Diskusi Unsur-Unsur Pendidikan
Diskusi Unsur-Unsur Pendidikan
net/anitajulia1/pengertian-dan-unsurunsur-pendidikan-pengantar-pendidikan
Contoh lain, berbicara di depan umum atau di depan layar adalah kemampuan yang tidak
dimiliki setiap orang. Sebagian orang memiliki potensi itu, sebagian lainnya tidak. Mereka
1
yang mengasah kemampuan public speaking akan mampu mengaktualisasikan potensinya
berbicara di depan umum.
Kemampuan musikal
Yaitu kecerdasan seseorang untuk menciptakan harmoni lewat suara. Suara tersebut
umumnya diciptakan lewat permainan alat musik. Skill memainkan alat musik dan
kecerdasan menghayati alunan nada merupakan beberapa contoh potensi yang hanya
dimiliki orang tertentu.
Kemampuan spasial
Yaitu kecerdasan yang berhubungan dengan pemahaman akan ruang spasial. Ruang spasial
sering dikaitkan dengan pemetaan. Sopir profesional biasanya mengembangkan potensi ini.
Contoh, ketika ia lewat suatu jalan yang asing, masuk ke dalam gang-gang yang sempit, ia
tetap bisa keluar dari gang tanpa kesasar. Kemampuan tersebut merupakan kemampuan
spasial.
Kemampuan visual
Yaitu kecerdasan untuk menciptakan kreasi visual. Kreasi ini bisa berupa gambar, lukisan,
atau film. Tak hanya itu, mereka yang punya potensi ini dapat memahami suatu teka-teki
yang tampak secara visual, misalnya menerjemahkan makna dari sebuah lukisan.
Kemampuan logika
2
Yaitu kemampuan seseorang untuk berpikir logis dan matematis. Potensi ini berkaitan
dengan kecerdasan dalam pikirannya untuk memahami sesuatu secara numerik, termasuk
menghitung
dan menghapal rumus-rumus matematis. Potensi kemampuan logika bisa diperoleh dari
bakat atau belajar.
Kemampuan linguistik
Yaitu kemampuan individu dalam berbahasa. Kemampuan ini memiliki cakupan yang luas,
tidak hanya memahami teks deskriptif, namun juga berbicara, berceramah, dan diskusi.
Kemampuan ini berkaitan erat dengan kecerdasan yang dimiliki seseorang dalam
mengembangkan skill aktualisasi diri secara verbal.
Kemampuan kinestetik
Yaitu kemampuan seseorang dalam menggerakkan tubuhnya. Tak sekadar bergerak, namun
juga mengembangkan elastisitas atau kelenturan tubuh serta mencipakan harmoni melalui
gerakan-gerakan fisik yang tepat dan mempesona, seperti penari profesional.
Kemampuan interpersonal
Yaitu kemampuan seseorang dalam menjalin hubungan sosial. Potensi kecerdasan seseorang
yang piawai melakukan hubungan interpersonal terlihat dari kemampuannya berkomunikasi,
melobi, mewawancarai orang lain atau semacamnya. Kemampuan ini adalah tentang
menciptakan dan menjaga hubungan antar manusia.
Kemempuan intrapersonal
Yaitu kemampuan seseorang dalam memahami, mengatur, serta memanajemen diri sendiri.
Orang yang berhasil mengembangkan potensi intrapersonalnya piawai dalam mengambil
keputusan, merancang visi, dan menetapkan tujuan hidup. Kemampuan intrapersonal dapat
dilatih melalui upaya-upaya pengendalian emosi diri.
3
Seringkali orang kesulitan mengetahui apa potensi diri yang dimilikinya karena tersembunyi
terlalu dalam. Padahal problemnya bukan potensinya yang ngumpet tapi kegigihan dirinya
untuk mengasah kemampuan sehingga potensi itu muncul.
Sebagian orang memang berbakat. Sebagai contoh, seorang balita sudah hafal Alquran,
pandai main piano dan sulap. Kita akan tercengang melihatnya dan berpikir darimana
mereka memperoleh kemampuan itu sedangkan dengan berlatih perlu waktu bertahun-tahun.
Potensi yang berasal dari bakat semacam itu biasanya dianggap turunan. Artinya faktor
genetika menjadi determinan utama yang mempengaruhi. Sebagaimana kondisi fisik, kita
tidak bisa memilih dilahirkan seperti apa. Hal terpenting dalam pengembangan potensi
adalah keuletan dan kerja keras yang dilakukan secara konsisten. Apa potensimu?
Masa remaja madya (pertengahan). Biasanya duduk di bangku Sekolah Menengah Atas
dengan ciri-ciri:(1) sangat membutuhkan teman, (2) cenderung bersifat narsistik/kecintaan
4
pada diri sendiri, (3) beradadalam kondisi keresahan dan kebingungan, karena pertentangan
yang terjadi dalam diri, (4) berkenginanbesar mencoba segala hal yang belum diketahuinya,
dan (5) keinginan menjelajah ke alam sekitar yanglebih luas.
