Anda di halaman 1dari 3

Nama : Annisa Rahma Wardani

NPM : 1713024047

Review Jurnal

A. Identitas

1. Judul : Behavioural interactions between the lizard Takydromus


tachydromoides and the praying mantis Tenodera aridifolia suggest reciprocal predation
between them.
2. Peneliti : Miyuki Fukudome dan Yoshifumi Yamawaki
3. Nama Jurnal : Journal of Ethology
4. Alamat : Department of Biology, Faculty of Science, Kyushu University,
Fukuoka 819 0395, Japan.

B. Isi

1. Latar Belakang : Penjelasan interaksi antara predator dan mangsa penting untuk
memahami strategi mencari makan dan melarikan diri. Hubungan predator-mangsa tidak
selalu stabil dan bisa terjadi hubungan yang berbalik oleh perubahan ontogenetik dalam
ukuran tubuh. Kadal tanah, misalnya, memangsa laba-laba kecil, tetapi laba-laba srigala
dapat memangsa kadal muda. Meskipun beberapa penelitian telah fokus pada timbal
balik ini, tetapi untuk dampaknya pada strategi mencari makan dan melarikan diri hanya
sedikit mendapat perhatian. Hewan di bawah predasi timbal balik perlu menilai potensi
memangsa dan menangkap mangsa yang tepat untuk menghindari predator diserang oleh
mangsa, dan hal ini mungkin lebih kompleks sebagai strategi mencari makan dan
melarikan diri.

2. Fokus permasalahan : Interaksi antara kadal dan belalang sembah dapat menjadi
model yang baik untuk menyelidiki efek dari pembalikan predasi (dan pembalikan
ontogenetik) pada strategi mencari makan dan melarikan diri. Kadal lacertid Jepang
Takydromus tachydromoides adalah generalis oportunistik predator, makanannya
terutama terdiri dari serangga dan laba-laba, dan kadang-kadang arthropoda dan
gastropoda kecil lainnya. Setelah mengamati fisik dari mangsa, kadal mendekat,
menangkap, membunuh dan memakannya. Urutan memangsa ini terkadang disertai
dengan perilaku menjentikkan lidah, yang mana merupakan isyarat dalam menyalurkan
zat kimia dalam tubuhnya secara aktif. Telah diketahui bahwa burung dan ular
memangsa Takydromus tachydromoides. Kadal menunjukkan beberapa jenis respon anti-
predator seperti melarikan diri (melarikan diri), mobilitas dan lambaian ekor. Ekor
melambai dianggap menarik serangan predator ke arah gerakan ekor sehingga kadal
dapat menggunakan autotomi untuk bertahan hidup. Takydromus tachydromoides
diamati pada berbagai zona seperti padang rumput, sawah, dan hutan. Belalang sembah
adalah salah satu makanan kadal Takydromus tachydromoides. Hal ini menunjukan
belalang sembah dan kadal tersebut simpatrik.
Belalang sembah Tenodera aridifolia juga merupakan predator generalis oportunistik
yang menangkap banyak jenis spesies serangga lainnya. Belalang sembah menangkap
mangsanya menggunakan indra pengelihatan dan menyerang menggunakan kaki depan
raptorial. Mereka menghindari pemangsa mereka, seperti burung dan kadal dengan
menunjukkan berbagai tanggapan defensif tergantung pada tahap perkembangan mereka.
Belalang kecil cenderung menunjukkan imobilitas dan tanggapan samar untuk
menghindari deteksi oleh predator, sementara belalang besar cenderung menunjukkan
deimatic dan tanggapan serangan defensif untuk threating predator. Telah disarankan
bahwa belalang besar kadang-kadang memangsa kadal keci. Namun, sedikit yang
diketahui tentang efek perubahan ontogenetik dalam ukuran tubuh pada interaksi antara
kadal dan belalang.

3. Metode : Percobaan menggunakan kadal dan belalang sembah yang


tidak diberi makan pada hari percobaan. Selama percobaan, kadal disimpan dalam
akuarium (18 x 45 cm dan tinggi 20 cm) dengan lantai putih (Gbr. 1). Bagian dalam
dinding kandang ditutupi dengan parafin cair untuk mencegah belalang memanjat
tembok. Respon perilaku Kadal dan belalang direkam dari camera video yang di letakan
di atas akuarium(Sony, DCR-TR V950) dengan kecepatan 30 foto per detik di bawah
penerangan lampu neon. Eksperimen dilakukan antara pukul 10:00 dan 18:00 di kisaran
suhu 24 – 30 derajat Celcius.

