Anda di halaman 1dari 52

KEDARURATAN PADA

ANAK
Ns. Sufriani, M.Kep., Sp.Kep.An
• Perawat dapat menghadapi kedaruratan pediatrik pada
berbagai tatanan, seperti menghadapi anak dengan
trauma, kondisi nyaris tenggelam, cedera karena jatuh,
keracunan, atau anak asma dengan henti napas.
• Pada kondisi darurat perawat harus bertindak secara
cepat, melakukan intervensi segera
• Evaluasi kondisi darurat dengan panduan AHA untuk
bantuan hidup dasar yaitu mengevaluasi Airway,
breathing dan circulation.
• Airway: evaluasi kepatenan jalan napas, obstruksi jalan
napas, dengar suara napas yang tidak adekuat
• Breathing: apakah ada gangguan pernapasan,
menggunakan otot bantu pernapasan, tachypnea, mudah
lelah, sianosis sentral (kebiruan pada lidah dan mukosa
mulut)
• Circulation: evaluasi tanda syok : ektremitas dingin, CRT
>3 dth, denyut nadi lemah dan cepat
Resusitasi jantung paru pada anak
Definisi
• Resusitasi merupakan upaya yang dilakukan terhadap
penderita yang berada dalam keadaan gawat atau kritis
untuk mencegah terjadinya kematian
• Resusitasi jantung paru bertujuan untuk
memoksigenisasi dan darah dapat mengalir ke jantung,
otak dan organ pertahankan pernapasan dan sirkulasi
agar vital lainnya
• Bantuan hidup dasar adalah suatu tindakan resusitasi
tanpa menggunakan alat atau dengan alat yang terbatas
seperti bag mask ventilation, sedangkan pada bantuan
hidup lanjut menggunakan alat dan obat resusitasi
sehingga penanganan lebih optimal.
Penyebab henti napas dan henti jantung
• Bayi baru lahir penyebab terbanyak : gagal napas
• Pada bayi penyebabnya antara lain: sindroma bayi mati
mendadak (Sudden infant death syndrome), penyakit
pernapasan, sumbatan saluran pernapasan, tenggelam,
sepsis dan penyakit neurologis.
• Pada anak usia > 1 tahun penyebab terbanyak: cedera
seperti kecelakaan lalulintas, terbakar, dan tenggelam.
Bantuan hidup dasar
1. Periksa kesadaran
• Panggil korban dengan suara keras dan jelas atau panggil
nama anak, lihat apakah anak bergerak atau memberikan
respon.
• Jika anak tidak bergerak berikan stimulasi dengan
menggerakkan bahu anak.
• Selanjutnya segera lakukan pemeriksaan untuk mencari
kemungkinan cedera dan pengobatan yang diperlukan,
namun jika korban tidak sadar maka segera panggil
bantuan
2. Atur Posisi
• Pada penderita yang tidak sadar, tempatkan korban pada
tempat yang datar dan keras dengan posisi terlentang.
3. Evaluasi jalan napas
• Pada penderita yang tidak sadar sering terjadi akibat lidah
jatuh ke belakang.
• Segera bebaskan jalan napas dengan metode berikut:
• bila anak tidak sadar dan tidak ada trauma: buka jalan napas
dengan manuver Head tilt-chin lift. Caranya adalah satu tangan
diletakkan pada bagian dahi untuk menengadahkan kepala dan
secara simultan jari-jari tangan lainnya diletakkan pada tulang
dagu sehingga jalan napas terbuka
• bila anak dicurigai trauma leher: buka jalan napas dengan teknik
Jaw thurst maneuver, yaitu dengan cara meletakkan 3 jari dibawah
rahang bawah dan angkat rahang keatas dan keluar.
• Head tilt-chin lift:satu • Teknik Jaw thurst
tangan diletakkan atas maneuver: letakkan 3 jari
dibawah rahang bawah
dahi, jari lain
dan angkat rahang
diletakkan pada tulang keatas dan keluar.