Masa remaja akhir. Ditandai dengan ciri-ciri: (1) aspek-aspek psikis dan fisiknya mulai
stabil, (2)meningkatnya berfikir realistis, memiliki sikap pandang yang sudah baik, (3) lebih
matang dalam caramenghadapi masalah, (4) ketenangan emosional bertambah, lebih mampu
menguasai perasaan, (5)sudah terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi, dan
(6) lebih banyak perhatian terhadaplamabang-lambang kematangan
1. Guru
Peran Guru Dalam Pendidikan
a. Guru sebagai instruktur
Tanggungjawab instruksional guru ialah berlangsungnya interaksi belajar mengajar.
Guru harus mampu menciptakan situasi dan kondisi belajar yang kondusif.
b. Guru sebagai manajer
Dalam menjalankan tugas kesehariannya, guru sebagai pendidik dalam proses belajar-
mengajar sangat dituntut kemampuannya dalam merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan dan mengawasi semua kegiatannya. Dengan demikian guru juga sebagai
manajer bertanggung jawab untuk mengatur semua tugas-tugasnya dalam mendidik anak
5
di kelas. Artinya semua komponen sekecil apapun yang ada di kelas harus diatur
sedemikian rupa, karena ia berlangsung sebagai sebuah sistem, sehingga ia harus hati-
hati dalam menyiapkan materi ajar, sarana prasarana, metode, pengaturan siswa di kelas
dan lain sebagainya. Keberhasilan memanejemen semua komponen-komponen tersebut
akan membuahkan keberhasilan, dan sebaliknya.
c. Guru sebagai pembimbing
Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama. Sehubungan
dengan perannya sebagai pembimbing, seorang guru harus:
6
ini peranan dan tanggung jawab guru akan semakin jelas dan terarah.Guru sebagai
anggota organisasi profesi
f. Guru sebagai spesialis hubungan masyarakat
Guru harus mampu memainkan peran sebagai spesialis hubungan masyarakat, terutama
dalam bekerja sama dengan orang tua siswa dan komite sekolah. Pandangan-pandangan
masyarakat yang bersifat positif dan bersifat negatif terhadap sekolah cenderung
tergantung pada bagaimana masyarakat tersebut memandang sekolah. Oleh karena itu,
para guru harus tetap menjaga hubungan yang terbuka dan positif dengan para orangtua
siswa di mana anak-anak mereka bersekolah.
2. Orang tua
Secara garis besar pendidikan yang harus ditekankan bagi orang tua dalam keluarga terhadap
anaknya dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1. Menanamkan dan Melaksanakan Pembinaan Akidah dan Akhlak.
Mengingat keluarga dalam hal ini lebih dominant adalah seorang anak dengan dasar-dasar
keimanan, ke-Islaman, sejak mulai mengerti dan dapat memahami sesuatu, maka al-Ghazali
memberikan beberapa metode dalam rangka menanamkan aqidah dan keimanan dengan cara
memberikan hafalan. Sebab kita tahu bahwa proses pemahaman diawali dengan hafalan
terlebih dahulu (al-Fahmu Ba’d al-Hifdzi). Ketika mau menghafalkan dan kemudian
memahaminya, akan tumbuh dalamdirinya sebuah keyakinan dan pada akhirnya
membenarkan apa yang diayakini. Inilah proses yang dialami anak pada umumnya.
Bukankah mereka atau anak-anak kita adalah tanggungjawab kita sebagaimana yang telah
Allah peringatkan dalam al-Qur’an yang berbunyi: Artinya: jagalah diri kalian dan keluarga
kalian dari panasnya api neraka.
Muhammad Nur Hafidz merumuskan empat pola dasardalam bukunya. Pertama, senantiasa
membacakan kalimat Tauhid pada anaknya. Kedua, menanamkan kecintaan kepada Allah
dan Rasulnya. Ketiga, mengajarkan al-Qur’an dan keempat menanamkan nilai-nilai
pengorbanan dan perjuangan.
Akhlak adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku, pendidikan dan
pembinaan akhlak anak. Keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang
7
tua.Perilaku sopan santun orang tua dalam pergaulan dan hubungan antara ibu, bapak dan
masyarakat. Dalam hal ini Benjamin Spock menyatakan bahwa setiap individu akan selalu
mencari figur yang dapat dijadikan teladan ataupun idola bagi mereka.
8
c) Kekuasaan yang dimiliki orang tua jangan dihubungkan dengan kepentingan
pribadinya, sebab hal ini dapat menimbulkan pertentangan antara anak dengan orang tuanya.
