Anda di halaman 1dari 8

Salah satu keutamaan ilmu pendidikan adalah amar ma’ruf nahi munkar.

Dalam al-Qur’an
surat An-Nahl ayat 125 :
ۚ
َ #ُ‫نُ إِ َّن َربَّكَ ه‬#‫ٱلَّتِي ِه َي أَ ۡح َس‬##ِ‫ج ِد ۡلهُم ب‬
َ ‫و أَ ۡعلَ ُم بِ َمن‬#
‫ َّل عَن‬#‫ض‬ #َ ٰ ‫ع إِلَ ٰى َسبِي ِل َربِّكَ بِ ۡٱل ِح ۡك َم ِة َو ۡٱل َم ۡو ِعظَ ِة ۡٱل َح َسنَ ۖ ِة َو‬
ُ ‫ۡٱد‬
١٢٥ َ‫َسبِيلِِۦه َوه َُو أَ ۡعلَ ُم بِ ۡٱل ُم ۡهتَ ِدين‬
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”.
ُ ‫ۡٱد‬
ِ ِ‫ع إِلَ ٰى َسب‬
Potongan ayat yang berbunyi : َ‫يل َربِّك‬
Maksudnya adalah serulah ummatmu wahai para Rasul dengan seruan agar mereka
melaksanakan syari’at yang telah ditetapkannya berdasarkan wahyu yang diturunkannya,
dengan melalui ibarat dan nasehat yang terdapat di dalam kitab yang diturunkannya. Dan
hadapilah mereka dengan cara yang lebih baik dari yang lainnya sekalipun mereka
menyakitimu, dan sadarkanlah mereka dengan cara yang baik.
َ ‫ك ه َُو أَ ۡعلَ ُم بِ َمن‬
َ ‫ض َّل عَن‬
Selanjutnya potongan ayat ‫سبِيلِ ِهۦ‬ َ َّ‫إِ َّن َرب‬
maksudnya adalah bahwa sesungguhnya Tuhanmu wahai para Rasul adalah lebih mengetahui
dengan apa yang berjalan dan diperselisihkan, dan juga lebih mengetahui cara yang harus
ditempuh sesuai yang hak.
Ayat tersebut menyuruh agar Rasulullah saw menempuh cara berdakwah dan berdiskusi
dengan cara yang baik. Sedangkan petunjuk (al-hidayah) dan kesesatan (al-dlalal) serta hal-
hal yang etrjadi diantara keduanya sepenuhnya dikembalikan kepada Allah SWT, karena Dia-
lah yang lebih mengetahui keadaan orang-orang yang tidak dapat terpelihara dirinya dari
kesesatan, dan menembalikan dirinya kepada petunjuk.
Keutamaan pendidikan secara umum adalah:
1.      Tujuan akhir dari pendidikan adalah mengubah sikap mental dan perilaku tertentu yang
dalam konteks Islam adalah agar menjadi seorang muslim yang terbina seluruh potensi
dirinya sehingga dapat melaksanakan fungsinya sebagai khalifah dan abdullah.
2.      Proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru memuat informasi, teori, konsep dan
sebagainya yang diperlukan untukmewujudkan tujuan pendidikan. Dari proses tersebut maka
terciptalah pemahaman, penghayatan dan pengamalan.
3.      Melalui pendidikan diharapkan lahir manusia yang kreatif, sanggup berpikir sendiri,
melakukan penelitian dan seterusnya.
4.      Mengembangkan ilmu pengetahuan dan membawa manusia semakin mampu menangkap
hikmah di balik ilmu pengetahuan, yaitu rahasia keagungan Allah SWT.
5.      Pengajaran berbagai ilmu pengetahuan dalam proses pendidikan yang sesuai dengan ajaran
al-Qur’an, akan menjauhkan manusia dari sikap takabur, ateistik, sebagaimana yang pada
umumnya dijumpai pada pengembangan ilmu pengetahuan di masyarakat Barat Eropa.
6.      Pendidikan mapu mendorong peserta didik agar mencintai ilmu pengetahuan, yang terlihat
dari terciptanya semangat dan etos keilmuan yang tinggi.

