Anda di halaman 1dari 21

PEMBELAHAN, POLARISASI, DAN DIFERENSIASI

A. Polaritas Pembelahan dan Arah Bidang Datar


Pembesaran rambut akar, rhizoid, hifa terjadi pada apical dome → tip growth (pertumbuhan
ujung). Pembesaran/pertumbuhan sel dalam organ multiseluler berlangsung seragam dari
sebagian besar luas permukaan dinding sel primer → diffuse growth (di bagian yang mengalami
pembesaran).
1.Tip growth→ sintesis dinding sel ≈ pembesaran sel

2.Diffuse growth → pembesaran terjadi dari kombinasi antara ‘cell wall loosening’ dan ‘cell wall
synthesis’. Sering dikendalikan hormon.

Pengendali pertama adalah polaritas.


Tanaman merupakan struktur aksial dan polar. Struktur aksial → tersusun simetrik dalam satu
garis/aksis. Struktur polar → ujung-ujung aksis berbeda. Aksis utama ialah batang (utama) dan
akar. Aksis subsider ialah cabang dan akar lateral. Polaritas terjadi pada beberapa tingkatan.
Ujung akar secara morfologis berbeda dengan bagian di belakangnya. Ada perbedaan tingkat
diferensiasi.

Aksialitas dan polaritas merupakan kunci dalam perkembangan tanaman. Genom tanaman
menentukan pola dan dimensi aksis tanaman. Bentuk pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi
lingkungan (not inflexiby determined). Akan tetapi, polaritas tampaknya merupakan kejadian
yang stabil. Jika stek diambil dari satu batang, akar tumbuh pada bagian dasar potongan dan
tajuk pada bagian atas. Polaritas akan tetap terjadi/dikelola meskipun potongan tersebut dibalik
sebelum regenerasi terjadi. Pada level seluler pembentukan dan pengelolaan polaritas merupakan
bagian integral pengendalian pembelahan dan pembesaran sel.

Tanaman merasakan (perceive) dan bereaksi terhadap informasi yang datang dari lingkungannya.
Respon biasanya berupa pertumbuhan yang diarahkan. Sel harus dapat membentuk (establish)
polaritas yang mengarahkan pembesaran berikutnya. Berbagai faktor eksternal dapat
mengarahkan aksis pertumbuhan: suhu, intensitas cahaya, pH, ion, potensial elektrikal. → studi
pada ‘apolar cell’ misal serbuk sari.

1
Manifestasi paling awal dari polaritas adalah penampakan arus ionik yang mengalir lewat sel.
Arus transeluler, yang sebagian besar disebabkan ion Ca2+ besarnya 100 pA (1 pA=10-12A) dan
terjadi sebelum adanya tanda-tanda polaritas. Hal yang penting: tempat muatan positif mengalir
ke dalam sel merupakan tempat pertumbuhan sel berikutnya. Arus ionik transeluler telah diamati
pada sejumlah sel yang mengalami pertumbuhan ujung (tip growing) seperti pada rambut akar
dan serbuk sari yang berkecambah tetapi belum ditemukan pada tanaman yang membesar dengan
‘diffuse growth’.

Asal dan peran arus itu dalam membentuk dan mengelola polaritas sel tidak jelas. Arus dapat
muncul karena pembukaan, penutupan atau redistribusi pompa dan saluran ion pada membran.
Arus ionik menimbulkan perbedaan potensial elektrikal pada dua sisi membran sehingga
mengubah sifat membran, misal distribusi protein dalam membran. Ia juga mengubah komposisi
ion dalam sitosol yang efeknya tergantung ion dan tipe sel. Arus transeluler dapat menimbulkan
medan listrik dalam sel yang dapat menginduksi pergerakan molekul atau organel bermuatan.
Konsentrasi Ca2+ rendah dalam sitosol → meningkat mempunyai efek yang besar.

B. Sitoskeleton (kerangka sel)


Sitosol tersusun dalam network 3-dimensi oleh protein fibrous yang disebut sitoskeleton.
Jaringan (network) menunjukkan organisasi spatial bagi organel dan berkontribusi terhadap
pergerakannya dalam sitosol. Ia berperan kunci dalam 1) mitosis, 2) meiosis, 3) sitokinesis, 4)
deposisi dinding, 5) pemeliharaan bentuk dan 6) differensiasi sel.

Tanaman mempunyai 3 tipe elemen sitoskeletol: 1) mikrotubul dan 2) mikrofilamen dan 3)


intermediate filament. Masing-masing filamentous, diameter tertentu, panjang bervariasi.

1.Mikrotubul
-ratusan ribu tubulin, 13 kolom protofilamen
-silinder, berlubang, Φ luar 25 nm, tubulin. Sub unit tubulin dari mikrotubul tersusun atas rantai
polipeptida yang mirip (α dan β tubulin) masingmasing BM 55.000 dalton.

2
2.Mikrofilamen → solid, Φ 7 nm, aktin (masing-masing molekul aktin terdiri atas satu peptida
BM 42.000 dalton).
3.Filamen antara (intermediate filamen)

Dalam kondisi fisiologis, tubulin berpolimerisasi menjadi mikrotubul dan aktin menjadi
mikrofilamen. Pada kondisi seluler yang sesuai, masing- masing polimer dapat juga terurai
(dissasemble) menjadi sub unitnya. Laju assembly dan dissasemble dipengaruhi oleh konsentrasi
relatif sub unit bebas dan terikat.

Faktor lain yang mempengaruhi ‘assembly’ dan stabilitas komponen sitoskeletol: [Ca2+] sitosol
tinggi → meningkatkan dissasemble mikrotubul.