3. Masyarakat
Masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang ketiga setelah pendidikan dilingkungan
keluarga dan lingkungan sekolah. Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan
sebenarnya masih belum jelas, tidak jelas tanggung jawab pendidikan di lingkungan
keluarga dan sekolah. Hal ini disebabkan faktor waktu, hubungan, sifat dan isi pergaulan
yang terjadi di masyarakat. Meski demikian masyarakat mempunyai peran yang besar
dalam pelaksanaan pendidikan nasional.
Walaupun tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan belum jelas, akan tetapi
masyarakat harus berperan aktif dalam pendidikan, karena masyarakat merupakan lembaga
pendidikan yang ketiga setelah lingkungan keluarga dan sekolah. Olehnya itu untuk
memperoleh kualitas yang baik terhadap pendidikan, maka kualitas masyarakat pun harus
baik, agar saling menunjang antara satu dan lainnya, jika kualitas pendidikannya baik maka
akan menghasilkan keluarga keluaran atau hasil didik yang baik pula secara keseluruhan.
4. Organisasi
9
5. Alat dan metode
1. Metode Konvensional/ metode ceramah
Metode pengajaran dengan cara berceramah atau menyampaikan informasi secara lisan
kepada siswa. Metode ini merupakan metode yang paling praktis dan ekonomis, tidak
membutuhkan banyak alat bantu. Metode ini mampu digunakan untuk mengatasi kelangkaan
literatur atau sumber rujukan informasi karena daya beli siswa yang diluar jangkauan.
Namun metode ini juga memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan.
Siswa dengan gaya belajar visual akan bosan dan tidak dapat menerima informasia tau
pengetahuan, pada anak dengan gaya belajar auditori hal ini mungkin cukup menarik.
Evaluasi proses belajar sulit dikontrol, karena tidak ada poin pencapaian yang jelas.
10
Proses pengajaran menjadi verbalisme atau berfokus pada pengertian kata- kata saja.
Mudah dilaksanakan.
2. Metode Diskusi
Metode diskusi merupakan metode pengajaran yang erat hubungannya dengan belajar
pemecahan masalah. Metode ini juga biasa dilakukan secara berkelompok atau diskusi
kelompok.
Siswa menjadi paham tentang toleransi pendapat dan juga mendengarkan orang lain.
3. Metode Demostrasi
11
Metode demonstrasi digunakan pada pengajaran dengan proses yaitu menggunakan benda
atau bahan ajar pada saat pengajaran. Bahan ajar akan memberikan pandangan secara nyata
terhadap apa yang akan dipelajari, bisa juga melalui bentuk praktikum. Metode demonstrasi
ini memiliki manfaat antara lain siswa jadi lebih tertarik dengan apa yang diajarkan, siswa
lebih fokus dan terarah pada materi, pengalaman terhadap pengajaran lebih diingat dengan
baik oleh siswa.
Meminimalisir kesalahan dalam menyampaikan materi lisan, karena bukti konkret bisa
dilihat.
Jumlah siswa yang terlalu banyak dapat menghalangi pandangan siswa secara merata.
Memerlukan guru yang benar- benar paham, agar bisa mendemonstrasikan dengan baik.
Metode ceramah plus tanya jawab: Metode ini secara ideal disertai dengan penyampaian
materi dari guru, pemberian peluang pada siswa untuk bertanya apa yang tidak dimengerti, dan
pemberian tugas di akhir pengajaran.
Metode ceramah plus diskusi dan tugas: Metode ini dilakukan dengan memberikan materi
secara lisan kemudian disertai dengan diskusi dan pemberian tugas di akhir sesi.
Metode ceramah plus demonstrasikan dan latihan: Metode ini merupakan gabungan dari
penyampaian materi dengan memperagakan atau latihan atau percobaan.
5. Metode Resitasi
12
Metode resitasi merupakan metode mengajar dengan siswa diharuskan membuat resume
tentang materi yang sudah disampaiakan guru, dengan menuliskannya pada kertas dan
menggunakan bahasa sendiri.
Menurut Sayiful Bahri, 2000 siswa menjadi lebih berasi dalam mengambil inisiatif dan
mampu bertanggungjawab.
Susah mengevaluasi apakah siswa benar- benar memahami hasil tulisan resumenya sendiri.
6. Metode Percobaan
Metode percobaan merupakan metode pengajaran dengan menggunakan action berupa
praktikum atau percobaan lab. Masing masing siswa dengan ini mampu melihat proses
dengan nyata dan belajar secara langsung.
Metode ini akan menghasilkan siswa dengan jiwa peneliti dan suka mencaritahu dan
pengembangan keilmuan dan memberikan kesejahteraan pada masyarakat.
Eksperimen dilakukan pada jam kelas yang terbatas, sehingga percobaan yang dapat
dilakukan terbatas
Metode ini cocok untuk beberapa tipe pelajaran saja, seperti biologi, teknologi, dan lainnya.
13
7. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar dengan memanfaatkan lingkungan,
lokasi, atau tempat- tempat yang memiliki sumber pengetahuan bagi siswa. Metode
mengajar ini dilakukan dengan pendampingan oleh guru ataupun orang tua jika usianya
masih terlalu muda. Pendampingan dilakukan untuk menunjukkan sumber pengetahuan yang
perlu dipahami oleh siswa. Metode karya wisata ini bisa dilakukan di tempat tempat sejarah,
di alam, atau lainnya.
Bahan yang dipelajari ketika sekolah, bisa langsung dilihat secara nyata misalnya bangunan
bersejarah.
Pengajaran dengan metode ini bisa merangsang siswa untuk lebih kreatif.
Seringkali metode belajar ini lebih mengutamakan tujuan rekreasi daripada tujuan
pembelajarannya.
14
Metode ini melatih kecakapan motorik dan kognitif anak dengan menggunakan alat alat dan
kemampuan mengolah bahan menjadi ide yang lebih kreatif.
Menghambat bakat siswa yang lainnya, sehingga lebih baik disesuaikan dengan bakat
masing- masing.
Waktu yang terlalu lama dalam melaksanalan latihan bisa menimbulkan kebosanan dan
kehilangan minat dari siswa.
Perlu adanya trigger atau kasus pemicu yang baik agar diskusi dapat terarah sesuai tujuan
pembelajaran.
Perlu adanya mentor atau pembimbing yang bertugas meluruskan alur diskusi.
Diskusi bisa berjalan terlalu panjang lebar pada satu topik bahasan dan memakan waktu
apabila semua siswa berpendapat pada satu topik.
Pendapat siswa mungkin sama atau mirip yang seharusnya sudah tidak perlu disampaikan
lagi.
15
10. Metode Perancangan
Metode perancangan merupakan metode mengajar dengan merangsang siswa untuk mampu
menciptakan atau membuat suatu proyek ayang akan dipraktekkan atau akan diteliti.
Metode ini mengasah siswa untuk dapat mengintegrasikan pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan secara terpadu dan berguna nyata dalam kehidupan sehari hari.
Dibutuhkan bimbingan dari guru yang khusus dalam melakukan perencanaan dan
pelaksanaan
Pengetahuan diperoleh dengan caranya sendiri sehingga menjadi lebih mandiri dan berfikir
lebih luas
Mengarahkan siswa untuk dapat bergerak maju dan meningkatkan motivasi diri dalam
belajar.
16
Meningkatkan rasa percaya diri melalui penemuan penemuannya.
Atrategi pelaksanaan metode inquiry ini yaitu: guru memberikan penjelasan materi yang
diajarkan, kemudian memberikan tugas pada siswa untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan guru sebagai evaluasi pemahaman siswa. Guru membantu memberikan jawaban
yang mungkin sulit dan membingungkan bagi siswa. Resitasi dilakukan pada akhir untuk
mengevaluasi pemahaman siswa tentang apa yang sudah dipelajari. Kemudian siswa
merangkum apa saja yang sudah dipelajari sebagai kesimpulan yang dapat
dipertanggunjawabkan.
17
analisis dan berfikir kritis siswa sehingga memahami sesuatu secara keseluruhan dari awal
sampai akhir.
Digram yang terbentuk bisa menjadi alur berfikir yang efektif dan bermanfaat untuk hal lain.
Orang lain mungkin tidak dapat memahami mind mapping yang dibuat oleh orang lain
karena hanya berupa poin inti saja yang dituliskan.
Beberapa orang kesulitan merangkai panah atau alur mind mapping dengan rapi, dan
seringkali mind mapping terkesan berantakan dan tidak dapat dipahami.
Metode ini akan sulit diikuti untuk tipe siswa yang introvert.
18
15. Cooperative Script
Skrip kooperatif merupakan metode belajar dengan memasangkan siswa dan secara lisan
menuntut siswa untuk mengutarakan intisari dari bagian materi yang disampaikan. Pertama,
guru membagi siswa untuk berpasangan, guru membagikan materi pada siswa dan membuat
ringkasan, guru menentukan siapa yang akan menjadi pembicara dan pendengar. Pembicara
membacarakan ringkasannya sebaik mungkin dengan mengutarakan ide ide pokok materi,
kemudian bertukar peran antara pembicara dan pendengar. Guru pada akhir sesi
memberikan kesimpulan.
Hanya dapat dilakukan menjadi dua grup dan berpasangan dua orang.
