NPM : 1713024047
Review Jurnal
A. Identitas
B. Isi
1. Latar Belakang : Penjelasan interaksi antara predator dan mangsa penting untuk
memahami strategi mencari makan dan melarikan diri. Hubungan predator-mangsa tidak
selalu stabil dan bisa terjadi hubungan yang berbalik oleh perubahan ontogenetik dalam
ukuran tubuh. Kadal tanah, misalnya, memangsa laba-laba kecil, tetapi laba-laba srigala
dapat memangsa kadal muda. Meskipun beberapa penelitian telah fokus pada timbal
balik ini, tetapi untuk dampaknya pada strategi mencari makan dan melarikan diri hanya
sedikit mendapat perhatian. Hewan di bawah predasi timbal balik perlu menilai potensi
memangsa dan menangkap mangsa yang tepat untuk menghindari predator diserang oleh
mangsa, dan hal ini mungkin lebih kompleks sebagai strategi mencari makan dan
melarikan diri.
2. Fokus permasalahan : Interaksi antara kadal dan belalang sembah dapat menjadi
model yang baik untuk menyelidiki efek dari pembalikan predasi (dan pembalikan
ontogenetik) pada strategi mencari makan dan melarikan diri. Kadal lacertid Jepang
Takydromus tachydromoides adalah generalis oportunistik predator, makanannya
terutama terdiri dari serangga dan laba-laba, dan kadang-kadang arthropoda dan
gastropoda kecil lainnya. Setelah mengamati fisik dari mangsa, kadal mendekat,
menangkap, membunuh dan memakannya. Urutan memangsa ini terkadang disertai
dengan perilaku menjentikkan lidah, yang mana merupakan isyarat dalam menyalurkan
zat kimia dalam tubuhnya secara aktif. Telah diketahui bahwa burung dan ular
memangsa Takydromus tachydromoides. Kadal menunjukkan beberapa jenis respon anti-
predator seperti melarikan diri (melarikan diri), mobilitas dan lambaian ekor. Ekor
melambai dianggap menarik serangan predator ke arah gerakan ekor sehingga kadal
dapat menggunakan autotomi untuk bertahan hidup. Takydromus tachydromoides
diamati pada berbagai zona seperti padang rumput, sawah, dan hutan. Belalang sembah
adalah salah satu makanan kadal Takydromus tachydromoides. Hal ini menunjukan
belalang sembah dan kadal tersebut simpatrik.
Belalang sembah Tenodera aridifolia juga merupakan predator generalis oportunistik
yang menangkap banyak jenis spesies serangga lainnya. Belalang sembah menangkap
mangsanya menggunakan indra pengelihatan dan menyerang menggunakan kaki depan
raptorial. Mereka menghindari pemangsa mereka, seperti burung dan kadal dengan
menunjukkan berbagai tanggapan defensif tergantung pada tahap perkembangan mereka.
Belalang kecil cenderung menunjukkan imobilitas dan tanggapan samar untuk
menghindari deteksi oleh predator, sementara belalang besar cenderung menunjukkan
deimatic dan tanggapan serangan defensif untuk threating predator. Telah disarankan
bahwa belalang besar kadang-kadang memangsa kadal keci. Namun, sedikit yang
diketahui tentang efek perubahan ontogenetik dalam ukuran tubuh pada interaksi antara
kadal dan belalang.
Gbr. 1
Kadal disatukan dengan belalang yang berbeda ukuran: masing-masing kadal menerima
tiga perlakuan dengan belalang jenis instar yang pertama sampai belalang instar ketiga,
dan dua perlakuan dengan belalang instar keempat sampai belalang sembah dewasa.
Interval antar uji coba pada dasarnya lebih dari 1 hari, tetapi beberapa perlakuan sesekali
dilakukan kepada kadal yang sama di hari yang sama ketika kadal siap memakan
belalang.
Pada awal percobaan, seekor kadal secara perlahan dimasukkan ke dalam akuarium.
Kemudian, seekor belalang dijatuhkan juga dengan posisi di belakang kadal untuk
menghindari gangguan eksperimen. Perilaku mereka diamati sampai kadal memakan
belalang atau lari darinya. Saat kadal tidak menunjukkan perilaku dalam 30 menit,
percobaan itu dianggap gagal dan percobaan baru diujicobakan pada lain hari. Ketika
belalang mencoba menangkap kadal, kami segera menghentikan percobaan dan
mengeluarkan belalang dari akuarium.Oleh sebab itu, tidak ada kadal yang terluka oleh
mantis. Saat kadal tidak makan belalang, kami kemudian menawarkan kriket untuk
memastikan apakah kadal itu lapar atau tidak. Jika kadal juga tidak memakan kriket, data
dalam uji coba itu dibuang dan percobaan baru dicoba lagi di hari lain. Oleh karena itu,
kami menggunakan data dari percobaan di mana kadal memakan mangsa (belalang atau
kriket). Meskipun tingkat kelaparan kadal tidak dikontrol dengan ketat, motivasi untuk
predasi dianggap melebihi tingkat tertentu selama percobaan.