dagu sehingga jalan
napas terbuka
Mengeluarkan benda asing bila terdapat obstruksi
benda asing
• Bayi: teknik back/blow slaps • Bila sumbatan tetap
5 kali:
• Lakukan chest trust:
• Telungkupkan bayi pada
lengan penolong • Letakkan ujung jari
• Kepala lebih rendah tengah dan telunjuk di
• Back slaps keras 5 kali atas tulang sternum 1
• Terlentangkan diatas lengan jari dibawah garis
penolong imaginer antara
• Cek dalam mulut bayi mammae
• Lihat dan ambil benda
• Cek lagi dalam mulut
asing, jangan sampai
meneyentuh tenggorokan
Mengeluarkan benda asing bila terdapat obstruksi
benda asing
• Pada bayi < 1 tahun: • jika tidak berhasil ,
lakukan teknik 5 kali lakukan teknik 5 kali
back blows di chest thrust di
interskapula sternum, 1 jari
dibawah garis imajiner
intermamae
• Pada anak > 1tahun yang
masih sadar: teknik
Heimlich maneuver yaitu
korban di depan penolong
kemudian lakukan
hentakan sebanyak 5 kali
dengan menggunakan 2
kepalan tangan di antara
prosesus xifoideus dan
umbilicus hingga benda
yang menyumbat dapat
dikeluarkan
• Pada anak yang tidak
sadar dilakukan teknik
abdominal thrusts
dengan posisi korban
terlentang lakukan 5
kali hentakan dengan
menggunakan 2
tangan di antara
prosesus xifoideus
4. Periksa napas
• Jika obstruksi telah dikeluarkan  periksa apakah anak
bernapas atau tidak, lakukan dalam waktu < 10 detik,
dengan cara:
• Lihat gerakan dinding dada dan perut
• Dengarkan suara napas pada hidung dan mulut
• Rasakan hembusan udara pada pipi
• AHA 2015: Evaluasi napas dengan cara lihat pergerakan
dinding dada secara simultan dg meraba nadi dlm 10 dtk
5. Berikan bantuan napas
• Lakukan 5 kali bantuan napas untuk mendapatkan 2 kali
napas efektif.
• Evaluasi adanya pengembangan dinding dada. Bila dada
tidak mengembang reposisi kepala untuk membuka jalan
napas. Teknik bantuan napas pada bayi dan anak
berbeda.
• Bayi: Lakukan teknik mouth to mouth and nose, dengan
bag value mask ventilation atau tanpa alat
• Anak: menggunakan teknik mouth to mouth
• Pada bayi: teknik • Pada anak
mouth to mouth and menggunakan teknik
nose menggunakan mouth to mouth
bag value mask
ventilation
6. Periksa nadi
• Pada bayi dilakukan pada arteri brakhialis,
• Pada anak : dilakukan pada arteri karotis ataupun
femoralis.
• Pemeriksaan nadi dilakukan ≤ 10 detik.:
• Jika nadi > 60 kali/menit namun tidak ada napas spontan atau
napas efektif,  lakukan pemberian napas sebanyak 12-20 kali
napas/menit.
• Sekali napas buatan 3-5 detik hingga korban bernapas dengan
spontan,
• napas yang efektif akan tampak dada anak akan mengembang
7. Kompesi jantung luar
• Jika nadi < 60 kali/menit dan tidak ada napas atau napas
tidak adekuat lakukan kompresi jantung luar.
• Tenik kompresi pada
bayi dilakukan di
sternum dengan 2 jari.
• Satu jari dibawah garis
imajiner intermamae
atau two thumb-
encircling hands
technique yang
direkomendasikan jika
didapatkan dua
penolong.
• Pada anak : dilakukan
Menggunakan
pada setengah bagian satu tangan
bawah sternum
dengan satu atau
kedua telapak tangan
tapi tidak menekan
prosessus xipoideus
atau sela iga.
Menggunakan
dua tangan
Pastikan kompresi dilakukan dengan baik yaitu:
• kedalaman berkisar 1/3 atau ½ diameter anteroposterior
dada
• kecepatan kompresi 100 kali/menit
• lepaskan tekanan hingga dada dapat mengembang
penuh
• RJP pada anak yang dilakukan oleh 1 penolong dilakukan
5 siklus selama 2 menit, setiap siklusnya terdiridari 30
kompresi dan 2 x bantuan napas
• RJP pada anak yang dilakukan oleh 2 penolong dilakukan
5 siklus selama 2 menit, setiap siklusnya terdiri dari 15
kompresi dan 2 x bantuan napas
Evaluasi
• Evaluasi tindakan setelah dua menit atau 5 siklus
resusitasi jantung paru.
• Evaluasi napas: lihat pergerakan dinding dada secara
simultan dg meraba nadi dlm 10 dtk
• Evaluasi nadi:
• jika nadi tidak ada atau < 60 x/m  maka resusitasi jantung paru
dilanjutkan.
• Jika nadi > 60 x/menit evaluasi napas, jika napas tidak ada atau
tidak adekuat  lakukan napas buatan lanjutan sebanyak 12-20
x/menit.
• Evaluasi juga kesadaran, warna kulit dan pupil
• Lakukan RJP hingga bantuan hidup lanjut diberikan
Algoritma
Pediatric
Basic Life
Support
menurut
AHA satu
penolong.
Sumber:
AHA, 2015
Algoritma
Pediatric
Basic Life
Support
menurut
AHA dua
penolong.
Sumber:
AHA, 2015
Resusitasi neonatus
• Langkah awal stabilisasi (memberikan kehangatan,
membersihkan jalan napas jika diperlukan, mengeringkan,
merangsang)
• Ventilasi
• Kompresi dada
• Pemberian epinefrin dan/atau cairan penambah volume
• Langkah-langkah untuk melakukan resusitasi pada bayi
baru lahir dapat dilihat pada bagan Resusitasi.
• Masing-masing langkah dilakukan selama 30 detik dan
harus senantiasa dinilai serta dilakukan tindakan sesuai
hasil penilaian tersebut.
• Perpindahan langkah baru dapat dilakukan apabila
langkah sebelumnya telah dilakukan dengan efektif.
Persiapan resusitasi
• Pengenalan faktor resiko
• Persiapan tim
• Persiapan lingkungan resusitasi
• Persiapan perlengkapan resusitasi
• Pencegahan penularan infeksi
Syok pada anak
Definisi syok
• Syok adalah sindrom klinis akibat kegagalan sistem
sirkulasi dengan akibat ketidakcukupan pasokan oksigen
dan substrat metabolik lain ke jaringan serta kegagagalan
pembuangan sisa metabolisme.
• Syok merupakan ketidakmampuan perpindahan aliran
darah dan oksigen untuk memenuhi kebutuhan metabolik
jariangan (Kleinman, et al., 2010 dalam Kyle % Carman,
2013)
Jenis syok
• Syok hiovolemik
• Syok kardiogenik
• Syok distributive
Syok hipovolemik
• Syok hipovolemik : paling sering dijumpai pada anak,
• Syok hipovolemik : terjadi ketika perfusi sisemik menurun
karena kehilangan cairan tubuh yang berlebihan.
• Penyebab:
• kehilang cairan karena muntah, dare, luka bakar
• kehilangan darah, kebocoran plasma, trauma,perdarahan saluran
cerna dan perdarahan intracranial
• sepsis, trauma
Syok hipovolemik
• Kehilangan darah mengakibatkan terjadinya penuruanan
preload yang mengakibatkan penurunan isi sekuncup dan
selanjutnya penurunan surah jantung. Baroreseptor akan
merangsang saraf simpatis untuk meningkatkan denyut
jantung dan vasokontriksi untuk mempertahankan curah
jantung dan tekana darah. Syok hipovolemik yang lama
akan mengakbatkan ganggauan fungsi berbabgai organ
seperti ginjal, gangguan hati
Syok kardiogenik
• Syok kardiogenik terjadi akibat pompa jantung yang tidak
efektif yang disebabkan oleh penurunan volume
sekuncup.
• Anak yang mengalami abnormalitas jantung kongesti
disertai fungsi jantung yang buruk dapat mengalami syok
kardiogenik
Syok distributiv
• Syok distributive tejadi akibat hilangnya resistensi
vascular sistemik yang timbul karena berbagai sebab,
seperti blok sistem saraf otonom pada anestesi,
anafilaksis dan sepsis.
• Pada kondisi hipovolemia relatif, kompartemen vaskuler
vasildilatasi menyebabkan vascular realtif lebih besar
yang memerlukan lebih banyak cairan untuk
mempertahankan curah jantung meskipun tidak ada
kehilangan cairan secara nyata.
• Penurunan vaskuler sistemik secara mendadak akan
mengakibatkan penumpukan darah dalam pembuluh
darah perifer dan penurunan tekanan vena sentral
• Anak kecil dan bayi memiliki volume sekuncup yang
relative lebih kecil, sehingga curah jantung bayi
tergantung pada denyut jantung bukan pada volume
sekucupnya
• Pada kasus perburukan sirkulasi dan syok
terkompensasai pada bayi dan anak kecil denyut jantung
meningkat, peningkatan SVR
• Pada anak dengan peningkatan SVR,  penurunan
curah jantung  penurunan aliran darah kecuali jika
ventrikel dapat mengkompensasinya dengan
meningkatkan tekanan ventrikel.
• Namun pada anak dengan penyakit jantunng akan
mengalami gangguan kemampuan untuk melakukan
kompensassi peningkatan afterload
• Mekanisme kompensasi syok diaktivasi sebagai respon
terhadap penurunan aliran darah dengan cara :
perubahan mikrosirkulasi.
• Respon system saarf simpatis menyebabkan kontraksi
vaskuler sehingga menurunkan aliran darah kapiler dan
mengarahkan darah menjauh dari sistem tubuh yang
kurang penting seperti kulit dan ginjal, ke organ penting
(jantung dan otak)
• shok terkompensasi, tubuh dapat mempertahankan aliran
darah ke organ penting
• Bila shok berlanjut capillary bed mengalami obtruksi
oleh debri sel dan agregat tombosit serta sel darah putih.
• Aliran darah yang buruk ke kapiler menyebabkan
anaerob  penimbunan asam laktat  asidosis.
• Anak syok septik perubahan tersebut akan diiringi dengan
kerusakan endotel yang mencolok akibat toksin bakteri.
• Obstruksi kapiler dan gangguan aliran darah 
mengakibatkan iskemia jaringan yang ditunjukkan dengan
perubahan perfusi ke organ penting
• perubahan perfusi darah di otak  perubahan tingkat
kesadaran.
• Perubahan aliran darah ke ginja  penurunan haluaran
urin atau tidak adanya haluaran urin.
• Perubahan perfusi darah ke jantung bradikardia dan
peningkatan laju pernafasan.
Manifestasi klinik
• Syok hipovolemik: ditentukan dengan besarnya
kehilangan cairan tubuh dan mekanisme kompensasinya
• Kehilangan cairan 5-10% dari BB masih dapat
dikompensasi
• mekanisme kompensasi:
• Tanda dehidrasi, ekstremitas dingin, CRT > 3 dtk
• Kehilangan cairan > 15% dari BB tidak dapat
dikompensasi
• Kesadaran akan menurun
• Produksi urin minimal atau tdk ada
• Akral dingin
• Nadi perifer sangat lemah dan tidak teraba
• Takikardia
• Tekanan darah menurun atau tdk terukur
• Hipoksia jaringan asidosis dan takipnea
• Apnu
• Henti jantung
Pengkajian Perawatan
• Riwayat kesehatan : kejadian akut atau tiba-tiba, trauma,
muntah, diare, penurunan asupan oral, pendarahan.
• Riwayat penyakit jantung bawaan, riwayat diare, riwayat
demam, KLB demam berdarah dengue
• Tanyakan kapan terakhir kali berkemih
Pemeriksaan fisik
• Tanda-tanda vital, keadaan umum, tingkat kesadaran
• Tanda gawat nafas : takipnea, mengorok, sesak, nafas
terengah-engah
• Kemungkinan perdarahan.
• Kulit : warna, suhu, kualitas nadi, petekie, purpura
• Status hidrasi : Turgor kulit, haluaran urin
• Riwayat cedera : perdarahan terus-menerus,
pembengkakan, kemerahan, nyeri ekstremitas, fraktur,
lukan terbuka
• Pembesaran hati
Periksaan Laboratorium dan Diagnostik
• Kadar glukosa darah
• Elektrolit,
• Hitung darah lengkap
• Gas darah arteri
• Kultur darah
• Urinalisis dan kultur urin
• Radiografi
Manajemen Keperawatan
1. Mengelola ABC anak
• Evaluasi dan kepatenan jalan nafas dan fungsi
pernafasan serta periksa nadi.
• Mulai lakukan CPR jika nadi anak tidak teraba.
• Berikan terapi oksigen 100% melalui masker.
• Lakukan pemantauan jantung, apnea, dan kadar saturasi
oksigen.
2. Resusitasi cairan
• Berikan cairan kristaloid 10- 20 mL/kg BB melalui IV,
seperti RL atau normal salin
• Pada kasus y berat: pemberian cairan dapat diulang 20
mL/kg BB sambil menilai respon tubuh.
• Transfusi darah bila perlu: perdarahan, tdk ada respon thd
cairan isotonik kristaloid
• Pasang kateter
• Kaji ulang tanda respon positif terhadap pemberian cairan
atau kelebihan cairan
Inkator perbaikan cairan antara lain:
• Perbaikan status cardiovascular: nadi sentral dan perifer
lebih kuat. Kulit hangat, CRT < 3 dtk, Tekanan darah
mengalami perbaikan
• Perbakan status mental: kesadaran membaik.
• Perbaikan haluaran urine: urine 1-2 mL /Kg/jam
3. Pemberian medikasi
• Pada Syok septik atau syok distributif, pemberian cairan
saja tidak memperbaiki status anak secara adekuat.
• Pemberian medikasi diberikan berdasarkan status jantung
dan vaskular anak. Seperti dobutamin, epinefrin dan
dopamin
Selamat menempuh ujian

Anda mungkin juga menyukai