16. Debat
Debat merupakan metode pembelajaran dengan mengadu argumentadi antara dua pihak atau
lebih baik perorangan maupun kelompok. Argumentasi yang dilakukan membahas tentang
penyelesaian suatu permasalahan dan memberi keputusan terhadap masalah. Debat pada
umumnya dilakukan secara formal dengan bahasa bahasa formal dan cara cara tertentu yang
sopan. Terdapat aturan aturan dalam debat informasikan yang disajikan harus memuat data
yang relevan dan berisi.
19
B. Kekurangan dalam metode pembelajaran ini, adalah:
Seringkali justru berebut dalam memberikan pendapat,
Pendapat tidak memiliki intisari yang informatif dan hanya berisi sanggahan,
Siswa yang tidak pandai berargumen akan cenderung pasif dan hanya orang orang tertentu
saja yang aktif berbicara.
Metode mengajar ini dilakukan oleh lebih dari satu pengajar, materi diberikan dengan jadwal
yang berbeda oleh beberapa pengajar. Soal ujian dibuat oleh beberapa pengajar dan
disatukan. Pengajar membuat soal dengan menggunakan poin poin capaian yang sudah
dibuat sehingga jelas.
Metode mengajar ini dilakukan dengan cara berdiskusi, atau juga dengan presentasihasil
diskusi. Kelompok menyampaikan materi hasil diskusi dan memberi kesempatan pada
teman- temannya untuk bertanya. Kelompok menjawab setiap pertanyaan.
20
Metode global ini mengajarkan pada siswa keseluruhan materi, kemudian siswa membuat
resume tentang materi tersebut yang mereka serap dan diambil intisarinya.
Guru perlu mencocokkan metode pembelajaran mana yang sesuai untuk kelasnya dan
seusuai dengan materi yang akan dilakukan agar siswa merasa tertarik dalam belajar dan
memiliki pemahaman yang baik di akhir pembelajaran.
Metode pembelajaran yang baik a dalah yang mampu membuat siswa berperan aktif,
memahami materi dengan mudah, dan mampu mengerjakan tugas atau praktikum dengan
baik setelah diberikan materi. Metode pembelajaran tertentu memiliki nilai tambah soft skill,
meningkatkan rasa percaya diri, melatih kecakapan berpendapat dan berkomunikasi. Semua
metode baik, namun metode konvensional seperti metode ceramah saat ini mulai dibatasi,
karena siswa menjadi pasif dan bosan.
Ex
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division)
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Model yang dikembangkan oleh Slavin ini melibatkan
“kompetisi” antarkelompok. Siswa dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan,
gender, ras, dan etnis. Pertama-tama, siswa mempelajari materi bersama dengan teman-teman satu
kelompoknya, kemudian mereka diuji secara individual melalui kuis-kuis. Perolehan nilai kuis
setiap anggota menentukan skor yang diperoleh oleh kelompok mereka. Jadi, setiap anggota harus
berusaha memperoleh nilai maksimal dalam kuis jika kelompok mereka ingin mendapatkan skor
yang tinggi. Slavin menyatakan bahwa model STAD ini dapat diterapkan untuk beragam materi
pelajaran, termasuk sains, yang di dalamnya terdapat unit tugas yang hanya memiliki satu jawaban
yang benar.
21
a. Penyampaian Tujuan dan Motivasi Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai
pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
b. Pembagian Kelompok Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap
kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman)
kelas dalam prestasi akademik, gender/ jenis kelamin, ras atau etnik.
c. Presentasi dari Guru Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu
menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut. Di dalam
proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah
nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
d. Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim) Siswa belajar dalam kelompok yang dibentuk.
Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga
semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim
bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan
bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.
e. Kuis (Evaluasi) Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis
tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil
kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak
dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu
bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru
menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya
sesuai dengan tingkat kesulitan siswa.
f. Penghargaan Prestasi Tim Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa
dan
diberikan angka dengan rentang 0-100.
a. Presentasi Kelas, menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin
tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan
tujuan mengingatkan siswa terhadap materi, agar siswa dapat menghubungkan materi yang akan
disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
22
b. Tim/ Tahap Kerja Kelompok, kelompok yang dibentuk adalah kelompok yang heterogen
beranggotakan 4-5 siswa, yang mewakili hasil-hasil akademis dalam kelas, jenis kelamin dan ras
atau etnis. Tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas yang akan dipelajari. Pada setiap poin,
penekanan diberikan pada setiap anggota kelompok untuk saling membantu anggotanya. Guru
sebagai fasilitator dan motivator. Hasil kerja kelompok ini dikumpulkan.
c. Kuis/ Tahap Tes Individu, setelah guru selesai meyajikan materi pelajaran dan pembentukan
kelompok, siswa diberi kuis secara individual. Siswa diharapkan bertanggung jawab untuk
memahami materi secara individual dan tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan kuis.
