Anda di halaman 1dari 8

Ujian Prasat Kasus Transfusi Darah & BHD

Dosen Penguji : Lilis Suryani, M.kep


Disusun oleh : Melia Nur Eliana Putri
NIM : 433131440119057

STIKES KHARISMA KARAWANG


JL. Pangkal Perjuangan KM 1 By Pass
Kasus Transfusi darah

Seorang laki laki 25 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas dan dirawat di ruang bedah sebuah
RS, pasien mengalami fraktur di bagian femur, dan saat ini pasien harus dilakukan tranfusi
dahulu karena hb pasien 8 mg/dl agar naik menjadi 10 mg/dl. BB pasien 60 Kg , saat ini pasien
mengeluh Lemah, lemas, sering pusing, pasien juga merasa haus terus, tampak mukosa bibir
kering, turgor kulit kurang elastis, hasil obsevasi tampak jumlah urin sedikit ., nadi teraba lemah.
TTV : TD 90/60 mmhg, N; 120x/mnt.

Pertanyaan :

1. Masalah Keperawatan yang muncul pada kasus diatas ( Mengacu pada SDKI) disertai
data subjektif dan Objektif , Standart luaran ( SLKI) dan Intervensi utama dan pendukung
sesuai dengan masalah yang muncul ( SIKI)

Jawab : Analisa Data

N Waktu Data Etiologi Problem


O
1 20/11/10 DS : Penurunan Volume Penurunan Volume
- pasien mengeluh Lemah, cairan cairan
lemas, sering pusing,
pasien juga merasa haus ↑
terus pasien mengeluh
DO : Lemah, lemas, sering
- pasien mengalami fraktur pusing, pasien juga
di bagian femur merasa haus terus
- hb pasien 8 mg/dl fraktur
- BB pasien 60 Kg mukosa bibir kering
- tampak mukosa bibir turgor kulit kurang
kering elastis
- turgor kulit kurang elastis jumlah urin sedikit
- hasil obsevasi tampak nadi teraba lemah
jumlah urin sedikit TTV : TD 90/60
- nadi teraba lemah mmhg, N; 120x/mnt
- TTV : TD 90/60 mmhg, N;
120x/mnt

Diagnosa Keperawatan :
Hipovolemia (D.0023) b.d penurunan volume cairan yang ditandai dengan pasien
mengeluh Lemah, lemas, sering pusing, pasien juga merasa haus terus, frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tampak mukosa bibir kering turgor kulit kurang elastis,
dan TD rendah.

Intervensi Utama : Manajement Hipovolemia (I. 03116) : Mengidentifikasi dan


Mengelola penurunan volume cairan intravaskuler

1) Observasi
a. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,turgor kulit menurun,
membrane mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus
dan lemah)
b. Monitor intake dan output cairan
2) Terapeutik
a. Hitung kebutuhan cairan
b. Berikan posisi modified trendelenburg
c. Berikan asupan cairan oral
3) Edukasi
a. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
b. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
4) Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
b. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
c. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
d. Kolaborasi pemberian produk darah

Intervensi Pendukung :

Tansfusi Darah (I.02089) : Menyiapkan dan memberikan produk darah atau plasma darah
melalui set transfuse
Tindakan :
Observasi :
a. identifikasi rencana Transfusi
b. Monitor TTV sebelum, selama, setelah transfuse
c. monitor tanda kelebihan cairan
d. monitor reaksi transfuse

Terapeutik :

a. lakukan pengecekan ganda pada lebel darah


b. pasang akses intravena
c. periksa kepatenan akses intravena
d. berikan NaCl 0,9% 50 – 100 ml sebelum transfuse dilakukan
e. atur kecepatan aliran transfuse sesuai produk darah 10-15 ml/KgBB dalam 2- 4 jam
f. berikan transfuse dalam waktu maksimal 4 jam
g. hentikan transfuse jika terdapat reaksi transfuse
h. dokumentasikan tanggal, waktu, jumlah darah, durasi dan respon transfuse
Edukasi :
a. jelaskan tujuan dan prosedur transfuse
b. jelaskan tanda dan gejala reaksi transfuse yang perlu dilakukan

PEMANATAUAN CAIRAN (I.03121): mengumpulkan dan menganalisis data terkait


pengaturan keseimbangan cairan

1) Observasi
a. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
b. Monitor frekuensi nafas
c. Monitor tekanan darah
d. Monitor berat badan
e. Monitor waktu pengisian kapiler
f. Monitor elastisitas atau turgor kulit
g. Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
h. Monitor kadar albumin dan protein total
i. Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum, hematocrit, natrium,
kalium, BUN)
j. Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun,
membrane mukosa kering, volume urine menurun, hematocrit meningkat, haus,
lemah, konsentrasi urine meningkat, berat badan menurun dalam waktu singkat)
k. Identifikasi tanda-tanda hypervolemia mis. Dyspnea, edema perifer, edema
anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat, refleks hepatojogular positif, berat
badan menurun dalam waktu singkat)
l. Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur pembedahan
mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis, obstruksi intestinal, peradangan
pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)
2) Terapeutik
a. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
b. Dokumentasi hasil pemantauan
3) Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Luaran utama : Status Ciran (L. 03028)