C.    Ayat Al-Qur’an Hadits yang Relevan


1)      Pendidikan Matematika
a)      Ide himpunan dalam al-Qur’an1[4]
Al-Qr’an surat al-Fatihah akan dijumpai tiga kelompok atau golongan manusia, yaitu:
(1)   Kelompok yang diberi nikmat oleh Allah SWT (an’amta ‘alaihim),
(2)   Kelompok yang dimurkai (al-maghdhub), dan
(3)   Kelompok yang sesat al-dhallin).
Pada awal surat al-Baqarah akan dijumpai tiga tergolong manusia, yaitu:
(1)   Golongan orang yang bertaqwa (al-muttaqiin),
(2)   Golongan orang kafir (al-kafirin), dan
(3)   Golongan orang munafik (al-munafirin).
Pada surat al-Waqi’ah, di hari kiamat manusia dikempokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
(1)   Kelompok terdahulu (al-sabiquna al-awwalun),
(2)   Kelompok kanan (ashhabu al-maimanah atau ashhabu al-yamin), dan
(3)   Kelompok kiri (ashhabu al-mas’amah atau ashhabu al-syimal).
Pada surat Fathir ayat 1:
َ َ‫ض َجا ِع ِل ۡٱل َم ٰلَٓئِ َك ِة ُر ُساًل أُوْ لِ ٓي أَ ۡجنِ َح ٖة َّم ۡثن َٰى َوثُ ٰل‬
‫ث َو ُر ٰبَ ۚ َع يَ ِزي ُد‬ ‫ۡٱل َحمۡ ُد هَّلِل ِ فَا ِط ِر ٱل َّس ٰ َم ٰ َو ِ أۡل‬
ِ ‫ت َوٱ َ ۡر‬
#ٞ ‫ق َما يَ َشٓا ۚ ُء إِ َّن ٱهَّلل َ َعلَ ٰى ُكلِّ َش ۡي ٖء قَ ِد‬ ۡ ۡ
١ ‫ير‬ ِ ‫فِي ٱلخَ ل‬
“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai
utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-
masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Dalam ayat 1 surat al-Faathir ini dijelaskan sekelompok, seglongan atau sekumpulan
makhluk yang disebut maialkat. Dalam kelompok malaikat tersebut terdapat kelompok
malaikat yang mempunyai dua sayap, tiga sayap atau empat sayap. Bahkan sangat

1
dimungkinkan terdapat kelompok malaikat yang mempunyai lebih dari empat sayap jika
Allah SWT menghendaki.
Al-Qur’an surat Al-Nuur ayat 45:
‫ق ُك َّل دَٓاب َّٖة ِّمن َّم ٖ ۖٓاء فَ ِم ۡنهُم َّمن يَمۡ ِشي َعلَ ٰى بَ ۡطنِ ِهۦ َو ِم ۡنهُم َّمن يَمۡ ِشي َعلَ ٰى ِر ۡجلَ ۡي ِن َو ِم ۡنهُم َّمن يَمۡ ِشي َعلَ ٰ ٓى أَ ۡربَ ۚ ٖع‬ َ َ‫َوٱهَّلل ُ َخل‬
٤٥ ‫ير‬ ۚ ُ ُ‫يَ ۡخل‬
ٞ ‫ق ٱهَّلل ُ َما يَ َشٓا ُء إِ َّن ٱهَّلل َ َعلَ ٰى ُك ِّل َش ۡي ٖء قَ ِد‬
“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu
ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian
(yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya,
sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Dalam ayat 45 surat an-nuur dijelaskan sekelompok, seglongan atau sekumpulan makhluk
yang disebut hewan. Hewan merupakan objek yang jelas. Hewan dalam ayat di atas dibagi
menjadi beberapa kelompok:
(1)   Kelompok hewan tidak berkaki,
(2)   Kelompok hewan berkaki dua,
(3)   Kelompok hewan berkaki empat, dan
(4)   Kelompok hewan berkaki lebih dari empat.
b)      Relasi bilangan dalam Al-Qur’an2[5]
Mengenai relasi bilangan dalam al-Qur’an, perhatikan firman Allah AWT dalam Al-Qur’an
surat al-Shaffaat ayat 147:

ٍ ‫َوأَ ۡر َس ۡل ٰنَهُ إِلَ ٰى ِماْئَ ِة أَ ۡل‬


َ ‫ف أَ ۡو يَ ِزي ُد‬
١٤٧ ‫ون‬
“Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih”.
Dalam surat al-Shaffat ayat 147 tersebut dijelaskan bahwa nabi Yunus diutus kepada umat
yang jumlahnya 100000 orang atau lebih. Secara matematika, jika umat nabi yunus sebanyak
x orang, maka x sama dengan 100000 atau x lebih dari 100000. Dalam bahasa matematika,
dapat ditulis
x = 100000 atau x 100000
Masih terdapat beberapa ayat dalam al-Qur’an yang menyebutkan relasi bilangan. Ada dalam
beberapa redaksi, misalnya:
a.      Adnaa (kurang dari)
Al-Qur’an surat al-Mujadilah ayat 7:

2
‫ُم َواَل َخمۡ َس ٍة إِاَّل ه َُو‬#ۡ‫ض َما يَ ُكونُ ِمن نَّ ۡج َو ٰى ثَ ٰلَثَ ٍة إِاَّل ه َُو َرابِ ُعه‬ ‫أۡل‬
ِ ۖ ‫ت َو َما فِي ٱ َ ۡر‬ ِ ‫أَلَمۡ تَ َر أَ َّن ٱهَّلل َ يَ ۡعلَ ُم َما فِي ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
ِّ‫ل‬##‫ ۚ ِة إِ َّن ٱهَّلل َ بِ ُك‬#‫و َم ۡٱلقِ ٰيَ َم‬#ۡ #َ‫وا ي‬# ْ ۖ ُ‫ان‬##‫ك َوٓاَل أَ ۡكثَ َر إِاَّل هُ َو َم َعهُمۡ أَ ۡينَ َما َك‬
ْ #ُ‫ا َع ِمل‬##‫وا ثُ َّم يُنَبِّئُهُم بِ َم‬ َ ِ‫َسا ِد ُسهُمۡ َوٓاَل أَ ۡدن َٰى ِمن ٰ َذل‬
٧ ‫َش ۡي ٍء َعلِي ٌم‬
“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit
dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah keempatnya.
Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dialah keenamnya. Dan tiada (pula)
pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada
bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada
mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui segala sesuatu”.
Dalam surat al-Mujadilah ayat 7 tersebut, kata adnaa bermakna kurang dari. Konteks yang
digunakan dalam ayat tersebut adalah banyak orang, yang dalam ayat disebutkan 3, 4, 5, dan
6. Berdasarkan hal ini, maka kata “kurang dari” bermakna kurang dari 3, 4, 5, atau 6. Jadi,
dapat diambil suatu relasi bilangan x < 3.

b.      Aktsara (lebih dari)


Pada surat al-Mujadalah ayat 7 juga disebutkan kata aktsara yang bermakna lebih dari.
Konteks yang digunakan dalam ayat tersebut adalah banyak orang, yang dalam ayat
disebutkan bilangan 3, 4, 5, dan 6. Jadi, dapat diambil suatu relasi bilangan x > 6.
c)      Operasi bilangan dalam Al-Qur’an3[6]
(1)   Operasi penjumlahan
Perhatikan firman Allah SWT dalam al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 25:
٢٥ ‫ُوا تِ ۡسعٗ ا‬ َ َ‫وا فِي َك ۡهفِ ِهمۡ ثَ ٰل‬
#ْ ‫ث ِماْئ َٖة ِسنِينَ َو ۡٱزدَاد‬ ْ ُ‫َولَبِث‬
“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun
(lagi)”
Pada surat al-Kahfi ayat 25 disebutkan operasi bilangan 300=9.
(2)   Operasi pengurangan
Surat al-ankabut ayat 14:
١٤ َ‫ٱلطوفَانُ َوهُمۡ ٰظَلِ ُمون‬ ٗ ‫ث فِي ِهمۡ أَ ۡلفَ َسنَ ٍة إِاَّل خَمۡ ِسينَ ع‬
ُّ ‫َاما فَأَخَ َذهُ ُم‬ َ ِ‫َولَقَ ۡد أَ ۡر َس ۡلنَا نُوحًا إِلَ ٰى قَ ۡو ِمِۦه فَلَب‬
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara
mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan
mereka adalah orang-orang yang zalim”.