Mikrotubul membentuk 4 set struktur berurutan selama siklus sel:


1. Mikrotubul (MT) pada interfase.
2. Sebelum pembelahan sel, MT menjadi pengumpul bersama di tengah sel untuk
membentuk preprophase band.
3. Preprophase band (PPB): band (pita lembaran) dimana ‘cell plate’ yang terbentuk setelah
pembelahan sel akan bergabung dengan dinding sel. PPB selalu akurat dalam
memprediksi posisi dan plane of cell division. Ketika mitosis mulai, PPB hilang dan
diganti oleh ‘mitotic spindle’.
4. Mitotic spindle (gelendong mitotik). Sebelum metafase, beberapa elemen gelendong
menempel ke kromosom pada kinetokor yaitu daerah pada kromosom dimana penyusutan
(dissasemble) MT terjadi. Karena ujung lain, MT tertanam pada kutub gelendong (ada
MTOC). Penyusutan MT pada kinetokor menyebabkan kromosom pindah ke kutub
gelendong. Laju penyusutan MT ≈ laju kromosom pindah ke kutub. Pada telofase,
gelendong hilang tetapi MT terletak melintang di ekuator membentuk fragmoplas.
5. Fragmoplas terdiri atas 2 set MT ber-interdigitasi (berlawanan, terpolarisasi) sepanjang
daerah dimana nantinya akan terbentuk daerah dataran sel (cell plate). MT fragmoplas
menjadi gumpalan ke arah perifer dari ‘cell plate’ (yang terlihat mendorong ke samping).
Cell plate terbentuk dari fusi vesikel yang berisi materi dinding sel. Cell plate akan

3
meluas dan bergabung dengan dinding yang sudah ada di sisi-sisinya dari sel induk persis
pada posisi yang sebelumnya ditempati PPB.

Note: sitokinesis → proses 1 sel terpisah menjadi 2 sel anak. Sesudah terbentuknya dinding sel
yang baru, fragmoplas
menghilang. Dalam sel anak, MT rupanya berasosiasi dengan permukaan nukleus. MT tersebut
terlihat ‘radiase’ dari amplop nukleus yang dianggap sebagai ‘MT nucleating center’ (tempat
dimana MT terbentuk dari kristalisasi protein tubulin). MT tumbuh dan meluas dengan sangat
cepat dan membungkus sel dengan membentuk susunan helix. MT tersebut menjadi
terhubungkan dengan jembatan protein ke membran.

Orientasi MT kortikal (dekat/di bawah membran) sesuai dengan orientasi mikrofibil selulosa
pada lapisan terdalam dinding sel di luar membran.
1. 1.Pada beberapa sel yang tidak match → karena MT mengalami perubahan terbaru, tetapi
mikrofibril baru yang berorientasi sama belum terbentuk.
2. 2.Tidak match? → match-nya koinsiden dan tidak harus (obligatory) atau tidak
fungsional.

Pandangan umum:
MT dengan cara tertentu mengarahkan orientasi mikrofibril dinding sel mungkin karena komplek
pembuat selulosa pada sisi luar membran hanya dapat bergerak paralel dengan MT dan tidak
dapat melintas (cross over) dataran membran tempat MT menempel pada sisi dalam.

Mikrofilamen tersusun atas aktin. Cytochalasin B, merusak mikrofilamen→ merusak pergerakan


nukleus dan cytoplasmic streaming. Mikrofilamen → bagian sitoskeleton yang menempatkan
dan menggerakkan nukleus. Mikrotubul → pembentukan gelendong mitotik, orientasi
mikrofibril selulosa → jadi korelasi polaritas pertumbuhan sel. Mikrofilamen → posisi nukleus
sebelum pembelahan, posisi cell plate. Jadi, ‘plane of cell division’ dan arah pertumbuhan sel
dan oleh karena itu bentuk organ dikendalikan Sitoskeleton.

4
Pada sel-sel yang mengalami tip growing, tanda morfologis pertama terkait dengan terbentuknya
polaritas sel ialah stratifikasi organel termasuk akumulasi vesikel kecil pada tempat tumbuh
nanti. Pada zigot ganggang coklat (Fucus), distribusi asimetrik terjadi sebelum polaritas sel
menjadi pasti/stabil. Pemberian cahaya unilateral pada zigot menyebabkan masuknya arus positif
pada bagian ternaungi. Beberapa jam setelah induksi, stratifikasi dapat diubah oleh perlakuan
berikutnya dari arah yang berbeda. Selama fase ini vesikel terakumulasi pada calon tempat
terbentuknya rhizoid pada sisi gelap sel. Berikutnya, vesikel akan bergabung dengan membran
dan mengeluarkan isinya → muncul rhizoid.

Penghambatan sintesis protein (dengan perlakuan cycloheximide) menunda pembentukan rhizoid


tetapi tidak menghentikan terbentuknya polaritas. Ini menandakan, meskipun pembentukan
rhizoid memerlukan sintesis protein baru, pembentukan polaritas tidak! Terkait dengan
redistribusi komponen yang telah ada. Stabilisasi polaritas dicegah oleh cytochalasin B yang
merusak mikrofilamen (salah satu komponen sitoskeleton). Fiksasi polaritas yang diinduksi
cahaya pada zigot Fucus memerlukan adanya dinding sel. Penghilangan dinding dengan
pemberian enzim pencerna dinding sel tidak mencegah induksi polaritas oleh cahaya unilateral
tetapi mencegah stabilasi aksis. Orientasi aksis embrionik (poros embrio) tetap labil sampai
dinding sel baru disintesis.

Dari informasi di atas, rangkaian kejadian terbentuknya polaritas sel ialah: arus ionik yang
muncul akan menginisiasi pembentukan gradien Ca2+ intraseluler. Peningkatan [Ca] dalam sel
membantu mengorganisasi dan menstabilisasi komponen mikrofilamen yang selanjutnya
mengarahkan vesikel ke ujung yang sedang tumbuh. Deposisi dinding sel dapat memfiksasi
polaritas sel mungkin dengan berinteraksi dengan protein transmembran.

Sebagian besar sel tanaman membesar dengan memperluas semua permukaan → diffuse growth.
Sel-sel pada batang dan akar cenderung memanjang → pertumbuhan memanjang. Sel yang
memanjang dapat/mempunyai potensi mengubah arah pembesaran pada kondisi lingkungan atau
hormonal spesifik.

5
Dinding sel menahan pengambilan air oleh sel tanaman yang menyebabkan tekanan turgor
meningkat. Tekanan turgor internal diarahkan keluar (merata ke semua arah). Jika dinding sel
primer cenderung meregang merata (equal) ke semua arah, karena susunan random (isotropik)
dari komponen-komponen strukturalnya, sel akan mengembang secara radial untuk membentuk
spere. Tetapi sebagian besar dinding sel tanaman terdiri atas susunan non-random (anisotropik)
dari mikrofibril selulosa.

