Bagi bangsa Indonesia dan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, bahasa
Indonesia memiliki kedudukan dan posisi yang sangat penting, yaitu sebagai bahasa
nasional dan bahasa resmi kenegaraan. Sebagai Bahasa Nasional, dasar yuridisnya adalah
Sumpah Pemuda yang dicetuskan pada Tanggal 28 Oktober 1928, point ke-3 yakni, “Kami
putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia”. Sedangkan
sebagai bahasa Resmi Negara dasar yuridisnya adalah UUD 1945, Bab XV Pasal 36 yang
menyatakan bahwa, “Bahasa Negara ialah bahasa Indonesia”. Dengan demikian secara
singkat dapat dikatakan bahwa Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai Bahasa
Nasional dan Bahasa Negara.
Terkait dengan hal tersebut, Depdikbud (1988) menjelaskan, bahwa bahasa Indonesia
ialah bahasa yang terpenting di kawasan republik kita. Pentingnya peranan bahasa itu antara
lain bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 yang berbunyi,
“Kami Poetera dan poeteri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa
Indonesia” dan pada undang-undang dasar kita di dalamnya tercantum pasal khusus yang
menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah bahasa Indonesia”. (UUD 1945, Bab XV, Pasal
36). Namun disamping itu masih ada beberapa alasan lain mengapa bahasa Indonesia
memiliki kedudukan yang utama di antara beratus-ratus bahasa nusantara yang masing-
masing memiliki peranan yang cukup penting sebagai bahasa ibu (bahasa daerah).
Sebenarnya penting tidaknya suatu bahasa dapat lihat dan dikaji berdasarkan kriteria
sebagai berikut : (1). Jumlah penuturnya, (2). Luas penyebarannya, (3). Peranannya sebagai
sarana ilmu pengetahuan, sastra, dan ungkapan budaya yang dianggap bernilai.
Jika kita menggunakan kriteria yang pertama, maka bahasa Indonesia, sebagai bahasa
ibu, jumlah penuturnya mungkin tidak sebanyak bahasa Jawa dan Sunda. Akan tetapi, jika
pada jumlah itu ditambahkan dengan penutur dwi-bahasawan yang menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pertama atau kedua, maka kedudukannya dalam deretan jumlah
penutur berbagai bahasa di Indonesia ada diperingkat pertama. Perlu disadari, bahwa
jumlah penutur asli bahasa Indonesia lambat-laun akan bertambah. Pertambahan itu
disebabkan oleh ;
1. Arus pindah ke kota besar, seperti Jakarta, yang merupakan tumpuan pendatang yang
berbeda-beda bahasa ibunya, menciptakan keperluan akan alat perhubungan/ komunikasi
bersama. Jika mereka menetap, maka anak-anaknya tidak jarang akan dibesarkan dengan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pertamanya.
3. Hal-hal yang berkaitan dengan patokan kedua, bahwa generasi muda golongan warga
Negara yang berketurunan asing ada yang tidak lagi merasa perlu menguasai bahasa
leluhurnya. Anaknya akan didik dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah yang dipakai
di lingkungan tempat tinggalnya. (4). Orang tua masa kini yang sama atau berbeda latar
budayanya, ada yang mengambil keputusan untuk menjadikan anaknya penutur asli bahasa
Indonesia.
Kriteria atau patokan kedua, jelas menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa
utama. Sebagai bahasa setempat, bahasa itu dipakai orang di daerah pantai timur Sumatra, di
pulau Riau, dan Bangka, serta daerah pantai Kalimantan. Jenis logat Melayu-Indonesia
didapati di Jakarta dan sekitarnya, di Manado, Ternate, Ambon, Banda, Larantuka, dan
Kupang. Sebagai bahasa kedua, penyebarannya dapat dilihat dari ujung barat ke timur, dan
dari pucuk utara sampai batas selatan negeri kita. Sebagai bahasa asing, bahasa Indonesia
dipelajari dan dipakai oleh bangsa-bangsa di dunia seperti; Australia, Filipina, Jepang,
Korea, Rusia, India, Ceko, Jerman, Perancis, Belanda, Inggris, Amerika, dan lain-lain.
