Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian
Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang
ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Penyakit Kaki Gajah (Lymphatic Filariasis)
yang selanjutnya disebut Filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan
oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. (Permenkes, 2014)

B. Angka Kejadian
Filariasis menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Dari tahun ke tahun jumlah
provinsi yang melaporkan kasus filariasis terus bertambah. Bahkan di beberapa daerah
mempunyai tingkat endemisitas yang cukup tinggi. Menurut kabupaten, pada tahun 2009
tiga kabupaten dengan kasus terbanyak filariasis adalah Aceh Utara (1.353 kasus),
Manokwari (667 kasus) dan Mappi (652 kasus) yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tampak
perbedaan jumlah kasus yang cukup besar di kabupaten Aceh Utara dibandingkan dengan
jumlah kasus pada kabupaten lainnya. Hal ini perlu menjadi perhatian dan dicari
kemungkinan penyebabnya. Dari tabel 1 diketahui 87% kabupaten/kota mempunyai kasus
klinis filariasis pada range 1-100 kasus, 5,9% kab/kota tidak memiliki kasus klinis
filariasis, 5,2% pada range 101-200 kasus, 1,2% pada range 201-700 kasus dan 0,2% pada
range >700 kasus.
Di Indonesia, sampai dengan tahun 2014 terdapat lebih dari 14 ribu orang menderita
klinis kronis Filariasis (elephantiasis) yang tersebar di semua provinsi. Secara
epidemiologi, lebih dari 120 juta penduduk Indonesia berada di daerah yang berisiko
tinggi tertular Filariasis. Sampai akhir tahun tahun 2014, terdapat 235 Kabupaten/Kota
endemis Filariasis, dari 511 Kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Jumlah kabupaten/kota
endemis Filariasis ini dapat bertambah karena masih ada beberapa kabupaten/kota yang
belum terpetakan. - 15 - Data WHO menunjukkan bahwa Filariasis telah menginfeksi 120
juta penduduk di 83 negara di seluruh dunia, terutama negara-negara di daerah tropis dan
beberapa daerah subtropis. (Buletin Kemenkes RI, 2010)
C. Etiologi
Terdapat tiga spesies cacing penyebab Filariasis yaitu: Wuchereria bancrofti; Brugia
malayi; Brugia timori
1. Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia, namun lebih dari 70% kasus filariasis di
Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi
2. Cacing tersebut hidup di kelenjar dan saluran getah bening sehingga menyebabkan
kerusakan pada sistem limfatik yang dapat menimbulkan gejala akut dan kronis.
Penyakit Kaki Gajah (Lymphatic Filariasis) yang selanjutnya disebut Filariasis adalah
penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang
saluran dan kelenjar getah bening. (Yunis, T. 2010)
D. Patofisiologi
1. Penimbunan cairan limfe menyebabkan aliran limfe menjadi lambat dan tekanan
hidrostatiknya meningkat, sehingga cairan limfe masuk kejaringan menimbulkan
edema jaringan. Adanya edema jaringan akan meningkatkan keretanan kulit terhadap
infeksi bakteri dan jamur yang masuk melalui luka-luka kecil maupun besar. keadaan
ini dapat menimbulkan peradangan akut (acute attack)
2. Terganggunya pengangkutan bakteri dari kulit atau jaringan melalui saluran limfe ke
kelenjar limfe. Akibatnya bakteri tidak dapat dihancurkan (fagositosis) oleh sel
Reticulo Endothelial System (RES) bahkan mudah berkembang biak dapat
menimbulkan peradangan akut (acute attack)
3. Infeksi bakteri berulang akan menyebabkan serangan akut berulang (recurrent acute
attack) sehingga menimbulkan berbagai gejala klinis sebagai berikut:
a. Gejala peradangan lokal berupa peradangan oleh cacing dewasa bersama-sama
dengan bakteri yaitu:
i. Limfangitis: peradangan di saluran limfe
ii. Limfadenitis: peradangan di kelenjar limfe
iii. Adeno limfangitis (ADL): peradangan saluran dan kelenjar limfe
iv. Abses (lanjutan ADL)
Peradangan oleh spesies Wuchereria bancrofti di daerah genital (alat kelamin)
dapat menimbulkan epididimitis, funikulitis, dan orkitis
b. Gejala peradangan umum berupa demam, sakit kepala, sakit otot, rasa lemah.
