buluh tepung sari (pollen tube).
2) Gymnospermae
Masa reseptif biasanya ditandai dengan :
1. perubahan warna female cone menjadi lebih terang
2. scales terbuka perlahan-lahan dan akan tertutup kembali dalam waktu yang singkat.
C.Perkembangan Organ Reproduktif
1) Angiospermae
Jantan Betina
2) Gymnospermae
Jantan Betina

D. Penyerbukan dan Pembuahan


Interaksi jantan-betina (male-female interaction) merupakan tahapan pertama pada proses
pembuahan, yaitu tahap ketika terjadi interaksi antara sekresi ekstraseluler yang diproduksi oleh
kepala putik yang reseptif, dengan permukaan butiran tepung sari yang masak.
1) Angiospermae
Putik memproduksi sekresi ekstraseluler yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, enzim,
fenol dan asam amino.
Sekresi ini berfungsi sebagai :
1. Medium untuk menangkap butiran tepung sari
2. Pendeteksi kesesuaian antara putik dengan tepung sari
Butiran tepung sari tersusun atas empat komponen mendasar:
1. exine atau lapisan dinding terluar
2. intine atau lapisan dinding dalam (no 1 dan 2 mengandung protein)
3. pollenkit atau mantel: memberi warna pollen
4. colpi atau lubang germinasi: mengandung lemak
Proses interaksi :
1. Putik yang reseptif memproduksi sekresi ekstraseluler
2. Butiran tepung sari yang masak jatuh pada kepala putik
3. Proses hidrasi : butiran tepung sari menyerap sekresi putik melalui lubang germinasi
4. Hidrasi menyebabkan pollen membengkak, akhirnya lubang germinasi pecah dan
membebaskan lemak
5. Exine dan intine membebaskan protein
6. Proses perkecambahan pollen : lubang germinasi mendorong protein dari exine masuk ke
dalam pori-pori jaringan transmisi yang ada pada putik
7. Pembentukan pollen tube : formasi dinding pollen tube dimulai, selanjutnya protein dari
intine ikut membentuk dinding pollen tube
8. Selama terjadinya interaksi ini, jaringan transmisi yang ada pada putik menebal dan
memperbesar pori-porinya, untuk membuka jalan bagi pollen tube yang akan
membentang dari kepala putik hingga mikrofil.
2) Gynospermae
1. Bunga betina memiliki dua ovule terbuka (telanjang) dalam tiap scales
(macrosporophyll): yang berfungsi menangkap butiran tepung sari adalah permukaan
jaringan integument.
2. Ketika bunga betina mencapai reseptif, permukaan jaringan integument memproduksi
sekresi ekstraseluler dan membentuk mikrofil terbuka.
3. Ketika jaringan integument membentuk mikrofil terbuka, terjadi penebalan dan
penyusutan pada jaringan scale yang menyebabkan scale membuka sesaat. Pada saat
itulah butiran tepung sari menempel pada ujung nucellus.
4. Proses hidrasi : pollen menyerap air dari jaringan integument, dan perkecambahan pollen
terjadi pada ujung nucellus
5. Pollen tube terbentuk dari intine
E. Perkembangan Buah dan Biji
1) Angiospermae
1.

2.Cadangan makanan berasal dari 2 polar nuclei (2n) + 1 inti generatif (n) = endosperm (3n).
3.Endosperm (3n) dan embrio (2n) sama-sama berkembang, biasanya endosperm berkembang
terlebih dahulu untuk menjamin ketersediaan suplai makanan.
4.Endosperm berangsur mengecil karena diserap oleh embrio dan ditransfer ke cotyledon.
a. Monocotyl : biji memiliki 1 cotyledon
b. Dicotyl : biji memiliki 2 cotyledon.

2) Gymnospermae
1. Cadangan makanan berasal dari endosperm yang merupakan
perkembangan dari tapetum (female gametophyte) = n
2. Karena endosperm (n) sudah terbentuk sebelum pembuahan, maka energi difokuskan
untuk perkembangan embrio (2n).
F. Fase Ripening (Kematangan Buah Dan Biji) Tiga tipe buah pada
Angiospermae:
1. Dry dehiscent fruit: buah bertipe kering, terbuka dengan sendirinya untuk
menghamburkan biji pada saat biji tersebut masak
2. Dry indehiscent fruit : buah bertipe kering, tertutup (biasanya berbiji tunggal), dan pada
saat masak biji tetap berada di dalam buah
3. Fleshy fruit : buah berdaging

Anda mungkin juga menyukai