Pada dinding sel berbentuk silindrik (batang dan akar), mikrofibril selulosa dideposisi secara
tranverse (melingkar) terhadap aksis memanjang sel. Mikrofibril selulosa mempunyai tekanan
(tensile strength) yang sangat besar, ekspansi dinding terjadi tegak lurus terhadap arah
mikrofibril paling dominan. Sel memanjang dengan penambahan menyamping yang minimal.
Masing-masing lapisan dinding sel meregangkan dan menipis selama pembesaran sel.

Orientasi mikrotubul menjadi pola orientasi mikrofibril selulosa yang baru dideposisi. Bukti:
coalignment (kesejajaran) mikrotubul dengan mikrofibril baru dan studi deposisi setelah
perlakuan drug yang menyebabkan perusakan mikrotubul. Bukti lain: mikroskopis (anatomi
preparat) + imunofluoresen (dengan antigen).

Sudut mikrotubul pada sitoplasma periferal sel tanaman → sesuai dengan mikrofibril yang baru
didepositkan dinding sel sebelahnya. Coaligment arah tranverse → susunan yang paling umum.
Pada tipe sel seperti kolenkim, mikrofibril berganti/selang seling tranverse dan longitudinal →
mikrotubul terlihat paralel ke mikrofibril yang paling baru didepositkan.

Jika sel tanaman diperlakukan dengan kolkisin menyebabkan disassembly pada mikrotubul, sel
akan kehilangan kendali terhadap orientasi deposisi selulosa. Pada tanaman tingkat tinggi,
hilangnya mikrotubul menyebabkan deposisi mikrofibril selulosa secara random. Pemanjangan
sel terarah dihilangkan, sel memanjang merata ke segala arah.

Bagaimana mikrotubul kortikal mempengaruhi deposisi selulosa → belum diketahui, meskipun


beberapa mekanisme telah disarankan/ dibuat. Hipotesis:

6
1. 1.Komplek selulosa sintetase bergerak pada dataran membran, mikrofibril terbentuk
memanjang di belakangnya. Mikrotubul terikat ke komponen di membran.
2. Pada model lain, mikrotubul sebagai elemen penunjuk (guidance element) menciptakan
channel dan barrier dalam membran dimana selulosa sintetase bergerak, yang digerakkan
oleh gaya yang ditimbulkan oleh polimerisasi dan kristalisasi mikrofibril selulosa.
3. Mikrotubul ikut serta dalam pemunculan gerak sekaligus penunjuk (guidance).

Sangat sedikit pengetahuan detil tentang detil asosiasi mikrotubul-plasma membran atau
properties dari membran sel tanaman.

C. Pembesaran, Pendewasaan Sel dan Diferensiasi


1).Batas Pembelahan Sel
Meristem apikal pada tajuk dan akar merupakan sumber sel-sel untuk pemanjangan yang
kontinyu dari badan tanaman. Ketika mengukur pertumbuhan, lebih baik menggunakan meristem
sebagai titik awal/acuan, dibandingkan daerah yang kurang/tidak terlibat pertumbuhannya. Kita
dapat melihat bahwa sel-sel digantikan (displaced away) dari titik tumbuh karena pertumbuhan
sel meristem apikal. Ketika mereka digantikan, sel-sel tersebut berdiferensiasi menjadi sistem
jaringan epidermis kortex dan stele (dan tudung akar pada akar) dan menjadi tipe sel yang
berbeda –xylem, phloem, serat, pith, dsb. Begitu sel lewat dan jauh dari meristem, mereka
berhenti membelah, mereka membesar, bervakuola dan berhenti tumbuh. Pertumbuhan sel
seperti ini umum untuk semua sel dan tipe jaringan yang diikuti dengan hilangnya aktivitas
meristematik dan berakhir dengan berhentinya pertumbuhan dan disebut dengan pendewasaan
sel (cell maturation). Ini menekankan bahwa meskipun ia dapat dianggap sebagai diferensiasi
umum sel-sel di belakang meristem. Ia merupakan proses yang tumpang tindih (superimposed)
dalam diferensiasi sel dan tipe jaringan.

Begitu sel-sel terdesak ke belakang, mereka membelah empat dan lima kali. Panjang siklus sel
tidak banyak berubah. Pada basal, ujung, ujung proximal dari meristem, pembelahan sel
berhenti. Ini terjadi bukan karena siklus sel yang lambat tetapi sel keluar dari siklus dan berhenti
pada G1 atau G2 (yaitu pre dan post DNA synthesis dari interfase). Proporsi sel pada G1 dan G2
dalam daerah pendewasaan akar merupakan karakteristik dari satu spesies. Pada tudung akar, sel-

7
sel segera berhenti sesudah 2 kali pembelahan dan sel berdiferensiasi dengan cepat ketika
mereka digantikan atau terdesak keluar dari tudung akar.

Untuk menjelaskan berhentinya pembelahan sel pada bagian proksimal dari meristem, telah
diusulkan ada 2 hormon yang berinteraksi mengatur laju dan kelangsungan pembelahan sel.
ABA dan auksin mungkin meningkat secara basipetal sepanjang akar dan keduanya berkorelasi
terbalik dengan laju pertumbuhan akar. Berhentinya pembelahan pada sel yang mengalami
pendewasaan merupakan hasil perubahan metabolik pada sel-sel ini. Ia juga merupakan hasil
kontak seluler yang berkurang. Pada Azolla, frekuensi plasmodesmata berkurang pada xylem
dan phloem ketika sel dewasa.

2).Pembesaran dan Pendewasaan Sel


Pendewasaan sel dapat dipelajari paling mudah pada akar karena tumbuh 1-dimensi (panjang).
Sequen spatial sel dari meristem ke bagian dewasa dari akar merepresentasikan sequen dalam
waktu. Dengan membedakan sel-sel pada jarak yang lebih besar dari promeristem,
dimungkinkan untuk mengikuti pertumbuhan dan pendewasaan sel-sel ratarata.

Analisis pertumbuhan akar:


1. Akar dipotong masing-masing 1 mm panjang. Dengan mengukur jumlah sel per bagian,
jumlah protein per bagian dst., perubahan komposisi seluler dengan meningkatnya jarak
dari ujung akar dapat ditemukan. Karena waktu untuk didesak dari satu bagian ke bagian
berikutnya berbeda terus menerus sepanjang daerah yang membesar, jarak tidak sama
dengan skala waktu linier. Asumsi yang perlu ialah apapun umur dan panjang akar, sel
selalu mencapai tahap perkembangan yang sama pada jarak tertentu dari ujung akar.
Meskipun ini pendekatan (aproksimasi), karena akar bibit berubah dalam laju dan
karakteristik pertumbuhannya selama mereka tumbuh, hal ini cukup mendekati. Metode
ini membedakan sel-sel berbeda dengan sejarah berbeda pada saat bersamaan. Idealnya,
sel yang sama seharusnya dibedakan pada waktu yang berbeda selama pertumbuhannya.