d. Tahap Perhitungan Skor Kemajuan Individu, skor kemajuan individu diberikan kepada siswa
sebagai hasil prestasi maksimum yang dapat dicapai dari hasil kerja keras siswa, agar menjadi
umpan balik untuk masa yang akan datang. Setiap siswa diberi skor dasar yang diambil berdasarkan
nilai rata-rata siswa sebelumnya, selanjutnya skor kuis siswa diperhitungkan sebagai bantuan poin
bagi kelompoknya.
e. Tahap Pemberian Penghargaan/ Rekognisi Tim, jika memperoleh skor rata-rata yang telah
melebihi kriteria penilaian yang ditetapkan, kelompok-kelompok siswa yang telah dibentuk dapat
diberikan penghargaan berupa serifikat atau bentuk penghargaan lain
23
8. Sarana dan Prasarana
Sarana pendidikan itu berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi: (1) alat pelajaran, (2) alat
peraga, dan (3) media pengajaran/pendidikan.
a. Alat pelajaran
Alat pelajaran adalah alat-alat yang digunakan untuk rekam-merekam bahan pelajaran atau alat
pelaksanaan kegiatan belajar. Yang disebut dengan kegiatan “merekam” itu bisa berupa menulis,
mencatat, melukis, menempel (di TK), dan sebagainya.
Papan tulis, misalnya, termasuk alat pelajaran jika digunakan guru untuk menuliskan materi
pelajaran. Termasuk juga kapur (untuk chalkboard) atau spidol (untuk whiteboard) dan penghapus
papan tulis. Buku tulis, pinsil, pulpen atau bolpoin, dan penghapus (karet stip dan “tipeks”), juga
termasuk alat pelajaran.
Alat pelajaran yang bukan alat rekam-merekam pelajaran, melainkan alat kegiatan belajar, adalah
alat-alat pelajaran olah raga (bola, lapangan, raket, dsb.), alat-alat praktikum, alat-alat pelajaran
yang digunakan di TK (gunting, kertas lipat, perekat dsb), alat-alat kesenian dalam pelajaran
24
kesenian, alat-alat “pertukangan” (tukang pahat, tukang kayu, tukang anyam, tukang “sunggi”/tatah
wayang, dsb.) dalam pelajaran kerajinan tangan.
b. Alat peraga
Alat peraga adalah segala macam alat yang digunakan untuk meragakan (mewujudkan, menjadikan
terlihat) objek atau materi pelajaran (yang tidak tampak mata atau tak terindera, atau susah untuk
diindera). Manusia punya raga (jasmani, fisik), karena itu manusia terlihat. Dengan kata lain, bagian
raga dari makhluk manusia merupakan bagian yang tampak, bisa dilihat (bagian dalam tubuh
manusia pun bisa dilihat, tentu saja jika “dibedah”). Itu intinya “meragakan,” yaitu menjadikan
sesuatu yang “tak terlihat” menjadi terlihat. Dalam arti luas yang tak terindera (teraba untuk yang
tunanetra).
“Tak terlihat” itu termasuk seperti dalam kasus ini: Kambing yang ada jauh di luar sekolah, tentu
tak terlihat. Agar terlihat, kambing itu didekati (murid dibawa ke tempat kambing), atau didekatkan
(kambing dihadirkan ke sekolah). Bunga yang ada di luar kelas pun tak terlihat murid. Agar terlihat,
bunga itu dibawa ke dalam kelas. Ka’bah, menara Eiffel, Gedung Putih, itu berada nun jauh di sana,
tak terlihat murid. Agar murid tahu bentuk ka’bah, maka ka’bah itu dihadirkan sosok (raganya) ke
dalam kelas (lewat tiruannya atau gambarnya).
Berkaitan dengan ini harus hati-hati jangan sampai tertukar dengan metode demonstrasi (metode
peragaan), yaitu guru meragakan sesuatu, misalnya guru meragakan cara rukuk dan sujud yang
benar dalam solat. Juga jangan tertukar dengan metode pemberian contoh (yang mirip dengan
metode demonstrasi), misalnya guru memberi contoh menyanyikan lagu baru, guru memberi contoh
cara membaca Qur’an dengan tartil, dan guru memberi contoh membaca puisi. Perhatikan ini: Guru
yang meragakan cara rukuk yang benar tidak berubah fungsi menjadi alat peraga, yaitu sebagai alat
yang membantu guru (digunakan guru) meragakan cara rukuk. Guru kan tidak menggunakan dirinya
sendiri sebagai alat bantu dirinya. “Masa jeruk makan jeruk!”