Gbr. 1
Kadal disatukan dengan belalang yang berbeda ukuran: masing-masing kadal menerima
tiga perlakuan dengan belalang jenis instar yang pertama sampai belalang instar ketiga,
dan dua perlakuan dengan belalang instar keempat sampai belalang sembah dewasa.
Interval antar uji coba pada dasarnya lebih dari 1 hari, tetapi beberapa perlakuan sesekali
dilakukan kepada kadal yang sama di hari yang sama ketika kadal siap memakan
belalang.
Pada awal percobaan, seekor kadal secara perlahan dimasukkan ke dalam akuarium.
Kemudian, seekor belalang dijatuhkan juga dengan posisi di belakang kadal untuk
menghindari gangguan eksperimen. Perilaku mereka diamati sampai kadal memakan
belalang atau lari darinya. Saat kadal tidak menunjukkan perilaku dalam 30 menit,
percobaan itu dianggap gagal dan percobaan baru diujicobakan pada lain hari. Ketika
belalang mencoba menangkap kadal, kami segera menghentikan percobaan dan
mengeluarkan belalang dari akuarium.Oleh sebab itu, tidak ada kadal yang terluka oleh
mantis. Saat kadal tidak makan belalang, kami kemudian menawarkan kriket untuk
memastikan apakah kadal itu lapar atau tidak. Jika kadal juga tidak memakan kriket, data
dalam uji coba itu dibuang dan percobaan baru dicoba lagi di hari lain. Oleh karena itu,
kami menggunakan data dari percobaan di mana kadal memakan mangsa (belalang atau
kriket). Meskipun tingkat kelaparan kadal tidak dikontrol dengan ketat, motivasi untuk
predasi dianggap melebihi tingkat tertentu selama percobaan.

4. Kesimpulan : Penelitian ini adalah upaya pertama untuk menganalisis secara


kuantitatif interaksi perilaku antara Ta. tachydromoides dan Te. aridifolia. Hasil
penelitian yaitu mereka meruoakan predasi intraguild. Karena predasi intraguild
memiliki sifat menggabungkan prilaku predasi dan kompetisi, hal ini berpengaruh
terhadap dinamika populasi dalam jaring makanan lebih kompleks daripada kompetisi
atau predasi saja. Dalam pengertian yang sama, kemungkinan predasi intraguild
membuat strategi mencari makan dan melarikan diri di Ta. tachydromoides dan Te.
aridifolia lebih kompleks. Analisis lebih lanjut dari strategi perilaku mereka diperlukan
pada perspektif ini.

5. Potensi Keberlanjutan Penelitian : Penelitian ini dapat berlanjut ke cabang ilmu


evolusi. Kita dapat menelusuri sejarah hubungan antara kadal Takydromus
tachydromoides dan mantis Tenodera aridifolia melalui filogeninya. Dari penelitian ini
kita dapat menghubungkan tingkat kesintasan Ta. tachydromoides dan Te.aridifolia
berhubungan dengan prilaku predasi dan kompetisinya di alam liar. Dan hasilnya adalah
kita dapat mengetahui prilaku-prilaku mantis yang membuatnya lebih sintas di alam di
bandingkan kadal, karena jumlah mantis di alam saat ini lebih banyak jika di bandingkan
kadal. Lebih luas lagi, kita dapat melanjutkan penelitian ke bidang ilmu psikologi, di
mana prilaku mantis dapat di hubungkan dengan psikologi kognitif yang mempelajari
sifat berani untuk membalikan keadaan, sebagaimana mantis/belalang dapat berbalik
menjadi predator untuk kadal.

Anda mungkin juga menyukai

  • REPTIL
    REPTIL
    Dokumen11 halaman
    REPTIL
    nur azela
    Belum ada peringkat
  • Langka
    Langka
    Dokumen4 halaman
    Langka
    nur azela
    Belum ada peringkat
  • RW Biodiv Adat
    RW Biodiv Adat
    Dokumen1 halaman
    RW Biodiv Adat
    nur azela
    Belum ada peringkat
  • Gedung G
    Gedung G
    Dokumen3 halaman
    Gedung G
    nur azela
    Belum ada peringkat
  • ASTEROIDEA
    ASTEROIDEA
    Dokumen2 halaman
    ASTEROIDEA
    nur azela
    Belum ada peringkat
  • Genet 1 Gen Letal
    Genet 1 Gen Letal
    Dokumen3 halaman
    Genet 1 Gen Letal
    nur azela
    Belum ada peringkat
  • Fishew Kel 1
    Fishew Kel 1
    Dokumen15 halaman
    Fishew Kel 1
    nur azela
    Belum ada peringkat