4. Kerusakan sistem limfatik termasuk kerusakan saluran limfa kecil yang ada di kulit,
menyebabkan menurunnya kemampuan untuk mengalirkan cairan limfe dari kulit dan
jaringan ke kelenjar limfe sehingga dapat terjadi limfedema.
5. Pada penderita limfedema serangan akut berulang oleh bakteri atau jamur akan
menyebabkan penebalan dan pengerasan kulit, hiperpigmentasi, hyperkeratosis dan
peningkatan pembentukan jaringan ikat (fibrose tissue formation) sehingga terjadi
peningkatan stadium limfedema dimana pembengkakan yang semula terjadi hilang
timbul (piting) akan menjadi pembengkakan menetap (non piting). (Oemijati, 2006)
E. Manifestasi klinis
– Gejala akut berupa peradangan kelenjar dan saluran getah bening (adenolimfangitis)
terutama di daerah pangkal paha dan ketiak tapi dapat pula di daerah lain.
– Gejala kronis terjadi akibat penyumbatan aliran limfe terutama di daerah yang sama
dengan terjadinya peradangan dan menimbulkan gejala seperti kaki gajah (elephantiasis),
dan hidrokel.
– Untuk menimbulkan gejala klinis penyakit filariasis diperlukan beberapa kali gigitan
nyamuk terinfeksi filaria dalam waktu yang lama. Filariasis menjadi masalah kesehatan
masyarakat dunia sesuai dengan resolusi World Health Assembly (WHA) pada tahun
1997.
– Penderita infeksi mikrofilaria atau filariasis ada yang tidak menunjukkan gejala klinis
(asimtomatis) karena sedikitnya mikrofilaria yang telah menginfeksi atau tidak
terdeteksinya melalui pemeriksaan laboratorium.
– Gejala awal (akut) yang timbul yaitu demam secara berulang 1-2 kali atau lebih setiap
bulan selama 3-4 hari.
– Apabila penderita bekerja berat timbul benjolan yang terasa panas dan nyeri pada lipat
paha atau ketiak tanpa adanya luka pada badan, serta teraba tali urat yang berwarna
merah, nyeri dimulai dari pangkal paha atau ketiak ke arah ujung dari kaki atau tangan.
– Gejala terjadi berbulan-bulan hingga bertahun-tahun dari gejala yang ringan sampai
timbul gejala yang berat. Cacing filariasis tersebut menyebabkan terjadinya
pembengkakan disekitar penyumbatan tersebut, tanda klinis yangs sering timbul gejala
yaitu pembengkakan pada skrotum (hidrokel) dan pembengkakan anggota gerak badan
seperti tangan dan kaki (elephantiasis). (Yunis, T. 2010)
F. Penatalaksanaan Klinis
Pengobatan yang dapat dijalani oleh pasien filariasis bertujuan untuk mencegah infeksi
bertambah buruk dan menghindari komplikasi filariasis. Untuk mengurangi jumlah
parasit dalam tubuh, pasien dapat mengonsumsi obat cacing, seperti ivermectin,
albendazole, atau diethylcarbamazine. Setelah diberikan obat-obatan tersebut, cacing
penyebab kaki gajah akan mati, sehingga pembengkakan kelenjar getah bening mereda
dan aliran getah bening kembali lancar.
Bila filarisis sudah menimbulkan pembengkakan tungkai dan kaki, ukurannya tidak dapat
kembali seperti semula. Namun ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga
kebersihan kaki yang bengkak, antara lain:
1. Istirahatkan tungkai dan selalu jaga posisi tungkai lebih tinggi, saat duduk atau
berbaring.
2. Gunakan stocking kompres, sesuai anjuran dokter.
3. Bersihkan bagian tungkai yang bengkak dengan air dan sabun setiap hari.
4. Jika mengalami luka, segera bersihkan luka dengan antiseptik.
5. Gerakkan tungkai melalui olahraga ringan untuk menjaga kelancaran aliran getah
bening di bagian yang bengkak.
6. Jika pembengkakan pada tungkai sudah sangat parah, atau jika terdapat
pembengkakan skrotum (hidrokel), pasien dapat menjalani operasi untuk mengecilkan
pembengkakan tersebut. Operasi yang dilakukan akan mengangkat sebagian kelenjar
dan pembuluh limfa yang mengalami infeksi.
Kaki yang sudah mengalami pembengkakan akibat filariasis tidak dapat kembali normal.
Oleh karena itu, langkah-langkah pencegahan filariasis sangat penting untuk dijalankan,
terutama bagi orang yang berisiko terkena penyakit ini.
G. Program Pemerintah Dalam Menanggulanginya
Indonesia menetapkan Eliminasi Penyakit Kaki Gajah sebagai salah satu prioritas
nasional pengendalian penyakit menular, dengan menerapkan dua strategi utama:
1. Memutuskan rantai penularan penyakit Kaki Gajah dengan program Pemberian Obat
Pencegahan Massal (POPM) Penyakit Kaki Gajah di Kabupaten/ Kota Endemis
Penyakit Kaki Gajah.
2. Upaya pencegahan serta membatasi kecacatan dengan melaksanakan program
Penatalaksanaan Penderita Penyakit Kaki Gajah.
Untuk menghentikan siklus hidup cacing filaria secara permanen, POPM Penyakit Kaki
Gajah harus dilaksanakan sekali setahun selama minimal lima tahun berturut-turut di
seluruh wilayah kabupaten/kota endemis penyakit Kaki Gajah. Semua orang berusia 2-70
tahun wajib minum obat pencegah penyakit Kaki Gajah; kecuali anak di bawah 2 tahun,
ibu hamil dan orang yang sedang sakit berat. Ibu hamil dapat minum obat pencegah Kaki
Gajah setelah melahirkan sedangkan orang yang berpenyakit berat dapat minum obat
pencegah penyakit Kaki Gajah di bawah pengawasan dokter.
Obat pencegah penyakit Kaki Gajah terdiri dari kombinasi DEC dan Albendazole.
Penduduk usia 2-5 tahun mendapat 1 tablet DEC 100 mg dan 1 tablet Albendazole 400
mg, usia 6-14 tahun mendapat 2 tablet DEC 100 mg dan 1 tablet Albendazole 400 mg,
dan usia di atas 14 tahun mendapat 3 tablet DEC 100 mg dan 1 tablet Albendazole 400
mg. Sebaiknya obat pencegah penyakit Kaki Gajah diminum sesudah makan dan
diminum langsung di depan petugas.
Pemnberian albendazole pada POPM Penyakit Kaki Gajah mempunyai manfaat ganda,
yaitu dapat mematikan atau memandulkan cacing filaria dewasa serta dapat mematikan
cacing perut seperti cacing gelang, cacing tambang, cacing cambuk den cacing kremi.
Dengan demikian, orang yang minum obat pencegah penyakit Kaki Gajah memperoleh
dua manfaat sekaligus: melindungi dirinya dari risiko terkena penyakit Kaki Gajah dan
kecacingan.
DAFTAR PUSTAKA
Yunis, T. (2010). Pusat data surveilans epidemiologi kementrian kesehatan RI: Filariasis di
Indonesia. Jakarta. Retrieved Des 29 from
https://www.google.com/search?
q=filiariasis+permeneks&rlz=1C1CHBF_idID905ID905&oq=filiariasis+permeneks&
aqs=chrome..69i57j0i8i13i30l2.7282j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Penanggulangan Filariasis.
Retrieved Des 29 from
http://66.96.237.53/perpus/peraturan/upload/pmk942014.pdf
Oemijati. (2006). Parasitologi. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta
Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat. (2016). Bulan Eliminasi Kaki Gajah. Retrived 2
Jan from
https://kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rilis-berita/100508-bulan-eliminasi-kaki-gajah
belkaga

Anda mungkin juga menyukai