Alat peraga suka dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) alat peraga sebenarnya, dan (2) alat
peraga tiruan. Bunga dalam materi pelajaran tentang bunga dapat diragakan oleh bunga asli, bisa
dengan gambar bunga. Otak manusia sangat sulit untuk diragakan oleh benda aslinya, jadi dibuat
alat peraga tiruan berupa gambarnya atau “bonekanya” (torso–bahasa Belanda; arti sebenarya badan
25
atau tubuh patung). Murid (dan guru) tidak bisa “melihat” pulau-pulau yang terletak di Indonesia,
maka lalu dibuatlah peta untuk meragakan bentuk dan letaknya.
c. Media pendidikan
Media pendidikan (media pengajaran) itu sesuatu yang agak lain sifatnya dari alat pelajaran dan alat
peraga. Kadang orang menyebut semua alat bantu pendidikan itu media, padahal bukan. Alat
pelajaran dan alat peraga memerlukan keberadaan guru. Alat pelajaran dan alat peraga membantu
guru dalam mengajar. Guru mengajarkan materi pelajaran dibantu (agar murid dapat menangkap
pelajaran lebih baik) oleh alat pelajaran dan alat peraga. Oleh media, di sisi lain, guru bisa “dibantu
digantikan” keberadaannya. Dengan kata lain, guru bisa tidak ada di kelas, digantikan oleh media.
Lalu, apa itu media?
Secara bahasa (asal-usul bahasa atau etimologis) media (medium) itu merupakan perantara. Jadi,
dalam konteks tertentu, bahasa ibu bisa disebut sebagai medium pengajaran yang digunakan di TK-
TK di desa-desa. Bahasa Inggris merupakan medium pengajaran di sekolah-sekolah internasional.
Itu sisi lain, bukan media sebagai sarana (alat bantu) pendidikan. Begitu pula “dukun” menjadi
“medium” berkomunikasi dengan arwah-arwah leluhur (dalam kepercayaan tertentu).
Istilah media digunakan pula dalam bercocok tanam. Arang kulit padi, misalnya, dapat dijadikan
media tanam terbaik bagi tanaman hias tertentu. Air dapat menjadi media tanam tanaman tertentu
(disebut cara bercocok tanam sistem hidroponik).
Media (medium) dalam konteks pendidikan, mempunyai makna sama dengan media dalam
komunikasi (karena pendidikan itu juga komunikasi; komuniksi antara pendidik dan pedidik atau
yang dididik). Media komunikasi merupakan perantara penyampaian pesan (messages) yang berupa
informasi dan sebagainya, dari komunikator (“pembicara”) ke komunikan (yang diajak “bicara”).
26
Surat kabar merupakan media komunikasi masa dari “orang-orang surat kabar” kepada masa
(publik, masyarakat). “Orang-orang surat kabar” itu maksudnya semua yang berkomunikasi lewat
surat kabar. Jadi, ada pemasang iklan yang berkomunikasi kepada masyarakat luas lewat media
surat kabar. Ada Presiden yang berkomunikasi (dikomunikasikan oleh wartawan) lewat media surat
kabar. Begitu halnya dengan radio dan televisi.
Jadi, inti makna media adalah sesuatu (apapun) yang di dalamnya terkandung pesan (message)
komunikasi, yang merupakan saluran (perantara) komunikasi. Dengan pengertian dasar serupa itu,
maka yang disebut media pendidikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berisikan
pesan berupa materi pelajaran dari pihak pemberi materi pelajaran kepada pihak yang diberi
pelajaran.
Ke dalam kelompok media pendidikan itu akan termasuk buku pelajaran, CD berisi materi
pelajaran, tayangan TV yang berupa materi pelajaran, rekaman suara yang berupa materi pelajaran,
dan sebagainya.
Hati-hati! Pesawat televisi sendiri bukan media. Pesawat radio sendiri bukan media. Tape recorder
sendiri bukan media. Itu hanya alat-alat yang bisa dimomoti pesan. Jika murid menyetel televisi dan
menonton “Dangdut Mania,” pesawat TV itu bukan (tidak) berfungsi sebagai media pendidikan,
melainkan sebagai media hiburan. Pesawat televisi yang dijajakan di toko elektronik, bukan media
apapun, hanya barang dagangan.
Agar tidak kacau balau menyamamaknakan alat peraga sebagai media pendidikan, harus dicermati
sifat khas media, yaitu ada pesan komunikasi pendidikan di dalamnya yang berupa materi pelajaran
yang:
27
Jika lembar transparansi dosen Metodologi Penelitian bertuliskan hanya sebagai berikut (tidak ada
lembar lain yang memperjelasnya):
Jenis penelitian:
1. eksploratif
2. deskriptif
3. eksplanatif
pasti dapat diyakini bahwa mahasiswa tak akan punya pemahaman apa-apa tentangnya. Itu hanya
ringkasan materi kuliah yang membantu dosen memberi pelajaran agar runtut menerangkannya. Itu
sama dengan dosen mengganti menulis di papan tulis dengan menulis di lembar transparansi. Jadi,
lembar transparansi itu bukan media pendidikan, melainkan alat pelajaran, seperti halnya papan
tulis. Termasuk ke dalamnya OHP-nya, karena satu kesatuan dengan tranpransinya itu.