8
2. Pertumbuhan sel akar dapat diposisikan pada skala waktu sesungguhnya jika kita tahu
laju penggantian sel sepanjang akar dan waktu untuk penggantian dari bagian satu ke
bagian berikutnya.
Erickson dkk telah menandai akar dengan lampu (hitam) dan kemudian membuat record
photographic yang kontinyu begitu mereka tumbuh (ke bawah) pada ruang lembab. Dari
photographic trace, laju penggantian dari tanda dan laju relatif pemanjangan sel dihitung. Dari
hitungan jumlah sel pada bagian yang dihancurkan, laju produksi sel juga dihitung. Pada
meristem (terminal 2-3 mm), pembelahan dan pemanjangan sel merupakan proses tumpang
tindih (superimposed) antara pembelahan dan pemanjangan sel dan bukan eksklusif.

3. Pada akar yang tumbuh pada laju yang konstan, jumlah sel (n) yang keluar dari meristem
setiap jam juga akan konstan. Jumlah sel yang sama (n) akan didesak/gantikan pada titik
manapun pada daerah yang membesar. Oleh karena itu, panjang sel (n) akan
merepresentasikan pertumbuhan satu jam.
4. Packet analysis. Karena dinding sel tumbuh terus menerus selama sel membesar,
kelompok sel-sel anak dapat dibedakan karena mereka dikelilingi oleh dinding relatif
tebal dari sel ibunya/tetua. Pembelahan berikutnya memproduksi dinding sel baru pada
sel tetua, dinding terbaru adalah yang paling tipis. Oleh karena itu, umur relatif dari sel-
sel dalam‘packet’ sel tetua dapat dideduksi. Karena packet cukup mudah dibedakan dari
yang lain selama akar tumbuh, kemajuan packet sel-sel dari meristem ke sel dewasa dapat
juga dideduksi.

Jika dikombinasikan dengan pengukuran laju pemanjangan akar menyeluruh dan frekuensi
jumlah sel anak per’packet’, laju pembelahan dan pemanjangan dapat diketahui.

Dengan membedakan akar pada waktu suksesif selama pertumbuhannya, record tentang
perkembangan sel dapat dibuat. Panjang siklus sel yang diperoleh dengan cara ini sebanding
(dapat dipadankan) dengan yang diperoleh dengan label radioaktif. Miripnya nilai-nilai
pertumbuhan sel yang diturunkan dari ‘packet analysis’ dan teknik lain menunjukkan (meskipun
dengan kelemahan masing-masing), dalam prakteknya memberikan hasil yang dapat diterima.

9
Sel-sel membesar ketika mereka terdesak ke belakang dari ujung akar. Meskipun pemanjangan
sel terjadi pada semua sel, ia lambat pada QC, tetapi sangat cepat pada daerah pemanjangan akar
di belakang meristem. Pemanjangan sel tiba-tiba berhenti pada 10 mm (atau kurang) dari ujung
akar. Tiap sel pada daerah pembelahan yang tidak membelah pada laju yang sama dengan
tetangganya atau keluar dari siklus sel untuk satu atau dua siklus akan menjadi lebih panjang
dibanding tetangganya. Ini karena selama sel pada jarak tertentu di belakang meristem akan
memanjang pada laju yang sama. Mereka dihubungkan bersama oleh dinding sel mereka yang
tidak slip. Pada tiap jaringan, semua sel sama panjangnya. Sel yang sangat panjang sangat jarang
ada. Ini artinya sel-sel bertetangga dalam satu jaringan mempunyai siklus sel dengan lama yang
sama dan mengalami jumlah pembelahan sel yang sama sebelum pemanjangan final.

Sel-sel tersebut, ketika mereka membesar, juga mensintesis dan mengakumulasikan bahan
dinding sel, protein dan asam nukleat. Data ini ratarata untuk sel dan tipe jaringan berbeda pada
suatu jarak dari ujung akar. Ini merupakan gambaran sederhana karena meskipun semua sel
memanjang pada laju yang sama tetapi mereka membesar secara radial dan tangensial pada laju
yang berbeda pada jaringan yang berbeda.

Pembelahan sel berhenti lebih cepat pada stele dan kortex dibanding pada epidermis. Oleh
karena itu, sel-sel terpanjang terdapat pada stele dan terpendek sering pada epidermis.

Komposisi protein, seperti ditunjukkan oleh tes imunologi dan gel elektroforesis ekstrak akar,
berubah ketika sel dewasa dan juga berbeda dari jaringan ke jaringan. Perubahan yang dijumpai
sejauh ini terutama kuantitatif dibanding kualitatif. Beberapa perubahan dapat disebabkan bukan
oleh perubahan dalam tipe sel tertentu tetapi perubahan proporsi dari tipe sel berbeda, masing-
masing mungkin mempunyai struktur dan komposisi berbeda tetapi relatif konstan. Penjelasan
tersebut mungkin (sebagian) disebabkan perubahan lintasan respirasi selama pendewasaan sel.
Lintasan pentosa fosfat meningkat (perlunya) dibanding glikolisis saat sel membesar. Ini
dikaitkan dengan peningkatan proporsi jaringan vaskuler dimana lintasan pentosa fosfat
mendominasi.

10
Pada tajuk, sel-sel menunjukkan perubahan yang mirip dengan yang terjadi pada akar selama
pembesaran. Tajuk berbeda dalam hal daerah pertumbuhan cepat lebih panjang (extended)
dibanding di akar. Sebagian besar tunas apikal terdiri atas sel-sel yang membelah dan tumbuh
dan pemanjangan sel berlanjut ke ruas yang sedang memanjang. Pengendalian pemanjangan sel,
khususnya oleh auksin, telah dipelajari secara ekstensif pada tajuk.

Sel dapat membesar dan memanjang secepat pertumbuhan dinding selnya. Laju pembesaran sel
(dv/dt) tergantung pemelaran dinding (wall extensibility = m) dan tekanan pada dinding oleh
tekanan turgor (P) yang melebihi wall yield threshold (Y).