Patokan yang ketiga mengingatkan kita akan seni kesusastraan yang mengagumkan
yang dihasilkaan dalam bahasa Jawa, Sunda, Bali, dan Minang-kabau. Akan tetapi
disamping kesusastraan Indonesia modern yang kita kem-bangkan oleh satrawan yang
beraneka ragam latar belakang bahasanya, bahasa Indonesia pada masa kini berperan
sebagai sarana utama, di luar bahasa asing, di bidang ilmu, teknologi, dan peradaban modern
bagi manusia Indonesia.
Uraian di atas menjelaskan kapada kita, betapa pentingnya bahasa Indoeneis bagi
bangsa dan Negara kita. Menurut patokan dan kriteria tersebut bahasa itu mengatasi bahasa
daerah yang lain. Harus diingat bahwa kedudukannya yang penting itu bukan karena
mutunya sebagai bahasa, bukan karena besar-kecilnya kosa katanya atau keluwesan dalam
tata kalimatnya ataupun karena daya ungkap-nya dalam gaya. Di dalam sejarah manusia
pemilihan lingua franca, yakni bahasa perantara yang latar budayanya berbeda, bahasa
kebangsaan, atau bahasa internasional tidak pernah dibimbing oleh pertimbangan linguistik,
logika, atau estetika, tetap selalu oleh patokan politik, ekonomi, dan demografi.
Bagi bangsa Indonesia, bahasa Indonesia memliliki kedudukan dan fungsi yang
sangat penting penting. Adapun kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa
nasional dan bahasa resmi Negara. Sehubungan dengan hal tersebut, Amran Halim, dalam
Buku Politik Bahasa Nasional (1980) menyatakan, bahwa dalam kedudukannya sebagai
Bahasa Nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai ;
Bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai alat pemersatu berbagai masyarakat yang
memiliki latar belakang sosial budaya, dan bahasa ke dalam kesatuan ke-bangsaan
Indonesia. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai suku bangsa
itu mencapai keserasiah hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu
meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar
belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Selain itu, dengan bahasa nasional itu kita kita
dapat meletakkan kepentingan nasional di atas kepentingan daerah atau golongan.
Dalam kaitannya dengan fungsi ini, bahasa Indonesia tidak hanya dipakai sebagai alat
komunikasi timbal-balik antara pmerintah dan masyarakat luas atau antar suku, tetapi juga
sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang keadaan social budayanya dan
bahasanya sama. Jadi, biasanya jika persoalan yang dibicarakan itu adalah hal yang bersifat
nasional dan bukan daerah, maka ada kecenderungan untuk menggunakan bahasa nasional
sebagai alat komunikasinya, bukan dengan bahasa daerah.
4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan tek-nologi.
Dalam kaitan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang mmemungkinkan
kita membina dan mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia
memiliki identitasnya sendiri, yang membedakannya dengan bahasa daerah. Selain itu,
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, baik dalam bentuk
penyajian pelajaran, penulisan buku atau penerjemahan, dilakukan dalam bahasa Indonesia.
Dari uraian tersebut di atas dapat dipahami, bahwa sebagai bahasa resmi
pemerintahan atau kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai dalam acara atau kegiatan yang
bersifat kenegaraan/ upacara kenegaraan/ peristiwa kenegaraan, pemerintah-an dari tingkat
yang paling rendah sampai pemerintahan yang tertinggi, baik dalam bentuk lisan maupun
tulisan. Termasuk dalam kegiatan dimaksud antara lain ; dalam penulisan dokumen-
dokumen, surat-surat keputusan, dan surat-surat yang dikeluarkan oleh pemertintah dan
badan-badan pemerintah, serta pidato-pidato resmi kenegaraan.
Bahasa Indonesia juga merupakan bahasa pengantar dalam dunia atau lembaga-
lembaga pendidikan, dari taman kanak-kanak (TK) sampai dengan perguruan tinggi (PT).