Buku teks Menyusun Rencana Penelitian yang ditulis Tatang M. Amirin (diterbitkan RajaGrafindo
Persada, Jakarta) termasuk media pendidikan. Kenapa? Karena siapapun di seluruh Indonesia dapat
“berkomunikasi” dengan Tatang M. Amirin tanpa harus bertemu dengannya, cukup lewat
“perantara” buku itu. Isinya (pesan, message) dalam “media” yang berupa buku itu adalah materi
pelajaran tentang metode penelitian.
Apakah potret atau slide itu media pendidikan? Untuk menetapkannya sebagai media atau bukan,
pertanyakanlah ada “pesan” materi pelajaran apa di dalam potret atau slide atau gambar itu? Jika
foto atau slide atau gambar itu masih harus memerlukan penjelasan dari guru, tentu bukan media
pendidikan. Itu sih mungkin hanya alat peraga, atau bahkan objek yang dipelajari (objek
pelajaran).
Nah, tunggu sebentar. Objek pelajaran itu artinya sesuatu yang sedang dipelajari (dibahas, dikaji,
dicermati dsb.). Murid diajak ke bukit. Di bukit itu murid melihat-lihat hewan dan tumbuhan apa
saja yang ada di situ. Hewa-hewan dan tumbuhan itu dicatat, bahkan mungkin digambar atau
dipotret. Apa yang menjadi objek pelajaran? Hewan dan tumbuhan. Bukit hanya tempat saja.
Potret atau gambar hewan dan tumbuhan itu mungkin lalu dijadikan bahan laporan murid di kelas.
Murid berceritera tentang (menerangkan) hewan-hewan dan tumbuhan itu, menurut “penangkapan”
murid sendiri. Jadilah potret itu “alat peraga” hewan dan tumbuhan nyata yang ada di bukit yang
membantu murid menerangkan kepada teman-teman sekelasnya.
28
2. Prasarana pendidikan
Nah, jika sarana pendidikan sudah terpahami, maka apa yang disebut dengan prasarana pendidikan
dapat diduga seperti apa. Prasarana pendidikan adalah segala macam alat, perlengkapan, atau
benda-benda yang dapat digunakan untuk memudahkan (membuat nyaman)
penyelenggaraan pendidikan.
Ruang kelas itu termasuk prasarana pendidikan. Meja dan kursi itu termasuk prasarana pendidikan.
Jelasnya, kegiatan belajar di ruang kelas (yang sejuk dan sehat) tentu lebih nyaman dibandingkan di
luar ruangan yang panas berdebu. Belajar dengan duduk di kursi yang nyaman tentu lebih enak
daripada duduk di bangku yang reyot atau “lesehan” (duduk-duduk bersila). Menulis beralaskan
meja tentu lebih nyaman dibandingkan menulis beralaskan lantai. Nah, awas, diulang lagi: meja
bukan alat untuk menuliskan pelajaran!
Hati-hati: Meja bisa menjadi alat peraga (model) dalam pelajaran membuat meja di “sekolah
pertukangan.” Kursi bisa menjadi alat pelajaran berhitung (menghitung kursi) di TK atau Kelas I
SD. Tapi, ini agak tumpang tindih (“jumbuh”) dengan objek pelajaran, yaitu “sesuatu yang
dijadikan materi pelajaran.” Kursi bisa menjadi objek pelajaran jika murid diminta menggambar
kursi, seperti jika murid diminta menggambar “tugu Jogja” langsung di dekat tugu tersebut. Kursi
juga bisa menjadi objek pelajaran murid-murid pertukangan yang mempelajari struktur kursi itu.
Kursi dapat juga menjadi alat peraga guru ketika menerangkan kursi di kelas pertukangan.
29
Apakah kamar mandi dan WC termasuk prasarana pendidikan? Bukan, jika untuk buang air dan
sebagainya. Itu sarana kesehatan. Tapi, jika digunakan untuk “toilet training” murid TK, jadilah dia
alat pelajaran, alat yang digunakan untuk mengajari murid TK bagaimana buang air dan bersih diri
sendiri dengan “benar.” Misalnya diajari untuk tidak buang air kecil di lantai kamar mandi,
melainkan di klosetnya, agar tidak meninggalkan amoniak yang bisa menimbulkan bau menyengat.
Atau, anak diajari cara membersihkan kamar mandi dengan benar (praktek memebrsihkan kamar
mandi).
Sekali lagi, karena fungsinya sesuatu barang atau benda disebut sarana pendidikan atau prasarana
pendidikan, atau bahkan tidak termasuk keduanya, bukan karena bendanya itu sendiri.
30