Dv = m(P-Y)
dt

Perubahan kimia dalam struktur dinding yang memungkinkan pengendoran dinding (wall
loosening) dan oleh karena itu meningkatkan ‘m’ tidak diketahui dengan pasti, tetapi hampir
pasti melibatkan pemecahan dan pembentukan kembali ‘cross linkages’ antara polisakarida
dinding dan protein dinding. Jika proses ini tidak dapat terjadi lagi maka pertumbuhan dinding
berhenti. Tekanan turgor (P) dapat ditingkatkan dengan sintesis solut di dalam sel sehingga
menurunkan potensial osmotik dan (pada potensial air konstan) secara otomatis meningkatkan
tekanan turgor (P). Wall yield threshold (Y) merupakan sifat dinding tergantung strukturnya.

Perubahan dalam pemelaran dinding (m) telah diukur dengan teknik ekstensiometer. Sepotong
jaringan yang dimatikan dengan metanol dipanjangkan pada laju tetap dalam alat ekstensiometer
dan ekstensibilitas plastis dinding diukur dari laju dimana ‘tension’ dalam dinding meningkat.

Ekstensibilitas plastis bukan ukuran langsung m tetapi proposional terhadap EP. Oleh karena itu,
teknik ini dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan dalam m dan perkiraan besarnya.
Perlakuan terhadap jaringan hidup dapat menyebabkan perubahan terukur dalam ekstensibilitas
plastis.

11
Hormon yang mempunyai efek konsisten dalam meningkatkan ekstensibilitas dinding (m) adalah
auksin. Biasanya perlu memotong jaringan dan menghilangkan sumber auksin normal agar efek
dapat ditunjukkan. Auksin bekerja dalam dua fase yang mungkin overlap:

1. Initial growth response (1-2 jam pertama) – FASE AWAL

2. Prolonged growth response (3-6 jam atau lebih).

Keduanya dapat dimulai dalam 10-20 menit setelah (mulai) aplikasi auksin. Pada fase awal,
sekresi proton keluar sel ke dinding sel meningkat, Ph dinding sel turun, pengendoroan dinding
sel dirangsang. Efek pengendoran dari ion H+ dapat ditiru dengan menempatkan jaringan pada
bufer Ph rendah (Ph 4).

Penurunan pH dinding dapat mengaktifkan hidrolisa polisakarida karena banyak enzim yang
terdapat dalam dinding sel mempunyai kisaran Ph optimum 4-6. Xyloglukan hemiselulosa pada
dinding sel terdegradasi sebagian jika jaringan diperlakukan dengan IAA atau buffer pH 4.
Ekstrusi proton ke dinding sel dapat menginisiasi pemanjangan sel yang diinduksi auksin tetapi
keberlanjutannya tergantung pada efek auksin lain dalam mengubah ekspresi gen dan
menyebabkan sintesis enzim baru sehingga menyebabkan kondisi metabolik baru dalam sel. Satu
faktor pengendor dinding yang lain mungkin pembuangan ion Ca2+ yang menghambat
pengendoran sel. Auksin terlihat paling efektif dalam merangsang pemanjangan sel tanaman
tingkat tinggi dimana dinding mempunyai struktur polilamelat. Auksin diperlukan pada sel
tersebut agar merangsang pengendoran sel sehingga pemanjangan terjadi.

Mekanisme pemanjangan sel pada akar dimana auksin sering menghambat pemanjangan lebih
jarang diteliti dibanding jaringan tajuk. Perlu diingat, bahwa pada akar, daerah utama
pemanjangan sel adalah daerah di belakang ujung akar dimana terdapat arus ion keluar yang
umumnya proton. Apakah auksin ditransportkan basipetal dari tajuk yang bertanggung jawab
tidak diketahui. Secara umum, terdapat korelasi negatif antara laju pertumbuhan dan kandungan
IAA seperti terlihat pada akar jagung.

12
Sel-sel pada batang yang paling responsif adalah sel-sel epidermal. Pemanjangan sel epidermal
menentukan pemanjangan batang secara keseluruhan. Pada jaringan dalam dari koleoptil,
ekstensibilitas dinding (m) tidak terlihat mengubah tetapi panjang jaringan yang akan
memanjang karena pengambilan air setelah ‘peeling’ terlihat tetap mendahului dalam
pemanjangan koleoptil, dengan asumsi pemeliharan turgor dengan sintesis solut. Pada batang,
sel-sel pada pith terutama responsif terhadap giberelin. Pertumbuhan batang (dan akar?) mungkin
tergantung kerjasama antara sel-sel bagian luar yang responsif terhadap auksin dan sel-sel bagian
dalam yang responsif terhadap giberelin.

3) Pendewasaan sel: bagaimana ia dikendalikan?

Pembesaran dan pendewasaan tidak dikendalikan oleh posisi dari sel pada akar karena proses-
proses ini dapat berlanjut dalam isolasi dari bagian lain akar. Potongan akar dari daerah 2-4 mm
di belakang ujung akar, dimana pembelahan akar telah berhenti dan laju pemanjangan mencapai
± maksimal dapat dikulturkan dalam larutan berisi hanya 2% sukrosa. Sel potongan akar akan
terus memanjang seperti pada akar ‘intact’ tetapi tidak ada sintesis konstituen seluler (kecuali
bahan dinding sel) karena mereka tidak mempunyai sumber nitrogen. Meskipun tidak terdapat
peningkatan protein, aktivitas enzim pada bagian terisolasi masih berubah seperti pada akar
‘intact’ dan tipe sel normal berdiferensiasi.

Karena ujung dan dasar tidak ada, pemanjangan yang berlanjut dan diferensiasi sel-sel bukan
merupakan fungsi dari posisi mereka pada akar. Proses ini kelihatannya otomatis dan self-
sustaining, tergantung metabolisme oksidatif dan diset ketika sel-sel meninggalkan meristem.
Implikasinya ialah bahwa event (kejadian) pendewasaan berlangsung seiring dengan waktu
seperti diatur oleh jam yang dimulai dalam sel ketika sel-sel meninggalkan meristem.
Dukungan dari ide ini datang dari akar-akar yang tumbuh pada laju yang berbeda. Pada akar
yang tumbuh lambat, diferensiasi sel lebih dekat dengan meristem apical dibanding pada akar
yang tumbuh cepat seperti diharapkan jika diferensiasi sel tergantung waktu sejak mereka
meninggalkan meristem dibanding posisi mereka dalam akar. Dukungan bukti lain datang dari
akar dengan meristem terpotong dimana inisiasi akar lateral terjadi pada waktu yang diharapkan
dalam sel yang tepat. Ini menunjukkan bahwa posisi terhadap ujung akar terlihat tidak relevan.