3
Pada ayat di atas diebutkan operasi pengurangan 1000 – 50.
2)      Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
a)      Majas metafora4[7]
Contohnya dalam al-Qur’an surat Saba’ ayat 19,

ٍ ۚ ‫ َو َم َّز ۡق ٰنَهُمۡ ُك َّل ُم َم َّز‬...


١٩ ... ‫ق‬
“...Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya...”
b)      Majas perbandingan5[8]
Contohnya dalam al-Qur’an surat an-nuurayat 39:
٣٩ ... ‫ٔ‍مانُ َمٓا ًء َحتَّ ٰ ٓى إِ َذا َجٓا َءهۥُ لَمۡ يَ ِج ۡدهُ َش ٗۡ‍ئا‬#ََٔۡ َّ‫ب بِقِي َع ٖة يَ ۡح َسبُهُ ٱلظ‬
ِ ۢ ‫َوٱلَّ ِذينَ َكفَر ُٓو ْا أَ ۡع ٰ َملُهُمۡ َك َس َرا‬
“ Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang
datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia
tidak mendapatinya sesuatu apapun..”

3)      Bimbingan dan Konseling


a)      Takut6[9]
Q.S. as-Sajdah ayat 16:
١٦ َ‫اج ِع يَ ۡد ُعونَ َربَّهُمۡ خَ ۡو ٗفا َوطَ َمعٗ ا َو ِم َّما َرز َۡق ٰنَهُمۡ يُنفِقُون‬
ِ ‫ض‬َ ‫تَتَ َجافَ ٰى ُجنُوبُهُمۡ ع َِن ۡٱل َم‬
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya
dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami
berikan.”

b)      Marah7[10]
Dalam al-Qur’an dijelaskan mengenai emosi marah dan pengaruhnya pada tingkah laku
manusia, seperti penjelasan tentang kemarahan Musa As saat kembali kepada kaumnya dan
mendapati mereka sedang menyembah patung anak sapi terbuat dari emas buatan Samiri.
Musa kemudian melempar lauh-lauh-nya, menjambak dan menarik rambut saudaranya
sambil marah.

7
“Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah
dia: "Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah
kamu hendak mendahului janji Tuhanmu? Dan Musapun melemparkan luh-luh (Taurat) itu
dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya, Harun
berkata: "Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-
hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira
melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim.”
(QS. Al-A’raf: 150)

c)      Gembira8[11]
Manusia akan merasa gembira atau bahagia saat mendapatkan apa yang diharapkan dan
diinginkannya seperti harta, kesuksesan, ilmu pengetahuan, keimanan, dan ketaqwaan. Al-
Qur’an menyebutkan dua jenis kegembiraan:
QS. Ar-Ra’d ayat 26
“...Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding
dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).”
QS. Yunus ayat 57-58
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat
bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya,
hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih
baik dari apa yang mereka kumpulkan’."

8
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu, Epistemologi, Metodologi dan Etika, (Jakarta: Teraju,

2005), hlm. 55-58

Abuddin Nata, Tafsir Ayatayat Pendidikan (Tafsir al-Ayat al-Tarbawiy), (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2010), hlm. 171-172.


Abdussakir, Matematika 1 Kajian Integratif Matematika dan Al-Qur’an, (Malang: UIN-

Malang Press, 2009), hlm. 1-4

M. Nur Kholis Setiawan, Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar, (Yogyakarta: eLSAQ Press,

2005), hlm. 215.

Muhammad Utsman Najati, Psikologi Qur’an dari Jiwa Hingga Ilmu Laduni, (Bandung:

Marja, 2010), hlm. 59.

https://dppai.uii.ac.id/paradigma-keilmuan-dalam-islam/

http://hasbiahfuji.blogspot.com/2015/04/paradigma-islam-tentang-ilmu-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai