Anda di halaman 1dari 4

APLIKASI PENELITIAN BIOLOGI

REPRODUKSI

Dalam mengupayakan keberhasilan berbudidaya tanaman pangan (tanaman semusim)


atau tanaman tahunan diperlukan secara detail mengenai sistem biologi reproduksinya. Selain
dari itu, pemahaman tentang biologi reproduksi juga dapat digunakan untuk manajemen
budidaya tanaman selanjutnya. Pada tanaman pangan yang umumnya diperbanyak dari biji,
keragaman genetis akan terlihat pada zuriahnya. Hal ini disebabkan biji mengandung embrio
yang merupakan paduan antara gamet jantan (tepung sari) dengan gamet betina (sel telur).
Sebaliknya, tanaman perenial, misalnya tanaman buah-buahan yang pada umumnya diperbanyak
secara vegetatif, maka tanaman yang baru merupakan keturunan yang secara genetis memiliki
kemiripan karakter sesuai dengan tanaman induknya, sehingga faktor penyimpangan genetis
dapat dieliminasi sekecil mungkin.
Pemuliaan tanaman semusim tampak jelas kemajuannya dibandingkan dengan tanaman
tahunan. Karena umumnya yang pendek, program pemuliaan pada tanaman semusim dapat
terlaksanakan dalam waktu relatif lebih cepat. Hal ini berbeda dengan tanaman tahunan.
1. Masalah dalam Penelitian Tanaman Perenial
Terdapat beberapa penyebab kenapa riset biologi reproduksi chaman tanaman tahunan
sangat jauh tertinggal di belakang tanaman mula semusim. Masalah yang paling utama adalah
karena lamanya daur an hidup tanaman itu sendiri, misalnya tanaman manggis baru berbuah
sesudah berumur 10-15 tahun sejak tanam biji.
Tanaman semusim dapat berbunga dan panen pada satu musim tanam. Selain dari itu,
pelaksanaan penelitian tanaman semusim lebih simpel, misalnya kontrol terhadap pembungaan
(perlakuan suhu dingin) sehingga hormon dapat mempercepat proses pembungaan secara nyata.
Dengan demikian, era riset dapat tercapai dalam waktu yang relatif singkat. Dalam satu tahun
mungkin dapat diperoleh 2-3 generasi. Kondisi semacam ini sangat berbeda dengan tanaman
tahunan. Tanaman perenial mempunyai masa remaja (juvenility period) sangat lama, dalam masa
tersebut tanaman tidak akan berbunga Ada beberapa spesies tanaman yang mempunyai masa
juvenil ini hingga 40 tahun. Kendala lainnya adanya masa pembungaan yang hanya terjadi sekali
selama satu tahun. Di samping itu beberapa spesies tanaman mempunyai masa dormansi biji
maupun tunas.
2. Pendekatan Riset Tanaman Tahunan

1
Pendekatan riset terhadap tanaman perenial ada dua macam yaitu secara fisiologis dan
genetis. Pada umumnya proses reproduko hanya dapat dilihat secara mikroskopis, sehingga
aplikasi histolog akan banyak membantu. Dengan metode ini dapat dilihat kaitann antara struktur
dan fungsi anatomis tanaman terutama organ reproduksinya. Bahan tanaman tahunan seringkali
mendatangka kesulitan pengamatan karena timbulnya senyawa fenol dalam jaringannya. Bahan
kimia ini bereaksi dengan senyawa pemfiksi sehingga menyebabkan kesulitan dalam interpretasi
hasil/data.
Pengamatan mikroskopis pada tanaman semusim dan dua musim dapat berhasil dengan
memuaskan, karena tanaman tersebut hanya Unempunyai sedikit masalah. Hal ini sangat berbeda
dengan tanaman Derenial. Pada akhir-akhir ini mikroskop yang lebih canggih, seperti Scanning
Electron Microscopy (SEM) telah ditemukan dan dapat membantu penelitian mikroskopis
tersebut.
Tanaman tahunan kebanyakan adalah heterosigus. Pada umumnya kultivar tanaman tidak
akan menghasilkan keturunan yang identik tetuanya. Heterosigositas ini selalu terjadi pada
spesies yang menyerbuk silang. Keturunan yang dihasilkan dengan demikian juga cenderung
untuk bersifat cross-pollinated crops. Untuk itu maka proses crossing harus juga dimengerti
dalam upaya mempelajari biologi reproduksi tanaman tahunan.
3. Upaya untuk Memperpendek Juvenilitas Tanaman Tahunan
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperpendek masa juvenil tanaman,
di antaranya adalah seleksi dan hibridisasi, grafting, kontrol lingkungan (pemupukan berlebih),
aplikasi sinar gelap, dan sebagainya.