13
Eksperimen dengan tudung akar telah menunjukkan situasinya lebih kompleks. Pada akar yang
diperlakukan dengan kolkisin, tudung akar tidak membelah atau membuat sel-sel baru. Oleh
karena itu sel tidak berubah posisinya relatif terhadap masing-masing tetapi mereka menjadi
endopoliploid dengan berjalannya waktu. Pada akar yang tidak diperlakukan tetapi dengan
tudung yang diiris, mucilage dibentuk oleh sel-sel pada permukaan tidak tergantung di luar atau
di dalam tudung, oleh karena itu tidak tergantung waktu sejak mereka meristematik.
Karakteristik sitoplasmik sel-sel seperti terlihat pada mikroskup elektron tetap dipunyai menurut
posisi asli pada tudung akar. Perkembangan sitoplasmiknya dihentikan ketika pergantian
(displacement) tidak terjadi lagi. Pada tudung akar, terlihat event nuklear ditentukan waktu
sedangkan perkembangan sitoplasmik ditentukan oleh posisinya.

Jika sel memasuki satu fase perkembangan yang tergantung pada suatu ‘timing mechanism’,
bagaimana ‘nature’ dari jam dan bagaimana ia diset untuk jalan? Satu set enzim dan protein
disintesis (atau dirusak) masing-masing pada laju berbeda tetapi konstan, sehingga komposisi
relatif dari konstituen sel berubah. Jadi pendewasaan dapat diprogram: sintesis bagian protein
dirangsang ketika sel meninggalkan meristem dan berhenti ketika metabolisme berubah ke
kondisi yang tidak lagi mendukung pertumbuhan, mungkin terjadi di dinding sel. Hipotesis ini
berasumsi tidak terdapat perubahan aktivitas gen relatif selama proses pendewasaan.

Sebagai alternatif, ada mekanisme’cascade’ dimana perubahan pertama mengubah aktivitas gen
yang kemudian mengubah tipe protein yang disintesis. Ini akan ‘imply’ perubahan regulasi yang
kontinyu dari aktivitas gen. Sebagai analogi dengan pemasakan buah, yang dianggap sebagai
pendewasaan sel lanjutan, kita berharap gen-gen diregulasi sebagai fungsi dari waktu selama
pendewasaan sel. Mungkin sebagai hasil perubahan jumlah beberapa zat pengatur tumbuh di
dalam sel sebagai fungsi waktu.

Pada akar, mungkin terdapat gradien [auksin] dan [ABA] meningkat secara basipetal. Karena
peningkatan konsentrasi masing-masing dapat menghambat pemanjangan akar dan ABA dapat
menurunkan ekstensibilitas dinding, mereka dapat terlibat dalam merangsang pendewasaan sel.

14
Tetapi, ini tidak mungkin terlibat pada segmen akar terisolasi kecuali jika mereka diproduksi saat
sel-sel berdiferensiasi.

Pada tajuk, auksin menurun secara basipetal dan tidak terdapat gradien ABA. Meski hormon ini
dapat memodifikasi pendewasaan sel, mereka tidak mungkin menjadi pengendali utama kecuali
jika pembesaran dan pendewasaan sel dikendalikan dengan cara berbeda pada akar dan tajuk.

Pendewasaan merupakan ‘norma’ pada semua bagian tanaman yang tumbuh terbatas seperti
daun, ruas, organ bunga dan buah. Pada daun, sel-sel dewasa pertama kali pada bagian ujung,
pendewasaan berlangsung ke arah bagian bawah daun. Pada daun rumput-rumputan, sel-sel
bagian dasar daun tetap meristematik karena daun berbentuk linier. Ia dapat dipotong menjadi
bagian berurutan sehingga pendewasaan dapat diikuti seperti pada akar. Pada daun wheat,
perkembangan sel-sel dan plastid-plastid telah diikuti pada saat sel mengalami pendewasaan.

D. Diferensiasi Sel
Tipe sel tanaman dibedakan oleh karakteristik morfologi yang terlihat di bawah mikroskup
cahaya: posisi, bentuk dan ukuran sel, struktur dinding sel, isi sel (organel, pati, pigmen, produk
sekunder). Hanya struktur dinding dan isi sel yang nyata tergantung langsung pada perbedaan
biokimia dan molekuler dalam sel. Ukuran sel dapat merefleksikan perbedaan molekuler: sel-sel
besar (khususnya vessel xylem yang sedang berkembang) menjadi poliploid dan pada embrio
sel-sel suspensor menjadi politene dengan meningkatkan jumlah DNA per sel dan kopi genom
ganda.

1). Perubahan struktur dinding sel.


a. Sintesis dinding sel
Perkembangan penebalan dinding secara lokal merupakan karakteristik pada elemen xylem.
Tracheid dan vessel xylem menunjukkan gradasi pola dinding, semuanya disebabkan penebalan
tidak merata dari dinding sel sekunder. Komponen utama daerah menebal ialah selulosa.
Pelabelan imunofluorescen menunjukkan band penebalan dinding pada elemen xylem yang
sedang berkembang didahului oleh pola mikrotubul yang ada di bawahnya. Mikroskup elektron
pada sel lain menunjukkan MT terletak paralel terhadap mikrofibril selulosa pada penebalan

15
tersebut. Kolkisin → penebalan dinding sel tidak teratur. Mikrofibril diarahkan oleh MT dalam
penempatan orientasi.

Selama diferensiasi elemen xylem pada suspensi Zinnia, ada peningkatan aktivitas peroksidase
dan PAL (Phenylalanine Ammonia Lyase). Enzim tersebut penting untuk sintesis lignin yang
diinkorporasikan ke dalam dinding sel xylem. Tetapi sintesis lignin tidak esensial untuk
diferensiasi xylem. Lignin menyebabkan rigiditas sel. Jika PAL dihambat, pembentukan lignin
dicegah, sel colaps. Penghambatan PAL tidak menghambat proses diferensiasi lainnya. PAL
marker yang baik bagi diferensiasi sel tetapi tidak adanya aktivitas PAL bukan berarti
diferensiasi xylem tidak ada.

b. Degradasi dinding sel


Pada vessel xylem, dinding ujung sel rusak dan hilang dan pada sieve tube phloem (tabung
saring), rusaknya dinding sel terbatas pada dinding ujung tetapi hanya sebagian dan berhenti
ketika lubang ayak (sieve pores) telah terbentuk. Mengapa hanya ujungnya saja yang
terpengaruh enzim litik?