Untuk daerah tertentu, khususnya untuk jenjang pendidikan dasar (SD) bahasa daerah
masih dapat digunakan sebagai bahasa pengantar, tetapi hanya sampai dengan kelas 3 SD
(kelas rendah). Misalnya di Aceh, Jawa, Sunda, Bali, Madura, Makasar, Papua, dan lain-
lain.
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional, serta kepentingan
pemerintahan. Dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, serta kepentingan
pemerintahan, bahasa Indonesia merupakan satu-satunya bahasa resmi, bahasa yang utama
di negara Republik Indonesia. Bahasa Indonesia tidak hanya dipakai sebagai alat
komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat luas, alat perhubungan antar-
daerah dan antarsuku, tetapi juga sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang
memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa yang bebeda-beda.
Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah
negara kebangsaan; apakah itu pada suatu daerah kecil, negara bagian federal atau provinsi,
atau daerah yang lebih luas. Sedangkan defenisi Bahasa Daerah dalam hukum Internasional
yang termuat dalam rumusan Piagam Eropa untuk Bahasa-Bahasa Regional atau Minoritas
diartikan bahwa "bahasa-bahasa daerah atau minoritas" adalah bahasa-bahasa yang secara
tradisional digunakan dalam wilayah suatu negara, oleh warga negara dari negara tersebut,
yang secara numerik membentuk kelompok yang lebih kecil dari populasi lainnya di negara
tersebut dan berbeda dari bahasa resmi (atau bahasa-bahasa resmi) dari negara tersebut.
Bangsa Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku atau kelompok etnis di tanah
air. Tiap kelompok etnis mempunyai bahasa masing-masing yang dipergunakan dalam
komunikasi antaretnis atau sesama suku. Perencanaan bahasa nasional tidak bisa dipisahkan
dari pengolahan bahasa daerah, demikian pula sebaliknya. Itulah sebabnya di samping
mengolah bahasa nasional, Politik Bahasa Nasional pun berfungsi sebagai sumber dasar dan
pengarah bagi pengolahan bahasa daerah yang jumlahnya ratusan dan tersebar di seluruh
pelosok nusantara. Hal itu sejalan dengan UUD 1945, Bab XV, Pasal 36 di dalam
penjelasannya, dikatakan: “Bahasa daerah itu adalah bagian dari kebudayaan Indonesia yang
hidup; bahasa daerah itu adalah salah satu unsur kebudayaan nasional yang dilindungi oleh
negara”, yang fungsinya sebagaimana disimpulkan oleh peserta Seminar Politik Bahasa
Nasional tahun 1975 di Jakarta, yakni:
“Di dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa-bahasa seperti Sunda, Jawa,
Bali, Madura, Bugis, Makassar, dan Batak berfungsi sebagai ; 1. Lambang kebanggaan
daerah, 2. Lambang identitas daerah, dan 3. Alat perhu-bungan di dalam keluarga dan
masyarakat daerah.
Dalam hal ini, Kepala Pusat Bahasa, Dendy Sugono ((2007) menjelaskan, bahwa
bahasa daerah juga memiliki fungsi sebagai ; 1. Bahasa daerah mem-perkaya bahasa
Indonesia. 2. Bahasa pergaulan. 3. Bahasa ibu (bahasa pertama dipelajari). 4. Bahasa
keluarga. 5. Bahasa perhubungan intradaerah. 6. Bahasa pengantar pendidikan awal. 7.
Pendukung kebudayaan daerah. 8. Pembentukan kepribadian anak. 9. Pengembangan
kebudayaan daerah. 10. Pendukung sastra daerah. 11. Fondasi kebudayaan Indonesia.
2. Bahasa Daerah sebagai bahasa pengantar pada tingkat permulaan sekolah dasar
Di daerah tertentu , bahasa daerah boleh dipakai sebagai bahasa pengantar di dunia
pendidikan tingkat sekolah dasar sampai dengan tahun ketiga (kelas tiga). Setelah itu, harus
menggunakan bahasa Indonesia, kecuali daerah-daerah yang mayoritas masih menggunakan
bahasa daerah sebagai bahasa ibu.