3.1. Seleksi dan Hibridisasi (Pemuliaan Tanaman)


Pemendekan fase juvenil dapat dilakukan dengan melaksanakan seleksi untuk pemuliaan
tanaman. Pada tanaman hutan, sebagai misal, (Pinus elliottii) yang biasanya berbunga sesudah
berumur 5-10 tahun bila disilangkan dengan Betula verrucosa akan menghasilkan zuriah baru
yang mempunyai masa juvenilitas hanya 2 tahun. Pemendekan masa juvenil ini juga terjadi pada
beberapa jenis tanaman apel hasil persilangan, baik persilangan intergenerik maupun
interspesifik. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan seleksi terhadap tanaman tahunan
dimaksudkan untuk mendapatkan nomor yang cepat berbunga (genjah). Selanjutnya hasil
tersebut akan digunakan sebagai bahan tetua persilangan.

2
3.2. Grafting
Upaya memperpendek juvenilitas tanaman tahunan dapat dilakukan dengan menyambung
bibit muda pada batang bawah kerdil (dwarfing rootstocks). Di sini terlihat betapa pentingnya
keragaman genetik tanaman, untuk itu maka eksplorasi harus dilakukan. Pada tanaman apel
sebagai contoh, bibit muda yang disambung di atas batang bawah kerdil menghasilkan
kombinasi tanaman yang berbunga hanya dalam waktu 1-3 tahun.
Bibit muda juga dapat disambung pada batang bawah yang telah berproduksi (dewasa).
Kombinasi tanaman baru mampu berbunga 4-5 tahun sesudahnya. Bila disambung di atas batang
bawah yang sama umurnya, tanaman baru berbunga sesudah 8-9 tahun kemudian.
3.3. Pemupukan
Perpendekan masa juvenil pada hakikatnya adalah memacu pertumbuhan vegetatif
tanaman semaksimal mungkin. Dalam hal ini, perlakuan pemberian pupuk berlebih dapat
memacu pertumbuhan tanaman. Apabila masa vegetatif tanaman telah terlampaui, maka masa
pertumbuhan generatif akan menyusul. Pada beberapa jenis tanaman konifera, pemupukan
berlebih (terutama pupuk nitrogen) dapat menghasilkan pertumbuhan vegetatif maksimal
tanaman asal biji dan sekaligus memacu pembungaannya.
3.4. Perlakuan Sinar Gelap
Pada tanaman (jeruk perlakuan sinar gelap dapat memacu pembungaan. Tanaman asal
biji ditanam dalam kondisi gelap dengan mengkerudunginya sekitar 6 bulan. Sesudah tanaman
mencapai ketinggian 2 mater, 9 bulan kemudian tanaman asal biji tersebut berbunga.
3.5. Girdling, Scoring, dan Inversi Kulit Kayu
Penghilangan kulit kayu atau pengerokan kulit kayu atau mengikat batang dengan kawat
kecil sering menyebabkan pembungaan pada tanaman pohon asal biji. Namun demikian,
tampaknya pengaruh tersebut tidak universal pada semua tanaman tahunan, misalnya dapat
memacu pembungaan pada tanaman jeruk namun tidak pada tanaman pir.
4. Struktur Bunga dan Kaitannya dengan Penyerbukan
Tanaman berbiji tertutup (angiospermae) mempunyai bunga dengan ukuran, bentuk, dan
warna yang bervariasi. Secara fungsional bunga merupakan komponen dengan struktur kompleks
yang telah dimodifikasi dalam upaya untuk lebih meningkatkan efisiensi penyerbukan. Setiap
kompartemen bunga mempunyai struktur dan fungsi yang spesifik.

3
Pada umumnya setiap organ bunga mempunyai satu atau dua fungsi yang berbeda,
namun kadang-kadang fungsi tersebut juga saling menunjang (lihat Tabel 1).
Pada jenis tanaman yang berbunga sempurna (hermaphrodite) biasanya struktur bunga terdiri
dari kelopak (sepal), mahkota bunga (petals), bunga betina (carpels) dan bunga jantan (stamen).
Bagian luar organ bunga tersebut biasanya berfungsi sebagai pelindung (protective) atau
penarik/daya tarik (advertisement).
Struktur seksual bunga ditunjukkan oleh perkembangan bunga betina atau bunga jantan
sampai periode kemasakan. Karena itu, pemahaman dasar struktur bunga, seksualitas dan
fenologinya merupakan keharusan dalam mempelajari aspek penyerbukan.

Anda mungkin juga menyukai