Dinding ujung xylem berbeda dalam komposisi jika dibandingkan dinding sisi terutama terdiri
atas pektin dan hemiselulosa (terutama) dan sangat sedikit selulosa, tanpa lignin. Oleh karena itu,
mereka dapat dirusak secara selektif dengan enzim yang tepat. Membran pada dinding ujung
juga berbeda dalam struktur dan sifat dibanding dinding sisi dari sel. Ada arus ion yang
ditimbulkan pada ujung akar yang sedang tumbuh. Ini dapat terlibat dalam polarisasi diferensiasi
pada elemen vaskuler yang sedang berkembang.

2) Perubahan isi sel


a. Perubahan isi organel
Diantara tanda-tanda pertama diferensiasi sel pada meristem ialah perubahan komposisi organel
dalam sel. Sel yang membentuk primordia daun muda meningkat dalam jumlah plastida dan
mitokondria. ‘Lucipient pith’ tidak meningkatkan jumlah plastid per sel tetapi plastid membesar
saat sel membesar dan bervakuola. Karena jumlah plastida per sel meningkat pada daun, ini
berarti replikasi plastid lebih cepat dibanding replikasi sel. Pada pith, replikasi plastid sejalan

16
dengan replikasi sel karena jumlah plastida per sel tetap konstan tetapi replikasi mitokondria
lebih cepat. Contoh ini menunjukkan bahwa pembelahan sel, replikasi plastida dan mitokondria
dikendalikan secara terpisah.
Perusakan isi sel

Contoh paling nyata lisis adalah xylem dimana sel dewasa telah kehilangan seluruh isi sel dan
mati. Pada phloem, proses lisis berhenti setengah jalan. Nukleus mengalami diintegrasi pada
sieve tube (tabung ayak), tonoplas hilang, sehingga sitoplasma dan vakuola menjadi campur.
Diktiosom hilang. Pada mitokondria, membran internal berkurang dan endoplasmik retikulum
menjadi lebih vesikuler. Enzim callose sintesis masih tetap ada karena callose terbentuk ketika
phloem terluka. Protein phloem (protein-P yang mencirikan) terlihat meningkat jumlahnya.

Proses lisis menunjukkan aktifitas enzim litik dalam sel phloem dan xylem yang sedang
mengalami diferensiasi. Pembentukan pori ayak (sieve pores) telah diikuti dengan mikroskup
tetapi secara biokimia sedikit sekali diketahui kecuali ‘callose synthesis’ terjadi. Pada
monokotiledon arboresen, seperti pohon palm, yang tidak mempunyai kambium, tabung ayak
phloem terus berfungsi tanpa nukleus sepanjang hidup pohon tersebut

c. Perubahan komunikasi antar sel : plasmodesmata


Sitoplasma sel-sel berdampingan dihubungkan lewat dinding sel oleh plasmodesmata untuk
membentuk simplas. Mikroinjeksi senyawa fluorescen yang diketahui ukurannya ke dalam sel
menunjukkan plasmodesmata normalnya tidak memungkinkan lewatnya molekul >850 dalton.
Tetapi, partikel lebih besar mungkin lewat plasmodesmata karena beberapa enzim (mis. Rnase)
dan virus dapat lewat dari sel ke sel. Batas eksklusi untuk pergerakan lewat plasmodesmata
mungkin berubah selama perkembangan, tetapi apakah ini penting untuk perkembangan tidaklah
jelas.

Jumlah plasmodesmata per dinding sel dapat meningkat atau berkurang selama perkembangan
tanaman. Pada akar Azolla, ada kehilangan plasmodesmata secara umum begitu semua tipe sel
berkembang dan dewasa. Tetapi, kehilangan dipercepat pada elemen xylem yang sedang
berkembang. Pada sel xylem, plasmodesmata telah hilang karena dimusnahkan sebelum

17
penebalan dinding sekunder mulai dibuat. Plasmodesmata juga hilang pada elemen ayak phloem
yang sedang berkembang kecuali beberapa yang tinggal pada dinding transverse (melintang) dan
diubah menjadi pori ayak. Semua sel pada akar Azolla menjadi lebih terisolasi secara simplastik
ketika mereka berkembang.

d. Biokimia diferensiasi xylem dan phloem


Ekstraksi diferensial pada bagian/potongan akar bawang Bombay menunjukkan perbedaan
komposisi dinding sel selama diferensiasi jaringan. Sel kortex mengandung selulosa relatif tinggi
dan rendah dalam pektin. Pada jaringan vaskuler relatif kaya akan pektin dan miskin selulosa dan
kemudian pada perkembangannya hemiselulosa menjadi lebih banyak. Tudung akar berbeda dari
lainnya (dari akar) dengan mempunyai banyak selulosa dan polisakarida non selulosik.

Biokimia diferensiasi sel telah dipelajari terutama pada sel xylem dan phloem sekunder karena
dapat diperoleh dalam jumlah mencukupi pada berbagai tahap perkembangan agar komposisi
kimia dan aktivitas enzim dapat diukur. Pada potongan melintang kayu suatu pohon, xylem yang
terbentuk paling baru dan termuda terdapat pada kambium dan kemajuan radial ke arah pusat
batang mengikuti kemajuan perkembangan dari xylem tidak terdeferensiasi ke terdiferensiasi
penuh. Satu radial plug yang diambil dari pohon dapat dipotong menjadi bagian-bagian, jarak
dari kambium merepresentasikan sequen dari perkembangan. Perlu diingat bahwa ini studi
diferensiasi pada jaringan (xylem) yang berisi bebrapa tipe sel yang berbeda.

Saat sel-sel xylem sekunder berdiferensiasi, kandungan pektin dinding berkurang dan kandungan
xyloglukan meningkat. Pektin merupakan karakteristik dinding primer. Pada transisi antara
pembentukan dinding primer ke sekunder, ada sedikit/tidak ada perubahan dalam sintesis pektin
tetapi peningkatan nyata dalam sintesis hemiselulosa dan selulosa. Ini terlihat dari aktivitas
enzim yang inter-konversi UDP-gula yang membentuk prekusor untuk mensintesis polisakarida.
Epimerase yang membentuk prekusor pektin paling aktif pada kambium dan paling tidak aktif
pada xylem terdiferensiasi, tetapi aktivitas enzim masih dapat ditunjukkan bahkan ketika tidak
ada pektin yang disintesis. Epimerase tidak dapat menjadi pengendali sintesis pektin.

18
Hemiselulosa pada xylem angiosperm dibentuk hampir seluruhnya dari xylans (terbentuk dari
UDP-D-glukosa dan UDP-D-xilosa) sedangkan pada gymnospermae, mereka mengandung
galakto glukomanan tinggi (terbentuk dari UDP-D-galaktosa dan UDP-L-arabinosa). Enzim yang
mensintesis UDP-Dglukosa dan UDP-D-xilosa meningkat 3 kali selama diferensiasi xylem
angiospermae (Syncamore dan Poplar) tetapi berkurang pada Pinus dan Pir. Meskipun enzim
Epimerase tersebut secara umum paling aktif ketika mereka diperlukan, mereka aktif selamanya.
Aktivitas-aktivitas enzim Epimerase tidak menjadi pengendali utama sintesis polisakarida.

Sementara itu, enzim-enzim pensintesis gula meningkat pesat aktivitasnya. Asam


poligalakturonat sintase (terlibat dalam sintesis pektin) menurun ketika sel berkembang dan
sintesis pektin menjadi lambat dan berhenti. Sebaliknya, kandungan xilan sel meningkat ketika
mereka berkembang. Aktivitas xilan sintase meningkat 15 kali pada Syncamore dan 4 kali pada
Poplar. Aktivitas PAL (penting untuk sintesis lignin) meningkat 10x. Aktivitas glukomanan
sintase pada Pinus meningkat 4x. Perubahan aktivitas enzim sintase berkorelasi dengan laju
sintesis komponen dinding, oleh karena itu kandidat yang baik sebagai agen pengendali dalam
sintesis dinding sel pada diferensiasi xylem disebut glukonan sintase.

e. Tahap awal diferensiasi sel


Studi sel insitu dalam bentuk potongan dengan metode histokimia mempunyai 2 keuntungan.
Sel-sel individu dan tipe-tipe sel dapat dipelajari dan posisi dimana diferensiasi tipe sel tertentu
akan terjadi pada meristem dan jaringan muda dapat diprediksi. Perkembangan dapat diikuti dari
tahap paling awal.

Aktivitas esterase dapat divisualisasikan secara histokimia dan merupakan karakteristik jaringan
vaskuler khususnya xylem. Aktivitas esterase di akar dapat dirunut sejak inisial di daerah QC.
Pada batang, diferensiasi sel tidak dapat dilacak ke initial seperti halnya pada akar. Pertama kali,
ia terlihat didaerah ‘apical dome’ meskipun aktivitas esterase dapat dideteksi dalam’apical dome’
dan mungkin menandakan diferensiasi prokambial awal seperti pada akar. Prokambium pertama
kali dapat dideteksi pada apex tajuk Kapri sejak ada peningkatan lokal dalam laju pembelahan
sel.

19
f. Perubahan nuklear selama diferensiasi sel.
Perubahan inti paling nyata terjadi pada elemen vessel xylem yang sedang berkembang. Sel-sel
ini mudah dilihat pada akar jagung yang dapat dirunut ke QC. Pembelahan sel berhenti segera
setelah meninggalkan daerah awal (initial) tetapi pertumbuhan berlanjut, demikian juga replikasi
DNA sejalan dengan pertumbuhan sehingga sel-sel ini menjadi poliploid kadang-kadang sampai
64n. Setiap putaran replikasi DNA disertai dengan peningkatan kandungan ribosoma sel
sehingga sintesis protein menyesuaikan. Ini cara sel mereplikasi gen termasuk gen Rna yang
kelihatannya penting agar sel-sel dapat membesar. Sel-sel ini merupakan salah satu alasan
mengapa sel menjadi dewasa. Jika ada volume sitoplasmik dan sel maksimum yang dapat
didukung sejumlah DNA tertentu, berhentinya pembelahan sel pada sisi proksimal meristem
memberi batas pada pertumbuhan selanjutnya.

Elemen vessel xylem bukan satu-satunya sel yang menjadi poliploid saat mereka dewasa. Sel-sel
yang tersebar pada jaringan khususnya dalam kortex dapat menjadi poliploid. Kejadian ini
kurang umum terjadi pada monokotil dibanding dikotil dan lebih jarang di tajuk dibanding di
akar. Sejauh ini tidak ada peran dari poliploidisasi, mungkin satu bentuk diferensiasi sel individu
yang tumpang tindih dengan diferensiasi jaringan secara keseluruhan. Pembesaran sel pada
suspensor beberapa embrio (misal Leguminose) terkait dengan replikasi DNA tanpa pembelahan
sel tetapi dalam kasus ini sel-sel menjadi multinukleat atau kromosom menjadi politen seperti
kromosom raksasa pada kelenjar saliva Drosophila.

Ketika sel yang mengalami pendewasaan berhenti membelah, mereka keluar dari siklus sel di G1
dan G2. Sel-sel pada jaringan berbeda pada akar cenderung mengakumulasi bagian-bagian
berbeda dari interfase ketika dewasa. Species yang berbeda mempunyai karakteristik berbeda
dalam proporsi G1 dan G2. Kondisi nutrisi akar saat sel mengalami pendewasaan dapat
mempengaruhi proporsi sel berhenti pada G1 Dan G2. Signifikasi pada sel yang ‘parkir’ pada
satu bagian interfase dibanding bagian lain tidak banyak diketahui.

Rekonstruksi tiga dimensi dari potongan seri dari nukleus wheat (gandum) yang difoto dengan
mikroskup elektron menunjukkan bahwa pada nukleus interfase, kromosom tidak hanya campur
seperti ‘tangle of string’ tetapi dalam susunan spatial. Spesifik, ditahan oleh penempatan ke

20
membran nukleus. Ini dapat berubah selama diferensiasi dan organ atau tipe sel berbeda
mempunyai genom dengan susunan spatial berbeda sehingga menyebabkan kombinasi gen
berbeda ‘next to each other’ dan mungkin merangsang interaksi gen yang baru.

21

Anda mungkin juga menyukai