3. Bahasa Daerah sebagai sumber kebahasaan untuk memperkaya Bahasa Indonesia. Sering
istilah yang ada di dalam bahasa daerah belum muncul di bahasa Indonesia sehingga bahasa
Indonesia memasukkannya istilah tersebut , contohnya “ gethuk “ sejenis makanan
(penganan) dibuat dari ubi dan sejenisnya yang direbus, kemudian dicampur gula dan kelapa
(ditumbuk bersama) } karena di bahasa indonesia istilah tersebut belum ada, maka istilah “
gethuk “ juga di resmikan di bahasa Indonesia sebagai istilah dari penganan dibuat dari ubi
dan sejenisnya yang direbus, kemudian dicampur gula dan kelapa (ditumbuk bersama).
Bahasa daerah dan Bahasa Indonesia yang digunakan secara bergantian menjadikan
masyarakat Indonesia menjadi dwibahasawan. Menurut Mackey dan Fishman (Chaer, 2004:
84) kedwibahasaan diartikan sebagai “...penggunaan dua bahasa oleh penutur dalam
pergaulannya dengan orang lain secara bergantian”.
Namun dewasa ini, Bahasa daerah terancam punah. Prof. Dr Arief Rahman dalam
pidato pengukuhan sebagai guru besar dalam bidang pendidikan bahasa di Universitas
Negeri Jakarta, Selasa (22/5) mengungkapkan bahwa “Kondisi ini menjadi keprihatinan
saya. Dalam penelitian yang saya lakukan di beberapa SMA di Jakarta, bahasa daerah tidak
lagi digunakan dalam komunikasi di rumah. Orang tua tidak menganggap penting untuk
menggunakan di rumah. Para pelajar lebih suka pakai bahasa gaul meski bertemu teman
yang berbahasa daerah semua”
Berdasarkan berbagai kondisi di atas, perlu adanya suatu sistem yang mampu
mensinergikan antara bahasa daearah sebagai bahasa ibu, bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan, serta bahasa Inggris sebagai bahasa internasonal.
Bahasa asing merupakan bahasa negara lain yang tidak digunakan secara umum
dalam interaksi social. bahasa asing ini tidak digunakan oleh orang yang tinggal di sebuah
tempat yang tertentu ; misalnya bahasa Indonesia dianggap sebagai sebuah bahasa yang
asing di Australia, Amerika, Jepang, Inggris, dan lain-lain. Bahasa asing juga merupakan
sebuah bahasa yang tidak digunakan di tanah air atau negara asal seseorang, misalnya;
seorang penutur bahasa Indonesia yang tinggal di Australia boleh mengatakan bahwa bahasa
Inggris adalah bahasa yang asing untuk dirinya sendiri.
Kedudukan bahasa asing berbeda dengan bahasa kedua. Mustafa (2010) dalam hal
ini menyatakan bahwa bahasa kedua adalah bahasa yang dipelajari anak setelah bahasa
ibunya dengan ciri bahasa tersebut digunakan dalam lingkungan masyarakat sekitar.
Sedangkan bahasa asing adalah bahasa negara lain yang tidak digunakan secara umum
dalam interaksi sosial. Kedudukan Bahasa Inggris di Indonesia tersebut mengakibatkan
jarang digunakannya Bahasa Inggris dalam interaksi sosial di lingkungan anak. Hal tersebut
menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang
menggunakan bahasa pengantar Bahasa Inggris karena pemerolehan bahasa asing bagi anak
berbanding lurus dengan volume, frekuensi dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-
hari.
Dalam kedudukanya sebagai bahasa asing, bahasa-bahasa seperti bahasa Inggris,
perancis, mandarin, Jepang, Cina, belanda, jerman tidak memiliki kemampuan untuk
bersaing dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional maupun bahasa Negara atau
dengan kata lain bahasa asing tidak akan pernah menjadi bahasa Nasional ataupun bahasa
Negara Indonesia. Walaupun pada kenyataanya sebagian bahasa asing tersebut diajarkan di
lembaga-lembaga pendidikan tingkat tertentu.