2. Apa Jenis Tranfusi yang tepat untuk pasien dan berikan Justifikasinya ?
Jawab : Jenis transfusi yang tepat untuk pasien yg mengalami kecelakaan lalu lintas
adalah jenis tranfusi darah whole blood (darah Lengkap) karna pada pasien yang
mengalami kecilakaan akan kehilangan darah yang cukup banyak sehingga perlu
dilakukan transfuse darah jenis whole blood

3. Berapa Jumlah Darah yang dibutuhkan oleh pasien ?


jawab : Rumus : (HB normal – Hb pasien) x BB x jenis darah [WB = 6]
(10 – 8 ) x 60 x 6 = 720 cc
jadi jumlah darah yang harus di transfusikan kepada pasien sebanyak 720 cc.
4. Apa yang harus dilakukan atau dicek sebelum pemberian transfusi pada pasien ?
Jawab :
- Pasien akan diambil sampel darahnya untuk dilakukan cek golongan darah
berdasarkan
golongan.
- Setelah golongan darah sudah sesuai, akan dilakukan pemeriksaan kembali
dengan mencocokkan golongan darah yang diambil dari pendonor dengan
golongan darah
penerima (resipien), dinamakan dengan crossmatch.
- Pada saat crossmatch, tidak hanya
mencocokan kembali golongan darah pendonor dengan resipien, namun juga
dilihat
munculnya antibodi yang kemungkinan dapat menyerang sel darah pendonor dan
membahayakan tubuh si penerima
- Pasien akan diambil sampel darahnya untuk dilakukan cek golongan darah
berdasarkan
golongan.
- Setelah golongan darah sudah sesuai, akan dilakukan pemeriksaan kembali
dengan mencocokkan golongan darah yang diambil dari pendonor dengan
golongan darah
penerima (resipien), dinamakan dengan crossmatch.
- Pada saat crossmatch, tidak hanya
mencocokan kembali golongan darah pendonor dengan resipien, namun juga
dilihat
munculnya antibodi yang kemungkinan dapat menyerang sel darah pendonor dan
membahayakan tubuh si penerima

5. Apa yang harus dilakukan dan diobservasi pada saat tranfusi sedang berlangsung?
Jawab : 1.Observasi klien dengan cermat pada 15 menit pertama.
2. Pantau klien sampai transfuse
a. Jika tidak terdapat tanda reaksi, Kecepatan aliran yang diinginkan.( sebagian besar
klien dewasa dapat mentoleransi pemberian satu unit darah dalam 1,5-2 jam. Jangan
mentransfusi satu unit darah lebih dari 4 jam)
b. Kaji TTV setiap 30 menit sekali atau sesuai status kesehatannya

6. Apa yang harus dilakukan pada saat setelah transfusi?


Jawab : setelah transfuse darah selesai dilakukan Dokter atau perawat akan melepaskan
selang yang sebelumnya dimasukkan ke pembuluh darah. Kondisi vital pasien akan
dipantau, mulai dari denyut jantung, tekanan darah, hingga suhu badan.
Kasus BHD

Seorang laki laki usia 50 tahun, dibawa ke UGD dengan keluhan nyeri dada yang tak
tertahankan. Ketika sedang dilakukan pengkajian oleh perawat tiba tiba pasien mengalami
penurunan kesadaran dan nadi tidak teraba serta tidak ada hembusan nafas.

Pertanyaan :

1.Tindakan apa yang harus segera di lakukan pada pasien teresebut ?

Jawab : tindakan pertama yang harus dilakukan pada pasien adalah dengan memberikan BHD
(Bantuan Hidup Dasar ) untuk mencegah berhentinya sirkulasi atau respirasi melalui intravensi.
2.Sebutkan tujuan dilakukan BHD dengan resusitasi Jantung paru?

jawab : - untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan sirkulasi pada henti nafas atau henti
jantung pada orang
- Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respiras
- Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkukasi (fungsi jantung) dan ventilasi (fungsi
pernafasan/paru) pada pasien/korban yang mengalami henti jantung atau henti nafas
3.Pada tindakan RJP berapa perbandingan kompresi dan Ventilasi ?

Jawab : Resusitasi Jantung Paru (RJP) dengan perbandingan kompresi dada (pijat jantung luar)
30 dan ventilasi (nafas buatan) 2 tiupan. Kecepatan kompresi dada sedikitnya 100 kali/menit.

4.Jelaskan tekhnik melakukan BHD dengan resusitasi jantung paru?

jawab : Teknik RJP yaitu dengan memberikan kompresi dada dan pemberian napas buatan untuk
orang-orang yang detak jantung atau pernapasannya terhenti, dan tindakannya dilakukan
sesegera mungkin dengan interupsi seminimal mungkin
5.Kapan Resusitasi Jantung Paru di hentikan?

Jawab : RJP dihentikan jika :

▪ Restorasi Efektif, ROSC (return of spontaneous circulation) / kembalinya sirkulasi spontan


▪ Datang petugas yang kompeten (tim medis)
▪ Penolong Kelelahan (tidak ada bantuan yg datang)
▪ Terdapat Tanda-tanda Kematian yg Jelas

Anda mungkin juga menyukai